Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

Perkonomian Indonesia
Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Masa Pandemi Covid 19

Dosen Pengampu:

Randeska Manullang S.E., M.Si

Oleh : KELOMPOK 8

1. DINDA KHAIRUL APRILADINI


NIM : 7203341011
2. SITI KHOIDOH
NIM : 7203141014
3. WIDIA SURYANTINA BR NAINGGOLAN
NIM : 7202441009

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI S1 B

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena atas limpahan hidayah-Nya sehingga
kami masih dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini tepat pada waktunya. Adapun tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas KKNI mata kuliah Perekonomian Indonesia. Rekayasa Ide ini
disusun untuk membahas materi mata kuliah perekonomian indonesia. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing Randeska Manullang S.E., M.Si yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan Rekayasa Ide ini. Penulis juga menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan
laporan Rekayasa Ide ini. Dalam penulisan Rekayasa Ide ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan,untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan, penulis
berusaha menyajikan yang terbaik, penulis berharap semoga Rekayasa Ide ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat bagi para pembaca. Penulis berharap Rekayasa Ide ini menjadi salah
satu referensi bagi pembaca, Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan supaya Rekayasa Ide kami ini menjadi lebih baik. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya.

Medan ,mei 2021

Penulis

KELOMPOK 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Perekonomian Indonesia Di Masa Pandemi.............................................................. 3

2.2 Penurunan ekonomi di indonesia pada masa pandemi yang berpengaruh pada pekerjaan
masyarakat………………………………………………………………………………………...5

2.3 Upaya Pemerintah Jaga Ekonomi Selama Pandemi Virus Corona…………………………..8

2.4 7 Kebijakan Ekonomi untuk Hadapi Pandemi Covid-19………………………………….…9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang

Pertumbuhan perekonomian indoensia Pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan
komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat dengan adanya
anjuran dari pemerintah untuk “di rumah saja” maka banyak orang menjalankan pekerjaan,
hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi.

Seiring hal tersebut, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga pun otomatis meningkat.
Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia pada Triwulan 1 2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan,
berkurang 34,9 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu.

Hal ini sejalan dengan adanya larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada
pertengahan Februari lalu. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative
seiring dengan diberlakukannya PSBB.

berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of Technology and
Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR)
dengan Data Driven Estimation (DDE), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia telah
terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan diperkirakan akan berakhir secara total pada akhir
Juli 2020.Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai
negara untuk memprediksi berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut,
diperkirakan akhir Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni
seluruh aktivitas dapat kembali berjalan dengan normal.

Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua.

Idul Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian,
akan menjadi sebaliknya dikarenakan adanya PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni aktivitas sudah
berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional

Kondisi perekonomian Indonesia masih memiliki peluang untuk bangkit. Kekosongan aktivitas
selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang bagi perusahaan
untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan masih bisa bertahan sampai tiga
bulan. Beda halnya bila aktivitas normal mulai diadakan pada bulan Agustus atau bahkan
Desember. Perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak
perusahaan juga akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga bulan.

1
Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran
untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor keuangan,
diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga.

Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi
Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp405,1 triliun akan
tercipta output dalam perekonomian sebesar Rp649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan
pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp355 triliun dan Rp146,9 triliun.
Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal
yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84
persen dari total tenaga kerja.Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen. Stimulus fiskal juga telah
diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan menurunkan
tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM).

Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan penurunan tingkat bunga
pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 ini
juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kondisi Perekonomian Indonesia Masa Pandemi?

2. Bagaimana Pengaruh Penurunan Ekonomi di Masa Pandemi?

3. Apa Upaya Pemerintah Untuk Menjaga Perekonomian di Masa Pandemi?

4. Apa Saja Strategi Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Memulihkan Perekonomian di Masa

Pandemi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Memahami Kondisi Perekonomian Indonesia Masa Pandemi

