Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KETERLAMBATAN TERLEASISASINYA BANSOS COVID 19 DI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistik Ekonomi dan Bisnis
Dosen Pengampu: Fitriana Dewi Sumaryana SE, MBA.

Disusun Oleh :
Della Liani Abidin 2022210020

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


STAI YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG
2024

KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami memulai
dengan pujian dan syukur kepada-Nya karena telah memberikan kekuatan untuk
menyelesaikan makalah dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keterlambatan Terleasisasinya Bansos covid 19 Di Kabupaten Bandung". Tidak lupa
juga solawat dan salam kepada nabi akhir zaman yaitu nabi Muhammad SAW. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitriana Dewi Sumaryana SE, MBA. yang
telah menjadi pembimbing Penulis dalam mata kuliah Statistika Ekonomi dan Bisnis
dan membantu penulis dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama
proses penyelesaian makalah ini.
Melalui makalah ini, kami berharap dapat berbagi pengetahuan dengan rekan
mahasiswa lainnya dan menambah pemahaman tentang konsep " Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Terleasisasinya Bansos covid 19 Di
Kabupaten Bandung” melalui konsep Statistika Ekonomi dan Bisnis. Penulis sadar
bahwa makalah ini belum tentu sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai setiap kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar kami bisa belajar dan berkembang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandung, 18 Februari 2024,

Penulis.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penyaluran Dana Bansos .............................................................9
B. Pengertian APBD...........................................................................................9
C. Pengertian Sosial Ekonomi............................................................................13
D. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat ..........................................................13
E. Pengertian Kemiskinan .................................................................................13
F. Pengertian Hambatan ekonomi .....................................................................14
G. Pengertian Korupsi 15...................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...............................................................................................19
B. Pendekatan Penelitian....................................................................................19
C. Tempat Penelitian ..........................................................................................19
D. Sumber Data ..................................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN
A. Total Penduduk Kabupaten Bandung.............................................................21
B. Jumlah Dana Yang Harus Di Realisasikan....................................................21
C. Rentan Usia....................................................................................................24
D. Analisis Swot................................................................................................. 24
E. Korupsi BANSOS Covid 19 2021 Di Kabupaten Bandung...........................25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................28
B. Saran ..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, kesenjangan akses masyarakat miskin terhadap permodalan
dan perbankan semakin lebar. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang miskin
tidak memiliki agunan yang diperlukan untuk mendapatkan pinjaman dari bank.
Menurut survei Bank Dunia yang diterbitkan pada tahun 2010, tercatat hampir
semua layanan yang diberikan oleh 234,2 juta orang Indonesia tidak tersedia
melalui lembaga keuangan formal, sebagaimana dilaporkan dalam jurnal Bank
Indonesia (2011). Lembaga keuangan non-formal, seperti koperasi simpan
pinjam, melayani sekitar 35 juta orang dari total ini. Namun, hampir 40 juta
orang tidak pernah mendapatkan bantuan keuangan apa pun.
Menurut data Bank Dunia, Global Financial Inclusive Index 2012, akses
layanan keuangan di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan dengan
negara-negara industri lainnya, dengan hanya 20% penduduk yang memiliki
akses. Hal ini karena adanya ketidakterjangkauan sebagian masyarakat untuk
menerima kredit dari bank maupun institusi keuangan lainnya. Teori bank
merupakan salah satu teori sirkuit moneter yang mempelajari tentang produksi,
akumulasi modal, distribusi pendapatan yang secara fundamental berkaitan
dengan penciptaan uang dan peredaran uang. Penciptaan uang di bank terjadi
ketika bank meminjamkan uang kepada perusahaan, dan mereka memanfaatkan
pinjaman tersebut untuk kegiatan operasionalnya
Dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan
didefinisikan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Selain itu, disebutkan pula bahwa bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa sektor
perbankan menguasai sekitar 83% dari total aset seluruh industri keuangan

v
(Bank Indonesia, 2017). Maka dapat diprediksi jika ada sebuah kegagalan dalam
sistem perbankan, akan sangat berdampak kepada perekonomian Indonesia
Keberadaan fluktuasi menyebabkan krisis berulang, yang pada akhirnya
meninggalkan dampak bagi setiap negara, serta konsekuensi ekonomi yang
parah. Hal ini telah mendorong para peneliti untuk melihat penyebab utama
krisis atau tanda-tanda peringatan dini yang dapat memicu terjadinya krisis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abimanyu dan Imansyah (2008), krisis
keuangan yang terjadi di Indonesia antara tahun 1970 dan 1997 mengakibatkan
empat kali periode krisis, yaitu November 1978, April 1983, September 1986,
dan Agustus 1997, dengan menggunakan model sinyal dan rata-rata indeks krisis
ditambah dua standar deviasi.
Penelitian Shah dan Bhutta (2016) mengatakan bahwa yang menjadi
penyebab krisis perbankan konvensional adalah terjadinya kredit macet dengan
biaya yang tinggi oleh peminjam skala besar serta perbankan konvensional tidak
memfasilitasi peminjam dengan skala kecil. Selain itu, Yang (2017) mengatakan
bahwa krisis 2008 terjadi akibat bubble economy dimana barang yang
diperdagangkan tidak sesuai dengan nilai inrinsik barang tersebut. Dampak dari
krisis ini menyebabkan penurunan yang drastis terhadap nilai ekspor di Asia1
Pendapat ahli neoklasik dalam teori pertumbuhan ekonomi menyatakan
bahwa pendapatan awal merupakan faktor penting pertumbuhan, karena negara-
negara dengan pendapatan awal yang relatif lebih rendah akan tumbuh lebih
cepat dan menyusul lebih tinggi negara-negara yang berpenghasilan awal lebih
tinggi. Sedangkan akumulasi modal menurut mereka bertindak sebagai mesin
pertumbuhan dalam jangka pendek. Belakangan ini ahli teori pertumbuhan baru
berpendapat bahwa Foreign Direct Invesment (FDI) dan perdagangan luar negeri
amat penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dalam
jangka panjang, karena menciptakan eksternalitas positif melalui transfer
pengetahuan (Pandangan ahli diatas nampak sejalan dengan perkembangan
perekonomian Indonesia selama ini. Indonesia dengan pendapatan nasional yang
1
Aam Slamet Rusydiana, Irfan Nurfalah, and Nisful Laila, ‘Memprediksi Gejolak Perbankan Di
Indonesia Dengan Pendekatan Markov Switching Var’, Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 29.2 (2021),
93–112 <https://doi.org/10.14203/jep.29.2.2021.93-112>.

