Anda di halaman 1dari 86

MAKALAH

PERMINTAAN UANG DAN PEMBIAYAAN SEKTOR


PUBLIK
Dosen : Dr. Syahriyah Semaun, S.E. M.M

OLEH:

MUH. ILYAS
2220203860102006

BUNGA PURNAMASARI
2220203860102007

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2023

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahya, sehingga kami dapat

meyelesaikan penyusunan makalah “ Permintaan uang dan pembiayaan sektor

publik “ ini. Tak lupa shalawat kita curahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari alam gelap ke alam terang

benerang.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.

Syahriyah Semaun, S.E, M.M, sebagai dosen pengampuh mata kuliah ini yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan berlangsung.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini ada kekurangan


baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan

lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca

yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Permintaan uang

dan pembiayaan sektor publik ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga

dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Kelompok V

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

C. Tujuan ...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Permintaan Uang ...................................................................................... 5

1. Permintaan Uang Dalam Ekonomi Konvensional ................................. 6

2. Permintaan Uang Dalam Ekonomi Islam .............................................. 7

3. Teori Permintaan Uang Klasik ........................................................... 19

4. Teori Permintaan Uang Modern (Teori Keynes) ................................ 21

B. Pembiayaan Sektor Publik ...................................................................... 24

1. Pembiayaan Sektor Publik Oleh Pemerintah ....................................... 24

2. Pembiayaan Sektor Publik Dalam Ekonomi Konvensional dan Dalam

Ekonomi Islam ................................................................................... 43

3. Implikasi Pembiayaan Sektor Publik Oleh Pemerintah ....................... 64

a. Dampak Pajak Terhadap Sistem Ekonomi ..................................... 66

b. Dampak Pajak Terhadap Sistem Komposisi Produksi .................... 68

c. Dampak Pajak Terhadap Usia Kerja .............................................. 69

d. Dampak Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan ............................. 70

4. Kebijakan Pengeluaran dan Pengelolaan Keuangan Publik Oleh

Negara............. ................................................................................... 72

III
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 79

B. Saran ...................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi otoritas kebijakan

moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Analisispermintaan uang merupakan suatu analisis besaran-besaran ekonomi yang

dibutuhkan untuk mendukung suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah di bidang

moneter. Pemerintah, dalam hal ini adalah Bank Indonesia dapat menempuh suatu

kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas moneter.1 Mengingat

pentingnya kestabilan permintaan uang, maka banyak literatur yang membahas aspek

teoritis maupun empiris mengenai permintaan uang di berbagai negara, baik negara maju

maupun negara berkembang, telah menjadi pekerjaan hampir semua ekonom untuk mampu

memprediksi perekonomian, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Menurut Friedman dalam kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam

menentukan kestabilan ekonomi dengan kontrol besaran-besaran ekonomi yang kuat.2

Sehingga, studi empiris dan pengembangan model mengenai permintaan uang menjadi

penting dilakukan baik di negara maju maupun berkembang untuk menjaga kestabilan

moneter dan kestabilan ekonomi pada umumnya. Dengan melihat keadaan ekonomi negara

berkembang yang rentan akan ketidakstabilan, maka studi untuk memperkirakan kondisi

ekonomi dan moneter di negara berkembang menjadi hal yang urgent untuk dilakukan,

1
Nano Prawoto, “Permintaan Uang Di Indonesia: Konsep Keynesian Dengan Pendekatan PAM,” Jurnal Ekonomi &
Studi Pembangunan 1, no. 1 (2000).
2
Nano Prawoto, “Money Demand: A Study on the Indonesian Influential Factors,” Economic Journal of Emerging
Markets (2010): 223–236.

1
bahkan hal itu juga dilakukan oleh negara maju. Seperti Hwang yang melakukan penelitian

tentang permintaan uang di Korea, menemukan bahwa dalam keseimbangan jangka

panjang pendapatan riil masyarakat dan tingkat bunga tetap berpengaruh terhadap M2,

sedangkan untuk M1 variabel tersebut tidak terlalu berpengaruh. Kesimpulan yang penting

dari penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa M2 sangat berkaitan dengan pendapatan

dan tingat bunga dan keterkaitan ini menjadi acuan dalam kestabilan permintaan uang. 3

Pembiayaan sektor publik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

mengkonsep dan mengatur tatanan pemerintahan daerah untuk mengembangkan suatu

daerah demi kemaslahatan mayarakat banyak. Oleh sebab itu hukum ekonomi syari’ah

sangat penting untuk memahami konsep pembiayaan sektor publik baik itu secara

peraturan perundang-undangan dan secara kajian hukum ekonomi syari’ah. Segala

aktifitasnya sektor publik tersusun di seluruh kegiatan dan program kerjanya dalam sebuah

anggaran. Peran utama dari pemerintah dalam pembiayaan sektor publik adalah penyedia

informasi pembiayaan yang akan digunakan oleh pemerintah dalam melakukan fungsi

perencanaan dan pengendalian pembiayaan sektor publik. 4

Pembiayaan sektor publik adalah alat untuk mengatur tatanan suatu daerah supaya

mengalami peningkatan perekonomian yang membaik dari tahun ketahun. Bapak Eko

Meidianto menyatakan bahwa Pembiayaan sektor publik oleh pemerintah merupakan

bagian terpenting dari menyediakan sarana, prasarana, fasilitas pelayanan publik yang

mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai dan memberikan pertanggung

jawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan serta membantu masyarakat dalam

3
Mohsen Bahmani-Oskooee and Yongqing Wang, “How Stable Is the Demand for Money in China?,” Journal of
Economic Development 32, no. 1 (2007): 21.
4
Agus Munandar et al., “Tinjauan Literatur Sistematis: Penyelesaian NPF Pada Perbankan Syariah,” Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 14, no. 1 (2023): 1–10.

2
memahami hak dan tanggung jawabnya. Keterpaduan antara pembiayaan yang dilakukan

oleh pemerintahan kecamatan rumbia dengan swasta dan masyarakat secara umum ternyata

belum dapat diwujudkan secara maksimal. Kondisi ini terlihat masih banyaknya kebijakan,

program, dan kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah belum sesuai dengan

apa yang diperlukan oleh masyarakat. Berdasarkan survai dan permasalahan yang

diuraikan maka dapat dijelaskan bahwa dikecamatan rumbia dipilih lokasi penelitian

dengan pertimbangan, terdapat penyimpangan pembiayaan sektor publik yang dapat

merugikan salah satu pihak yaitu dapat dikatakan masyarakat. Apabila ditinjau hukum

ekonomi syariah pembiayaan sektor publik bertujuan sebagai pemenuhan masyarakat

sesuai dengan ketentuan pemerintah pusat dan undang-undang yang ada dipemerintahan

tersebut, seperti Perda.5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya meliputi:

1. Bagaimana Permintaan Uang dalam Ekonomi Konvensional ?

2. Bagaimana Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam ?

3. Bagaimana Teori Permintaan Uang Klasik ?

4. Bagaimana Teori Permintaan Uang Modern ?

5. Bagaimana Pembiayaan sektor publik oleh pemerintah ?

6. Bagaimana Pembiayaan sektor publik dalam ekonomi konvensional dan ekonomi

Islam ?

7. Bagaimana Implikasi pembiayaan sektor publik oleh pemerintah ?

5
Cris Kuntadi and Rachmawati Yuslina, “Literature Review: Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Anggaran
Pengadaan Barang/Jasa: Perencanaan Anggaran, Komitmen Manajemen Dan Sumber Daya Manusia,” Jurnal Ilmu
Manajemen Terapan 4, no. 4 (2023): 469–478.

3
8. Bagaimana Kebijakan pengeluaran dan pengelolaan keuangan publik oleh Negara ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui Permintaan Uang dalam Ekonomi Konvensional

2. Mengetahui Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam

3. Mengetahui Teori Permintaan Uang Klasik

4. Mengetahui Teori Permintaan Uang Modern

5. Mengetahui Pembiayaan sektor publik oleh pemerintah

6. Mengetahui Pembiayaan sektor publik dalam ekonomi konvensional dan ekonomi

Islam

7. Mengetahui Implikasi pembiayaan sektor publik oleh pemerintah

8. Mengetahui Kebijakan pengeluaran dan pengelolaan keuangan publik oleh Negara

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permintaan Uang

Dalam membicarakan ekonomi pada umumnya, dan ekonomi Islam pada

khususnya, rasanya agak janggal jika tidak memulainya dengan membicarakan "uang".

Apalagi, jika pembahasan ekonomi ini terfokus pada masalah atau topik moneter dan

fiskal. Uang ada alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejak peradaban kuno mata

uang logam sudah menjadi alat pembayaran biasa walaupun belum sesempurna sekarang.

Kebutuhan menghendaki adanya alat pembayaran yang memudahkan pertukaran barang

agar pekerjaan dapat lebih mudah.6

Oleh karena itu, uang oleh sebagian besar penduduk bumi ini dipandang sebagai

sesuatu yang amat penting. Sebab uang dapat dijadikan alat pemenuhan kebutuhan

manusia, alat pemudah aktivitas ekonomi. Dengan adanya uang — yang berfungsi sebagai

alat pembayaran — akan memudahkan pertukaran barang, sehingga pekerjaan dapat

dijalankan lebih mudah. Kebutuhan uang muncul karena sistem barter ternyata banyak

menimbulkan kesukaran. Orang tidak bebas memperjual-belikan barangarang yang mereka

perlukan.

Perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memiliki pandangan yang berbeda

tentang uang. Sistem ekonomi konvensional memiliki pandangan yang berbeda tentang

uang dibandingkan dengan sistem ekonomi Islam.

6
Mahmud Abu Saud, Garis-garis Besar Ekonomi Islam, terjemahan : Achmad Rais, Jakarta : Gema Insani Press,
1996, h. 31

5
1. Permintaan Uang dalam Ekonomi Konvensional

Uraian dan gambaran mengenai uang, menunjukkan bâhwa uang

berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Mulanya uang

berbentuk barang komoditas atau barang barter, kemudian berevolusi ke dalam bentuk

mata uang, baik dalam bentuk logam maupun kertas. Meskipun demikian keduanya

disahkan dan diakui sebagai alat pembayaran. Dengan adanya uang sebagai alat tukar,

maka kegiatan ekonomi (jual beli, tukar menukar) menjadi lebih mudah dilaksanakan.

Dengan kata lain, uang muncul sebagai terobosan untuk menghilangkan kesukaran-

kesukaran yang diakibatkan proses transaksi dengan sistem barter. 2 Untuk itulah orang

menciptakan uang

Menurut teori ekonomi konvensional, uang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu

dari sisi hükum dan dari sisi fungsi. 7 Secara hukum, uang adalah sesuatu yang

dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima

sebagai uang, jika ada aturan atau hükum yang menunjukkan bahwa sesuatu itü dapat

digunakan sebagai alat tukar. Sementara secara fungsi, yang dikatakan uang adalah

segala sesuatu yang menjalankan fungsi sebagai uang, yaitu dapat dijadikan sebagai

alat tukar menukar (medium ofexchange) dan penyimpan nilai (store of valııe). İni

adalah pendapat Fisher dan Cambridge. Sementara Keynnes mengatakan bahwa uang

bersungsi sebagai alat untuk (I) transaksi; (2) spekülasi dan (3) jaga-jaga

(precautionary). 8

7
Mujali A.R., “Money Charger dan Persoektif Hukum Islam", Skripsi, Yogyakarta : STIS, 2000, h.64
8
Karl E, Case dan Ray C. Fair, Principle of Macroeconomics, New Jersey : Prentice Hall, 1999, h. 226-227

6
Sebagaimana dijelaskan pada catatan kaki perkembangan uang mengalami

istilah, menurııt likuiditaşnya, sehingga dikenal tiga maçam yaitu M1 adalah uang

kcrtas dan logam ditambah simpanan dalam rekening koran (demand deposit). Jenis

uang yang paling likuid; M2 adalah M1 + tabungan deposito berjangka (tine deposit)

pada bank-bank umıım. Likuiditasnya lebih rendah; M3 adalah M2 + tabungan +

deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan non bank.

Hadirnya uang dalam sistem perokonomian akan mempengaruhi

perekonomian suatu negara, yang biasanya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan

moneter. Pada umumnya analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas

ukuran tıang yang beredar. Samuelson mengatakan bahwa banyak ekonom percaya

bahwa perubahan jumlah uang beredar dalam jangka panjang terutama akan

menghasilkan tingkat harga, sedangkan dampaknya terhadâp output real, adalah sedikit

atau bahkan tidak ada.

Dengan kata lain, ekspansi moneter akan menurunkan tingkat bunga pasar.

Hal ini akan meningkatkan pengeluaran untuk investasi usaha riil yang sangat sensitif

terhadap perubahan tingkat bunga. Melalui mekanisme pengganda (multiplier)

permintaan agregad akan meningkat, yang akan menyebabkan naiknya output dan

harga di atas tingkat yang tidak dicapai dalam situasi normal.

2. Pemintaan Uang dalam Ekonomi Islam

Dalam kehidupan ekonomi, uang bagaikan darah dalam tubuh manusia. Oleh

karenanya, uang memiliki nilai (dalam fungsinya) pada aktivitas ekonomi. Beberapa

nilai dan aspek lain yang berkaitan dengan uang dalam perekonomian akan dibahas di

sini.

7
a. Uang dan Nilainya

Masyarakat selalu mengatakan fungsi uang mempengaruhi simpanan. Menurut

ekonomi konvensional, bahwa orang yang menumpuk uang maka berarti dia telah

mengumpulkan nilai materi sampai uang yang tertumpuk itu dapat mencapai

kekuatan daya beli. Pandangan demikian adalah keliru, karena ahli ekonomi berbeda

pendapat dalam menetapkan arti istilah nilai walaupun semua setuju menyatakan

bahwa nilai sesuatu barang adalah harganya. Tetapi sepanajang menyangkut ahli

ekonomi, real value atau exchange value maka harga pasaran tetap sesuai dengan

pertimbangan permintaan dan penawaran. 9

Uang bukan sesuatu yang menguntungkan. Misalnya, uang kertas atau uang

logam. Angka yang tertera padanya tidak menguntungkan dan tidak bernilai. Ini

telah ditunjukkan oleh Imam Ghazali dan Ibnu Khaldun. Pertanyaan berikutnya

adalah "bagaimana uang sampai dapat diartikan sebagai simpanan yang bernilai?"

Jawaban ini harus dianalisis dari Sisi ekonomi. Dasar kehidupan ekonomi adalah

produksi, yang merupakan hasil usaha dari individu-individu. Selama uang masih

dikaitkan dengan produksi, maka tidak ada cara apapun yang dapat membuatnya

bernilai. Uang tidak akan bernilai jika tidak digunakan sebagai alat pembayaran.

Maka uang yang ditumpuk tidak sama dengan uang beredar. Bahkan keuntungan

dari emas dan perak pun tidak dapat disamakan dengan keuntungan yang didapat

dengan barang yang dibeli dengan uang logam.

Kini kita telah mengetahui, bila menganggap fungsi uang menjadi simpanan

adalah bernilai maka berarti kita telah memicikkan mata pada kenyataan, sebab

9
Muhammad, Ekonomi Moneter Islam, Yogyakarta : UII Press, 2018, h.178-179

8
uang bukan untuk disimpan. Pengertian uang tidak untuk disimpan atau ditumpuk

saja. Tetapi harus diproduksikan. Orang cenderung mengatakan hartalah yang

kekal maka mereka berbuat sewenang-wenang terhadap uang. Inilah yang

membuat mereka terangsang untuk berusaha membungakan uang padahal ini

merupakan salah satu tindakan kejahatan. 10

b. Uang dan Ukuran Nilai

Bila pengertian uang diterima sebagai alat pembayaran, maka otomatis

perhatian kita tertarik pada uang sebagai ukuran nilai. Hal ini tidak perlu kita

perinci. Hal penting yang perlu ditekankan adalah nilai uang selalu berubah dan

sifatnya tidak tetap. Proporsi pertukaran, komoditi dengan uang tidak selalu tetap

dan stabil. Oleh karena itulah kita sering mendengar nilai uang suatu bangsa turun

naik. Hal ini berarti daya beli uang negara tersebut naik dan turun. Variasi ini

disebabkan karena rakyat meremehkan arti uang yang sebenarnya. Mereka

bertindak masa bodoh dalam menggunakan uang.

Hal di atas sangat berbajaya bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Ketidakstabilan proporsi uang dan perdagangan mengakibatkan dampak serius

terhadap kehidupan perekonomian baik secara ideologi maupun praktek. Secara

ideologi, orang takut terpukul dengan adanya nilai uang yang naik turun.

Ketisatabilan nilai uang menunj ukkan ukuran kestabilan nilai suatu barang.

Ketidakstabilan dan ketidakmenentuan nilai uang adalah akar penyebab penyakit

ekonomi moderen. Kadang muncul dalam bentuk inflasi dan di lain waktu dalam

bentuk deflasi.

10
Muhammad, Ekonomi Moneter Islam, Yogyakarta : UII Press, 2018, h.184

9
Penyakit ekonomi tersebut sudah tentu akan menimbulkan semakin banyaknya

bermunculan usaha patungan atau melakukan usaha membungakan uang yang

diharapkan dalam agama Islam. Jika ini terjadi, maka kegoncangan kegiatan

ekonomi produktif pasti akan tergoncang sebagai akibat dari ketidakmenentuan

harga. Mengapa hal tersebut terjadi?