2. Untuk Memahami Pengaruh Penurunan Ekonomi di Masa Pandemi

3. Untuk Mengetahui Upaya Pemerintah Unuk Menjaga Perekonomian di Masa Pandemi

4. Untuk Mengetahui Strategi Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Memulihkan Perekonomian di


Masa Pandemi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19

Wabah Covid-19 berpotensi mengubah tatanan ekonomi dunia yang ditandai dengan
berubahnya peta perdagangan dunia, selain mengakibatkan mandegnya berbagai bidang usaha.
Kinerja perdagangan global dipastikan akan terganggu akibat lambatnya perbaikan kinerja
manufaktur, khususnya di China hingga menjelang semester pertama tahun ini. Di tambah
dengan jalur distribusi logistik yang juga terganggu, dampak negatif mau tak mau akan menerpa
ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Demikian kesimpulan dari Pusat Kajian
Visi Teliti Saksama (VTS) melalui riset kajian berjudul Limbung Roda Terpasak Corona.
Menurut uji simulasi pandemi dengan model sistem dinamik oleh peneliti Visi Teliti Saksama,
M. Widyar Rahman, pandemi corona di Indonesia diperkirakan reda pada awal Juni 2020.
Lantas, jika wabah Covid-19 di Indonesia diperkirakan baru bisa mereda pada Juni 2020,
bagaimana dengan pemulihan ekonomi Indonesia? “Tentunya proses pemulihan ekonomi akan
membutuhkan waktu yang lebih panjang, setidaknya sampai akhir 2021,” kata Widyar, Senin
(27/4/2020). Menurut analisis Widyar, pandemi tidak akan bertahan bertahun-tahun di
Indonesia. Melalui peran aktif seluruh warga negara, penurunan jumlah kasus Covid-19,
seharusnya dapat lebih cepat dari perkiraan model tersebut.

Namun, hal ini tetap dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya menekan
penyebarannya. Baca Juga : Demi Ekspor, Suzuki Indomobil Tetap Operasikan Pabrik Sepeda
Motor dan Mesin “Kami memperkirakan, peningkatan permintaan barang dan jasa akan terjadi
pada Ramadan dan Idulfitri, meski tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, sedikit
kenaikan permintaan ini belum cukup untuk mengkompensasi cedera pada industri,” ungkapnya.
Pasalnya, pemenuhan stok yang seharusnya dilakukan dua sampai tiga bulan jelang Ramadan
tidak bisa terpenuhi akibat impor yang mandek. Melihat dampaknya yang masif, kerugian yang
ditimbulkan pamdemi Covid-19 tentu tidak main-main. “Jika dibandingkan wabah SARS 2002–
2003 yang juga berasal dari China, dampak negatif dari merebaknya Covid-19 terhadap
perekonomian akan jauh lebih luas,” lanjutnya. Baca Juga : Kembali Beraktivitas, Daihatsu
Latih Karyawan Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam kaitan analisa dampak ini, Visi
mengumpulkan berbagai informasi untuk memperkirakan dampak yang terjadi pada
perekonomian Indonesia. Adapun studi dilakukan pada Februari hingga awal Maret. Analisa
yang dilakukan berawal dengan melihat hubungan ekonomi antara Indonesia dan China, sebagai
episentrum awal penyebaran virus. Dalam 5 tahun terakhir, China selalu menempati tiga besar
mitra dagang utama Indonesia.
3
Malahan, sejak 2014, China merupakan negara asal impor dengan nilai terbesar bagi Indonesia.
Berdasar kategori barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal sepanjang Januari hingga
Desember 2019, makin kentara ketergantungan Indonesia terhadap China. Dari ketiga kategori
barang yang diimpor oleh negara ini, sebanyak 37% barang konsumsi, 25% bahan baku
penolong, dan 44% barang modal jelas diimpor dari China. Dalam hal investasi langsung, selama
rentang 5 tahun terakhir (2016—2019), Indonesia menerima aliran investasi China sebesar
US$13,2 miliar atau peringkat ketiga terbesar bagi Indonesia. Selain di bidang investasi, China
juga memiliki peran besar dalam sektor pariwisata di Indonesia. Dalam kurun 8 tahun, turis
China meningkat jumlahnya sebanyak 309%, yaitu dari 511.000 pada pada 2010 menjadi 2,14
juta pada 2017. Peneliti Senior Visi , Sita Wardhani menuturkan dari sisi produksi rata-rata
produsen dalam negeri memiliki stok bahan baku hingga Maret dan April 2020. Jika pada bulan-
bulan tersebut belum juga ada pasokan dari China atau hanya terpenuhi sedikit, proses produksi
pabrik di Indonesia dapat terhambat. “Dampak minimum pada perekonomian adalah dengan
asumsi perekonomian China bangkit dan kembali aktif pada
April,” kata Sita. Ada sedikit harapan dari rilis Biro Statistik Nasional (NBS) China soal Indeks
Pembelian Manajer (Purchasing Manager Index/PMI) resmi China yang naik menjadi 52 pada
Maret 2020. Pada bulan Februari, ketika pandemi meninggi, PMI China hanya 35,7, rekor
terendah yang pernah dialami China. Untuk informasi, angka di atas 50 menunjukkan, industri
mengalami ekspansi.

