Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TINGKAT BUNGA
DAN INSTRUMEN ZAKAT SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN
KEUANGAN NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ekonomi Moneter dan Keuangan Publik Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. Syahriyah Semaun, S.E., M.M

Oleh:
KELOMPOK 7

Arjun (20203860102009)
Umrah Yani Umar (20203860102010)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridohi segala usaha kita. Amin.

Parepare, 10 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3

Bab II Pembahasan

A. Tingkat Bunga ............................................................................................. 4

1. Pengertian Suku Bunga ........................................................................... 4

2. Fungsi Suku Bunga ................................................................................. 5

3. Tingkat Bunga Nominal .......................................................................... 6

4. Tingkat Bunga Riil .................................................................................. 6

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Suku Bunga ......................... 7

6. Peran Suku Bunga dalam Perekonomian ................................................ 10

B. Instrumen Zakat sebagai Sumber Penerimaan Keuangan Negara ............... 11

1. Harta dan Kekayaan dalam Keuangan Publik Islam............................... 11

2. Zakat sebagai sumber Penerimaan Keuangan Negara ............................ 12

a. Konsep Dasar Keuangan Negara ........................................................ 12


b. Esensi Utama Zakat ............................................................................ 15

c. Zakat sebagai Instrumen Utama dalam Keuangan Publik .................. 17

3. Sumber Zakat dan Potensi Zakat ............................................................ 19

4. Zakat sebagai Alat Ukur Kemakmuran................................................... 21

5. Hubungan Zakat dengan Ekonomi Makro .............................................. 24

ii
Bab III Penutup

A. Kesimpulan....................................................................................................... 27

B. Saran ................................................................................................................ 30

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang

senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi

secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunya dampak

penting terhadap kesehatan perekonomian. Ia mempengaruhi keputusan seseorang

atau rumah tangga dalam mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau

menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi

keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan

melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas. Jadi dapat kita

ketahui bersama ketika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka

menyimpan uang mereka di bank karena ia akan mendapat bunga yang tinggi.

Sebaliknya jika suku bunga rendah masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk

menyimpan uangnya di bank dan akan menarik dana mereka yang ada di bank.

Dalam hal ini ternyata tingkat suku bunga sangat mempunyai pengaruh penting

terhadap minat masyarakat terhadap dunia perbankan. Suku bunga bank antara

satu bank dengan bank lainnya berbeda. Ada yang menetapkan bunga tinggi

ataupun rendah. Biasanya suku bunga yang tinggi diberikan jika nasabah
melakukan transaksi dalam jumlah besar dan jumlah transaksi kecil diberikan

bunga yang rendah. Atau bisa juga jumlah besar kecil ini tergantung pada

kebijakan yang diberlakukan di bank itu sendiri tidak terkait dengan faktor

eksternal bank Bunga bank masih pro dan kontra, namun bagaimanapun juga

untuk memilih apakah kita akan menghalalkan atau mengharamkannya tentu kita

harus memahami terlebih dahulu pengertian suku bunga bank agar tidak salah

memilih pendapat.

1
Selain itu dari segi zakat sebagai pendapatan negara Zakat adalah sejumlah

harta tertentu dari harta Allah yang wajib untuk diserahkan pada orang-orang yang

berhak menerimanya. Adapun orang yang berhak untuk menerimanya

digolongkan kepada delapan asnaf yaitu: fakir, miskin, „amil, mu‟alaf, riqab,

gharim, fi sabilillah, ibn sabil. Zakat merupakan suatu kewajiban bagi setiap

muslim karena zakat termasuk dalam Rukun Islam yang ketiga, zakat juga erat

kaitannya dengan aspek sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan. Zakat memiliki

peran sebagai distribusi dan redistribusi penghasilan dari golongan mampu kepada

golongan yang kurang atau tidak mampu dan pada dasarnya merupakan

pengembalian sebagai harta kekayaan orang-orang yang mampu untuk menjadi

milik orang yang tidak mampu. Pelaksanaan zakat sebenarnya bukan hanya untuk

kepentingan penerima zakat (Mustahik), melainkan merupakan hal yang penting

bagi kedua belah pihak. Bagi penerima zakat (Muzakki) pelaksanaan zakat

mempunyai banyak manfaat untuk diri sendiri. Melalui zakat manusia

membuktikan bahwa keberadaanya didunia adalah sebagai hamba Allah SWT.

Dengan mengeluarkan zakat jiwa manusia dapat dibersihkan dari perasaan dan

keinginan menuhankan harta, kekikiran, kebatilan, egoistis, maupun sikap

merendahkan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian suku bunga ?

2. Apa fungsi dari suku bunga ?

3. Bagaimana tingkat bunga nominal ?

4. Bagaimana tingkat bunga riil ?

5. Apa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku bunga ?

6. Bagaimana peran suku bunga dalam perekonomian ?

7. Bagaimana harta dan kekayaan dalam keuangan publik Islam ?

2
8. Bagaimana zakat sebagai sumber penerimaan keuangan negara ?