Semua hal di atas sudah tentu disebabkan oleh orde ckonomi sekarang

didasarkan pada prinsip penawaran (supply) sebelum permintaan (demand). Ongkos

produksi dan harga komoditas diperhitungkan dengan uang, karena biaya produksi

dan nilai uang yang tidak menentu membuat perhitungan meleset. Meramalkan

harga secara tepat jadi merupakan hal yang sukar. Oleh karena, khawatir nilai uang

akan menurun di masa datang maka para produsen diminta membayar sejumlah

uang muka. Sekarang jumlah tersebut sudah merupakan bunga yang berlaku dalam

bentuk Iain.

c. Permintaan dan Penawaran Uang

Kata penting dalam bahasa ekonomi diantaranya adalah permintaan dan

penawaran. Dua kata ini merupakan hal penting, baik berkaitan dengan barang

maupun uang. Karena kenyataan menunjukkan bahwa permintaan uang sama

dengan permintaan barang yang dapat ditawarkan. Di atas telah disinggung bahwa

uang diperlukan untuk membeli barang yang dibutuhkan. Tidak ada seorangpun

yang memerlukan uang untuk mendapatkan uang kembali lantaran uang tidak

bermanfaat.

Oleh karena permintaan uang didasarkan pada permintaan barang yang tidak

terbeli maka terkadang barang menjadi persediaan yang menumpuk. Hal ini terjadi,

10
jika harga dasar penawaran berbeda dengan harga permintaan. Harga terjadi karena

ada tawar menawar. Keadaan ini berlanjut sampai terjadi perbedaan antara

permintaan dan penawaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa permintaan uang dan permintaan

barang adalah satu dan sama. Sekarang ini dalam sistem keuangan penawaran

jumlah uang dapat ditingkatkan dengan memperluas kredit. Dalam hal demikian,

pemerintah dapat memperoleh pinjaman jangka pendek dari Bank Sentral. Bank

Sentral Iah yang mengeluarkan mata uang dan memperluas pos-pos pengeluaran

nasional sehingga persediaan uang dapat diperbesar. Dalam kedua kasus tersebut

persediaan uang dapat ditingkatkan tanpa memperbesar jumlah produksi. Tetapi hal

ini, dapat mengakibatkan dua cara yang barangkali akan mematahkan

perekonomian nasional karena salah arah, yaitu (a) nilai uang merosot dibanding

dengan komoditi; (b) usaha pembungaan uang dan perdagangan berdasarkan bunga

menjadi berkembang. Inilah yang menjadi biang kerusakan perekonomian.

Sebagai akibat meningkatnya penawaran uang, maka harga-harga menjadi

melonjak, Dalam istilah ekonomi pelonjakan ini disebut "kurva penawaran

menanjak" Dalam kondisi semacam ini penawaran juga akan sama dengan

permintaan. Perbedaan harga permintaan dan penawaran akan hilang. Hal ini

dianggap harga komoditi sebenarnya yang berlaku dipasaran. Dalam keadaan ini

mungkin harga-harga akan menjadi lebih tinggi dibanding sebelum supplai uang

meningkat.

11
Terkait dengan teori permintaan dan penawaran uang dalam ekonomi Islami, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Permintaan Uang menurut Mazhab Iqtishoduna 11

Menurut mazhab ini, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan

pokok, yaitu : transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Secara

matematis formula permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut :

Md=Mdtrans + Mdprec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat

pendapatan yang dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat

pendapatan seseorang, maka permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi

barang dan jasa juga akan meningkat.

2) Permintaan Uang menurut Mazhab Mainstream12

Seperti halnya pada mazhab pertama, dimana permintaan uang dalam

Islam hanya dikategorikan dalam dua hal, yaitu permintaan uang untuk

transaksi dan berjaga-jaga. Perbedaan baru terlihat diantara mazhab ini setelah

kita membicarakan bagaimana perilaku permintaan uang untuk motif berjaga-

jaga dalam Islam dan variabel apa yang mempengaruhi motif berjaga-jaga ini.

Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah, bahwa Islam

mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan

11
Diformulasikan berdasarkan Kadim As-Sadr, "Money and Monetary Policies in Early Islamic Period", dalam
al-Hasani & Mirakhor, "Easy on Iqtishad : The Islamic Approach to Economic Problems", Silver Spring : Nur Corp,
1989, hl. 199-217.
12
Diformulasikan dari Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, Jakarta : Bangkit Daya Insani, 1995.

12
secara maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau penimbunan

kekayaan merupakan "kejahatan" penggunaan uang yang harus diperangi.

Pengenaan Pajak terhadap asset produktifyang menganggur merupakan

strategi utama yang digunakan oleh mazhab ini. Ini dilakukan untuk

mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.

Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk

motif berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak Yang dikenakan terhadap asset

produktif yang dianggurkan, maka permintaan terhadap asset ini akan

berkurang.

Secara matematis, permintaan uang untuk mazhab kedua ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Md = Mdtrans + MdPrec
Mdtrans = f (Y)
Mdprec&inv. = f (Y,µ)

Tingkat pajak atas asset yang menganggur diwakili oleh µ, maka

semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat

yang tinggi biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak

terhadap uang kas tersebut menjadi naik. Dalam kondisi seperti ini orang akan

berusaha memperkecil pajak yang dibayarkan kepada pemerintah dengan cara

mengurangi kekayaan yang idle. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai µ relatif

rendah, maka menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang tinggi.

Tlnggi rendahnya risiko menyimpan uang kas (Q) dipengaruhi oleh besarnya

13
tingkat pajak atas asset yang menganggur (µ) dikurangi dengan risiko investasi

(Ψ). Dengan demikian secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Ω=µ-Ψ

Dalam persamaan di bawah ini dapat dilukiskan, bahwa variabel

pendapatan (Y) berbanding positif dengan banyaknya permintaan uang dan

berbanding terbalik dengan nilai pajak yang dikenakan terhadap asset atau

kekayaan yang dianggurkan (µ).

Md = f (Y, µ)

Semakin tinggi nilai µ, maka velocity of money akan meningkat.

Peningkatan velocity of money ini akan mengurangi permintaan uang untuk

berjaga-jaga dan sekaligus akan meningkatkan permintaan uang untuk transaksi.

Peningkatan uang yang digunakan untuk transaksi dan investasi akan berdampak

pada peningkatan pendapatan nasional.

3). Permintaan Uang menurut Mazhab Alternatif 13

Permintaan uang dalam mazhab ini, sangat erat kaitannya dengan konsep

endogcnous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam Islam secara sederhana

dapat diartikan sebagai berikut : ”keberadaan uang pada hakekatnya adalah

representasi dari volume transaksi yang ada dalam sektor riil” Teori inilah yang

kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuahan uang

di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.

13
Diformulasikan dari M.A. Choudhury, Money in Islam, A Study in Islami Politic Economy, London : Routledge,
1997

14
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat

didasarkan semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika

dan hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang tersebut

dipergunakan. Dengan demikian, tidak selalu nilai uang harus bertambah walau

waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya akan tergantung dari hasil

yang diusahakan dengan uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan

jumlahnya hanyalag representasi dari perubahan dan pertambahan di sektor riil.

Konsep inilah yang kemudian menjadikan landasan sistem moneter Islam selalu

berpijak pada sektor mikroekonomi.

Menurut Choudhury, permintaan uang adalah representasi dari

keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sektor riil. Semakin tinggi kapasitas dan

volume sektor riil meningkat, maka permintaan uang akan meningkat. Variabel-

variabel yang mempengaruhi permintaan uang meliputi : variabel sosio-ekonomi

(X), kebijakan pemerintah dalam regulasi ekonomi (Y), dan informasi

obyektifmasyarakat akan kondisi riil perekonomian. Permintaan uang dan

penawaran uang dipengaruhi oleh besarnya profit-sharing atau expected rate of

profit. Tinggi rendahnya expected rate of profit ini merupakan representasi dari

prospek pertumbuhan aktual ekonomi.

Expected rate of profit merupakan harapan keuntungan yang bisa

didapatkan dari menginvestasikan uang di sektor riil. Ketika permintaan uang

untuk kegiatan investasi ini meningkat, maka akan berdampak pada penurunan

nilai expected rate of profit. Begitu juga sebaliknya, apabila permintaan uang

15
menurun, maka nilai expected rate of profit akan turun. Secara matematis

Choudhury memformulasikan permintaan uang sebagai berikut : 14

Ms (π,y,p,S,R,X,Y)[θ] = ∑𝑵
𝒃=𝟏 𝑴𝒅𝒃(𝒓𝒃, 𝒚, 𝒑, 𝑺, 𝑿, 𝒀)[𝜽]

Ms = ∑𝑵 𝑵 𝒎 𝑵
𝒃=𝟏 𝑴𝒅𝒃 = ∑𝒃=𝟏 𝑴𝒔𝒃 = Ʃ ∑𝒋−𝟏 𝑴𝒅𝒃𝒋𝒃=𝟏 = Md

b = 1,2,3…. N

Md = f(rb,y,p,S,X,Y) [θ]
++-+++

Permintaan uang sebagai manifestasi dari aktual kapasitas transaksi sektor riil

adalah penjumlahan dari total permintaan uang oleh individu atau lembaga keuangan

: 11 meakili tingkat keuntungan, y adalah pendapatan riil, p adalah tingkat harga-

harga atau inflasi, rb menunjukkan ratio bagi hasil antara shahibul mal dan mudharib

dalam bank (b) atau lembaga keuangan (b). S adalah total pengeluaran nasional. R

adalah reserve requirement yang dikeluarkan oleh bank sentral kepada bank-bank

umum.

Dari formula di atas dapat dilihat, bagaimana hubungan antara variabel-

variabel yang ada terhadap permintaan uang atau penawaran uang. Variabel bebas y

= pendapatan riil yang dimiliki oleh seseorang akan berhubungan dengan secara

positif dengan banyaknya permintaan uang. Sedangkan variabel independen p,

dimana p adalah harga-harga atau inflasi mempunyai hubungan yang

berbanding terbalik dengan banyaknya permintaan uang. Semakin tinggi harga

14
Choudhury, Ibid, h.184-185

16
barang sccara umum/inflasi, maka orang akan cenderung memilih untuk menyimpan

uangnya dalam bentuk barang, sehingga ketika inflasi tneningkat, maka permintaan

uang akan turun bersamaan itu pula, permintaan akan kepemilikan barang akan

meningkat. S, sebagai varabel pengeluaran nasional berhubungan secara positif

dengan permintaan Yang. Sedangkan X, dan Y, masing-masing adalah variabel

untuk sosio-ekonomi dan kebijakan pemerintah. O sebagai induced-knowledge

adalah pengetahuan masyarakat akan kondisi obyektif dari tiap-tiap variabel,

kualitas pengetahuan ini juga akan berpengaruh terhadap besarnya permintaan uang

yang diinginkan oleh seorang pelaku ekonomi.

4. Pentingnya Uang dalam Perekonomian.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan

dengan uang. Catatan kita menunjukkan bahwa betapa pentingnya uang dalam

ekonomi. Kehidupan (ekonomi) adalah mata rantai hubungan dari permintaan,

persediaan dan penawaran yang tidak pernah putus. Oleh karena itu kita perlu

mempertahankan kelancaran arus peredaran uang agar transaksi yang efisien, proses

memberi dan memberi atau jual beli dapat berlangsung.

Oleh karenanya, dalam Islam, penumpukan uang dilarang. Karena dapat

menutup arus peredaran.15 Akibatnya dapat merintangi efisiensi usaha dan pertukaran

komoditas produksi dalam perekonomian. Jika demikian maka kemakmuran tidak

akan pernah tercapai. Dengan kata Iain, kemakmuran dapat dilihat dari dua sisi. Sisi

pertama tergantung pada produksi yang berkesinambungan. Sisi yang Iain dapat

15
Muhammad, Ekonomi Moneter Islam, Yogyakarta : UII Press, 2018, h.190

17
diproduksikannya barang-barang konsumsi. Di dalam hal ini terdapat rahasia

kemakmuran materi secara umum.

Menurut Islam, uang yang tertumpuk atau tidak diproduksikan adalah

berbahaya bagi perekonomian. Penumpukan uang dapat menimbulkan ekses yang

tidak baik bagi kelangsungan perekonomian. Penumpukan uang (harta) akan

menodorng manusia cenderung pada sifat-sifat menyimpang, seperti : tamak, rakus,

malas beramal (zakat, infaq dan shadaqah), dan semacamnya. Kalaupun yang

demikian itu memberikan harta kepada orang Iain, tentu ia akan memungut bunga dan

menetapkan harga barang yang tinggi. Hal demikian termasuk eksploitasi dan

termasuk riba.

Perjalanan ekonomi sangat tcrgantung uang dan modal. Adakah pet-satnaan atau

perbedaan antara uang dengan modal? Menurut teori ekonomi konvensional tidak

mcmbedakan antara uang dengan modal. Dengan istilah lain, ekonomi konvcnsional,

menganggap uang adalah modal. Pandangan demikian perlu diklarifikasi. Sebagai

contoh, Fisher (dalam Nopirin, 1992) mengatakan, bahwa money (or capital) adalah

flow concept. Pendapatan ini diformulasikan dengan MV = PT. Ini berarti semakin

cepat perputaran uang (V tinggi) berarti semakin tinggi pendapatan (PXT = GDP).

Sedangkan Cambridge School berpendapat bahwa money (or capital) adalah stock

concept. Menurutnya diformulasikan M = kY. Artinya semakin besar pendapatan,

semakin besar pula uang yang ingin dipegang.

Dalam konsep ekonomi Islam berbeda dalam hal ini. Uang adalah milik

masyarakat (money is goods public), sedang modal milik individu (capital is

goods private). Barang siapa menimbun uang (atau dibiarkan tidak produktif)

18
berarti mengurangi jumlah uang yang beredar. Jika dikiaskan dengan kehidupan

manusia, maka uang ibarar darah dalam tubuh manusia. Berkurangnya darah

dalam tumbuh manusia maka manusia yang bersangkutan akan menjadi lemas.

Demikian halnya, jika peredaran uang terganggu, maka ekonomi dapat menjadi

lesu.

Modal adalah milik probadi, dan oleh karenanya modal adalah obyek zakat.

Zakat sifatnya adalah perseorang. Di dalam Islam, barang siapa orangnya tidak

dapat memproduksikan modalnya maka modal akan habis digerogoti zakat. Oleh

karena itu, islam menganjurkan bisnis dengan sistem bagi hasil. Jika orang muslim

tidak ingin mengambil resiko, maka disarankan untuk melakukan qard, yaitu

meminjamkan kapitalnya tanpa mengambil imbalan apapun.

Secara mikro qard tidak memberikan manfaat langsung bagi yang

meminjamkan. Namun secara makro, qard akan memberikan manfaat tidak langsung

bagi perekonomian secara keseluruhan. Dengan adanya qard, maka velocity ofmoney

bertambah semakin cepat. Dengan demikian formula MV = PT, dapat dijelaskan, jika

V naik, maka PxT = GDP naik. Kondisi ini berarti, bahwa tambahan darah bagi

perekonomian, sehingga pendapatan nasional meningkat. Secara tidak langsung,

3. Teori Moneter (Permintaaan Uang) Klasik

Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada

awalnya teori ini digunakan untuk menerangkan peranan uang dalam perekonomian.

Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang. Teori ini

mendasarkan diri pada falsafah hukum Say, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam

19
keadaan full employment.16 Secara sederhana, Irving Fisher mcrumuskan teorinya

dengan persamaan sebagai berikut :

MV = PT17
Dimana M adalah jumlah uang, V adajah tingkat perputaran uang (velocity),

yakni bcrapa kali stratu mata uang pindah tangan dari satu orang kcpada orang lain

dalam suatu periode tertentu. P adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang

menjadi obyek transaksi. Persamaan di atas merupakan suatu identitas, sebab selalu

benar. Artinya, jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harganya

(nilai barang tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan

perputarannya. Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang

yang dibeli (PT).

Kemudian dalam versi lain, volume barang yang diperdagangkan (T) diganti dengan

output riil (O), sehingga persamaan tersebut berubah menjadi :

MV = PO = Y18
Dalam teori kuantitas uang ini, Irving Fisher mengasumsikan bahwa

keberadaan uang pada hakekatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun

permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya uang

akan ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut. Pada saat yang hampir

bersamaan Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge, mengembangkan

formulasi yang hampir sama dengan Fisher, namun pada hakekatnya berbeda.

16
Nopirin, Ekonomi Moneter, Buku I, Edisi ke-4. Yogyakarta : BPFE, 1998, h.73
17
Ibid
18
Adiwarman A.Karim, “Kebijakan Moneter” Modul Kuliah Ekstrakurikuler SEF FE UGM Yogyakarta, 2001, h.4

20
Formula tersebut adalah sebagai berikut :

M=k P O
M = k.Y19

Dimana k = 1/v, dengan demikian permintaan uang akan menjadi formula sebagai

berikut :

Md = k P O = k Y

Secara sistematik, formula Marshal ini sama dengan formula Irving Fisher,

namun mempunyai filosofi yang berbeda. Marshal-Pigou menyatakan, bahwa

"keradaan k sebagai turunan dari l/v merupakan tingkat keinginan seseorang untuk

menyimpan sebagaian kekayaannya, dan penyimpanan uang adalah satu kekayaan

yang dimiliki oleh seorang individu. Oleh karena itulah ia menganggap bahwa uang

adalah salah satu cara untuk melakukan penyimpanan kekayaan, maka keberadaan

uang dalam teori ini disebut sebagai stock concept.