vi
relatif rendah sejak awal kemerdekaan (1945).
membangun perekonomiannya hingga sekarang selalu menargetkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hasil yang dicapai perekonomian Indonesia
saat ini membuktikan pertumbuhan yang kuat selama beberapa dekade, dan
dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi tinggi disertai dengan
volatilitas output menurun dan inflasi yang relatif stabil. Kinerja ekonomi yang
dicapai Indonesia tersebut dibentuk melalui kebijakan pemerintah dengan
pengembangan sumber daya alam dan tenaga kerja yang tersedia, bersamaan
dengan industrialisasi ekonomi dan keterbukaan perdagangan. Dengan laju
pertumbuhan ekonomi yangmenguat, kini Indonesia bangkit dan menjadi bagian
yang semakin penting dari perekonomian globa
dikasi dari ekspor yang melemah ke negara-negara tujuan utama (yakni:
Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan dan China), harga-harga
komoditas ekspor (seperti: migas, batubara, kelapa sawit, karet) yang menurun.
Pelambatan perekonomian Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang
tidak mencapai target. Badan Pusat Statistik (BPS, 2018), dengan merilis data
sepanjang 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 mencapai 5,07
persen, yang jauh dari target 5,20 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
hingga 2017 terungkap belum tumbuh secara merata di seluruh wilayah, bahkan
porsi pertumbuhan masih terpusat di: Pulau Jawa 58,49 persen, Pulau Sumatera
21,66 persen, Pulau Kalimantan 6,11 persen, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 3,11
persen, Pulau Maluku dan Pulau Papua 2,43 persen (Jakarta - Detik Finance,
2018). Perekonomian Provinsi Bali pada tahun 2017 juga memiliki pola yang
sama dengan perekonomian nasional. Perekonomian daerah ini tumbuh 5,59
persen dan turun 0,73 persen dibanding 2016 (BPS-Bali, 2018 ; Murthi 2018,
2019, 2020, 2023). Pada tahun 2017-2019
pertumbuhan ekonomi Bali masih di atas pertumbuhan ekonomi
nasional. Perekonomian Bali hingga saat ini didominasi sektor pariwisata, dan
nampak Kabupaten Badung berkontribusi tertinggi dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain. Kabupaten Badung mencapai pertumbuhan ekonomi 6,79
persen (2016) dan sedikit melambat menjadi 5,67 persen pada tahun 2017 akibat

vii
erupsi Gunung Agung tahun terakhir (BI, Denpasar, 2018). Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Badung tahun 2017, nampak masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Provinsi Bali. Keberhasilan meningkatkan prestasi
ekonomi daerah ke tingkat yang lebih tinggi, tidak selalu diikuti oleh
peningkatan mutu kehidupan masyarakat.
Kondisi seperti ini mengisyaratkan agar pembangunan daerah ke depan
lebih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Solusi tepat yang
diambil dalam mengatasi masalah ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi dan
mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat antar wilayah, di Indonesia
dilakukan dengan pemberian otonomi setiap daerah kabupaten/kota. Dasar
hukum pemberian otonomi daerah di Indonesia, adalah Undang-Undang
Otonomi Daerah (UU-OD) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan UU-OD ini Pemerintah Daerah diharapkan mampu
diberdayakan dalam penyelenggaraan pembangunan daerah secara luas, nyata,
dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan pembangunan daerah ditunjukan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dilaksanakan secara lebih aspiratif,
partisipatif dan demokratis, bersama seluruh pemangku kepentingan di daerah.
Pemerintah Indonesia bertekad membangun desa guna mewujudkan
program Nawacita, yang salah satunya adalah membangun Indonesia dari
pinggiran dengan cara memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan desa harus menjadi
prioritas dalam pembangunan nasional, karena sangat terkait dengan upaya
membangun Indonesia dari pinggiran dengan cara memperkuat daerah-daerah.
Maboguje (1980) berpendapat bahwa pembangunan pedesaan berkaitan erat
dengan peningkatan standar hidup bagi masyarakat pedesaan yang tinggal di
daerah pedesaan secara mandiri dengan berpendapatan rendah, melalui
mengubah struktur sosio-spasial kegiatan produktif mereka. Ini menyiratkan
reorganisasi dan mobilisasi komunitas desa yang luas dengan sumber daya yang
tersedia, akan dapat meningkatkan kapasitas komunitas desa dalam mengatasi
tugas sehari-hari kehidupan mereka secara efektif dan dengan perubahan yang

viii
diakibatkannya.2
Sejak tanggal 19 Agustus 1945, urusan pertanian, perdagangan, dan
perindustrian berada di bawa kementerian kemakmuran yang merupakan
Kabinet pertama Indonesia setelah kemerdekaan. dengan adanya peraturan
presiden Nomor 47 Tahun 2009 tetang pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara, maka Dapartemen Pertanian berubah menjadi
Kementerian Pertanian BerdasarkanPeraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2015, Kementerian Pertanian mempunyai tugas
menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian untuk membantu
Presiden dalam menyelengarakan pemerintahannegara. Selain itu Indonesia juga
memiliki Dinas Pertanian yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawa
dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas
pertanian mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pertanian 3dan
mensejahteraan tetapi menjadi boomerang disat ada wabah penyakit virus covid
19.
Covid-19, singkatan dari Coronavirus Disease 2019 yang dapat diartikan
sebagai penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia. Saat ini, dunia
tengah berjuang melawan pandemic Covid-19 ini, tentu bukan hal yang mudah
terlebih lagi virus ini sangat cepat menular. Hingga hari ini (29/6/2020)
berdasarkan data dari laman Worldmeters, total kasus Covid-19 di dunia
mencapai 10,250,322 kasus yang mana sebanyak 5,558,161 telah sembuh dan
504,498 orang meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri kasus yang
sudah terkonfirmasi sebanyak 54,010 kasus dengan angka kematian mencapai
2,754 kasus dan angka sembuh sebanyak 22,936. Pertama kali munculnya
Covid-19 di Indonesia, DKI Jakarta menjadi daerah dengan jumlah kasus
terbanyak. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu (saat ini) angka positif Covid-
19 tertinggi diduduki oleh Provinsi Jawa Timur dan Surabaya menjadi
2
Ngurah Wisnu Murthi, ‘Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Rangka Mewujudkan Badan Usaha
Milik Desa ( Bum Desa ) Yang Berkewirausaan Sosial’, 11.2 (2023), 1835–48.
3
Viktor Eko Transilvanus and others, ‘Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Di Dinas Pertanian Kabupaten Sikka’, Management Studies and
Entrepreneurship Journal, 4.1 (2023), 35–42 <http://journal.yrpipku.com/index.php/msej>.