Sebaliknya, angka di bawah 50 menggambarkan kondisi kontraksi. Setidaknya, menurut NBS,


ada delapan dari 41 sektor industri yang disurvei mencatat kenaikan laba pada Maret. Kondisi ini
lebih baik dibandingkan Januari-Februari yang mencatat hanya empat sektor mengalami
kenaikan laba. Namun, hal ini diyakini belum menandakan stabilisasi dalam kegiatan ekonomi.
Pasalnya, di tengah biaya produksi yang makin tinggi karena terganggunya jalur distribusi,
permintaan pasar juga belum sembuh sepenuhnya. Apalagi, ada penurunan permintaan impor
dari negara lain, termasuk Indonesia. “Namun jika masa pemulihan yang dialami China lebih
lama lagi, asumsi China baru berproduksi kembali di bulan Juni, artinya proses impor baru bisa
dilakukan di bulan Juli. Dengan begitu, dampak resesi yang dihadapi Indonesia akan lebih dalam
lagi,” ujarnya. Selain dialami industri mamin, lanjutnya, gangguan lebih dalam juga bakal
dialami industri manufaktur lain. Dampak dari kelangkaan bahan baku ini akan membawa inflasi
yang lebih tinggi karena industri manufaktur tidak mampu memenuhi permintaan dan memicu
terjadinya shortage. Di sisi lain, dengan inflasi yang tinggi, tentu rumah tangga akan menurunkan
konsumsinya. Padahal kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini adalah
konsumsi rumah tangga. “Dengan tingkat inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga juga turun
sejalan dengan daya beli yang juga menurun. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi pun dapat
terpuruk lebih jauh,” ungkap Sita. Visi Teliti Saksama merupakan pusat kajian dan publikasi
multiplatform dari berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang
berdiri 3 tahun lalu.
4
Tim periset Visi berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka, dengan pengalaman terlibat
dalam pembuatan beragam kebijakan di bidang komoditas, perdagangan, dan program
komunikasi. Hasil kajian-kajian yang bermanfaat bagi masyarakat luas dituangkan
dalam portal berbasis data.

2.2 Penurunan ekonomi di indonesia pada masa pandemi yang berpengaruh pada

pekerjaan masyarakat

Adanya Covid-19 menyebabkan berbagai negara termasuk Indonesia mengalami dampak yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan berita dari kompas.com, bahwa
laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus pertumbuhan ekonomi di Indonesia
pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen maka jika dilihat dari periode sebelumnya pertumbuhan
turun jauh dari 5,02 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia membawa dampak
pada aspek ketenagakerjakan karena banyaknya tenaga kerja yang terkena PHK akibat
perusahaan informal maupun formal yang mengalami penurunan pendapatan serta adanya
penurunan pendapatan karyawan. Berdasarkan cnbcindonesia.com, dalam kegiatan bisnis
contohnya terlihat dalam kasus bahwa sekitar 1.226 hotel harus di tutup karena tidak adanya
pelanggan yang menyebabkan perusahaan tersebut tidak dapat membayar gaji karyawan dan
menurut ketua umum persatuan hotel dan restoran indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani
mengaku bahwa sudah 150 ribu tenaga kerja yang terkena PHK akibat pandemi Covid-19.