Oleh karena uang juga difungsikan sebagai alat untuk menyimpan kekayaan,

maka seorang individu akan menentukan pilihan individunya dalam memelihara

komposisi kekayaan yang dimilikinya, apakah akan disimpan dalam wujud bond,

stock atau money, dll. Perkembangan selanjutnya, teori Marshal-Pigou ini

dikembangkan oleh Keynes.

Penjabaran Keynes ini kemudian melahirkan mazab Keynesian.

4. Teori Permintaan Uang Modern ( Teori Keynes )

Sumbangan Keynes dalam bidang ekonomi terdapat dalam karya buku yang

berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, yang diterbitkan

19
Ibid

21
pada tahun 1936. Buku ini merupakan tantangan bagi teori klasik. Buku ini terkenal

baik di Inggris maupun di Amerika Serikat. Di dalam bukunya, ia menyatakan, bahwa

"mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full employment

dalam perekonomian."13 Selanjutnya dia menyarankan adanya peran atau campur

tangan pemerintah dalam perekonomian.

Sebagaimana dinyatakan di atas, bahwa Keynes mencoba menjabarkan gagasan

Marshal-Pigou, utamanya berkaitan dengan masalah uang yang berkaitan dengan

individual choice. Menurut Keynes, seseorang mengatur uang atau assetnya

dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :20

a. Money demand for transactions;

b. Money demandfor precautionary;

c. Money demandfor speculation

Menurut Keynes, money demand for transactions ditentukan oleh tingkat

pendapatan; money demand for precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan,

dan money demand for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga. Secara

matematis, ketiga hal tersebut dibuat formula sebagai berikut :

Md = f (Y)

Mdpre = f (Y)

Mdsp = f (i)

Permintaan uang untuk transaksi merupakan permintaan uang yang timbul

karena adanya kebutuhan untuk membayar transaksi. Dalam hal ini fungsi uang

sebagai alat pembayaran. Permintaan uang untuk berjaga-jaga (precautionary)

20
J.M. Keynes. The General Theory of Employment, Intrest, and Money, New York : Macmillan, bab.13

22
ditujukan untuk memenuhi kemungkinankemungkinan yang tidak terduga;

sementara permintaan uang untuk spekulasi, diakibatkan karena kebutuhan untuk

memenuhi kemungkinan yang tak terduga, motif ini lebih bersifat untuk

mendapatkan keuntungan. Permintaan uang untuk motifini didasarkan pada dua

alasan : (1) karena tingkat suku bunga tinggi; (2) tingkat suku bunga normal. 21

Permintaan uang merupakan permintaan akan saldo riil, dimana permintaan

seseorang untuk saldo riil tidak berubah apabila harga berubah. Permintaan uang

untuk saldo riil (Md/P) ditentukan dari besarnya pendapatan riil (Y) serta biaya

opprotunity, yaitu suku bunga ( r ) Sebab permintaan uang untuk spekulasi

merupakan bagian dari kekyaan total atau sering disebut sebagai asset demand for

money, maka secara matematis formula Keynes untuk permintaan uang dituliskan

sebagai berikut :

Md = f (Y ; r)

Md = [kY + 1 ( r ) w]P

Oleh karena analisis Keynes adalah analisis jangka pendek, maka w dianggap

tetap tidak berubah, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: 22

Md = k Y + 1 ( r )

M IP berbanding lurus dengan riil income (Y) dan berbanding terbalik dengan

suku bunga (r). Dalam teori Keynes, kedua variabel ini merupakan sentra pokok

21
Disarikan dari Adiwarman
22
Ibid

23
dalam penentuan besarnya permintaan uang yang diharapkan akan mampu

membawa perekonomi dalam pengalokasian sumber daya yang efisien, investasi

yang produktif dan terrealisasikannya kesejahteraan sosial.

B. Pembiayaan Sektor Publik

1. Pembiayaan sektor publik oleh pemerintah

Pembahasan tentang pembiayaan sektor publik oleh pemerintah, erat

kaitannya dengan pembahasan tentang peran dan tugas negara dalann perekonomian.

Oleh karcna itu pembahasan dalam bagian ini akan dimulai dengan pembahasan

tentang peran negara dalam perekonomian yang ditinjau dari sisi ekonomi Islam,

maupun ekonomi konvensional.

Dalam sejarah Islam, telah banyak ulama/ekonomi Islam yang mencoba


23
menggambarkan peran negara dalam kegiatan ekonomi.

a. Imam Abu Yusuf (113-182 H)

Berpendapat, bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan jaminan

pemenuhan kebutuhan pokok bagi rakyatnya, sekalipun mereka adalah para

penjahat yang berada dalam tahanan penjara. Hal ini dapat dilihat dari suratnya

yang menjawab pertanyaan Khalifah Harun Al-Rasyid tentang keharusan

menyediakan makanan bagi penjahat yang sedang dipenjara, yang berbunyi,

“Orang orang seperti ini, jika mereka tidak memiliki bekal dari hartanya untuk

dimakan, dapat diberikan makanan dari baitulmal atau zakat. "

Imam Abu Yusuf juga berpendapat bahwa negara/pemerintah mempunyai

tanggung jawab terbesar dalam menjalankan proses pembangunan dalam negeri.

23
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019, h.5

24
Negara memiliki kewenangan yang cukup untuk mencari cara terbaik

memberdayakan sumber-sumber daya alam yang belum diberdayakan sama sekali

atau meningkatkan efisiensi dari sumber daya yang kurang dimanfaatkan.

b. Abu Ubaid (155 - 224 H)

Andil negara begitu besar dalam perekonomian, karena tugas negara adalah

menegakkan kehidupan sosial berdasarkan nilai-nilai keadilan yang disyariatkan,

seperti penerapan zakat dapat mengikis kesenjangan sosial dan menumbuhkan

kepedulian sosial. Melalui pengaturan administrasi keuangan negara seefektif,

sehingga penyediaan kebutuhan pokok, fasilitas umum, distribusi pendapatan dapat

menjatnin kennaslahatan umat yang pada akhirnya terseleng gara kcgiatan ekononii

yang berkeadilan.

Abu Ubaid juga berpendapat, bahwa pemerintah harus menjaga keamanan,

meningkatkan kesejahteraan, melindungi hak-hak rakyat, mengatur kekayaan

publik, dan menjamin terpeliharanya maqashid syariah.

c. Imam Yahya bin Umar (213 - 289 H)

Berpendapat, bahwa pemerintah/negara berhak melakukan intervensi pasar ketika

terjadi tindakan sewenang-wenang dalam Pasar yang dapat menimbulkan

kemudaratan bagi masyarakat. Dalarn hal ini, pemerintah berhak mengeluarkan

pelaku tindakan itu dari pasar. Hukuman ini berarti melarang pelaku melakukan

aktivitas ekonominya di pasar, dan bukan merupakan hukuman maliyah.

d. Ibnu Taimiyah (L. 661 H)

Secara umum, menurut Ibnu Taimiyah tugas pemerintah/negara dalam

perekonomian, erat kaitannya dengan tujuan dari sebuah pemerintahan. Ibnu

25
Taimiyah menyatakan: "Tujuan terbesar dari negara adalah

mengajakpenduduknya melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat

mungkar."

Secara lebih khusus terkait dengan peran negara dalam perekonomian, menurut

Ibnu Taimiyah, negara memiliki beberapa peran, yaitu: 24

1) Menghilangkan kemiskinan, menurut Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup

sejahtera dan tidak tergantung pada orang lain, sehingga _mereka mampu

memenuhi sejumlah kewajiban dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban

sebuah negara untuk membantu warga negara mampu mencapai kondisi

financial yang lebih baik. Beliau menyatakan: 'Merupakan sebuah konsensus

urnurn bahwa siapa pun yang tak mampu memperoleh penghasilan yang

mencukupi harus dibantu dengan sejumlah uang, agar mampu memenuhi

kebutuhannya sendiri."

2) Regulasi harga, menurut Ibnu Taimiyah, pemerintah memiliki otoritas penuh

untuk menetapkan harga, manakala didapati adanya ketidaksempurnaan pasar

yang mcngganggu jalannya perekonomian negara. Tetapi hal ini tidak berlaku

apabila hal ini disebabkan oleh hal yang bersifat alamiah, bukan karena ulah

oknum tertentu.

3) Menetapkan kebijakan moneter, menurut Ibnu Taimiyah sangat jelas

menyatakan pentingnya kebijakan moneter bagi stabilitas ekonomi. Uang harus

dinilai sebagai pengukur harga dan alat pertukaran. Setiap penilaian yang

merusak fungsi-fungsi uang akan berakibat buruk bagi perekonomian negara.

24
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019, h.6

26
4) Perencanaan ekonomi, menurut salah satu pemikiran penting Ibnu Taimiyah

adalah terkait dengan industri pertanian, pemintalan, dan sebagainya. Apabila

masyarakat secara sukarela gagal memenuhi kebutuhan terkait dengan

industriindustri tersebut di atas, maka negara harus mengambil alih tugas

tersebut untuk mengatur kebutuhan suplai yang layak. Hal ini hanya bisa

dilakukan apabila negara memiliki perencanaan ekonomi yang memadai. Salah

satu cara untuk memastikan tercapainya tujuan dalam perencanaan ekonomi,

perlu dibentuk suatu lembaga pengawasan yang dikenal sebagai lembaga

hisbah.

e. Ibnu Khaldun (L. 732 H)

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa negara merupakan pasar yang paling besar,

ibu semua pasar, dasar semua perdagangan, substansi semua pemasukan dan

pengeluaran. Lebih lengkapnya, beliau menyatakan: "Negara, seperti yang telah kita

katakan, adalah pasar yang paling besar, ibu semua pasar, dasar semua perdagangan,

substansi dari pemasukan dan pengeluaran. Apabila bisnis pemerintah merosot dan

volume perdagangan kecil, secara alami pasar yang tergantung akan menunjukkan

simptom yang sama dan lebih hebat Iagi. Selanjutnya, uang sélalu beredar di antara

raja dan rakyatnya. Oleh karena itu, apabila raja menyimpan atau menahan uangnya,

maka kerugian akan menimpa rakyat. Sunah Allah berlaku atas hamba-hamba-Nya."

Ibnu Khaldun juga berpendapat, bahwa negara harus menyediakan fasilitas

dan tunjangan yang dapat mendukung aktivitas ekonomi, Lebih jauh, Ibnu Khaldun

menyatakan bahwa alat yang paling utama untuk mencapai kesejahteraan dan

pembangunan adalah masyarakat, pemerintah, dan keadilan.

27
Menurut Ibnu Khaldun, pemerintah hendaknya menggunakan kekuasaannya untuk

membuat fungsi pasar berjalan lancar, dengan membuat berbagai infrastruktur yang

berfungsi untuk memperlancar kegiatan ekonomi. Negara juga harus berorientasi

pada kesejahteraan rakyat, memiliki kebijakan anggaran, menghargai hak milik

masyarakat dan menghindari pungutan pajak yang memberatkan. Ibnu Khaldun

mendukung negara yang mengutamakan keadilan, pembangunan, dan kemakmuran,

serta menginginkan negara yang menjamin penerapan syariat dan negara yang

berfungsi sebagai instrumen pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.25

f. Baqr Ash Shadr

Menurut Baqr Ash Shadr, pemerintah memiliki beberapa tanggung jawab dalam

bidang ekonomi, yaitu:

1) Menyusun kebijakan dan perencanaan ekonomi, Islam memberikan

kewenangan kepada negara untuk memutuskan berbagai kebijakan-kebijakan

umum perekonomian dalam bidang perdagangan, perindustrian, pertanian, dan

ketenagakerjaan. Tujuannya adalah agar seluruh kegiatan perekonomian dapat

terarah dan sistematis dalam mewujudkan politik ekonomi Islam. Selain itu,

negara merupakan pihak yang memiliki kewenangan dalam meletakkan dasar-

dasar aturan yang mendukung dan dapat melindungi pertumbuhan dan aktivitas

ekonomi. Hal ini merupakan tuntutan agama yang dianjurkan dan didorong oleh

Al-Qur'an. Termasuk dalam kerangka kebijakan ekonomi, negara dituntut untuk

melakukan perencanaan ekonomi, Pengembangan dan kemandirian ekonomi

merupakan prasyarat penting bagi stabilitas negara. Sebuah negara yang kurang

25
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019, h.8

28
berkembang dan tak mandiri sangat rentan menghadapi rekayasa kekuatan asing

schingga kondisi dalam negeri mudah goyah. Urgensitas seperti ini

membutuhkan langkah pencapaian dan satu cara yang efektif untuk

mencapainya adalah dengan perencanaan ekonomi,

2) Pengelolaan hak mlik dan negara, kejelasan konsep kepemilikan sangat

berpengaruh terhadap konsep pemanfaatan harta milik (tasharufal-mal), yakni

siapa yang berhak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

Jika digunakan konsep kepemilikan dalam Islam, akan tampak jelas bahwa

begitu banyak kekayaan alam yang seharusnya menjadi milik umum akhirnya

dikuasai oleh segelintir orang secara individu. Padahal dalam sistem Islam, milik

umum hanya berhak dikelola oleh negara melalui semacam badan usaha milik

negara yang dikelola secara profesional dan hasilnya digunakan demi

kesejahteraan rakyat.

3) Menjaga mekanisme pasar, selama mekanisme pasar berjalan dengan normal,

perekonomian akan berjalan dengan sebaik-baiknya. Namun ketika terjadi

gangguan dalam mekanisme pasar, maka perekonomian akan guncang dan

distribusi kekayaan akan tersumbat. Karena itu, secara preventif negara wajib

menjaga agar mekanisme pasar dapat berjalan. Negara diharapkan menjadi wasit

yang adil dalam menerapkan hukum dan menindak para pelanggarnya sehingga

setiap pelaku bisnis memperoleh jaminan keamanan dan kepastian hukum dalam

menjalankan usahanya. Islam mendorong perdagangan berlangsung dengan

aturan syariat dan mencegah terjadinya liberalisasi perdagangan. Dalam hal ini,

Islam telah melarang beredarnya barang haram di bursa perdagangan, melarang

29
penimbunan, monopoli, praktik kecurangan, penipuan, dan spekulasi, Untuk itu,

negara akan mengawasi agar praktikpraktik seperti itu tidak terjadi. Negara juga

akan mengawasi mekanisme penawaran dan permintaan untuk mencapai tingkat

harga yang didasari rasa keridhaan.

Pengawasan dan penghukuman kejahatan ekonomi, Islam memberikan

kebebasan kepada rakyat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, mencari

nafkah, dan mengembangkan hartanya dengan berbagai cara. Negara hanya

mengatur dari Sisi komoditas dan jasa apa saja yang dihindari serta cara-cara apa

saia yang terlarang, Bagi yang melanggar ketentuan syariat Yang dilegalisasikan

negara, Akan terkena hukuman berupa had (pelanggar hak Allah dan

hukumannya sesuai dengan nash), jinayah (pelanggar badan orang lain), takzir

(pclanggar hukum Allah tetapi hukumannya belum ditentukan dalam nash)

maupun mukhalafah (pelanggar ketentuan pemerintah).

Sementara itu, beberapa ekonom konvensional juga telah mencoba

mendeskripsikan peran negara dalam perekonomian. Di bawah ini, akan disampaikan

pendapat beberapa ekonom konvensional terkait dengan peran negara dalam kegiatan

ekonomi. 26

a) Adam Smith

Menurut Adam Smith, dalam bidang ekonomi, pemerintah dilarang ikut campur

tangan tanpa adanya alasan yang dibenarkan, sebab dengan masuknya pemerintah

dalam kepentingan ekonomi setiap individu tanpa adanya alasan yang tepat, negara

26
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019,
h.10

30
dianggap melanggar kebebasan dan telah bertindak tidak adil. Menurut pandangan

Adam Smith, setiap manusia mempunyai hak atas kebebasan yang diperolehnya

sebagai manusia dan tidak seorang pun termasuk negara berhak untuk merampasnya

kecuali dengan alasan yang sah, seperti alasan demi menegakkan keadilan. Tugas

pemerintah/ negara dalam perekonomian hanya meliputi:

1. Pemeliharaan keamanan dalam negeri dan pertahanan agar warga negara

dapat melakukan kegiatan usaha dengan tenang dan nyaman

2. Penyelenggaraan peradilan

3. Penyediaan barang-barang yang tidak disediakan oleh swasta/ masyarakat,

agar warga negara mendapat kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha.

b) Paul A. Samuelson

Berkaitan dengan peran pemerintah, Samuelson berpendapat bahwa peran dan fungsi

utama pemerintah dalam ranah ekonomi terdiri atas empat hal, yakni pembentukan

kerangka landasan hukum, penentuan kebijakan stabilisasi makroekonomi, alokasi

sumber daya, progratil redistribusi (tunjangan sosial).