ix
Kota yang paling banyak menyumbang. Bojonegoro juga menjadi salah
satu wilayah dengan jumlah kasus yang cukup tinggi dan menjadi wilayah
dengan zona merah yakni sebanyak 135 kasus yang dinyatakan positif dengan
data terakhir diupdate pada tanggal 30 Juni 2020. Penyebaran Covid19 di
Kabupaten Bojonegoro ini tersebar kedalam beberapa Kecamatan salah satunya
Kanor dengan jumlah kasus yang masih terbilang sedikit yakni 2 kasus posistif
( 1 kasus dala perawatan dan 1 pasien dinyatakan sembuh). Didalam situs web
Covid-19 Bojonegoro tidak ditampilkan 2 kasus tersebut berasal dari desa mana.
Di Desa Gedongarum, berdasarkan pengamatan penulis belum ada warga yang
dinyatakan positif Covid-19.
Meski begitu, Covid-19 ini merupakan virus yang sangat cepat
penyebarannya sehingga seluruh masyarakat di Desa Gedongarum harus tetap
menerapkan protocol kesehatan agar kondisi desa tetap aman dan terhindar dari
Covid-19 ini. Pandemi yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Tiongkok, ini
memberikan imbas yang besar pada perekonomian negara-negara di dunia
termasuk Indonesia yang mana nantinya ekonomi global akan melambat dan
akan sangat mempengaruhi dunia perindustrian. Beberapa dampak yang
merugikan bagi dunia industri diantaranya: Pertama, tekanan besar yang dialami
oleh perusahaan manufaktur otomotif yang mengakibatkan terhambatnya proses
produksi. Kedua, sektor pariwisata, transportasi, perhotelan, restoran, dan lain-
lain yang juga mengalami kerugian dan tidak berjalan dengan baik dikarenakan
adanya kebijakan physical distancing, PSBB dan lain sebagainya.
Ketiga, industri perfilman, media, dan pers yang harus menunda syuting,
penayangan film, pencarian konten dan beritapun menjadi terhambat. Keempat,
Sektor jasa yang mana mengabitkan orderan jasa menurun. Dan berbagai sector
industri lainnya (Abdul Malik Ibrahim, 2020). Dampak-dampak diatas
mengakibatkan banyak para pekerja yang terkena PHK, penurunan penghasilan
dan usaha-usaha yang mengalami kerugian bahkan harus menutup usahanya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintahan Indonesia untuk
meminimalisir angka kasus positif Covid-19 ini yakni dengan cara penerapan
phisical distancing, work form home (WFH), penggantian kegiatan belajar

x
mengajar dari tatap muka menjadi daring kepada seluruh tingkat pendidikan baik
formal maupun non formal, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
berbagai upaya lainnya.
Upaya-upaya tersebut terus diterapkan kepada seluruh masyarakat di
Indonesia tanpa terkecuali meski pada akhirnya terjadi penurunan
perekonomian. Dikutip dari situs bps.go.id, ekonomi Indonesia pada triwulan I-
2020 mengalami keterlambatan dibanding triwulan I-2019 yakni dari 5,07
persen menjadi 2,97 persen. Selain penurunan ekonomi juga banyak pekerja
yang di PHK, usaha-usaha yang terpaksa gulung tikar, penurunan penghasilan
bagi para pedagang, ojek online, supir angkutan umum dan lain sebagainya.
Semua lapisan masyarakat mengalami kerugian tersebut.4
Seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia juga melakukan refocusing dan
realokasi anggaran yang sama. Social safety net yang akan diberikan kepada
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui
Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu
Sembako atau Bantuan Pangan Non Tunai. Akan tetapi, program perlindungan
sosial yang digulirkan Pemerintah saat Pandemi Covid-19 ini tidak luput dari
kekisruhan. Melalui pemantauan media sosial twitter oleh Indef (2020),
kebijakan jaring pengaman sosial banyak direspon dengan sentimen negatif oleh
masyarakat dalam perbincangan di media sosial dengan topik yang paling
popular mengenai Pendataan Penerima Bansos yang tidak merata dan salah
sasaran5
Asumsinya, kemiskinan dan keterbelakangan merupakan predisposisi
menyebarnya berbagai penyakit, termasuk penyakit menular (Kartono, 2014).
Orang miskin dengan kekebalan tubuh yang rendah memiliki derajat kerentanan
tinggi tertular penyakit, termasuk virus Corona (Susilo, dkk., 2020). Meskipun
fakta lain menunjukkan, negara-negara maju dengan penduduk kaya seperti

4
Ni’matus Zakiyah and others, ‘Efektivitas Pelaksanaan Bantuan Sosial Dari Pemerintah Terhadap
Masyarakat Terdampak Covid-19 Di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro’,
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik, 15.2 (2020), 97 <https://doi.org/10.20961/sp.v15i2.43501>.
5
Nugrahana Fitria Ruhyana and Hadi Ferdiansyah, ‘Strategi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumedang
Dalam Penyaluran Bantuan Sosial Di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Khazanah Intelektual, 4.2 (2020),
789–804 (p. 17) <https://doi.org/10.37250/newkiki.v4i3.69>.

xi
China, AS, Italia, Inggris, Prancis, dll, ternyata tidak kebal terhadap wabah
penyakit menular6 Setelah Wabah COVID-19 dinyatakan sebagai bencana
nasional dan pandemi, beberapa wilayah melakukan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) guna mencegah penyebaran yang lebih banyak (Gorbiano et al,
2020). Hal ini menyebabkan dampak yang cukup signifikan terhadap
kelangsungan kehidupan masyarakat, karena interaksi sosial masyarakat
terbatasi yang akhirnya membuat aktivtas ekonomi terganggu, pekerjaan harian
menjadi tidak bisa dilakukan, dan banyaknya gelombang PHK oleh perusahaan
karena ketidakmampuan perusahaan mempertahankan karyawan dalam situasi
pandemi. Belum lagi akibat penurunan penghasilan tersebut, angka kriminalitas
bertambah sehingga pemerintah akhirnya memilih kebijakan untuk memberikan
bantuan sosial sebagai bentuk tanggung jawab negara kepada masyarakat untuk
mengantisipasi semua permasalahan sosial ekonomi terkait COVID-19.7

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penyebab Adanya Ketidak Sesuaian Data Pemerintah Dengan
Tersalurkannya Dana Bansos ?
2. Bagaimana Pemerintah Menanggapi Adanya Korupsi BANSOS Covid 19 di
kab. Bandung Barat?
3. Bagaimana Tanggapan Masyarakat Terkait Adanya Faktor Faktor
Penyelewengan Ketidak Relasinya Bansos ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Penyebab Adanya Ketidak Sesuaian Data Pemerintah
Dengan Tersalurkannya Dana BANSOS Covid 19 di kab. Bandung Barat ?
2. Untuk Mengetahui Pemerintah Menanggapi Adanya Korupsi Bansos ?
3. Untuk Mengetahui Tanggapan Masyarakat Terkait Adanya Faktor Faktor
6
Tapung Marianus Mantovanny and others, ‘Bantuan Sosial DanN PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI
MASYARAKAT PESISIR YANG TERDAMPAK SOSIAL-EKONOMI SELAMA PATOGENESIS
COVID-19 DI MANGGARAI’, Jurnal Abdidas, 1.5 (2020), 407–12 (p. 15)
<https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.84>.
7
Wildan Rahmansyah and others, ‘Pemetaan Permasalahan Penyaluran Bantuan Sosial Untuk
Penanganan Covid-19 Di Indonesia’, Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (PKN), 2.1 (2020), 90–102 (p.
13) <https://doi.org/10.31092/jpkn.v2i1.995>.