Maka dari itu, dampak Covid-19 bukan hanya berpengaruh dalam aspek kesehatan saja
melainkan banyak aspek yang juga dirugikan termasuk aspek ketenagakerjaan. Berdarkan
kemnaker.go.i, penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam menangani penurunan
pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap ketenagakerjaan yaitu dengan menyediakan
paket stimulus ekonomi supaya perusahaan informal maupun formal tidak melakukan PHK.
Kedua, insentif pajak penghasilan bagi para pekerja. Ketiga, jaring pengaman sosial melalui
program bantuan gsosial bagi pekerja formal dan informal. Keempat, adanya pemberian prioritas
Kartu Prakerja bagi para pekerja yang menjadi korban PHK. Kelima, perluasan program industri
padat karya. Keenam, perlindungan bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) baik di negara
penempatan maupun setelah kembali ke tanah air. Tujuan artikel ini ditujukan kepada
masyarakat untuk mengetahui perkembangan ekonomi yang berdampak pada ketenagakerjaan
akibat dari pandemi serta peranan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Metode penelitian yang dilakukan dalam pembuatan artikel ini dengan menggunakan metode
kualitatif dengan menggunakan prosedur pengumpulan data dari internet. Metode penelitian
kualitatif merupakan metode yang bersifat deskriptif serta menggunakan analisis yang digunakan
untuk memberikan gambaran secara umum tentang dasar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan didalam artikel.

5
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus ini menyebut bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020,
BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen,
turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu. Maka jika
dibandingkan dengan masa pandemi saat ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami
penurunan yang membawa dampak dalam aspek bisnis yang berpengaruh terhadap pendapatan
perusahaan serta dapat membawa dampak kepada para tenaga kerja di perushaan tersebut.

Karna dampak penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dapat berpengaruh terhadap
ketenagakerjaan yang dilihat dari sisi pekerja ataupun perusahaan itu sendiri. Menurut Pusat
Penelitian Kependudukan LIPI, tenaga kerja yang terkena PHK sebesar 15,6% dan tenaga kerja
yang mengalami penurunan pendapatan sebesar 40%. Peningkatan angka pengangguran di
Indonesia di masa pandemi saat ini bisa terjadi karena banyak perusahaan yang mengalami
penurunan pendapatan sehingga biaya untuk pembayaran gaji karyawan tidak bisa terpenuhi.
Maka dari itu banyak perusahaan yang memberhentikan karyawannya ataupun menurunkan gaji
karyawan.

Adanya pembatasan aktivitas masyarakat menyebabkan aktivitas wisata yang jarang dikunjungi
oleh masyarakat, maka juga membawa dampak kepada bisnis penginapan ataupun hotel.
Menurut Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani
mengaku bahwa terdapat lebih dari 150 ribu orang yang terkena PHK dan ada 1.226 hotel di
tutup.

Peranan pemerintah sangat diperlukan dalam menanggulangi permasalahan tenaga kerja tersebut
maka dari itu Presiden Joko Widodo memiliki 6 cara :

• Adanya stimulus ekonomi, yang dimana di dalam dunia bisnis untuk diterapkan supaya
tidak melakukan PHK terhadap karyawannya.
• Adanya insentif pajak penghasilan bagi para pekerja, yang dimana pajak yang harusnya
dibayar oleh masyarakat akan ditanggung oleh pemerintah selama masa pandemi sesuai
dengan aturan pemerintah.
• Adanya jaring pengaman sosial melalui program bantuan sosial bagi pekerja formal dan
informal. Yang dapat berguna untuk meringkankan beban para tenaga kerja.
• Adanya program Kartu Prakerja, yang mengutamakan para tenaga kerja akibat PHK.
Program ini digunakan supaya masyarakat dapat melatih kemampuannya, sehingga pada
saat nantinya bisa siap untuk masuk kedalam dunia kerja.
• Perluasan program industri padat karya, yang dimana tujuan pemerintah berguna supaya
banyaknya masyarakat yang mendapat pekerjaan serta dapat mengurangi angka
pengangguran di saat pandemi saat ini.

6
• Adanya perlindungan bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) baik di negara
penempatan maupun setelah kembali ke tanah air.