1. Pembentukan kerangka landasan hukum, keberadaan undang-undang di tengah

masyarakat akan dapat mengeliminasi berbagai upaya untuk melakukan tindakan

curang dalam kehidupan, baik dalam permasalahan ekonomi, ataupun dalam sisi

politik dan sosial. Bagi Samuelson, penetapan undangundang oleh pemerintah

dalam kenyataannya lebih banyak sebagai respons terhadap nilai-nilai sosial yang

berlaku dan rasa keadilan masyarakat.

2. Penentuan kebijakan stabilisasi makroekonomi, instrumen yang lazim dipakai

dalam stabilisasi makroekonomi dalam hal ini adalah melalui kebijakan moneter

31
dan kebijakan fiskal. Keberadaan bank sentral dalam sebuah negara merupakan

wujud dari tanggung jawab pemerintah dalam melakukan stabilisasi makroekonomi

lewat kebijakan moneter. Sementara itu, kebijakan fiskal wujudnya adalah dalam

APBN yang di dalamnya tertuang variasi belanja dan pendapatan (pajak).

3. Alokasi sumber daya, peran ketiga ini merupakan peran pemerintah yang dalam

kajian ilmu ekonomi masuk dalam kategori ruang mikroekonomi yang meliputi

permasalahan alokasi "apa" dan "bagaimana" kehidupan ekonomi. Permasalahan

ini bagi negara yang memakai mekanisme pasar ala kapitalisme sebagai basis

perekonomiannya, maka pasar merupakan instrumen yang dipakai dalam

memecahkan masalah tersebut. Namun demikian, tidak bisa diingkari bahwa dalam

realitasnya pasar tidak selalu berjalan secara ideal sebagaimana mestinya. Oleh

karena itu, intervensi peran dari negara (pemerintah) sangat diperlukan.

4. Mewujudkan tunjangan sosial (redistribusi), bagi Samuelson teori invisible hand

sebagai roh pasar bebas, mungkin efisien dalam mengembangkan

perekonomian, namun harus diakui bahwa teori tersebut buta terhadap keadilan

atau keseimbangan. Orang menjadi kaya atau miskin bergantung pada kekayaan

dan otak yang mereka miliki. Model distribusi ala laissez-faire bagi Satnuclson

tidak ada yang bisa disebut adil atau seimbang, sebab diakui atau tidak,

mekanisme laissez-faire mengikuti hukum Darwin "yang kuat yang akan

menang", Oleh karcna itu, ketidakberdayaan sekelompok masyarakat yang tidak

berkutik dalam mekanisme pasar bebas harus ditang gung oleh pemerintah.

Campur tangan pemerintah dalam kasus demikian adalah dalam bentuk jaring

pengaman sosial seperti pendidikan dan kesehatan bagi rakyat miskin. Dalam

32
kondisi masyarakat modern sekarang, program pengaman sosial harus diberikan

bukan hanya oleh pemerintah namun juga pihak swasta melalui program yang

terkenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR).

c) John Maynard Keynes


27
Menurut Keynes, pasar dalam sistemnya tidak dapat dilepaskan dari peran

negara. Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja

pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah diperlukan. Bila terjadi

pengangguran, misalnya pemerintah dapat memperbesar pengeluarannya untuk proyek

padat karya. Langkah itu agar sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja

dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapat masyarakat. Begitu pun halnya ketika

harga naik cepat, pemerintah bisa menarikjumlah uang beredar dengan mengenakan

pajak yang lebih tinggi sehingga inflasi yang tak terkendali pun tidak _sampai terjadi.

Bagi Keynes, upaya pemerintah dalam menentukan arah perkembangan pasar

merupakan sebuah keniscayaan. Campur tangan diperlukan kalau perekonomian

berjalan ke arah yang tidak dikehendaki. Pasar dalam penjelasan Keynes bukan realitas

objektif yang imun dari guncangan, fluktuasi, dan krisis, melainkan ia akan menemukan

hukumnya dalam bentuk yang dinamis. Karenanya, negara bertugas untuk melindungi

dan menjaga dari kemungkinan guncangan itu berakibat Iebih jauh terhadap

perkembangan ekonomi masyarakat. Negara menjamin stabilitas pasar dan

berkembangnya masyarakat. Melalui regulasi pembebanan pajak kepada pemilik modal

besar, serta jaminan kesejahteraan negara bagi masyarakat, maka negara itu berjalan.

27
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019,
h.12

33
Konsep negara dalam bentuk ini pun sering disebut sebagai negara kesejahteraan

(welfare state).

d) Milton Friedman

Menurut Milton Friedman, urusan negara hanyalah masalah tentara dan polisi,

yang melindungi hidup dan milik penduduknya (negara sebagai penjaga). Terutama

sekali, negara tidak boleh mencampuri perekonomian dan menarik pajak dari rakyatnya.

Karena menurutnya telah terbukti bahwa krisis ekonomi semakin memburuk jika negara

berusaha untuk mengatasinya. Saat ini, pemikiran ini lebih dikenal sebagai

neoliberalisme. Pokok-pokok ajaran neoliberalisme, antara lain: pertama, biarkan pasar

bekerja; kedua, kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang

tidak produktif seperti subsidi pelayanan negara; ketiga, lakukan deregulasi ekonomi;

keempat, keyakinan terhadap privatisasi; kelima, keyakinan pada tanggung jawab

individual. Neoliberalisme — meminjam istilah Mansour Fakih — telah menjadi

semacam "agama baru" bagi banyak masyarakat negara-negara di dunia. Berbagai

preskripsi diyakini mampu mengatasi berbagai kemacetan pertumbuhan ekonomi. Ide

ini pun memaklumatkan akan signifikansi pasar bebas antarnegara dengan

menghilangkan berbagai batasan dan regulasi yang akan menghambat proses globalisasi

ekonomi. 28

Dari berbagai penjelasan peran negara dalam perekonomian, sebagaimana

dijelaskan oleh para ahli di atas, dapat diambil suatu garis merah bahwa pada dasarnya,

terdapat fungsi negara yang memang hanya dapat dilakukan oleh negara dan tidak dapat

dilakukan oleh swasta/masyarakat. Di antaranya, fungsi pengadilan, fungsi pengawasan

28
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019, h.13

34
pasar, penyediaan sarana militer, birokrasi pemerintahan, penerangan jalan, dan barang

publik lainnya, Fungsi-fungsi ini pada dasarnya merupakan fungsi yang bersifat

noneksklusif siapa pun yang menggunakan barang negara tanpa dapat dicegah

Sehingga, tidak seorang pun mempunyai dorongan untuk membayar barang itu. Inilah

problem yang terkenal dengan istilah free rider. Dikatakan sebagai problem karena jika

tidak seorang pun dapat dikenai biaya atau tidak ada seorang pun dengan sukarela mau

membayar untuk memperoleh barang negara, maka tidak akan ada orang yang mau

menyediakan barang publik. Terjadilah keadaan yang disebut kegagalan pasar

(marketfailure). Di sinilah pemerintah diperkenankan untuk "campur tangan" dalam

perekonomian dengan bertindak sebagai penyedia barang atau jasa publik.

Konsumen biasanya tidak bersedia untuk membayar pemanfaatan atas barang publik,

karena manfaat yang akan dirasakan oleh setiap orang akan sama saja, baik jika dia

membayar ataupun tidak. Apalagi jika semakin banyak orang yang menggunakan

barang tersebut, manfaat yang dirasakan masing-masing individu akan semakin tidak

berarti apa-apa. Akibatnya tidak ada pembayaran yang dilakukan secara sukarela.

Dalam hal ini hubungan antara produsen dan konsumen terputus dan pemerintah harus

bersedia turut campur. 29

Karena sifatnya yang demikian itu, efisiensi penyediaan barang publik sulit

dilakukan dengan mengandalkan mekanisme pasar. Pemerintah diharapkan untuk dapat

menyediakan sendiri barang publik atau memberikan subsidi kepada swasta untuk

memproduksl barang publik. Untuk itulah pemerintah diharuskan menyediakan

29
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.14

35
sejumlah anggaran untuk ketersediaan barang/jasa ini. Oleh karenanya pemerintah

harus membiayai belanja barang publik ini, yang dikenal dengan istilah belanja publik.

Klasifikasi belanja publik dapat dikategorikan berdasar berbagai macam kriteria. Salah

satu kriteria yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan belanja pemerintah

adalah seperti diuraikan dalam Government Finance Statistics Manual (Tim Penyusun

Modul Pelatihan Keuangan Publik, Departemen Keuangan). Klasifikasi belanja

menurut fungsi pcmerintah sebagai berikut:

a. Belanja jasa publik umum, bclanja yang tcrmasuk dalam kategori ini antara lain

belanja operasi untuk organisasi eksekutif dan legislatif, belanja untuk jasa-jasa

umum, belanja riset dasar, belanja transaksi utang, dan belanja administrasi transfer

antar-unit pemerintah

b. Belanja pertahanan, belanja dalam kategori ini antara lain belanja pertahanan

militer dan sipil, bantuan militer untuk asing, riset pertahanan, dan sebagainya.

c. Belanja perlindungan umum, belanja dalam kategori ini dibedakan dengan belanja

pertahanan, contohnya adalah belanja jasa kepolisian, jasa pemadam kebakaran,

jasa pengadilan, jasa rumah tahanan dan penjara, dan juga riset untuk perlindungan

publik.

d. Belanja urusan ekonomi, belanja yang termasuk dalam kategori ini di antaranya

belanja urusan ketenagakerjaan, belanja komersial dan ekonomi, belanja kehutanan

dan pertanian, belanja energi dan bahan bakar, pertambangan, transportasi,

komunikasi dan belanja untuk perindustrian lainnya, termasuk risetnya. 30

30
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.15

36
e. Belanja perlindungan lingkungan, belanja yang termasuk di sini di antaranya

belanja pengelolaan limbah dan polusi, proteksi keragaman hewani maupun tata

kota.

f. Belanja perumahan dan public utilities, belanja dalam kategori ini di antaranya

pengembangan perumahan dan pemukiman, sistem penyediaan air bersih, belanja

penerangan jalan, dan pekerjaan umum lainnya.

g. Belanja kesehatan, belanja kesehatan meliputi perlengkapan dan peralatan

kesehatan, jasa kepada pasien, jasa rumah sakit umum, dan risetnya.

h. Belanja rekreasi, budaya dan agama, di antara belanja yang termasuk dalam

kategori ini adalah belanja jasa olahraga dan rekreasi, belanja jasa kebudayaan,

jasa penyiaran, jasa urusan keagamaan dan komunitas, dan lain-lain.

i. Belanja pendidikan, pendidikan mencakup belanja pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi, termasuk belanja pendukung pendidikan

lainnya.

j. Belanja perlindungan sosial, belanja yang termasuk dalam kategori ini di antaranya

belanja perlindungan terhadap manusia lanjut usia (manula), belanja perlindungan

anak dan keluarga, belanja untuk mengatasi pengangguran, dan belanja negara

lainnya.

Dalam praktik penyelenggaraan negara, terutama negara-negara berkembang yang

memiliki sumber daya terbatas, sering kali terjadi pertentangan kepentingan antara

keinginan untuk menghapuskan kemiskinan dengan kemampuan keuangan negara yang

bersangkutan untuk mendanai proyek-proyek yang bertujuan mengurangi kemiskinan

tersebut. Sehingga satu hal penting yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki

37
aspek distribusi. Dalam hal ini, pengeluaran negara yang tepat tentu saja akan

membantu, namun harus diingat bahwa anggaran pengeluaran juga sangat terbatas.

Sebagai akibatnya, pemerintah menghadapi adanya permintaan yang saling bersaing dan

juga perdebatag apakah pola pengeluaran publik yang diterapkan dapat benar-benar

memenuhi tujuan distribusi.

Inti dari tujuan distribusi dari pengeluaran publik antara lain:31

a. Mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada kaum

miskin/marginal. Peran pemerintah dalam penyediaan beberapa jenis barang dan

jasa tidak dapat dipungkiri, karena tanpa campur tangan pemerintah ketersediaan

barang dan jasa tersebut tidak dapat terpenuhi. Dengan demikian, peran

pemerintah merupakan kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi secara utuh,

yang juga menjangkau rakyat miskin.

b. Membantu mereka yang terpinggirkan/tertinggal dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Mungkin makan waktu agak lama bagi beberapa kelompok masyarakat

untuk dapat berperan serta dalam pembangunan, misalnya kelompok lanjut usia dan

penderita cacat fisik, yang bahkan memang tidak akan mungkin dapat berpartisipasi

dalam pembangunan. Kelompok inilah yang memerlukan perhatian khusus. Selain

itu, mungkin juga ada masalah kesenjangan pembangunan antara daerah yang satu

dan lainnya.

c. Membantu mengatasi masalah kerentanan (vulnerability). Pendapatan

seseorang/keluarga dapat berfluktuasi sepanjang waktu, terutama pada

perokonomian pedesaans di mana consumption smoothing juga tidak

31
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.16

38
sempurna. Sehingga kaum miskin sangat rentan terhadap risiko yang

disebabkan oleh perubahan cuaca, perubahan harga maupun hancurnya

dukungan masyarakat setempat selama terjadinya krisis.

Selanjutnya pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu bagaimana cara untuk

memastikan agar belanja publik dapat mencapai tujuan sebagaimana di atas. Jawaban

yang sering diberikan bagi pertanyaan ini adalah “targeting", yaitu dengan

mengarahkan belanja publik untuk memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat yang

membutuhkan: yang miskin, tertinggal, terbelakang, dan rentan terhadap risiko. Mereka

inilah yang menjadi target grup dari kebijakan belanja publik tertentu. Dalam

praktiknya, pendekatan targeting dapat dikategorikan menjadi dua hal. Pertama adalah

broad targeting atau penargetan secara luas. Dalam hal ini, kaum marginal tidak

menjadi target secara individual, namun mereka dijangkau melalui penargetan jasa atau

komoditas yang paling banyak mereka konsumsi. Contoh yang paling sering digunakan

yaitu menargetkan jasa sosial dasar, seperti pendidikan dasar dan kesehatan masyarakat,

serta infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi. Yang juga sering dilakukan

adalah dengan menargetkan aktivitas pembangunan pedesaan.

Pendekatan kedua, yaitu targeting secara sempit, dilakukan dengan menargetkan

individu atau keluarga yang masuk kategori miskin. Misalnya, dengan melaksanakan

program jaring pengaman sosial yang diadakan setelah Indonesia mengalami krisis

moneter, pemberian susu dan makanan tambahan bagi balita miskin, program kredit

mikro yang ditujukan bagi wanita pedesaan, proyek padat karya serta pembangunan

daerah tertinggal. 32

32
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.17

39
Masing-masing pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan selalu ada

pihak yang sebenarnya tidak termasuk target namun mendapatkan manfaat, ataupun

yang sebenarnya harus dibantu namun dak mendapat bantuan. Tidak ada aturan yang

baku tentang mana yang ebih baik antara kedua pendekatan ini. Biasanya yang efektif

adalah ombinasi keduanya. Kebijakan yang tepat akan sangat tergantung pada eta

kemiskinan, tujuan kebijakan, serta keadaan spesifik dari negara yang bersangkutan

seperti tingkat kemampuan administratif, pembangunan infrastruktur, ekonomi, politis,

serta hambatan-hambatan lainnyas Masing-masing negara memiliki prioritas yang

berbeda dalam melakukan belanja publik. Sebagaimana terlihat pada tabel di bawah

ini: 33

33
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.18

40
Tabel 1.1
Pengeluaran Publik Berdasarkan Ranking
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ranking Belanja Pendidikan Belanja Belanja Militer Total Debt


IPM Negara Kesehatan Service
( % dari GDP ) ( % dari GDP ) ( % dari GDP ) ( % dari GDP )
1990 1990-2001 1990 2001 1990 2002 1990 2002
IPM Tinggi
1 Norwegia 7.1 6.8 6.4 6.8 2.9 2.1 … …
2 Swedia 7.4 7.6 7.6 7.4 2.6 1.9 … …
3 Australia 5.1 4.6 5.3 6.2 2.1 1.9 … …
4 Kanada 6.5 5.2 6.8 6.8 2 1.2 … …
5 Belanda 6 5 5.7 5.7 2.5 1.6 … …
8 Amerika 5.2 5.6 4.7 6.2 5.3 3.4 … …
9 Jepang … 3.6 4.6 6.2 0.9 1 … …
12 Inggris 4.9 4.6 5.1 6.3 4 2.4 … …
IPM Menengah
59 Malaysia 5.2 7.9 1.5 2 2.6 2.4 9.8 8.5
76 Thailand 3.5 5 0.9 2.1 2.3 1.4 6.2 15.6
83 Filipina 2.9 3.2 1.5 1.5 1.4 1 8.1 11.8
90 Yordania 8.4 4.6 3.6 4.5 9.9 8.4 15.6 6.3
111 Indonesia 1 1.3 0.6 0.6 1.8 1.2 8.7 9.8
127 India 3.9 4.1 0.9 0.9 2.7 2.3 2.6 2.6
IPM Rendah
142 Pakistan 2.6 1.8 1.1 1 5.8 4.7 4.8 4.8
145 Lesotho 6.1 10 2.6 4.3 4.5 2.7 3.8 9.4
148 Kenya 6.7 6.2 2.4 1.7 2.9 1.7 9.2 3.7
171 Mozambique 3.9 2.4 3.6 4 10.1 2.4 3.2 2.1
173 Burundi 3.4 3.6 1.1 2.1 3.4 7.6 3.7 3.2
Sumber: Human Developpment Report, UNDP 2004.