xii
Penyelewengan Ketidak Relasinya Bansos ?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memperluas pengetahuan dalam bidang yang
sama, khususnya mengenai penggunaan faktor-faktor terhambatnya
teralisaikannya bansos dari pemerintah yang tidak tanggung jawab atau ada
bebrepa oknum yang memang menginginkan uang dari BANSOS, akan hal
itu adanya teori yang memperkuat untuk melihat bahwa faktor penyalah
gunaan dari bBANSOS itu nyata.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk Lembaga, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan tambahan kepada lembaga terkait tentang dampak
ketiak terelisasikannya bansos kepada masyarakat dan aspke pemerintah
yang harus diperhatikan agar tidak adanya korupsi dari sisi manapun
b. Untuk Akademik, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi mahasiswa, terutama yang belajar di jurusan hukum ekonomi
syariah, serta menjadi panduan untuk penelitian selanjutnya. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
berguna bagi peneliti dan pengguna teknologi dan komunikasi untuk
mengambil langkah-langkah yang relevan dalam bidang terkait.

xiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penyaluran Dana Bansos
Penyaluran Bansos merupakan ruang lingkup pelayanan public Berdasarkan
Pasal 5 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik , ruang
lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta
pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Sehingga penyaluran bansos tersebut merupakan pelayanan jasa publik, yang
dilakukan oleh penyelenggaraan pelayanan publik yang memiliki kewenangan
untuk menyalurkan dana bansos. Persoalan penyaluran bansos ini, pada intinya
terkait dengan pengelolaan data. Hampir seluruh stakeholder yang memiliki
kewenangan untuk menyalurkan bansos memiliki data masing-masing, sehingga
di lapangan tentu akan menimbulkan banyak potensi masalah yang berujung
pada pengaduan.
B. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
penerimaan dan pengeluaran pada pemerintah daerah selama satu tahun
anggaran yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD disusun oleh Kepala Daerah, dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. TAPD terdiri atas
pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat lain sesuai dengan kebutuhan.
Tugas TAPD antara lain:
1. Membahas kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
2. Menyusun dan membahas rancangan KUA dan rencana perubahan KUA
3. Menyusun dan membahas rancangan PPAS dan rencana perubahan
PPAS
4. Melakukan verifikasi RKA SKPD
5. Membahas rancangan APBD, rancangan perubahan APBD, dan
rancangan pertanggungjawaban APBD
6. Membahas hasil evaluasi APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban APBD

xiv
7. Melakukan verifikasi rancangan DPA SKPD dan rancangan perubahan
DPA SKPD
8. Menyiapkan surat edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan
RKA
9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Fungsi APBD menurut PP No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah antara lain:
1. Otorisasi APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja di tahun berkenaan
2. Perencanaan APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun berkenaan
3. Pengawasan APBD menjadi pedoman untuk menilai kesesuaian antara
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
4. Alokasi APBD diarahkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan agar
dapat mengurangu pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Distribusi Kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
6. StabilisasiAPBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah.8

8
Pemerintah Daerah, ‘Mengenal Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Lebih Dekat
(Bagian 1)’, SITUS RESMI BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN
KUNINGAN, 2023 <https://bpkad.kuningankab.go.id/detail/mengenal-anggaran-pendapatan-dan-belanja-
daerah-apbd-lebih-dekat-bagian-1#:~:text=Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
rencana penerimaan dan,yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.>.

xv
Gambar 1. Anggaran APBD Jawa Barat 2021

xvi
Gambar 2. Anggaran APSD Jawa Barat 2021
Dari gambar diatas bahwasannya jawa barat memounyai APBD besar dengan begitu
kelayakan kehidupan seharusnya sudah bagus. 9

C. Pengertian Sosial Ekonomi

9
Kementerian Keuangan, ‘REGIONAL’, 2021.

xvii
Ekonomi merupakan ilmu sosial yang mempelajari cara masyarakat
mengelola sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang tidak terbatas. Tujuan utama ekonomi adalah untuk mencapai alokasi
sumber daya yang efisien guna mencapai kesejahteraan dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan Sosial adalah sesuatu yang dicapai dan ditetapkan dalam
interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintah. Seorang Ahli
berpendapat bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat.Peran sosial ekonomi dalam inovasi BMT sangat
penting, karena merupakan lembaga keuangan mikro yang memberikan layanan
keuangan kepada masyarakat, terutama yang berprinsip syariah.
D. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat merupakan konsep yang mencakup berbagai
aspek kehidupan manusia yang melibatkan kesehatan, ekonomi, pendidikan,
lingkungan, sosial, dana dimensi lain yang secara kolektif berkontribusi
terhadap kehidupan yang baik dan memadai bagi seluruh anggota masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat bukan hanya sebatas indikator ekonomi seperti
pendapatan atau produktivitas, tetapi juga mencakup faktor-faktor non-materiil
yang mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan individu dalam suatu
kelompok sosial
E. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan secara awam, dapat didefinisikan sebagai kondisi tentang
sebuah fenomena di dunia yang berupa kekurangan dalam segala hal. Baik tidak
memiliki cukup uang untuk bisa memenuhi bahkan mencukupi kebutuhan dasar,
berupa makanan, pakaian yang layak, tempat tinggal maupun aktivitas lain.
Lebih dari itu kemiskinan mencakup berbagai hal, seperti tidak bisa bersekolah
dengan layak ataupun berobat ke rumah sakit dengan semestinya. Di Indonesia
salah satu tolak ukur kemiskinan adalah dengan menggunakan garis kemiskinan.
Kemudian menurut Undang - undang Nomor 24 Tahun 2004, kemiskinan dapat
diartikan sebagai sebuah kondisi sosial ekonomi seorang atau sekelompok orang
yang tidak terpenuhinya hak – hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Ragnar Nurkse (1953)