Dapat terlihat jelas dalam hasil penelitian diatas berdasarkan dari sumber internet, bahwa di masa
pandemi saat ini seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami kesulitan dalam perekonomian.
Kesulitan ekonomi tersebut membawa dampak diberbagai aspek termasuk aspek bisnis yang
dapat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan. Berdasarkan sumber-sumber yang didapat dari
hasil penelitian ini, banyak para tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya akibat di PHK
karena perusahaannya yang tidak mampu membayar gaji pegawai dan banyaknya para karyawan
yang mengalami penurunan pendapatan akibat banyaknya perusahaan informal maupun formal
yang mengalami penurunan pendapatan. Maka dari itu, peranan pemerintah dalam menangani
kasus ini sudah cukup membantu melalui 6 program yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo.
Namun, program-program tersebut belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, karena banyaknya program tersebut yang belum terlaksana dengan baik. Di dalam
keterbatasan penelitian ini, dapat terlihat bahwa di masa pandemi saat ini peranan pemerintah
dan masyarakat sangat diperlukan karena jika hanya pemerintah yang berperan maka ekonomi di
negara kita tidak akan kembali pulih. Pernan masyarakat juga sangat diperlukan untuk ikut
berkontribusi dalam program-program tersebut, supaya perencanaan pemerintah dapat berjalan
dengan baik dan pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan baik serta bisa membantu
memulihkan berbagai bisnis dan perusahaan yang hancur akibat pandemi. Yang akan membawa
dampak bagi tenaga kerja untuk dapat kembali mendapatkan penghasilan serta dapat mengurangi
angka pengangguran yang terjadi di Indonesia.

Akibat dari adanya Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan ekonomi dan membawa
dampak buruk di berbagai aspek, bukan hanya di dalam aspek kesehatan melainkan juga dalam
aspek ketenagakerjaan. Penurunan ekonomi yang terjadi menyebabkan banyaknya para tenaga
kerja mengalami PHK dan penurunan pendapatan bagi karyawan di dalam perusahaan informal
maupun formal. Dalam menangani masalah ini, pemerintah juga ikut berperan aktif dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi angka pengagguran yang terjadi di
Indonesia. Banyak langkah yang dilakukan pemerintah dalam menangani kasus ini, namun
banyak juga langkah pemerintah yang masih belum berjalan dengan baik karena banyaknya
aspek yang harus dilakukan dalam memperbaiki ekonomi negara. Maka dari itu, sebagai
masyarakat yang baik kita harus bisa menghargai peranan pemerintah dalam menangani
penuruan ekonomi supaya program-program yang dibuat pemerintah dapat berjalan dengan baik
dan para tenaga kerja di Indonesia bisa kembali bekerja serta dapat mengurangi angka
pengangguran.

7
2.3 Upaya Pemerintah Jaga Ekonomi Selama Pandemi Virus Corona

Pandemik Covid-19 atau virus corona, seperti yang telah ditetapkan oleh PBB pada bulan Maret
ini, menyebar secara cepat ke seluruh dunia sehingga bukan hanya sektor transportasi serta
sektor pariwisata saja yang terpengaruh melainkan merambat ke beberapa sektor lainnya seperti
perdagangan, kesehatan dan lainnya.

Pemerintah mendorong Kementerian dan Lembaga (K/L) serta Pemerintah Daerah (Pemda)
untuk dapat mengakselerasi belanja terutama pada jadwal Kuartal I 2020. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat pandemik Covid-19,
serta penurunan harga-harga komoditas. Pemerintah juga melakukan re-focusing penganggaran
dan meluncurkan paket Stimulus Fiskal jilid I dan jilid II yang diharapkan mendukung
bergeraknya sektor riil.

“Saya telah berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM,
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan Menteri Kesehatan,
untuk menggoordinasikan langkah-langkah di pusat dan daerah," jelas Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN KiTa Bulan Maret 2020 pada Rabu (18/3/2020).

Salah satunya, nanti akan dibuat Keputuran Presiden, karena seluruh K/L dan Pemda fokus
menangani Covid-19 dan di dalam APBD maupun anggaran K/L selama ini tidak pos untuk
Covid-19, maka akan dilakukan perubahan realokasi di anggaran K/L dan daerah,” lanjut dia.