Tabel di atas menunjukkan perbandingan berbagai pengeluaran untuk kepentingan

publik yang meliputi belanja publik untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan militer

antarnegara yang memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi, menengah,

dan rendah.

Terlihat bahwa antar negara tncmiliki prioritas yang berbeda-beda karena hal ini

sangat tcrgantung pada karaktcristik ekonomi, sosial, dan politik dari tnasing-tnasing

41
negara. Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam salah satu penelitian, ditemukan

besaran pengeluaran negara berbanding lurus dengan kenaikan GDP .34

Di negara Barat, walaupun bervariasi antarnegara, jaminan tenaga kerja sebagai

salah satu bentuk bclanja publik dilaksanakan melalui empat program asuransi sosial.

Jaminan ini meliputi asuransi pensiun (OASI=old age survivor insurance), asuransi cacat

(disability insurance), asuransi kesehatan (healtll insurance), dan asuransi PHK

(unemployment insurance). Dengan sistem Pays as you go, maka tenaga kerja yang aktif

memberikan kontribusi kepada para pensiunan seniornya antargenerasi. Konsep ini

menggantikan konsep hormat dan kasih sayang kepada orang tua dalam komunitas Muslim

dan negara agraris. Karena sistem ini bersumber dari kontribusi/premi tenaga kerja yang

aktif, maka sistem ini merupakan kelengkapan dari sistem pasar. Sistem ini mencakup

hampir semua tenaga kerja, meng-cover lebih dari 90 persen tenaga kerja, bahkan termasuk

buruh tani yang bekerja secara tetap. Dengan demikian hampir semua warga negara yang

bekerja ter-cover pensiun, asuransi cacat, dan kesehatan. Tenaga kerja yang bekerja secara

individual, dapat melakukan program pensiun dengan perusahaan asuransi (IRA =

individual retirement accounts).

Bagi orang yang terlempar dari sistem persaingan dan menjadi jatuh miskin diberi

dukungan berupa jaminan kelompok miskin. Jaminan terdiri dari empat program utama,

yaitu SSI (sosial security income), berupa tunjangan yang diberikan kepada warga usia

pensiun, buta, atau cacat yang memiliki pendapatan dan/atau aset kurang dari jumlah

tertentu. Food stamp adalah voucer yang dibagikan kepada penduduk miskin untuk

membeli bahan makan. Medicaid adalah asuransi yang dibayarkan kepada penduduk

34
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.19

42
miskin untuk memperoleh layanan dokter dan rumah sakit. Dan AFDC (aid tofamilies with

dependent children) diberikan kepada keluarga yang masih memiliki anak tergantung.

Anak tergantung adalah anak yang belum mandiri sampai usia 18 tahun. AFDC terutama

diberikan kepada keluarga yang kehilangan dukungan salah satu orangtua (meninggal,

cerai, atau menganggur). Program ini menimbulkan kontroversi karena mendorong

perpecahan keluarga.

Asuransi tenaga kerja dibayarkan kcpada pcmcrintah (payroll tax) dengan tarif

sekitar 15 persen dari gaji dcngan ditanggung sctengahsetengah antara pekerja dan

pengusaha. Di samping itu, masih ada asuransi pengangguran yang harus dibayar oleh

pengusaha dengan tarif sekitar 6 persen untuk asuransi pengangguran (unemployment

insurancc). Pemerintah kemudian membayarkan langsung kepada pensiunan, atau pekcrja

yang menjadi cacat, untuk membiayai layanan kesehatan, dan untuk menunjang jika terjadi

PHK sampai tenaga kerja diasumsikan mendapat pekerjaan baru.

Program mencakup sekitar 14 juta orang untuk AFDC (5,4 persen dari populasi), 33

juta orang untuk program kesehatan (13 persen penduduk), 6 juta orang untuk SSI, dan 27

juta orang untuk penerima voucer bahan makan (Fisher, 1996) Program kesejahteraan

tersebut dibiayai dari pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah negara bagian,

kemudian dipadukan dengan sumber di negara bagian dengan porsi sekitar 50-50. Jika

program kesejahteraan ini diperluas mencakup training, riset, bantuan kepada kelompok

tertentu, dan berbagai program sosial lain menurut Bixby (dalam Fisher, 1996) jumlahnya

mencapai 1,16 triliun dollar atau hampir IO ribu triliun rupiah yang menggambarkan

betapa besar dan seriusnya program kesejahteraan ditangani di negara maju. 35

35
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.20

43
Di Inggris struktur pengeluaran negara memiliki perimbangan berikut: layanan

sosial 51,2 persen; layanan ekonomi 15 persen; layanan lingkungan 7,7 persen; pertahanan

10,2 persen; pembayaran utang pemerintah 8,2 persen; dan jasa-jasa lain 7,8 persen. Dari

50 persen lebih anggaran negara yang diperuntukkan untuk membiayai kegiatan welfare

diperinci sebagai berikut: jaminan sosial 18 persen, pendidikan 13 persen, kesehatan IO

persen, perumahan 8 persen, susu dan makan di sekolah I persen, kegiatan sosial personal

2,5 persen. Jumlah warga negara yang tertangani dari program kesejahteraan tersebut

diperkiraVan sebagai berikut: tunjangan hari tua (BLT) 8,9 juta orang, janda dan latim 0,5

juta orang, orang sakit l, I juta orang, cacat kerja 0,2 juta orang, tunjangan pengangguran

0,7 juta orang, masalah keibuan (maternity) 0,66 juta orang, tunjangan anak-anak

tergantung 13,3 juta, veteran 0,35 juta orang. Di samping itu, masih ada yang menerima

bantuan perorangan, lima juta orang, bantuan mingguan tiga juta orang dependen dewasa

dan anak-anak hampir dua juta orang dan sebagainya. 36

2. Pembiayaan sektor publik dalam ekonomi konvensional dan ekonomi islam

a. Pembiayaan Sektor Publik dalam Ekonomi Konvensional

Sumber dana untuk pembiayaan sektor publik/pembangunan biasanya terdiri dari

peningkatan tabungan domestik, penerimaan pajak, investasi asing, perdagangan

internasional, utang dan bantuan luar negeri, serta dengan utang kepada masyarakat.

Pemerintah melakukan utang kepada rakyat dengan jalan menjual obligasi. Supaya

obligasi ini laku, maka pemerintah harus memberi return (suku bunga atau bagi hasil)

yang menarik. Akibatnya, suku bunga akan cenderung meningkat, masyarakat akan

mengurangi tabungannya di bank untuk diserahkan kepada pemerintah dan pemerintah

36
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.21

44
akan membelanjakan. Belanja pemerintah ini akan direspons oleh pengusaha. Jika

pengusaha merespons dengan meningkatkan produksi maka jumlah barang di

masyarakat meningkat sebanding dengan meningkatnya jumlah uang beredar. Akan

tetapi, jika pengusaha tidak meningkatkan produksi, maka akan terjadi kenaikan harga

karena permintaan yang menguat tersebut tidak disertai penambahan produksi. Bank

sentral sekarang akan menilai apakah inflasi ini dikehendaki atau tidak, jika tidak

dikehendaki bank sentral akan membiarkan kenaikan suku bunga, tetapi jika inflasi

masih dikehendaki maka bank sentral akan menahan suku bunga.

Penerimaan pemerintah yang Iebih penting adalah memungut aneka pajak untuk

membiayai aneka keperluannya. Jenis dan tarif dari aneka pajak ini di negara Barat

umumnya Iebih besar dari ketentuan zakat di dalam Islam. Pajak atau zakat merupakan

penerimaan negara Yang utama. Pendapatan pemerintah tersebut tidak dipungut

sekaligus kepada warganya, melainkan dikenakan berulang kali dari suatu aliran

pendapatan. Dengan demikian, dari sejumlah uang seseorang dipungut pajak berkali-

kali tergantung dari aktivitasnya. Di negara modern, titiktitik pemungutan pajak

tersebut dimulai dari pajak atas pengeluaran gaji (payroll tax) dipungut di perusahaan

untuk keperluan pembayaran pensiun, cacat, sakit, dan jika terjadi PHK dari tenaga

kerja. Kemudian jika gaji masih memenuhi batas kena pajak, akan dipüngut pajak

penghasilan. Penghasilan bersih setelah kena pajak akan digunakan untuk konsumsi

dan sebagian ditabung. Dan, yang dikonsumsi dibelanjakan untuk berbagai barang akan

terkena pajak pertambahan nilai atau dikenai cukai. Yang ditabung akan maşuk di pasar

modal dan hasilnya dikenai pajak penghasilan. Saat tabungan digunakan orang untuk

investasi di sektor riil, akan dikenai pajak pembelian barang modal (termasuk

45
pajak/perizinan investasi). Selanjutnya, perusahaan yang beroperasi menghasilkan nilai

tambah atau laba juga merupakan objek pajak penghasilan badan (business tax).

Perusahan tersebut membeli input dan membayar tenaga kerja, input bahan dikenai

pajak penjualan/pembelian dan tenaga kerja dikenai payroll tax, kembali berputar

sebagaimana yang pertama.

Demikian seterusnya berputar dan pada berbagai titik dalam perputaran ekonomi

pajak dikenakan. Itulah sebabnya mengapa pemerintah dapat memegang pendapatan

nasional yang relatif besar. Jenis-jenis pungutan negara dapat dikelompokkan menjadi

pajak penghasilan perorangan, pajak penghasilan perusahaan, pajak penjualan dan

cukai, pajak atas harta (bumi bangunan), pungutan penggunaan jasa pemerintah, dan

pendapatan dari regulasi dan monopoli.

Kebijakan perpajakan akan berdampak signifikan jika disusun secara

komprehensif, dengan mempertimbangkan seluruh dampak yang dapat ditimbulkan

pada level ekonomi makro. Seperti dikutip dari Musgrave, yang menentukan baik

tidaknya sebuah kebijakan perpajakan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Penerimaan/pendapatan harus ditentukan dengan tepat.

2. Distribusi beban pajak harus adil. Setiap orang harus dikenakan pajak sesuai

dengan kemampuannya

3. Penanggung akhir beban pajak harus menjadi pokok perhatian.

4. Peraturan perpajakan harus mendukung kebijakan perekonomian dan tnendorong

pasar yang efisien,

5. Struktur pajak harus memudahkan penggunaan kebijakan pasar untuk

Inencapai stabilisasi dan pcrtumbuhan ekonomi

46
6. Sistem pajak harus menerapkan administrasi yang wajar dan mudah dipahami

oleh wajib pajak,

7. Biaya administrasi dan biaya pembayaran pajak lainnya harus dibuat serendah

mungkin

Penerimaan pajak harus dirumuskan secara tepat, sehingga bisa merefleksikan

kemampuan membayar dari seluruh wajib pajak yang ada sehingga tidak terlalu besar atau

terlalu kecil. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu besar, dikhawatirkan investor tidak akan

mau menanamkan modalnya di dalam negeri. Hal ini mengakibatkan multiplier efek yang

diharapkan pasar mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tidak tercapai. Pada

akhirnya, jumlah target penerimaan pajak tidak akan pernah tercapai. Sebaliknya jika

terlalu kecil, dikhawatirkan jumlahnya tidak dapat membiayai kegiatan pemerintah yang

bermanfaat untuk menciptakan value yang dapat merangsang perputaran gerak roda

ekonomi.

Keadilan perpajakan pada intinya adalah beban pajak harus terdistribusi

sedemikian rupa sehingga target pencapaian penerimaan pajak diimbangi dengan

mengurangi kesenjangan pendapatan golongan masyarakat yang kaya dengan golongan

masyarakat miskin. Kecilnya kesenjangan mendorong stabilisasi yang kondusif bagi

perbaikan ekonomi nasional.

Adanya kemungkinan peralihan beban pajak kepada penanggung akhir, perlu

dilakukan pengkajian mendalam dengan melakukan simuIasi yang menyeluruh untuk

dapat memperoleh gambaran dampak pembebanan penanggung akhir terhadap

stabilisasi ekonomi. Perlu dibuat aturan telonis yang simpel dan dapat menghindarkan

47
terjadinya salah sasaran. Jika pajak diterapkan atas produk tertentu, perlu dikaji serius

mengenai elastisitas permintaan dan penawarannya dalam ekonomi pasar .

Ekonomi yang terus tumbuh dan pasar yang efisien harus terus dijaga agar

kemakmuran masyarakat tidak rusak akibat adanya penerapan kebijakan perpajakan.

Kemungkinan pergcseran titik ekuilibrium kurva permintaan dan penawaran harus tcrus

diantisipasi dan terus diawasi dengan memasukkan pasar unsur spesiflk para pelaku

ekonomi setetnpat.

Kebijakan perpajakan harus tetap mengindahkan konsep kestabilan ekonomi.

Harus dapat ditentukan pada awal perumusan kebijakan bahwa implementasinya pada

akhirnya akan meminimalkan gejolak ekonomi, misalnya dengan adanya kegiatan

sosialisasi yang memadai. Ekonomi yang sering bergejolak biasanya tidak

menguntungkan iklim investasi. Dengan kata lain, investor terutama para pemodal asing

sangat mengharapkan adanya kepastian iklim berusaha.

Segala kebijakan harus mengacu pada kesederhanaan. Rumusan yang dipakai harus

menghindari kesalahpahaman yang menyebabkan kekacauan pada proses administrasi.

Simulasi terhadap bakal muncul nya kekeliruan yang tidak diharapkan harus disiapkan

secara matang. Simulasi ini menggunakan beberapa yang berbeda dan mengamati

hasilnya.

Segala biaya yang tidak berkaitan langsung dengan beban pajak sesungguhnya harus

diminimalkan. Hal ini untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pemilik modal

dalam rangka menghitung proyeksi keuntungan investasi. Dengan demikian, risiko biaya

tinggi yang tidak terduga akibat penyelewengan peraturan oleh oknum pelaku ekonomi

dapat dieliminasi.

48
b. Pembiayaan Sektor Publik dalam Ekonomi Islam

Terkait pembiayaan sektor publik oleh negara, berikut adalah beberapa instrumen

yang dikenal dalam Islam. 37

1). Zakat

Adalah sebagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan kepada

pemerintah/pengurus kaum Muslimin, untuk membiayai kebutuhan bersama

terutama yang menyangkut pengembangan SDM, Zakat adalah ibadah wajib yang

hampir selalu disebut di dalam Al-Qur'an bersama kewajiban shalat. Perintah

menegakkan shalat dan zakat secara bersama memberi gambaran perhatian Islam

terhadap spiritualitas ibadah, dan amal sosial. Dengan mencmpatkan hukum zakat

scbagai wajib, Islam menghendaki agar kaum Muslimin sejak sedini mungkin

memerhatikan program welfarc. Dengan demikian, zakat merupakan pungutan

yang bertujuan khusus (spcsific purpose tax) di mana negara wajib menggunakan,

singkatnya, untuk dana kemiskinan.

Ayat mengenai zakat sudah turun sejak periode Mekkah yang bersifat

dorongan pribadi, dan pada periode Madinah ketika Nabi SAW memegang

kekuasaan, zakat mulai ditentukan sebagai penerimaan negara yang terpenting.

Pada periode Mekkah zakat disyariatkan sebagai anjuran yang bersandar pada

kesadaran pribadi Muslimin akan perlunya membentuk sebuah masyarakat atau

umat yang berkeadilan dengan jalan membebaskan kemiskinan dan kefakiran

lainnya. Zakat disyariatkan untuk menjadi perekat umat dan akhirnya perekat

negara. Dengan adanya zakat, maka masyarakat bawah akan menikmati manfaatnya

37
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.24

49
berjemaah dan bermasyarakat Muslim. Oleh karena itu, membayar zakat dijadikan

ukuran persaudaraan dalam Islam. Penegakan masyarakat Islam dibina dari

penegakan shalat bersama penegakan zakat sekaligus atau bersamaan sesuai dengan

perintah dalam Al-Qur'an.

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas perbuatannya, kecuali orang-orang di

sebelah kanan, berada di dalam surga, mereka saling bertanya, tentang (keadaan)

orang-orang yang berdosa, "Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah

diperbuatnya. Kecuali golongan kanan. Berada di surga, mereka tanya menanya.

Tentang (keadaan) orang-orangyang berdosa. "Apakah yang memasukkan kamu ke

dalam Saqar (neraka) " Mereka menjawab: 'Kami dahulu tidak termasuk

orangorangyang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang

miskin". (QS. al-Muddatstsir (74): 38-44)

Mengingat surat di atas adalah termasuk surat yang awal turun, maka sejak

semula pendirian atau penegakan umat atau masyarakat Islam kecuali ibadah ritual

untuk mengingat Allah SWT sekaligus bertujuan menegakkan masyarakat yang

berkeadilan dengan program kemiskinannya. Pengorganisasian masyarakat harus

dilakukan dengan tertib atau memenuhi urutan tertentu dan salah satu urutan

pertama dan utama adalah menegakkan shalat (membuat masjid) dan

mengorganisasi zakat. 38

Gerakan Islam dewasa ini terlalu ditekankan kepada aspek ritual dan efek

utamanya yaitu orang mcnjadi berakhlak baik, kesopanan, kejujuran pribadi, tidak

terjerumus kepada kriminal yang akan mengganggu ketenangan masyarakat,

38
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.26

50
penguasa, dan orang mapan lainnya. Islam tidak mengatasi kemiskinan rakyat

dengan hanya menyuruh bersabar seperti itu, tetapi dilakukan solidaritas sosial dan

menangani masalah riil dengan menggerakkan zakat. Dalam surat Al-Maaun yang

juga merupakan surat pada periode Mekkah, ditegaskan bahwa melalaikan

program kemiskinan adalah salah satu bentuk pengingkaran agama atau kekafiran

itu sendiri.