xviii
berpendapat mengenai kemiskinan dengan cara yang berbeda,
dimana beliau mengemukakan teori yang bernama Vicious Cycle of
Poverty (Lingkaran Setan Kemiskinan). Secara singkat dalam teori ini dijelaskan
bahwa jika ada kemiskinan yang tidak berujung nantinya, semua unsur ataupun
faktor penyebab kemiskinan ini akan saling berhubungan. Ada berbagai macam
permasalahan yang dapat menjadi penyebab adanya kemiskinan, diantaranya
adalah : 1. Kualitas SDM dari berbagai segi (Faktor internal, Pendidikan,
Kesehatan, dll) 2. Adanya pengangguran karena terbatasnya lapangan kerja 3.
Bencana alam, wabah, maupun konflik di suatu negara maupun wilayah10
F. Pengertian Hambatan ekonomi
Hambatan dalam ekonomi sirkular biasanya mengacu pada kendala dan
tantangan yang dapat menghalangi atau memperlambat adopsi dan implementasi
prinsip-prinsip ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular adalah sebuah model ekonomi yang bertujuan untuk
memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah dari suatu bahan mentah,
komponen, produk, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin,
sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh
pendekatan ekonomi linear (membuat, gunakan, buang).
Konsep ekonomi sirkular didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu
mengurangi sampah dan polusi, menggunakan produk atau bahan secara terus-
menerus, dan memperbarui sistem alam. Dalam ekonomi sirkular, sumber bahan
baku dari produk berasal dari bahan yang didaur ulang, sehingga sampah, emisi,
dan energi yang terbuang dapat diminimalisasi.
1. Infrastruktur yang tidak memadai
Salah satu hambatan dalam ekonomi sirkular yang pertama adalah
Keterbatasan infrastruktur, seperti kurangnya fasilitas daur ulang, sistem
pengumpulan limbah yang tidak efisien, atau kurangnya pusat pemrosesan
dan pengolahan limbah, dapat menjadi hambatan dalam menerapkan praktik
ekonomi sirkular.Diperlukan investasi dan pengembangan infrastruktur yang
10
Aprilia Rahma and Rr.Retno Sugiharti, ‘Pengaruh Pendidikan, Tenaga Kerja Dan Kesehatan Terhadap
Kemiskinan (Studi Kasus Pada Provinsi Bali)’, 5–2003 ,)2022( 5.8.5.2017 ,‫( הארץ‬p. 15) <www.aging-
us.com>.

xix
memadai untuk mendukung aliran produk yang berkelanjutan.
2. Keterbatasan teknologi
hambatan dalam ekonomi sirkular yang kedua, Kadang-kadang,
teknologi yang diperlukan untuk mendukung praktik ekonomi sirkular
mungkin belum sepenuhnya matang atau tersedia secara luas. Misalnya,
proses daur ulang yang efisien, metode pemulihan energi, atau sistem
manajemen rantai pasok yang terintegrasi.
3. Keterbatasan teknologi ini dapat menjadi hambatan dalam menerapkan prinsip
ekonomi sirkular secara luas.
4. Kebiasaan konsumen
Kebiasaan konsumen yang mengarah pada pemakaian berlebihan,
pemborosan, dan siklus pemakaian singkat produk dapat menjadi hambatan
dalam menciptakan sistem ekonomi sirkular. Perubahan perilaku konsumen
diperlukan untuk mengadopsi pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan
berkelanjutan.
5. Ketidakpastian pasar
Tidak adanya pasar yang mapan untuk produk daur ulang atau bahan
baku sekunder dapat menjadi hambatan dalam menerapkan ekonomi sirkular.
Ketidakpastian harga, permintaan yang rendah, atau kurangnya kesadaran pasar
tentang nilai produk daur ulang dapat membuat sulit bagi bisnis untuk
membangun model bisnis berkelanjutan.11
G. Pengertian Korupsi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah
dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis
tindak pidana korupsi. Pasalpasal tersebut menerangkan secara terperinci
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi.
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
11
Dwi Anugrah, ‘Hambatan Dalam Ekonomi Sirkular’, Fakultas EKononi Dan Bisnis, 2019
<https://feb.umsu.ac.id/hambatan-dalam-ekonomi-sirkular/>.

xx
o Kerugian keuangan negara
o Suap-menyuap
o Penggelapan dalam jabatan
o Pemerasan
o Perbuatan curang
o Benturan kepentingan dalam pengadaan
o Gratifikasi
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan
diatas, masih ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak
pidana korupsi yang tertuang pada U U No.31 Tahun 1999 jo. UU No.
20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi itu adalah: 1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi 2.
Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar 3.
Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 4. Saksi atau
ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu 5. Orang
yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu 6. Saksi yang membuka identitas pelapor 5
Pasal-pasal berikut dibawah ini dapat dikaitkan dengan tindak pidana
korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri Pasal 2 UU No. 31 Tahun
1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: (1) Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (2) Dalam hal tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Rumusan korupsi pada Pasal
2 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf

xxi
a UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya kata
”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian negara” pada
UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling
banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah
suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-
unsur:
1. Setiap orang atau korporasi;
2. Melawan hukum;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan atau 6 denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Rumusan korupsi
pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam Pasal 1 ayat
(1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya
kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian negara” pada
UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling
banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah
suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-
unsur: 1. Setiap orang; 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi; 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana; 4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 12

BAB III
12
Ardisasmita Syamsa, ‘Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum Dan E-Announcement Untuk Tata
Kelola Pemerintahan Yang Lebih Terbuka, Transparan Dan Akuntabel’, Komisi Pemberantasan Korupsi
Republik Indonesia, 2006, 1–21 (p. 21).

xxii
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengumpulkan
dan menganalisis data mengenai adanya faktor penghambat adanya ketidak
realisasinya BANSOS Covid 19 media sosial, dan gaya hidup hedonis dalam
konteks perilaku konsumtif masyarakat Indonesia.
2. Pendekatan Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah survei. Survei
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang mewakili
berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
3. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di
kawasan perkotaan yang memiliki tingkat akses yang signifikan terhadap
teknologi dan layanan online bagaiman terealisasikannya BANSOS Covid 19
pada tahun 2020
4. Sumber Data
Dalam penelitian, penelitian bertindak sebagai suatu intrumen yang
mengharuskan untuk turun secara langsung kelapangan yang menjadi objek
penelitian, dalam penelitian dengan jenis kualittatif, sedangkan sumber data
adalah data primer dan sekunder sebagai berikut:
1. Sumber data sekunder ialah data data yang berasal dari dokumen yang
didapatkan dari kajian kepustakaan dari jurnal, buku, dan website
adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melihat dokumentasi rekam jejak Data yang dikumpulkan , selanjutnya
menggunakan pendekatan kualilatif dengan Langkah-langkah sebagai berikut

1. Mempelajari semua data lalu dikumpulkan data sekunder


2. Menyatukan seluruh data kedalam satuan-satuan sesuai dengan masalah
yang diteliti

xxiii
3. Melakukan validasi data sekunder dengan membandingkan data yang
ada
4. Melakukan analisis sesuai dengan variable sekunder yang ada