Secara umum prioritas utama Pemerintah saat ini adalah dukungan untuk sektor kesehatan,
penguatan jaring pengaman sosial dan penyelamatan sektor dunia usaha. Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan wabah Corona
Covid-19 akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5 persen. Meski demikian, Ia
menyebut PDB Indonesia tidak akan terjun terlalu jauh. "Mungkin turun di bawah 5 persen tapi
kita bisa manage di empat persen ke atas," ujar Luhut dalam video-konferensi pada Rabu
(18/3/2020). Menurutnya, pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) sudah menyiapkan kebijakan
dari sisi fiskal maupun moneter. Luhut pun memastikan kebijakan pemerintahan Presiden Joko
Widodo akan mampu menghasilkan output terbaik.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan selama kuartal I sampai dengan
minggu kedua atau sepuluh hari pertama dari Maret, Ekonomi Indonesia masih bertengger di 4,9
persen. "Kuartal I sampai minggu kedua, 10 hari pertama ekonomi kita masih 4,9 persen. Jadi
kalau kuartal I masih ada 20 hari terakhir Maret ini penurunan kuartal I masih bisa tumbuh di
atas 4,5-4,9 persen," ujar Sri Mulyani.

8
7 Kebijakan Ekonomi untuk Hadapi Pandemi Covid-19

Wabah virus corona (Covid-19) berpeluang besar membawa resesi global tahun ini. Meski di
negara sumbernya, China, saat ini penyebarannya sudah menurun tajam dan proses pemulihan
ekonomi domestik di negara tersebut mulai berjalan, penyebaran wabah di luar China justru
sedang mengalami eskalasi. Bahkan, Eropa dan Amerika saat ini menjadi episentrum baru
penyebaran wabah tersebut menggantikan China. "Kebijakan itu terbukti mampu mengatasi
penyebaran wabah ini kurang dari tiga bulan, sehingga mempercepat proses pemulihan
ekonomi," jelasnya. Meskipun demikian, CORE Indonesia menggarisbawahi 7 kebijakan yang
perlu diperkuat, yaitu sebagai berikut:

1. Percepatan pengobatan

Pertama yang perlu dilakukan pemerintah ialah mempercepat pengobatan dan pencegahan
penularan yang lebih luas. Pemerintah harus menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan
alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu,
menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak, ataupun hal-hal yang bersifat
pencegahan seperti pembagian masker murah dan sebagainya.

Konsekuensi pembengkakan defisit anggaran, sejalan dengan pendapatan APBN yang juga turun
tajam, memang akan membebani pemerintah. "Namun, perhitungan kemanusiaan semestinya
harus lebih dikedepankan dibandingkan dengan kalkulasi ekonomi yang masih dapat
ditanggulangi sejalan dengan pulihnya ekonomi masyarakat," jelasnya

2. Penurunan tarif listrik dan BBM

Untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai dampak perlambatan perputaran roda ekonomi,
pemerintah dituntut untuk dapat mengurangi beban biaya yang secara langsung dalam kendali
pemerintah, diantaranya tarif dasar listrik, BBM, dan air bersih.

Penurunan tarif listrik dan BBM tentu tidak akan terlalu membebani keuangan BUMN dan
BUMD, mengingat harga minyak mentah yang turun ke kisaran USD20 per barrel diperkirakan
masih akan berlangsung lama sejalan dengan potensi resesi global.

3. Relaksasi pajak

Kebijakan pemerintah yang melakukan relaksasi Pajak Penghasilan baik pekerja industri
manufaktur (penghapusan PPh 21 selama enam bulan) ataupun pajak badan untuk industri
manufaktur (pembebasan PPh Impor 22 dan diskon PPh 25 sebesar 30%) semestinya diperluas.

9
Pasalnya, perlambatan ekonomi saat ini tidak hanya dirasakan oleh sektor industri manufaktur,
tetapi juga sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan relaksasi pajak
seperti pemberian potongan pajak, percepatan pembayaran restitusi, dan penundaan pembayaran
cicilan pajak kepada sektor-sektor lain, khususnya yang terkena dampak paling parah, seperti
sektor transportasi dan pariwisata.

4. Pemberian BLT

Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah dengan memberikan Bantuan Langsung
Tunai (BLT) kepada masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan dan mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja.

Penyaluran BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data penerima bantuan dan perbaikan
mekanisme dan kelembagaan dalam penyalurannya sehingga dana BLT tidak salah sasaran dan
diterima oleh seluruh masyarakat yang semestinya mendapatkannya. Ini belajar dari pengalaman
penyaluran bantuan sosial selama ini yang belum terdistribusi secara merata khususnya bagi
masyarakat yang justru membutuhkan. Oleh karena koordinasi untuk validitas data sampai
dengan level kecamatan perlu dilakukan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah agar
tujuan BLT untuk menjaga daya beli masyarakat bisa tercapai.