Pada periode Madinah, pungutan zakat menjadi wajib dan diambil alih

oleh pemerintah dengan menugaskan amil atau petugas pemungut. Di Madinah

Nabi Muhammad SAW sekaligus memimpin negara, Nabi memutuskan perang

dan menugaskan pemungut zakat bagi Muslimin dan jizyah bagi nonmuslim yang

semuanya itu untuk membiayai kebutuhan publik. Kebutuhan publik pada negara

Islam awal sudah makin luas bukan saja masalah kemiskinan, tetapi juga

administrasi negara, birokrasi, guru, fasilitas fisik, dan kebutuhan negara yang

lain yang tentu saja bersifat sahaja.

Harta pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu yang

bersifat aliran (flow) dan yang bersifat mengendap (stock). Sebagaimana dibahas

sebelumnya, pajak dikenakan pada setidaknya tiga titik, yaitu saat mendapat

penghasilan, saat dibelanjakan, dan saat disimpan. Zakat juga dikenakan saat ada

aliran penghasilan, contohnya zakat mengenai hasil panen dengan tarif 5 persen

untuk pertanian budi daya, dan 10 persen untuk perkebunan/tanaman keras. Para

profesional atau para pekerja yang mendapat penghasilan setiap bulan dapat

diqiyas-kan sebagaimana petani memperoleh panen, keduanya bersifat flow. Para

51
profesional dapat dikenakan zakat 5 atau 10 persen tergantung tingkat kesulitan

pekerjaannya.

Kekayaan yang mengendap (stock) yang mencapai jumlah minimal tertentu

(nisab) dikenai zakat sebesar 2,5 persen dari nilai total kekayaan yang mengendap.

Jenis zakat ini misalnya dikenakan untuk simpanan emas, ternak, deposito, atau

uang di atas nisab tertentu.

Semua kewajiban di atas merupakan pungutan negara yang dibebankan atas

aliran penghasilan dan stok dari individu Muslim. Bagaimana halnya dcngan

individu nonmuslim yang tinggal di negara Muslilli. Warga negara nonmuslim

wajib dilindungi kehormatan, jiwa, dan hartanya dalam negara Muslim.

Sebagaimana Muslim dikenai beban zakat atas kebutuhan publik, warga

nonmuslim dikenai pajak yang disebut jizyah. Pada masa awal, jizyah dikenakan

kepada kelompok dengan cara menghitung jumlah laki-laki sehat dewasa, masing-

masing dikenakan satu dinar. Besar jizyah setelah administrasi negara membaik

ternyata diperlakukan progresif, yaitu dengan tarif empat dinar untuk orang kaya,

dua dinar untuk orang menengah, dan satu dinar untuk orang miskin. Besar jizyah

ditetapkan situasional berdasar keputusan pemerintah dengan melihat kemampuan

ekonomi warga.39

Dari Nu'man bin Zur'ah: Dia bertanya kepada Umar bin Khathab dan

berbicara dengannya tentang Nasrani bani Taghlib. Umar menginginkan agar

mereka membayar jizyah. Kemudian mereka berpecah belah di negeri itu. Nu'man

berkata kepada Umar: "Wahai Amirul Mukminin bani Taghlib adalah orang Arab,

39
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.27

52
mereka sulit membayar jizyah, karena tidak mempunyai harta. Mereka hanya

petani dan peternak, mereka biasa mengalahkan musuh, maka janganlah

menolong musuhmu". Maka Umar memutuskan atas mereka, yaitu sedekah

mudho'afahi.

Bagi penduduk nonmuslim yang miskin dan memasuki usia pensiun juga

diberikan santunan oleh negara dalam memenuhi keadilan dan prinsip negara

kesejahteraan. Riwayat berikut menunjukkan hal itu.

Umar bin Khathab suatu hari lewat di depan orang yang sudah tua dari ahlu

dzimmah yang tengah meminta-minta di gerbang kota. Maka Umar bertanya

kepadanya: "Apa yang memaksamu sehingga engkau melakukan hal ini?" Ia

menjawab: "Untuk membayar jizyah, karena usiaan tuntutan hidup". Lalu Umar

berkata: "(Sungguh kami bertindak idak adil) karena kami memungut jizyah di

waktu muda, kemudian amibiarkan engkau (telantar) setelah tua renta." Setelah

itu Umar men3ajak orang tua itu ke rumahnya dan ia berikan makanan. Lalu Umar

mengirim orang tua itu ke petugas baitulmal. Umar memerintahkan petugas

baitulmal agar tidak memungut jizyah dari orang itu, dan agar baitulmal

memberikan harta untuknya.

Pola yang dilakukan oleh Umar adalah bentuk sederhana dari negara

kesejahteraan. Dalam kehidupan modern, jizyah atas nonmuslim tidak lain adalah

kewajibannya kepada negara, dan hak-hak kesejahteraannya juga wajib dipenuhi

oleh negara.

Mengapa harus diskriminatif dengan memungut zakatbagi Muslim, dan

jizyah bagi nonmuslim, tidakkah hal itu diskriminatif? Tujuan negara Islam adalah

53
membuat negara di mana penduduknya sejauh mungkin dapat meningkatkan

seluruh amalnya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Hal ini membawa situasi

umum yang religius sangat berbeda dengan ingar-bingar negara modern sekuler

dewasa ini. Bernegara juga bagian dari pengabdian kepada Allah SWT yang dengan

demikian orang ikhlas dalam menunaikan kewajibannya. Dengan memungut zakat

bagi mayoritas Muslim di negara Muslim maka tujuan agar masyarakat

menjalankan aktivitas duniawinya dengan landasan ibadah tercapai secara

maksimal. Kelompok minoritas jika diwajibkan zakat yang terkait ibadah tentulah

melanggar hak asasi mereka. Memaksa membayar zakat atas penduduk nonmuslim

sama saja dengañ memaksakan agama yang dilarang di dalam Islam. Membebaskan

minoritas non Muslim tidak membayar kepada negara juga tidak adil karena

memberi hakhak istemewa. Pajak atau jizyah adalah jalan keluar agar penduduk

nonmuslim juga membayar pajak sebagai solidaritas sosial dan sebagai tanda

keterikatan kepada negara. 40

Dalam negara modern zakat bagi individu Muslim dan jizyah bagi

nonmuslim, dan pengembaliannya kepada asnafsebagai bentuk negara

kesejahteraan perlu diformalkan dalam undang-undang yang lebih terperinci dan

ditetapkan sesuai perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan demikian kewajiban

dan hak seluruh warga negara menjadi jelas, kapan seseorang wajib membayar dan

kapan seseorang berhak mcncrima dari pemerintahnya. Program kemiskinan di

berbagai negara Muslim, seperti program bantuan langsung tunai di Indonesia yang

dananya diperoleh dari pengurangan subsidi BBM justru terkesan temporer, yaitu

40
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.28

54
bantuan ini diberikan selama satu tahun, Undang-undang yang menjamin hal

tersebut bersifat program permanen dan menyeluruh perlu ditulis mengingat

penduduk yang besar dan perlu mekanisme yang jelas.

Negara-negara Muslim modern meletakkan kewajiban zakat di luar negara

dan menyusun hubungan sekuler antara negara dan warga negara melalui pajak.

Zakat di Indonesia dipungut oleh lembaga-lembaga amil independen. Zakat ini

bahkan mengalir ke Jakarta dari daerah. Pada waktu penyaluran, amil zakat

umumnya tidak memiliki data menyeluruh mengenai penduduk. Zakat yang

terkumpul dari berbagai penjuru, akhirnya disalurkan secara individual, yaitu

asnafyang kebetulan ditemukan di sekitar lembaga zakat.

Para peternak, pedagang, dan industrialis dikenai zakat 2,5 persen atas

nilai stock total. Tarif 2,5 persen atas stock ini tidak lebih rendah dari tarif5 atau

10 persen atas aliran penghasilan. Misalnya industri mulai bekerja dengan modal

satu miliar rupiah, setelah satu tahun mendapat keuntungan 200 juta, sehingga

modal perusahaan menjadi 1,2 miliar. Jika zakat didasarkan atas aliran

penghasilan (flow) dengan tarif sebesar 5 persen dikalikan 200 juta = 10 juta.

Akan tetapi, jika didasarkan pada stock dengan tarif2,5 persen dikalikan 1,2 miliar

= 30 juta. Di sini tampak bahwa sebenarnya zakat sektor sekunder dan tersier

industri dan perdagangan lebih besar dari zakat sektor primer pertanian.

Zakat merupakan penerimaan terpenting negara, tetapi pemerintah tidak

dapat menggunakannya sesuai dengan kepentingannya sendiri. Hasil pungutan

zakat merupakan singkatnya, dana kemiskinan yang penerimanya sudah

ditentukan, sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya mengenai

55
kesejahteraan. 41 Zakat hanya dapat digunakan untuk mengurus delapan

kelompok (asnaf) penerima sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya. Adopsi

zakat oleh pemerintah memberi kepuasan pada masyarakat wajib pajak, karena

pada dasarnya mereka para wajib pajak senang jika uangnya benar-benar dapat

tersalur kepada kelompok miskin.

2). Tanah dan SumberAlam

Banyak di antara negara Muslim masih bersifat agraris, di mana tanah dan

sumber alam yang terkandung di dalamnya menjadi sumber keuangan bagi negara

yang penting. Di kota-kota besar di mana nilai tanah menjadi sangat mahal, tanah-

tanah negara dapat disewakan untuk kegiatan perkantoran dan perdagangan.

Pinggir jalan masih dapat disewakan untuk iklan dan merupakan pendapatan

pemerintah kota yang penting.

Di daerah yang kurang penduduknya tanah negara digunakan untuk

perkebunan dan hutan konservasi, hutan budi daya, dan hutan alam. Di beberapa

lokasi yang lain dikandung berbagai bahan tambang, dan mineral, serta yang

menonjol di berbagai negara Muslim adalah bahan bakar. Laut juga merupakan

sumber penerimaan yang dapat dikelola oleh negara, di mana ikan, penyewaan
42
pelabuhan, dan juga tambang-tambang ditemukan.

Negara memperoleh tanah-tanah ini pada prinsipnya dengan dua jalan, ada

yang diperoleh dengan jalan damai dan diperoleh dengan perjuangan, seperti

pembebasan diri saat berdirinya negara Indonesia, dan ada juga yang diperoleh

41
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.29
42
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.30

56
dengan perang, misalnya penyatuan sekitar Jazirah Arab, penyatuan Indonesia pada

zaman Majapahit juga dilakukan dengan hal yang sama.

Jika tanah dan harta lain diperoleh dari peperangan disebut ghonimah, jika

pergantian pemerintahan tidak dengan peperangan tetapi mungkin dengan kudeta

atau memenangkan Pemilu, penyerahan secara damai negara jajahan dan cara-cara

lain maka tanah-tanah negara dan harta benda lainnya disebut fai. Sejarah tanah-

tanah negara di Indonesia, misalnya dimulai dari berbagai penaklukan yang

dilakukan pada pemerintahan Majapahit. Setelah Majapahit runtuh dan digantikan

oleh berbagai dinasti Islam, tanah yang luas tersebut justru disatukan di bawah

pemerintah kolonial Belanda. Akhirnya, melalui berbagai peperangan dan

perjanjian tanah-tanah tersebut kembali kepada pemerintah Indonesia. Batas-batas

pemilikan tanah dan laut di Indonesia sekarang merujuk kepada batas-batas yang

dikuasai pemerintah kolonial Belanda. Tanah termasuk di dalamnya tambang,

hutan, dan laut yang dibebaskan itu juga dikategorikan sebagai fai.

Fai secara literal berarti mengembalikan segala sesuatu. Secara hukum

berarti seluruh harta yang diperoleh dari musuh (pemerintah sebelumnya), baik

berupa tanah, dan juga barang bergerak yang ada di dalamnya. Dalam sistem

modern di mana pemerintahan silih berganti, maka seluruh tanah, apa yang

terkandung di dalamnya, perusahaanperusahaan dan harta bergerak di atasnya

tetap menjadi milik negara dan sah secara hukum dikelola untuk sumber keuangan

bagi pemerintah berikutnya.43

43
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.31

57
Pada masa Islam awal tanah-tanah taklukan dibagaikan sebagai tunjangan

tentara, tetapi pada waktu daerah Islam meluas dengan masuknya Irak di tangan

khalifah Umar bin Khathab, tanah-tanah tersebut tetap dimiliki oleh negara dan

hasilnya digunakan untuk membiayai keperluan publik. Tanah-tanah negara

tersebut dibudidayakan oleh negara dan sebagian disewakan atau dikerjasamakan

dengan rakyat.

Di Indonesia, hutan merupakan aset yang besar dan penting, hutan tersebut

selama ini diserahkan kepada perusahaan swasta dengan ketentuan memberi

kontribusi kepada negara. Sistem tersebut ternyata sangat rawan, karena sangat

mungkin terjadi perselingkuhan antara perusahaan dan pejabat pemerintah. Batas

penebangannya sering tidak ditepati, demikian juga pelestariannya dengan

penanaman kembali. Audit hutan sangat sulit karena medan berupa hutan, bahkan

pada hutan perkebunan di Jawa yang lebih teratur juga terjadi kesulitan

pengawasan. Pengelolaan hutan yang melenceng mendorong rakyat lain dan

bahkan sering aparat bersenjata ikut menjarah hutan.

Khalifah Islam awal mencontohkan pengelolaan tanah negara dengan

sistem sewa maupun bagi hasil. Sistem bagi hasil dengan membagi hutan kepada

rakyat dijamin akan terjadi batas yang jelas, dan juga penanaman kembali. Hal ini

disebabkan hutan tersebut menjadi penghasilan utama rakyat. Rakyat tentu akan

menjaganya sebagaimana tanah-tanah mereka sendiri.

Tambang-tambang yang penting dapat dieksploitasi sendiri oleh negara

atau dapat juga dikerjasamakan dengan prinsip bagi hasil dengan swasta. Minyak

dan emas di negara Muslim umumnya dikerjasamakan dengan pihak asing.

58
Minyak menjadi pemicu masuknya negara adidaya menancapkan kekuasaan di

negara-negara Muslim. Para pemimpin di negara Muslim yang berbentuk

kerajaan-kerajaan kecil umumnya sangat tergantung dengan kerja sama tersebut.

Ketergantungan ini hampir menyerupai zaman kolonial lama.

Kharaj adalah tanah negara yang diperoleh dari pemerintah sebelumnya

baik karena peperangan maupun suksesi damai (misalnya melalui pemilu).

Kharaj adalah pungutan untuk negara dari hasil tanah negara. Besarnya

pungutan negara atas pengelolaan tanah kharaj ditentukan oleh kebijakan

khalifah. Dalam negara modern bagi hasil atau pungutan atas tanah wajib ditulis

dengan undang-undang dan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi

penduduk. 44

Pada prinsipnya dalam syariat Islam dan sebagaimana hukum konvensional

mengatur elemen-elemen seperti pajak individual, pajak badan usaha, mengatur

mengenai tanah, hutan, laut, tambang, dan bangunan. Kelompok Islam fobia

mengampanyekan term-term Islam dengan sebutan yang menyimpang sepertifai

adalah merampok, jizyah sebagai diskriminasi dan sebagainya. Syariat adalah hal

yang niscaya, yaitu suatu aturan yang berusaha menjawab permasalahan riil dalam

kehidupan. Pada waktu Muslim bermasyarakat muncul aspek kebutuhan publik

khususnya kelompok miskin yang terpental dari persaingan, untuk itu disyariatkan

zakat individu, badan, dan jizyah. Bagaimana mengenai tanah, hutan, laut, tambang,

fasilitas umum, dan gedung-gedung publik yang dibangun pemerintah pra-lslam,

atau pemerintah apa pun yang disuksesi, misalnya dikalahkan dalam Pemilu,

44
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.32

59
apakah merupakan sumber penerimaan negara yang sah. Seluruh kekayaan tersebut

disebut fai, yang sama sekali merupakan hal yang alami, legal, dan nalar disahkan

sumber penerimaan pemerintah pelanjut. Bayangkan jika Islam mengizinkan harta

tersebut menjadi hak pemerintah lama, tetapi sama dengan hukum modern mana

pun Islam mengaturnya bahwa kekayaan fai sah secara hukum sebagai sumber

pendapatan pemerintah pelanjut.