BAB IV

xxiv
PEMBAHASAN
A. Total Penduduk Kabupaten Bandung
Penduduk sekitaran kabupaten bandung merupakan Kawasan dengan
jumlah penduduk lumayan banyak dikarenakan untuk 2022 banyaknya
pembangunan yang dilakukan yang membuat kabupaten bandung mempunyai
arus ekonomi lumayan berkembang terlepas karena adanya tempat
pemerintahan, sekolah, ataupun ada nya perguruan tinggi yang dimana
menambah rasio pendapatan ekonomi harian di masyarakat. Berikut data yang
disajikan
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan (Jiwa)
No Kecamatan Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
.
1 Ciwidey 86445 87815 89436
2 Rancabali 51096 51403 51846
3 Pasirjambu 91191 92302 93667
4 Cimaung 86075 87419 89013
5 Pangalengan 154286 155718 157568
6 Kertasari 71255 71763 72462
7 Pacet 115066 116452 118158
8 Ibun 87020 88154 89534
9 Paseh 136202 137880 139939
10 Cikancung 96710 98230 100031
11 Cicalengka 122162 123452 125079
12 Nagreg 58408 59363 60488
13 Rancaekek 185499 187396 189801
14 Majalaya 160617 161426 162658
15 Solokanjeruk 86786 87688 88829
16 Ciparay 172589 174756 177408
17 Baleendah 263724 267934 272914
18 Arjasari 105593 107073 108853
19 Banjaran 132184 133989 136169

xxv
20 Cangkuang 79665 81291 83163
21 Pameungpeuk 84557 86045 87786
22 Katapang 130417 132675 135321
23 Soreang 116651 117897 119463
24 Kutawaringin 102455 103791 105415
24 Margaasih 148544 150014 151890
25 Margahayu 121608 121623 121952
26 Dayeuhkolot 107186 107200 107490
27 Bojongsoang 112671 113645 114924
28 Cileunyi 186543 189099 192184
29 Cilengkrang 56018 57037 58224
30 Cimenyan 114567 115626 116995
31 Kabupaten Bandung 3623790 3666156 3718660
Jumlah total 7161135 7332312 7437320
B. Jumlah Dana Yang Harus Di Realisasikan
Menyusul mewabahnya Covid-19 di Indonesia yang pertama kali
terdeteksi pada awal Maret 2020, Presiden Joko Widodo pada 31 Maret 2020
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1
tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi Covid-19. Dalam Perpu tersebut disebutkan bahwa
fokus penanganan pandemi dan realokasi anggaran diutamakan pada 3 sektor,
yaitu kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), dan pemulihan
perekonomian. Pemerintah kemudian melakukan realokasi dan refocusing
APBN 2020 sebesar Rp 233,69 triliun (34%) dari Rp 695,2 triliun anggaran
penanganan Covid-19 untuk perlindungan sosial. Anggaran ini belum termasuk
anggaran bansos yang dialokasikan oleh pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/ kota. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri.
Tito Karnavian, menginstruksikan diterapkannya kebijakan serupa di
daerah. Dalam Instruksi Mendagri No. 1 tahun 2020, pemerintah daerah
diperintahkan untuk melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-
19, termasuk untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat. Anggaran

xxvi
yang dialokasikan oleh pemerintah daerah dalam APBD berbeda-beda,
tergantung pada kebijakan dan kemampuan keuangan masing-masing daerah.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebut bahwa total
APBN, APBD, dan dana desa yang dialokasikan untuk penanganan Covid-19
totalnya mencapai Rp 801,86 triliun. Untuk tahun 2021, pemerintah melanjutkan
program penanganan Covid19 dan pemulihan ekonomi nasional dengan
anggaran sebesar Rp 699,43 triliun.
Dana bansos COVID-19 yang diterapkan di Kabupaten Bandung pada tahun
2021 memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat yang terdampak
pandemi. Berikut adalah beberapa aspek dampak dari dana bansos tersebut:
1. Dampak EkonomiDana bansos COVID-19 membantu masyarakat yang
mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi. Bantuan ini memungkinkan
mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan
kebutuhan sehari-hari lainnya. Diharapkan bantuan ini dapat membantu
masyarakat mengatasi kesulitan finansial.
2. Dampak SosialDana bansos COVID-19 juga memiliki dampak positif secara
sosial. Bantuan ini dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bantuan tersebut juga
memperkuat rasa solidaritas dan kepedulian di antara anggota masyarakat.
3. Dampak Kesehatan: Dana bansos COVID-19 digunakan untuk mendukung
upaya penanganan kesehatan masyarakat. Bantuan ini dapat digunakan untuk
membeli alat kesehatan, obat-obatan, dan mendukung program vaksinasi
COVID-19. Dengan bantuan ini, diharapkan masyarakat dapat memperoleh
akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan.
Masalah sosialisasi bansos yang minim kepada masyarakat. Banyak
masyarakat tak tahu, berapa seharusnya nominal bansos yang mereka terima
atau apa saja rincian sembako yang menjadi hak mereka. Alhasil, masyarakat
juga kesulitan dalam memeriksa, apakah bansos yang diterimanya sudah sesuai
atau tidak. Ditambah lagi pemberitahuan pengambilan Bantuan Sosial Tunai
(BST) ke kantor pos seringkali disampaikan mendadak sehingga menimbulkan
kerumunan. ICW menerima aduan hangusnya BST di Kampung Nelayan,

xxvii
Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Jabung Barat, Jambi untuk sejumlah warga
akibat kurang baiknya penginformasian kepada masyarakat. Warga yang
terdaftar sebagai penerima BST melaporkan bahwa mereka tidak menerima
undangan dan pemberitahuan pengambilan BST dari kantor pos Kuala Tungkal.
Saat warga berinisiatif menanyakan kejelasan pencairan bansos tahap II, pihak
kantor pos menyebut bahwa data masyarakat diblokir karena masyarakat tidak
aktif mengambil BST tahap I. Setelah didesak warga, pihak kantor pos memberi
bantuan tahap II, sedangkan tahap I tetap dinyatakan hangus karena sudah
melewati batas waktu pengambilan.
Persoalan pungutan liar dan pemotongan bansos dengan berbagai modus.
Dua kasus ini menjadi kasus yang paling banyak masyarakat laporkan kepada
ICW dan jaringan antikorupsi yang tersebar di 13 daerah pada 2 Juni hingga 30
Agustus 2020. Pungutan liar yang dilaporkan berkisar Rp 10.000,- hingga Rp
200.000,- dengan berbagai modus, mulai dari uang transportasi, uang lelah,
hingga pengurusan surat pengganti dokumen kependudukan yang menjadi syarat
pengambilan bansos. Pungutan liar oleh oknum pemerintah desa dengan modus
pembuatan surat pengganti dokumen kependudukan yang dibutuhkan sebagai
syarat pengambilan bansos menjadi modus yang paling sering ditemukan. Di
daerah terpencil yang jauh dari kantor pos, BST disalurkan melalui pihak desa.
Pemilihan kantor pos sebagai tempat pengambilan bansos tunai. Dalam
prakteknya sering menimbulkan kerumunan masyarakat dengan pemantauan
atas protokol kesehatan yang minim. Selain menimbulkan kerumunan,
pengambilan bansos ke kantor pos juga rentan pungli, hangus, dan jika
masyarakat tidak mengambil tepat waktu, masyarakat harus mengambil ke
kantor pos pusat yang jaraknya bisa jadi lebih jauh dari tempat tinggalnya.
Mengapa pemerintah tidak bekerjasama dengan bank daerah untuk penyaluran
bansos? Pemantauan penyaluran BLT oleh Pemprov Jawa Timur dilakukan
melalui Bank Jatim. Ada pengelompokan jadwal pengambilan bansos dan
jangka waktu pengambilannya lebih luang sehingga dapat menghindari
terjadinya kerumunan.
Meskipun dana bansos COVID-19 memberikan dampak positif, penting untuk

xxviii
memastikan penggunaannya tepat dan efisien. Pengawasan dan transparansi
dalam penggunaan dana bansos sangat penting untuk memastikan bahwa
bantuan tersebut sampai kepada yang membutuhkan dengan tepat dan tidak
disalahgunakan.13
C. Rentan Usia