5. Jaga pasokan dan distribusi bahan pangan

Penyaluran BLT perlu didukung oleh kebijakan untuk menjamin kelancaran pasokan dan
distribusi barang khususnya pangan. Di saat seperti ini, potensi panic buying dan penimbunan
sangat besar, sehingga pengamanan aspek distribusi perlu diperketat.

Dalam situasi seperti ini, sebagaimana di China, aparat militer dapat dioptimalkan dalam
membantu penanganan korban dan pencegahan perluasannya, termasuk membantu proses
pengamanan supply dan distribusi barang.

6. Pemberian relaksasi kredit UMKM

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberlakukan kebijakan yang mendorong lembaga
keuangan untuk melakukan rescheduling dan refinancing utang-utang sektor swasta, selain untuk
UMKM, juga untuk usaha-usaha yang menghadapi risiko pasar dan nilai tukar yang tinggi.

10
Selain itu, Bank Indonesia (BI) dan OJK perlu merumuskan kebijakan yang bersifat strategis
untuk mengatasi tingginya tingkat suku bunga perbankan yang menjadi salah satu beban pelaku
ekonomi, khususnya di saat perlambatan ekonomi seperti saat ini Saat ini, meskipun BI telah
melakukan pelonggaran moneter, tingkat suku bunga kredit perbankan belum mengalami
penurunan yang signifikan sebagaimana halnya suku bunga simpanan.

Padahal, pada periode Juni 2019-Februari 2020, saat suku bunga acuan BI telah turun 125 bps,
suku bunga kredit perbankan hanya turun 27 bps, lebih rendah dibandingkan penurunan suku
bunga deposito sebesar 44 bps.

7. Buat kebijakan baru

Membuka peluang untuk membuat terobosan kebijakan baru. Di sisi fiskal, opsi pelebaran defisit
anggaran melebihi yang batas yang ditetapkan Undang-Undang Keuangan Negara diperlukan di
tengah semakin banyaknya kebutuhan belanja negara untuk memberikan insentif kepada
perekonomian.

Di sisi moneter, perlu mencontoh otoritas moneter beberapa negara yang aktif terjun memberikan
insentif, khususnya ketika kebijakan suku bunga acuan dan beragam kebijakan konvensional
tidak bekerja secara optimal seperti saat ini.

The Fed sendiri misalnya mempunyai kebijakan Quantitative Easing untuk menginjeksi
likuiditas ke masyarakat. Terobosan yang bisa dilakukan BI dan pemerintah yaitu merevisi
Peraturan Bank
Indonesia no/10/13/PBI/2008 ataupun Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat
Utang Negara dengan memberikan keleluasaan BI untuk membeli SUN di pasar keuangan
primer untuk mengakomodasi kepentingan pembiayaan negara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akibat dari adanya Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan ekonomi dan membawa
dampak buruk di berbagai aspek, bukan hanya di dalam aspek kesehatan melainkan juga dalam
aspek ketenagakerjaan. Penurunan ekonomi yang terjadi menyebabkan banyaknya para tenaga
kerja mengalami PHK dan penurunan pendapatan bagi karyawan di dalam perusahaan informal
maupun formal.

3.2 SARAN

Pemerintah di harap mampu Mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang lebih
luas. Pemerintah harus menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan alat kesehatan
penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, menggratiskan
biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak, ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan
seperti pembagian masker murah dan sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://yoursay.suara.com/news/2020/06/11/122201/kondisiperekonomian-indonesia-di-
tengahpandemi-covid-19

https://student-activity.binus.ac.id/tfi/2021/03/penurunan-ekonomi-di-indonesia-pada-masapandemi-
yang-berpengaruh-pada-pekerjaan-masyarakat/

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4205595/upaya-pemerintah-jaga-ekonomi-selamapandemi-
virus-coronahttps://ekbis.sindonews.com/berita/1571716/33/7-kebijakan-ekonomi-untuk-hadapi-
pandemicovid-19

13

Anda mungkin juga menyukai