Negara-negara Muslim baik yang bcrbcntuk dcmokrasi dan kerajaan, di

masa modern ini perlu meningkatkan administrasinya dengan menulis undang-

undang mengcnai pcrusahaan minyak, tambang, tanah, dan aneka suniber yang

dimilikinya. llal terscbut tidak dapat dikclola tanpa perundangan yang jclas dan

tcrperinci,
45
Ushur adalah bea cukai, pajak yang dikenakan ketika barang-barang

dibawa keluar atau masuk suatu wilayah negara. Beberapa Hadis menunjukkan

dilarangnya ushur atau bea cukai. Pemungutnya diancam tidak akan masuk surga.

Dalam hal ini, perdagangan barang antarnegara diharapkan terjadi dengan sebebas

mungkin. Ilmu ekonomi modern mengatakan bahwa jika perdagangan antarnegara

terjadi dengan bebas, tanpa pajak, maka kemakmuran semua negara peserta dalam

perdagangan akan meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh spesialisasi.

Perdagangan bebas mendorong masuk produk dari negara lain yang lebih efisien,

kemudian negara tuan rumah hendaknya menutup usaha yang tidak efisien,

sebaliknya mencurahkan sumber-sumbernya untuk memproduksi barang-barang

yang menjadi wilayah efisiensinya.

45
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.33

60
Namun terdapat atsar lain, Umar bin Khathab dan khalifah berikutnya

memungut ushur. Ushur atau pajak pabean dikenakan kepada penduduk dari negara

nonmuslim yang tidak memiliki perj anjian damai (darul harb) nonfree zone area.

Para pedagang nonmuslim yang memiliki perjanjian damai (dzimmy) dikenai

setengah dari tarif ushur, dan kepada warga negara sendiri dikenai seperempat dari

tarif ushur. Ushur dikenakan jika nilai perdagangan melebihi dari 3 dinar (1 dinar

= 4,25 gram emas murni), sedangkan pedagang-pedagang kecil dibebaskan.

Tarifpabean ushur adalah 10 persen.

Pada masa pemerintahan Muslim awal tarif ushur pedagang Muslim 2,5

persen dapat saling menggantikan dengan zakat. Jika terbukti pedagang ini sudah

mengeluarkan zakat untuk barang yang akan diekspor maka ia dibebaskan. Tarif

kepada pedagang nonmuslim ternyata bersifat retaliasi (pembalasan beban pajak),

karena pedagang Muslim yang masuk ke wilayah lain juga dibebani dengan jumlah

yang sama. Semula Nabi SAW melarang pajak pabean ini diriwayatkan oleh Uqbah

bin Amir bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga

orang yang mcmungut bea dan cukai". Hikmah dari pelarangan ini adalah supaya

terjadi perdagangan yang bebas, supaya kcbutuhan barang-barang di dalam negeri

terpenuhi dengan harga yang rcndah. Juga dapat terjadi spesialisasi dan efisiensi

dunia karena produksi utama dilakukan di negara-negara yang efisien serta

teknologi akan tersebar cepat untuk mengejar efisiensi tersebut, atau para

pengusaha akan berusaha di negara dengan sumber-sumber yang murall dan

melimpah. 46

46
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.34

61
Mula-mula tarif dikenakan atas status perorangan pedagang, di mana

keamanan yang menjadi tugas negara Islam awal kelihatannya diberikan man to

man. Namun terdapat juga laporan bahwa khalifah Umar memungut atas seorang

pedagang asing dengan tarifyang berbeda berdasar komiditas. Pada waktu itu

komoditas zaitun dipungut 5 persen dan komoditas kain dipungut 10 persen. Ini

berarti khalifah Umar ingin memperbesar suplai zaitun di dalam negeri, dan

sebaliknya untuk tekstil yang mungkin sudah mencukupi dipungut lebih tinggi,

dengan maksud melindungi pasokan tekstil yang sudah ada di dalam negeri.

Dewasa ini, pungutan pabean didasarkan atas komoditas. Komoditas yang

termasuk barang mewah dikenai pungutan yang tinggi (PPnBM), dan kebutuhan

lain yang lebih pokok dikenai pungutan yang lebih rendah. Namun untuk barang

kebutuhan pokok seperti beras dan gula, jika impor dibebaskan dari pungutan

dapat menurunkan harga di dalam negeri, dan menyebabkan kerugian para petani.

Perdagangan antarnegara sekarang umumnya dilakukan dengan pelaku

perusahaan yang pemilikannya bercampur, pajak pabean umumnya didasarkan tas

jenis komoditas yang ditetapkan sesuai kebijakan nasional masing-masing.

Organisasi perdagangan dunia (world trade organization = WTO),

melakukan pertemuan periodik yang bertujuan mengatur tarif perdagangan.

WTO memiliki ideologi pasar, di mana perdagangan bebas dengan tarifnol sangat

didambakan. Zona perdagangan bebas kini terbentuk seperti NAFTA (Nort

America Free Trade Area), AFTA (Asean Free Trade Area) yang secara bertahap

membebaskan antarnegara tersebut untuk komoditas tertentu. MEE (Masyarakat

Ekonomi Eropa), melangkah lebih jauh dengan menctapkan mata uang bersama.

62
Ushur di dalam syariat Islam tidak secara teknis terlalu berbeda dengan tujuan-

tujuan tersebut. Komoditas dan faktor produksi tertentu perlu sebebas mungkin

antarnegara, dan komoditas tertentu masih perlu dilindungi dari persaingan

negara lain, kebutuhan pragmatis begini juga pernah terjadi dalam khazanah

Islam. 47

3). Penerimaan Lainnya

Di samping penerimaan negara yang pokok sebagaimana diuraikan di atas,

pemerintah negara Muslim memiliki sumber lain seperti wakaf (pemberian aset

abadi dari rakyat untuk kebutuhan publik yang terbatas maupun tidak terbatas);

kalalah (bagian negara dari warisan); dan barang temuan, harta karun, dan lainnya.

Jika kebutuhan publik belum terpenuhi, negara dapat memungut pajak tambahan.

Negara juga dapat menerbitkan surat utang baik kepada rakyat maupun negara lain.

Utang publik pada prinsipnya akan dibayar oleh pemerintah berikutnya, oleh sebab

itu utang publik hanya sah (halal) jika dijamin diinvestasikan yang hasilnya dapat

dinikmati generasi atau pemerintah berikutnya. Utang publik yang digunakan untuk

tujuan mercusuar yang tidak menghasilkan dan bahkan dikorupsi, atau terselip

pertimbangan pribadi, misalnya mendapat honor yang besar sehingga cenderung

meloloskan proposal utang, merupakan tindakan berdosa kepada generasi berikut.

Utang publik hanya akan diridhai oleh pemerintah atau generasi berikut, jika jelas

peruntukkannya berupa investasi yang menghasilkan penerimaan yang lebih besar

dari kewajiban utangnya.

47
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.35

63
Sebagai rangkuman dari atas perbedaan berbagai jenis pungutan negara

terhadap rakyatnya, Setiaji (2005) membuat tabel perbandingan pada halaman

berikut ini :

Tabel 1.2
Perbandingan Pungutan Negera Modern dengan Muslim Klasik

Negara Modern Negara Muslim Klasik


Jenis Pengertian Jenis Pungutan Pengertian
Pungutan
Paiak Pungutan atas Zakat atas Pungutan negara tehadap
penghasilan penghasilan perorangan penghasilan kaum muslimin dan
perorangan individu berimplikasi
ibadah/religius,atas
penghasilan dari usaha
individual
Pajak Pungutan atas Zakat atas Pungutan atas usaha kaum
penghasilan penghasilan perusahaan perubahan modal muslim seperti pertanian,
badan lembaga bisnis perdagangan, dan industri,
serta berimplikasi ibadah.
Pajak Pungutan atas usyur Cukai/pungutan atas
Penjualan pembelian/komsumsi berbagai barang dagangan
suatu jenis barang sebagai retaliasi atau
pembalasan atas pajak negara
lain. Pajak Penjualan
domestik di dalam islam
tidak dikenal
Pajak Pungutan atas tana, Zakat harta Pungutan karena seseorang
Kekayaan bangunan dan isi menyimpan harta ( emas,
bangunan perak, rumah, ternak, surat
berharga dan sebagainya).
Retribusi, Pungutan-pungutan Kharaj Pungutan atas penggunaan
pajak daerah, yang umumnya tanah/aset negar, seperti
pajak atas dikaitkan dengan kompensasi pertanian, hak
layanan layanan pemerintah, penebangan hutan, dan
pemerintah seperti penggunaan sebagainya.
langsung, fasilitas publik, SIM,
regulasi KTP, dan sebagainya.
pemerintah
Jizyah Pungutan negara atas
penduduk non
muslim,sebagai penyimbang

64
kewajiban muslim yang
terkait kewajiban religius.

Pajak Tambahan Kewajiban tambahan jika


kewajiban zakat

3. Implikasi pembiyaan sektor publik oleh pemerintah


48
Persyaratan yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi di negara-negara

berpendapatan rendah termasuk dalam rangka kelanjutan pertumbuhan

perekonomiannya sama halnya seperti persyaratan yang diperlukan untuk

mempertahankan pertumbuhan ekonomi di negara yang relatif sudah maju. Namun di

luar itu, masih banyak persyaratan lain yang diperlukan. Untuk mencapai pertumbuhan,

tidak cukup hanya dengan cara penyediaan modal pembangunan (yang meliputi

investasi fisik dan investasi sumber daya manusia) serta proses teknologi yang

diperlukan, tetapi juga diperlukan sejumlah perubahan sosial dan kelembagaan yang

merupakan sebab dan akibat dari tingkat pembangunan perekonomian yang masih

rendah. Dalam hal ini, sektor publik memegang peranan penting terhadap semua unsur

pembangunan ini.

Menurut direktorat neraca pembayaran dan kerja sama ekonomi internasional,

penciptaan sumber-sumber domestik untuk menabung dan mananamkan modal secara

produktif merupakan landasan utama pembangunan yang berkelanjutan. Berapa pun

besarnya tingkat tabungan domestik, yang terpenting adalah jaminan terhadap

pengalokasian tabungan ini secara efisien dan dibutuhkan dalam arti sosial, politik,

dan pembangunan. Di samping itu, tingkat tabungan domestik yang sangat rendah juga

merupakan salah satu kelemahan struktural utama yang perlu dipecahkan di sebagian

48
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019,
h.36-37

65
besar negara berkembang, namun demikian, tabungan domestik tidak akan mencukupi

atau investasi nasional tidak akan berkualitas tinggi tanpa adanya disiplin ekonomi

makro,

Tantangan utama dari penggalian sumber dana domestik ini adalah bagaimana

meningkatkan upaya menggali pendapatan dari dana sumber-sumber domestik dan

bagaimana secara efektifdapat disalurkan untuk pembangunan sekaligus peningkatan

kapasitas produksi nasional. Dalam kerangka tersebut, diperlukan lingkungan yang

kondusif bagi terciptanya tabungan swasta, konsolidasi keuangan negara, dan adanya

ruang bagi inisiatif swasta. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan

kebijakan makroekonomi yang kondusif untuk mendukung terciptanya sumber dana

domestik dan pengalokasiannya secara efektif.

Hal kedua adalah upaya untuk penguatan sektor keuangan negara. Mobilisasi

pendapatan pemerintah tanpa mengganggu atau mengurangi inisiatif swasta

merupakan kunci utama pencapaian pertumbuhan. Dalam hal ini, disiplin fiskal

merupakan prasyarat pada keseluruhan rentang waktu untuk mempertahankan

pembiayaan defisit tetap rendah guna menghindarkan inflasi, menghindarkan

akumulasi utang pemerintah yang berlebihan serta menjamin agar pinjaman

pemerintah tidak menyedot sumber-sumber dana bagi sektor swasta dari pasar kredit

domestik. 49

Hal ketiga yang diperlukan dalam penggalian sumber-sumber dana domestik untuk

pembiayaan pembangunan adalah penguatan sektor keuangan domestik. Tujuan utama

sektor keuangan adalah menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke sektor-sektor

49
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.38

66
produktif. Penguatan dan pengembangan sektor keuangan domestik dilakukan dengan

mendorong berkembangnya pasar uang dan pasar modal yang baik melalui sistem

perbankan yang sehat dan pengaturan kelembagaan lain yang ditujukan kepada

kebutuhan pembiayaan pembangunan, termasuk nonperbankan, yang mendorong dan

menyalurkan tabungan serta membantu perkembangan investasi produktif.

Pembiayaan pembangunan yang paling besar saat ini bagi pemerintah adalah

melalui penerimaan pajak. Sistem perpajakan yang baik adalah sistem perpajakan yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap perekonomian negara. Jika tujuan tersebut

adalah mengoptimalkan tingkat produksi, kebijakan perpajakan yang dapat ditempuh

dapat dengan mengenakan pajak tidak langsung. Sebaliknya jika tujuan yang ingin

dicapai adalah pemerataan penghasilan, pajak langsung yang progresif lebih tepat untuk

diterapkan.

a. Dampak pajak terhadap sistem ekonomi

Secara umum, struktur perekonomian nasional (tanpa pajak) terdiri dari

pendapatan nasional (Y), jumlah konsumsi (C) dan tabungan (S). Hubungan dari

ketiga unsur tersebut adalah pendapatan nasional sama dengan jułnlah konsumsi

ditambah jumlah Tabungan (Y = C + S). Apabila seluruh tabungan (S) digunakan

sebagai investasi (S = I), maka tidak akan pernah terjadi inflasi atau deflasi.

Kadang-kadang yang muncul adalah jumlah tabungan (S) lebih besar dari jumlah

investasi (I) atau dengan kata lain, tidak semua tabungan digunakan untuk investasi

(S > I) maka akan terjadi kelesuan ekonomi, penurunan harga (deflasi), dan

pengangguran. Dan yang sering terjadi justru jumlah tabungan lebih rendah dari

67
jumlah investasi (S < I). Kondisi ini menyebabkan kegairahan ekonomi dan

kenaikan harga (inflasi).50

Gambar 1.1
Hubungan Pendapatan Nasional dengan Konsumsi serta Investasi

Gambar menunjukkan hubungan antara tingkat pendapatan nasional (Y),

dengan tingkat konsumsi (C), dan tingkat investasi (I). Pada tingkat pendapatan

nasional sebesar OY (S=I), perekonomian dalam keadaan seimbang, tidak ada

inflasi ataupun deflasi. Pada tingkat pendapatan OYI (S<I) terdapat

inflationarygap. Harga-harga cenderung terus naik sampai tidak ada lagi perbedaan

antara tabungan dan investasi. Pada kondisi ini instrumen pajak dapat digunakan

untuk menurunkan tingkat inflasi, menggeser kurva C+I ke bawah dengan

menerapkan pajak atas konsumsi. Sebaliknya pada tingkat pendapatan OY2 (S>I)

terdapat deflationary gap di mana harga-harga cenderung terus turun sampai tidak

50
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.39

68
ada lagi perbedaan antara tabungan dan investasi. Pada kondisi ini instrumen pajak

dapat digunakan untuk menurunkan tingkat inflasi, menggeser kurva C+I ke atas

dengan menerapkan pajak atas tabungan.

b. Dampak pajak terhadap komposisi produksi

Pajak dapat digunakan sebagai pendorong kepada pelaku ekonomi untuk

melakukan aktivitas tertentu dengan memberikan insentif. Berkaitan dengan

dimungkinkannya penerapan insentif pajak pada suatu daerah tertentu,

menimbulkan adanya beberapa alternatif pilihan yang dapat diambil oleh para

pelaku ekonomi.

Dengan kata Iain, pajak dapat menyebabkan pergeseran penggunaan faktor

produksi. Pergeseran yang dimaksud adalah dengan mengubah pola produksi

sehingga menghasilkan barang-barang yang lebih rendah biaya produksinya akibat

tarif pajak yang lebih kecil atau beralih produksi. Sebagai contoh, perusahaan dapat

saja mengurangi produksi barang yang merupakan objek pajak dan meningkatkan

produksi barang-barang Iain yang masih belum merupakan kategori barang kena

pajak. Perusahaan Iain dapat saja berpindah lokasi industri dari suatu tempat yang

mengenakan pajak yang tinggi ke tempat yang memberikan insentif pajak. 51

Seberapa jauh pengaruh pajak terhadap penggunaan faktor-faktor produksi

dipengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang-barang yang dihasilkan. Barang

yang tingkat permintaannya inelastis sempurna tidak akan terpengaruh dengan

adanya pengcnaan pajak. Konsumen akan membayar seluruh beban pajak yang

ditambahkan pada harga barang. Sebaliknya, jika elastisitas permintaan barang

51
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.40

69
adalah sempurna, perusahaan tidak dapat mengalihkan beban pajaknya pada harga

barang. Sehingga disarankan untuk barang-barang yang memiliki elastisitas tinggi,

dikenakan pajak yang ringan.

c. Dampak pajak terhadap usaha kerja

Sebagian besar penerimaan negara dari pajak di Indonesia adalah pajak

penghasilan yang dikenakan atas pendapatan para pegawai. Secara teoretis,

pegawai-pegawai tersebut mempunyai dua pilihan, yaitu bekerja atau tidak bekerja

(memanfaatkan waktu santai) akibat adanya pengenaan pajak penghasilan.