Berdasarkan penemuan informasi, ditemukan bahwa pada tahun 2021, program


bansos COVID-19 di Kabupaten Bandung ditujukan kepada masyarakat yang
terdampak pandemi. Meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai rentan
usia penerima bansos, umumnya program tersebut menyasar keluarga miskin
dan rentan miskin yang terdampak secara ekonomi.

Penerima bansos COVID-19 dapat meliputi kelompok yang rentan seperti ibu
hamil, anak usia dini, penyandang disabilitas berat, lansia, dan keluarga yang
kehilangan pekerjaan atau penghasilan akibat pandemi. Namun, untuk
mendapatkan kriteria penerima bansos yang lebih rinci, disarankan untuk
menghubungi instansi terkait seperti Dinas Sosial Kabupaten Bandung atau
Kementerian Sosial.

D. Analisis Swot
Dalam menganalisis SWOT terkait kesulitan terealisasikannya bansos
COVID-19 di Kabupaten Bandung pada tahun 2021, ada beberapa poin yang dapat
diuraikan:
1. Kekuatan (Strengths)
 Komitmen Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah mungkin memiliki komitmen
yang kuat untuk menyediakan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
 Jaringan Sosial dan Organisasi: Kabupaten Bandung mungkin memiliki jaringan
sosial dan organisasi masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
distribusi bansos.

13
Balebengong Bali, ‘Bantuan Sosial Di Tengah Pandemi Covid-19 : Analisis Persoalan Dan
Rekomendasi Kebijakan’, Www.Antikorupsi.Org, 2020, 9.

xxix
2. Kelemahan (Weaknesses)**:
 Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran, tenaga kerja, dan infrastruktur
distribusi bisa menjadi kelemahan dalam menyelenggarakan bansos secara efektif.
 Kurangnya Koordinasi: Kurangnya koordinasi antara lembaga pemerintah,
lembaga sosial, dan masyarakat dapat menghambat efisiensi distribusi bansos.
3. Peluang (Opportunities)
 Peningkatan Kerjasama Antarlembaga: Ada peluang untuk meningkatkan
kerjasama antara pemerintah daerah, lembaga sosial, dan sektor swasta untuk
meningkatkan efektivitas distribusi bansos.
 Pemanfaatan Teknologi: Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dapat meningkatkan efisiensi dalam manajemen dan pelaksanaan bansos.
4. Ancaman (Threats)
 Perubahan Kebijakan: Ancaman terbesar mungkin adalah adanya perubahan
kebijakan dari pemerintah pusat atau provinsi yang dapat mengganggu
perencanaan dan pelaksanaan bansos di tingkat kabupaten.
 Faktor Eksternal Tidak Terduga: Ancaman dari faktor eksternal yang tidak
terduga, seperti bencana alam atau kondisi politik yang tidak stabil, juga perlu
dipertimbangkan.
Dengan mempertimbangkan analisis SWOT ini, pemerintah daerah Kabupaten
Bandung dapat mengidentifikasi strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang
yang ada, sambil mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman yang mungkin
terjadi dalam rangka meningkatkan efektivitas program bansos COVID-19.

E. Korupsi BANSOS Covid 19 2021 Di Kabupaten Bandung


Ia mengungkapkan, dalam perkara ini, KPK menetapkan tiga orang sebagai
tersangka. Satu orang sebagai tersangka penerima yakni AUS (Bupati Bandung
Barat Periode 2018-2023). Dua orang sebagai tersangka pemberi adalah MTG dan
AW (Anak AUS serta pihak swasta).
KPK menduga AUS merekayasa penunjukan penyedia pengadaan paket
bahan pangan bansos. Hasil dari rekayasa tersebut, AW diduga mendapatkan proyek
pengadaan senilai Rp36 miliar dan MTG mendapatkan proyek pengadaan senilai

xxx
Rp15,8 miliar. Dari pegadaan tersebut, AUS diduga telah menerima uang sejumlah
sekitar Rp1 miliar. Dua tersangka lain dari pihak swasta juga diduga memperoleh
keuntungan. MTG diduga telah menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp2 milliar
dan AW diduga menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp2,7 miliar.
Atas perbuatan tersebut, AUS disangkakan melanggar Pasal 12 huruf i dan
atau Pasal 15 dan Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
jo Pasal 56 KUHP.
Dua tersangka lain, AW dan MTG disangkakan melanggar Pasal 12 huruf i
dan atau Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke-1 jo pasal 56
KUHP.14

14
Untung S, ‘KPK Tahan Bupati Bandung Barat Terkait Kasus Bansos COVID-19’, INFO PUBLIK
PORTAL BERITA INFO PUBLIK, 2021
<https://www.infopublik.id/kategori/nasional-politik-hukum/525383/kpk-tahan-bupati-bandung-barat-
terkait-kasus-bansos-covid-19>.

xxxi
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakrealisasian
Bantuan Sosial (Bansos) COVID-19 di Kabupaten Bandung Barat dapat
disimpulkan sebagai berikut:
• Salah satu faktor utama adalah kurangnya data yang akurat dan terbaru
mengenai penerima bansos, yang dapat menyebabkan bansos tidak tepat
sasaran karena ketersediaan data yang tidak lengkap atau tidak mutakhir
• Infrastruktur yang terbatas dan aksesibilitas yang sulit ke wilayah-
wilayah terpencil atau daerah yang sulit dijangkau menjadi penghambat
distribusi bansos secara efektif.
• Proses penyaluran bansos yang lambat serta kurangnya koordinasi antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga terkait juga menjadi
faktor utama ketidakrealisasian bansos.
• Kurangnya transparansi dalam proses seleksi penerima bansos serta
proses penyaluran yang tidak jelas dapat menimbulkan ketidakpuasan
dan keraguan di kalangan masyarakat.
• Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia dalam pelaksanaan
penyaluran bansos juga mempengaruhi ketidakrealisasian bansos.
Dengan memahami faktor-faktor di atas, pihak terkait di Kabupaten
Bandung Barat dapat mengambil langkah-langkah perbaikan yang lebih efektif,
seperti perbaikan dalam pengelolaan data, peningkatan infrastruktur dan
aksesibilitas, perbaikan proses koordinasi, peningkatan transparansi, serta
peningkatan alokasi anggaran dan sumber daya yang memadai untuk
memastikan bahwa bansos COVID-19 dapat disalurkan secara tepat sasaran dan
efisien kepada masyarakat yang membutuhkan.
B. SARAN
Saran-saran untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi

xxxii
ketidakrealisasian Bantuan Sosial (Bansos) COVID-19 di Kabupaten Bandung
Barat dapat diringkas sebagai berikut:Peningkatan Pengelolaan Data, pemerintah
Diperlukan pembaruan dan pemeliharaan data secara berkala untuk memastikan
keakuratan dan keaktualan informasi mengenai penerima bansos, melalui kerja
sama antara pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat setempat.
Perbaikan Infrastruktur dan Aksesibilitas, Investasi dalam pengembangan
infrastruktur dan peningkatan aksesibilitas ke wilayah-wilayah terpencil atau
sulit dijangkau diperlukan untuk mempercepat distribusi bansos ke masyarakat
yang membutuhkan.. Optimalisasi Proses Penyaluran dan Koordinasi, Perlu
meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam proses penyaluran bansos dengan
memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
lembaga terkait, serta pembentukan tim koordinasi dan monitoring yang efektif.
Transparansi dan Keterbukaan,
Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dalam proses seleksi
penerima bansos dan memberikan informasi yang jelas serta mudah diakses
kepada masyarakat mengenai mekanisme penyaluran bansos. Penambahan
Anggaran dan Sumber DayaPerlu alokasi anggaran yang memadai serta
peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelaksanaan penyaluran bansos, untuk memastikan distribusi bansos yang efektif
dan tepat sasaran.
Saran ini semoga kedepannya Dengan menerapkan langkah-langkah ini,
diharapkan dapat mengurangi dampak dari faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakrealisasian bansos COVID-19 di Kabupaten Bandung Barat, sehingga
bantuan tersebut dapat lebih efektif dan bermanfaat bagi masyarakat yang
membutuhkan. Adapun jika tulisan ini belum dikatakan sempurna, mohon untuk
koreksinya dengan tanpa menjatuhkan siapapun.

xxxiii
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Dwi, ‘Hambatan Dalam Ekonomi Sirkular’, Fakultas EKononi Dan Bisnis,
2019 <https://feb.umsu.ac.id/hambatan-dalam-ekonomi-sirkular/>
Bali, Balebengong, ‘Bantuan Sosial Di Tengah Pandemi Covid-19 : Analisis Persoalan
Dan Rekomendasi Kebijakan’, Www.Antikorupsi.Org, 2020, 9
Daerah, Pemerintah, ‘Mengenal Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Lebih Dekat (Bagian 1)’, SITUS RESMI BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAN ASET DAERAH KABUPATEN KUNINGAN, 2023
<https://bpkad.kuningankab.go.id/detail/mengenal-anggaran-pendapatan-dan-
belanja-daerah-apbd-lebih-dekat-bagian-1#:~:text=Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana penerimaan dan,yang dipimpin oleh
Sekretaris Daerah.>
Keuangan, Kementerian, ‘REGIONAL’, 2021
Mantovanny, Tapung Marianus, Max Regus, Marsel Ruben Payong, Stefanus Turibus
Rahmat, and Frederikus Maigahoaku Jelahu, ‘Bantuan Sosial DanN
PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT PESISIR YANG
TERDAMPAK SOSIAL-EKONOMI SELAMA PATOGENESIS COVID-19 DI
MANGGARAI’, Jurnal Abdidas, 1.5 (2020), 407–12
<https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.84>
Murthi, Ngurah Wisnu, ‘Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Rangka
Mewujudkan Badan Usaha Milik Desa ( Bum Desa ) Yang Berkewirausaan
Sosial’, 11.2 (2023), 1835–48
Rahma, Aprilia, and Rr.Retno Sugiharti, ‘Pengaruh Pendidikan, Tenaga Kerja Dan
Kesehatan Terhadap Kemiskinan (Studi Kasus Pada Provinsi Bali)’, ,‫הארץ‬
5–2003 ,)2022( 5.8.5.2017 <www.aging-us.com>
Rahmansyah, Wildan, Resi Ariyasa Qadri, RTS Ressa Anggia Sakti, and Syaiful
Ikhsan, ‘Pemetaan Permasalahan Penyaluran Bantuan Sosial Untuk Penanganan
Covid-19 Di Indonesia’, Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (PKN), 2.1 (2020),
90–102 <https://doi.org/10.31092/jpkn.v2i1.995>

xxxiv
Ruhyana, Nugrahana Fitria, and Hadi Ferdiansyah, ‘Strategi Kebijakan Pemerintah
Kabupaten Sumedang Dalam Penyaluran Bantuan Sosial Di Masa Pandemi Covid-
19’, Jurnal Khazanah Intelektual, 4.2 (2020), 789–804
<https://doi.org/10.37250/newkiki.v4i3.69>
Rusydiana, Aam Slamet, Irfan Nurfalah, and Nisful Laila, ‘Memprediksi Gejolak
Perbankan Di Indonesia Dengan Pendekatan Markov Switching Var’, Jurnal
Ekonomi Dan Pembangunan, 29.2 (2021), 93–112
<https://doi.org/10.14203/jep.29.2.2021.93-112>
S, Untung, ‘KPK Tahan Bupati Bandung Barat Terkait Kasus Bansos COVID-19’,
INFO PUBLIK PORTAL BERITA INFO PUBLIK, 2021
<https://www.infopublik.id/kategori/nasional-politik-hukum/525383/kpk-tahan-
bupati-bandung-barat-terkait-kasus-bansos-covid-19>
Syamsa, Ardisasmita, ‘Definisi Korupsi Menurut Perspektif Hukum Dan E-
Announcement Untuk Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Terbuka, Transparan
Dan Akuntabel’, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, 2006, 1–21
Transilvanus, Viktor Eko, Yosef Tonce, Paulus Juru, Maria Nona Dince, Milixia
Natalia Sea, and Nusa Nipa, ‘Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Di Dinas Pertanian
Kabupaten Sikka’, Management Studies and Entrepreneurship Journal, 4.1 (2023),
35–42 <http://journal.yrpipku.com/index.php/msej>
Zakiyah, Ni’matus, Liana OKtavia, Fatkhul Khairiyah, and Muhammad Afthon Ilman,
‘Efektivitas Pelaksanaan Bantuan Sosial Dari Pemerintah Terhadap Masyarakat
Terdampak Covid-19 Di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor Kabupaten
Bojonegoro’, Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik, 15.2 (2020), 97
<https://doi.org/10.20961/sp.v15i2.43501>

xxxv

Anda mungkin juga menyukai