Secara mudah dikatakan, pajak mempunyai pengaruh negatif terhadap

kemauan usaha kerja. Pajak dapat menyebabkan orang menjadi kurang giat

bekerja. Orang lebih memilih untuk mempunyai lebih banyak waktu santai. Pada

kenyataannya, pengaruh pajak terhadap kemauan kerja individu memiliki sifat

yang lebih kompleks. Bagi sebagian orang, pajak tidak menimbulkan disinsentif

untuk bekerja. Juga tidak setiap kenaikan pajak akan memberi dampak negatif pada

tabungan masyarakat ataupun investasi.


52
Reaksi individu terhadap pengenaan pajak lebih banyak ditentukan oleh

elastisitas penawaran usaha. Bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan

rendah, biasanya permintaannya terhadap penghasilan adalah tinggi. Sehingga

elastisitas penawaran usahanya adalah tinggi di mana dengan turunnya

pendapatan, justru akan mendorong kemauan kerja yang lebih besar. Adapun bagi

mereka yang kurang peduli dengan gaya hidup mewah, permintaannya terhadap

52
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.41

70
penghasilan rendah sehingga elastisitas penawaran usaha dalam hubungannya

dengan penghasilan adalah rendah juga.

d. Dampak pajak terhadap distribusi pendapatan

Tujuan pembangunan suatu negara pada umumnya adalah peningkatan

pendapatan per kapita nasional, penciptaan lapangan kerja, dan distribusi

pendapatan yang merata dan keseimbangan dalam neraca pembayaran

internasional. Secara teori, semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi

pula persentase pendapatan yang ditabung. Dari kelompok-kelompok kaya inilah

diharapkan sejumlah dana tabungan yang dapat digunakan untuk invcstasi. Dengan

kata lain, masyarakat kelompok miskin tidak punya kemampuan tabungan dan

investasi. Menurut pengertian ini, pendapatan nasional yang dikenai pajak akan

banyak Mempengaruhi turunnya jumlah tabungan masyarakat bukan pada porsi

pendapatan yang dikonsumsi yang diasumsikan tetap. Tetapi pada kenyataannya,

keadaan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pola konsumsi

masyarakat cenderung lebih tinggi dari pola konsumsi masyarakat di negara-

negara maju. Sehingga sulit didapatkan dana tabungan masyarakat. Penarikan dana

masyarakat secara sukarela dengan iming-iming bunga yang tinggi pada akhirnya

juga ikut berpengaruh pada tingkat inflasi nasional.53

Berdasarkan kenyataan tersebut, kebijakan perpajakan di Indonesia lebih

banyak diterapkan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan di masyarakat. Hal

ini dilakukan dengan menerapkan tarifpajak progresif dan minimum pendapatan

yang dapat dikenakan pajak. Kelemahan dari tarif pajak progresif adalah menekan

53
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.42

71
pada kelompok-kelompok kaya pemilik modal sehingga mereka malas bekerja,

menabung, dan melakukan investasi.

4. Kebijakan pengeluaran dan pengelolaan keuangan publik oleh negara

Peranan kebijakan pengeluaran dalam pembangunan ekonomi kurang disorot

bila dibandingkan dengan kebijakan perpajakan, dan data pembanding lebih sukar

diperoleh. Negara-negara berpendapatan rendah menghabiskan banyak pengeluaran

untuk pendidikan dan kesehatan sementara tunjangan sosial kurang diperhatikan.

Dalam kadar tertentu, banyak pengeluaran untuk pendidikan juga mencerminkan

tingginya biaya pendidikan di negara-negara ini. Besarnya tunjangan sosial di negara

kaya mencerminkan sistem jaminan sosial yang lebih baik.

Peranan strategis dari investasi pcmerintah dalam pembangunan ekonomi

sebagian dilandasi oleh belum berkembangnya pasar modal swasta dan sebagian karena

kurangnya bakat entrepreneurial (kewiraswastaan) masyarakat, Hal ini juga dilandasi

oleh kenyataan bahwa tipe investasi yang diperlukan pada tahap-tahap awal

pembangunan sering kali memerlukan jumlah beşar sepetti untuk pembangunan sistem

transportasi atau pembukaan suatu daerah yang terbelakang, Lebih jauh lagi, investasi

semacam ini menghasilkan manfaat eksternal sehingga penyediaannya sebaiknya

dilakukan oleh pemerintah. 54

Karena itü tidak mengherankan jika pengembangan investasi pemerintah

memainkan fungsi utama dalam perancangan rencana pembangunan di negara sedang

berkembang. Dalam konteks ini, penggunaan analisis biaya-manfaat sangat penting.

Negara berkembang bisa dihantui oleh pemborosan sumber daya, namun evaluasi

54
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.43

72
proyek yang efisien merupakan suatu tugas yang sukar. Di satu pihak analisis

biayamanfaat akan lebih mudah diterapkan di negara berkembang dari pada negara

maju, karena investasi pemerintah lazimnya dimaksudkan untuk penyediaan barang

antara yang nilainya bisa diukur dengan melihat pengaruhnya terhadap harga barang

yang disediakan oleh swasta. Jadi, manfaat dari proyek transportasi atau irigasi dapat

dinilai berdasarkan penurunan biaya prodük yang ditimbulkannya di pasar. Suatu

ukuran yang tidak bisa diperoleh jika pengeluaran publik digunakan untuk

menghasilkan barang jadi untuk konsumsi. Tetapi di pihak lain, pelaksanaan

evaluasinya di negara sedang berkembang lebih sulit.

Pengelolaan keuangan publik oleh negara menjelaskan belanja publik dan

teknik yang digunakan oleh pemerintah untuk membiayai belanja tersebut. Keuangan

publik juga menganalisis pengeluaran publik untuk membantu kita dalam memahami

mengapa jasa tertentu harus dişediakan oleh negara dan mengapa pemerintah

menggantungkannya pada jenis-jenis pajak tertentu. Dalam keuangan publik, sebagai

contoh, uraian mengapa pertahanan nasional harus dikelola oleh negara sedangkan

makanan diserahkan kepada swasta dan mengapa suatu negara menggunakan

komposisi berbagai jenis pajak—bukan pada pajak tunggal—merupakan hal-hal

yang dibahas di dalamnya.


55
Setiap keputusan publik yang diambil pemerintah mempunyai pengaruh

pada ekonomi dan keuangan rumah tangga dan swasta. Sehingga, penting untuk

mengembangkan model ekonomi yang membantu menjelaskan arti alokasi sumber

daya yang efisien atau optimal, arti keadilan, dan antisipasi akibat finansial maupun

55
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.44

73
ekonomi atas suatu keputusan publik. Dengan demikian, fokus keuangan publik

adalah mempelajari pendapatan dan belanja pemerintah dan menganalisis implikasi

dari kegiatan pendapatan dan belanja pada alokasi sumber daya, distribusi

pendapatan, dan stabilitas ekonomi.

Pengelolaan keuangan publik oleh negara sebagaimana disinggung dalam

pembahasan sebelumnya, menyangkut kondisi-kondisi adanya eksternalitas yang

perlu dikendalikan pemerintah, adanya barang publik yang perlu disediakan oleh

pemerintah, adanya mekanisme pasar yang perlu diintervensi pemerintah karena

berbagai alasan, perlunya pencapaian kondisi stabil dalam ekonomi di mana peran

pemerintah sangat dominan, dan sebagainya. Pengelolaan keuangan publik oleh

negara juga harus memerhatikan aspek institusi publik, keseimbangan publik yang

dicapai melalui proses pemilihan umum. Hasil pemilihan umum ini akan

menghasilkan keputusan di antaranya menyangkut penyediaan barang dan jasa

publik, dan juga alokasi dan distribusi sumber daya.

Pemerintah dalam pengelolaan keuangannya juga harus memerhatikan bagaimana

cara memperoleh pendapatan dan melakukan belanja publik dalam rangka penyediaan

barang dan jasa publik untuk kesejahteraan masyarakat.

Secara ringkas, pengelolaan keuangan publik oleh negara/pemerintah dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Pengelolaan keuangan publik oleh negara tecermin dalam kebijakan anggaran.

Secara simultan, kebijakan anggaran mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Peningkatan pelayanan pemerintah perlu diikuti dengan kenaikan pajak.

74
b. Distribusi pendapatan ke kelompok rendah/tinggi perlu diikuti pengenaan pajak

progresif atau sebaliknya.

Gambar 1.2
Pengelolaan Keuangan Publik oleh Negara

c. Kebijakan yang lebih ekspansionis diperlukan dengan menaikkan pengeluaran


publik atau dengan menurunkan pajak.
56
Pada masa Orde Baru, anggaran di Indonesia menganut sistem anggaran

berimbang. Pada sistem ini pinjaman luar negeri dimasukkan sebagai unsur

penerimaan negara. Sistem ini kemudian dikenal sebagai APBN berimbang dan

dinamis. Tujuan utama dari diterapkannya sistem ini pada awal orde baru menurut

56
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.45

75
Seda (2004), dimaksudkan mengurangi hyper-inflation yang mencapai 650 0/0

akibat adanya kegiatan pencetakan uang terus-menerus untuk menutupi defisit

anggaran. Dalam beberapa periode lanjut Seda (2004), sistem tersebut cukup efektif

mengendalikan inflasi. Seluruh pengeluaran rutin dalam sistem ini diusahakan untuk

ditutup dari penerimaan dalam negeri. Adapun pinjaman luar negeri digunakan

untuk pembiayaan pembangunan. Selanjutnya, secara terus-menerus diusahakan

agar penerimaan dalam negeri dapat lebih tinggi dari pengeluaran rutin sehingga

tercipta tabungan pemerintah yang dapat digunakan sebagai bagian belanja

pembangunan. Agar tidak terjadi tambahan inflasi akibat adanya utangs scluruh nilai

utang digunakan untuk kcgiatan pcmbclian barang-barang impor. Sistem ini berlaku

sampai dengan tahun 1999. Setclah itu diberlakukan balance budgct yang mengakui

adanya budget surplus dan budget deficit.57

Di dalam konsep anggaran perlu dibedakan antara penerimaan versus

pendapatan, dan pengeluaran versus belanja. Yang pertama, penerimaan publik

tidak selalu berupa pendapatan publik. Karena ada beberapa aktivitas yang

mengakibatkan aliran dana masuk yang tidak menambah kekayaan neto negara,

seperti penerimaan kembali anggaran pengeluaran yang tidak terpakai. Adapun

pendapatan publik pasti menyebabkan kenaikan kekayaan neto negara, contoh

penerimaan pajak. Berikutnya, pengeluaran publik tidak selalu identik dengan

belanja publik. Pengeluaran publik seperti pembayaran pokok utang akan diikuti

dengan pengurangan liabilitas publik sehingga tidak mengurangi kekayaan neto

57
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.46

76
negara. Belanja publik pasti mengurangi kekayaan neto negara, misalnya

pembayaran bunga utang.

Pada umumnya proses formulasi anggaran dilakukan oleh eksekutif yang

khusus menangani anggaran negara. Lembaga tersebut biasanya di bawah

naungan Departemen Keuangan yang bertugas mengoordinasikan usulan

anggaran pembiayaan dan pengeluaran dari instansi-instansi terkait, serta

mendistribusikannya sesuai urutan prioritas kegiatan dan tersedianya dana. Proses

penyusunan dapat memakan waktu hingga beberapa bulan, tergantung

kompleksitas struktur pemerintahan yang dilayani.

Pada kebanyakan negara, anggaran disusun untuk masa satu tahun.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya sering dijadikan landasan

penyusunan anggaran tahun berikutnya. Namun hal ini tidak mencerminkan bahwa

seluruh kegiatan harus dibiayai secara bertahap. Pemerintah dapat saja melakukan

perubahan drastis terhadap beberapa pengeluaran jika dipandang perlu dipilih

sebagai reaksi atas perubahan indikator perekonomian. Beberapa indikator ekonomi

yang biasa diikutkan dalam pembahasan anggaran antara Iain: ekspektasi

pertumbuhan ekonomi, inflasi dan karakteristik makroekonomi Iainnya seperti harga

minyak mentah dunia.

Setiap siklus anggaran memiliki problem tersendiri. Problem pada fase

penyusunan dan pembahasan lebih banyak akibat adanya campur tangan politik.

Adapun pada pclaksanaan dan pemeriksaan lebih mengarah pada isu-isu

77
manajemen dan akuntansi. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, kombinasi
58
konflik antara manajemen dan politik perlu diakomodasi secara memadai.

Pada umumnya negara berkembang, problem anggaran yang dihadapi

meliputi penentuan asumsi ekonomi dan indikator fiskal. Negara-negara tersebut

seperti halnya Indonesia, menghadapi kerentanan terhadap fluktuasi perdagangan

dunia, menentukan jumlah ideal penyerapan pendapatan publik melalui pajak,

koordinasi pembangunan terencana dalam jangka panjang serta berkesinambungan.

Beberapa permasalahan mungkin diakibatkan oleh faktor-faktor di luar kontrol, akan

tetapi banyak juga ketidakefisienan yang disebabkan oleh praktik penyusunan

anggaran yang tidak fair. Sebagian anggaran mengalami kebocoran atau penggunaan

yang tidak selaras dengan pembangunan perekonomian berkesinambungan. Hal ini,

dapat juga disebabkan oleh lembaga legislatif dan pemeriksa yang tidak independen

atau tidak mempunyai kapasitas sebagaimana mestinya.

58
Huda Nurul, Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoretis dan Sejarah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019, h.47

78
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori permintaan uang menyatakan bahwa jumlah uang yang diminta oleh suatu

perekonomian akan bergantung pada beberapa faktor, seperti tingkat suku bunga, tingkat

harga, dan tingkat pendapatan. Secara umum, semakin tinggi tingkat suku bunga,

semakin rendah permintaan uang, sedangkan semakin tinggi tingkat harga dan

pendapatan, semakin tinggi permintaan uang. Teori ini berbicara tentang hubungan

antara permintaan uang dan faktor-faktor ekonomi, yang dapat membantu dalam

memahami perilaku konsumen dan kebijakan moneter di suatu perekonomian.

Pembiayaan sektor publik adalah suatu proses pengalokasian dana oleh pemerintah

untuk mendukung kegiatan dan program publik yang bersifat umum dan bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai sumber pendanaan utama, penerimaan

pajak dan penerimaan non-pajak menjadi sumber utama pendapatan negara yang

digunakan untuk membiayai sektor publik

Dalam pengelolaan pembiayaan sektor publik, pemerintah harus

mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan serta

memastikan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan dana agar tidak mengalami

defisit anggaran. Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

anggaran publik juga menjadikan pengambilan keputusan dan pelaksanaan program

publik lebih transparan serta mampu menanggulangi tindakan korupsi di sektor publik.

79
Pembiayaan sektor publik juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan pembangunan terutama bagi sektor yang kian rawan seperti sektor

kesehatan, pendidikan, air, sanitasi, dan infrastruktur. Oleh karena itu, keterlibatan dan

dukungan masyarakat menjadi penting dalam menjaga transparansi dan pengawasan

pengelolaan pembiayaan sektor publik agar terhindar dari tindakan penyelewengan.

B. Saran

Diharapkan bagi Pemerintah untuk memprioritaskan alokasi anggaran untuk

sektor-sektor publik yang krusial seperti kesehatan, pendidikan, keamanan, dan

transportasi, serta pastikan bahwa anggaran tersebut disalurkan dengan efisien dan

transparan. Pemerintah juga diharapkan mengurangi belanja yang tidak perlu dan

meningkatkan efisiensi pada sektor-sektor yang membutuhkan sumber daya lebih

besar, seperti infrastruktur dan energi. mencari sumber pendanaan baru, seperti dengan

melakukan kerja sama dengan pihak swasta atau pihak donor internasional. Selain itu

Pemerintah diharapkan untuk mempertimbangkan melakukan reformasi fiskal,

termasuk pengurangan subsidi yang tidak efektif dan pengenaan pajak yang adil dan

efektif pada warga negara yang mampu membayar, serta dapat menggunakan

tekonologi terbaru untuk meningkatkan efisiensi pada pengelolaan anggaran.

Bagi masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa setiap program atau proyek

yang didanai oleh pemerintah berasal dari uang rakyat, sehingga penting untuk

memastikan bahwa pengelolaannya benar-benar transparan dan efisien. Setiap warga

negara seharusnya membayar pajak secara tepat waktu dan jangan menghindarinya.

80
Mendukung pengelolaan anggaran dan pembiayaan sektor publik secara transparan,

dan ketahui bagaimana pengelolaan tersebut mempengaruhi perencanaan dan

pelaksanaan program dan proyek publik. Serta mengajak pemerintah untuk terus

berinovasi dan mencari sumber pendanaan alternatif yang dapat memperkuat kapasitas

pengelolaan sektor publik.

81
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M Nur Rianto Al. 2017. Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis.
Bandung: Pustaka Setia.

Chapra, M. Umar, 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta : Gema Insani.

Huda, Nurul. 2008. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Huda, Nurul. 2015. Keuangan Publik : Pendekatan Instrumen Kebijakan dalam Perspektif Islam.
Jakarta : Gramedia.

Juhro, Solikin M, dkk. 2019. Keuangan Publik dan Sosial Islam Teori dan Praktik.
Depok: Rajawali Press.

Karim, Adiwarman Azwar. 2008. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Muhammad. 2018. Ekonomi Moneter Islam. Yogyakarta: UII Press

82

Anda mungkin juga menyukai