9. Bagaimana konsep dasar keuangan negara ?

10. Bagaimana esensi utama zakat ?

11. Bagaimana zakat sebagai instrumen utama dalam keuangan publik ?

12. Bagaimana sumber zakat dan potensi zakat ?

13. Bagaimana zakat sebagai alat ukut kemakmuran ?

14. Bagaimana hubungan zakat dengan ekonomi makro ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian suku bunga.

2. Untuk memahami fungsi dari suku bunga.

3. Untuk memahami tingkat bunga nominal.

4. Untuk memahami tingkat bunga riil.

5. Untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku

bunga.

6. Untuk memahami peran suku bunga dalam perekonomian.

7. Untuk memahami harta dan kekayaan dalam keuangan publik Islam.

8. Untuk memahami zakat sebagai sumber penerimaan keuangan

negara.

9. Untuk memahami konsep dasar keuangan negara.


10. Untuk memahami esensi utama zakat.

11. Untuk memahami zakat sebagai instrumen utama dalam keuangan

publik.

12. Untuk memahami sumber zakat dan potensi zakat.

13. Untuk memahami zakat sebagai alat ukut kemakmuran.

14. Untuk memahami hubungan zakat dengan ekonomi makro.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tingkat Bunga

1. Pengertian Suku Bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank yang

berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual

produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus

dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus

dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Dalam

kegiatan perbankan ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu:

a. Bunga simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah

yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus

dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya jasa giro, bunga tabungan dan bunga

deposito.

b. Bunga pinjaman

Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus

dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Contohnya bunga kredit.1

Sedangkan menurut Miller bahwa bunga bank adalah sejumlah dana,

dinilai dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur), sedangkan suku
bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Harga sewa dari uang

itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai presentase

tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari

meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah

satu variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena

1
Kasmir, Dasar Dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, h. 154.

4
dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung kehidupan

masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan

perekonomian mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan. Edmister

mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu : 1) State rate

adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk

menghitung beban bunga 2) Annual percentage rate adalah tingkat bunga

disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan

jumlah pokok yang benar-benar dipinjam 3) Yield adalah tingkat bunga yang

ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat : jumlah

seluruhnya yang benarbenar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar

kembali pada akhir tahun beserta bunga. Definisi pertama, stated rate,

mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi kedua, annual

pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen

tingkat bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang

diperlukan untuk menghitung tingkat bunga ekuivalen dengan satu standar yang

ditentukan secara jelas.2

2. Fungsi dari Suku Bunga

Fungsi dari suku bunga ada beberapa yaitu:

a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna


mendukung pertumbuhan perekonomian. Sebagai daya tarik bagi para

penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya

memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan

hasil tertinggi.

2
Cecep Taufiqurrochman, Seluk Beluk tentang Konsep Bunga Kredit Bank, Jurnal
Kebangsaan, Vol 2 No 3, 2013, h. 13.

5
c. Menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan permintaan akan

uang dari suatu negara.

d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui

pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi. 3 Suku bunga

dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan

penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu

perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu

sektor industry tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industry

tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah member tingkat bunga

yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

3. Tingkat Bunga Nominal (Nominal Interest Rate)

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa

depan. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati di

pasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan

inflasi. Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai

tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan daya beli dengan

tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r

tingkat bunga rill, dan ᴨ tingkat inflasi, maka hubungan di antara ketiga variable

tersebut bias ditulis sebagai berikut


r=i-ᴨ

Tingkat bunga riil adalah perbedaan di antara tingkat bunga nominal dan

tingkat inflasi.

4. Tingkat Bunga Riil (Real Interest Rate)

Tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga

dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang

3
Cecep Taufiqurrchman, Seluk Beluk tentang Konsep Bunga Kredit Bank, h. 13.

6
menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah

memperhitungkan inflasi.

Bila dikaitkan dengan persamaan di atas dapat melihat tingkat bunga

nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi.

i=r+ᴨ

Persamaan di atas disebut persamaan Fisher (fisher equation), diambil dari

nama belakang ekonom Irving Fisher (1867-1947). Persamaan itu menunjukkan

tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan yaitu tingkat bunga riil berubah atau

karena tingkat inflasi berubah.

Setelah memisahkan tingkat bunga nominal menjadi dua bagian, dapat

digunakan persamaan ini untuk mengembangkan teori yang menjelaskan tingkat

tingkat bunga nominal menunjukkan bahwa tingkat bunga riil menyesuaikan

untuk menyeimbangkan tabungan dan investasi. Teori kuantitas uang

menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan uang menentukan tingkat inflasi.

Persamaan Fisher lalu meminta menambahkan tingkat bunga riil dengan tingkat

inflasi untuk menentukan tingkat bunga nominal.

Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama menyatakan bagaimana

pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Menurut teori

kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen


menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher,

kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan 1

persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu untuk satu antara tingkat

inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (fisher effect).4

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Suku Bunga

a. Kebutuhan dana

4
N. Gregory Mankiw, 2007, Makroekonomi, Edisi Enam, PT. Erlangga, h. 89-90.

7
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi dengan miningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan

bunga simpanan secara otomatis akan miningkatkan bunga pinjaman.

Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara

permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

b. Persaingan

Dalam merebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,

yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

Misal bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak membutuhkan

dana cepat sebaiknya bunga pinjaman dinaikkan diatas bunga pesaing

misal 17%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus dibawah

bunga pesaing.

c. Kebijaksanaan pemerintah

Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh

melebihi yang sudah ditetapkan pemerintah.

d. Target laba yang diinginkan

Jika laba yang diinginkan besar (spread) maka bunga pinjaman ikut

besar dan sebaliknya.


e. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi

bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko di masa

mendatang.

f. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka akan semakin rendah

bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Contoh jaminan

8
sertifikan deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan

utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila

kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti

sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih

mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

g. Repurtasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, hal

ini disebabkan karena kemungkinan risiko kredit macet dimasa

mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

h. Produk yang kompetitif

Yaitu produk yang dibiayai di pasar, bunga kredit yang diberikan

relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang

kompetitif.

i. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama

(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan

kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap

bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik


dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunga berbeda

dengan nasabah lainnya.

j. Jaminan pihak ketiga

Berkaitan dengan pemberian bunga jika penjamin bonafid, baik dari

segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap

bank, maka bunga yang dibebankan akan berbeda begitu sebaliknya.5

5
Yani Dwi Restanti, 2018, Moneter dan Perbankan Konvensional dan Syariah, h. 85.

9
6. Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

Menurut Hermawan, tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator

moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa kegiatan perekonomian

sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk

melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi

keputusan untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan

memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

b. Tingkat suku bunga juga akan memengaruhi pengambilan

keputusan pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real

assets ataukah pada financial assets.

c. Tingkat suku bunga akan memengaruhi kelangsungan usaha pihak

bank dan lembaga keuangan lainnya.

d. Tingkat suku bunga dapat memengaruhi nilai uang beredar.

Masing-masing dampak penetapan suku bunga saling terkait dan saling

memengaruhi satu sama lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam hal ini adalah pihak

investor, deposan/pemilik dana, perbankan, dan otoritas moneter yang diwakili

oleh bank sentral. Saling berkaitan dari dampak penetapan suku bunga tersebut

dapat dijelaskan dengan contoh berikut. Jumlah dana yang dapat dikumpulkan
oleh suatu bank yang mempengaruhi kemampuan bank yang bersangkutan dalam

menyediakan kredit. Kredit yang diberikan bank akan mempengaruhi jumlah

investasi dalam memperluas kegiatan suatu bisnis. Selisih tingkat bunga yang

dibebankan kepada peminjam dengan bunga yang dibayarkan kepada deposan

akan mempengaruhi kelangsungan hidup bank sentral.6

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi

6
Jimmi Hasoloan, Ekonomi Moneter, 2014, Yogyakarta: Deepublish, h. 181.

10
keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi

yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka

peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu

jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat

pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.

Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang

mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku

bunga. Semakin rendah tingkat suku bunga yang harus dibayar para pengusaha,

semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah

tingkat bunga semakin banyak tingkat investasi yang dilakukan para pengusaha. 7

B. Instrumen Zakat sebagai Sumber Penerimaan Keuangan Negara

1. Harta dan Kekayaan dalam Keuangan Publik Islam

Terdapat sejumlah kriteria dalam menilai pentingnya sektor publik.

Kriteria pertama, komposisi output pengeluaran publik haruslah sesuai dengan

keinginan konsumen; kedua, adanya preferensi pengambilan keputusan yang

terdesantrilisasi; ketiga, tidak menyerahkan ekonomi hanya pada kekuatan pasar,

karena mekanisme pasar tidak dapat melaksanakan semua fungsi ekonomi.

Dengan demikian karakteristik kebijakan publik mempunyai sifat mengarahkan,

mengoreksi, dan melengkapi perananan mekanisme pasar.8


Keuangan publik dalam definisi tradisional adalah berkaitan dengan

ketentuan, pemeliharaan, dan pembayaran dari sumber-sumber yang dibutuhkan

untuk memenuhi fungsi-fungsi publik dan pemerintah.Penghasilan dan

pembiayaan otoritas publik dan administrasi finansial, merupakan tiga divisi

utama dari fungsifungsi utama tersebut. Dalam sejarah Islam keuangan publik

7
Jimmi Hasoloan, Ekonomi Moneter, 2014, Yogyakarta: Deepublish, h.184.
8
Mubarok, E. Saefuddin, , Ekonomi Islam; Pengertian, Prinsip dan Fakta, (Bogor: In
Media, 2014) hlm 78.

11
berkembang bersamaan dengan pengembangan masyarakat muslim dan

pembentukan negara Islam oleh Rasulullah Saw. Kemudian diteruskan oleh para

sahabat (khulafau rasyidin).

Keuangan publik Islam merupakan keuangan yang dikelola untuk

kepentingan masyarakat yang tujuan dasarnya adalah untuk merealisasikan

adanya falah.Nilai- nilai Qurani semestinya juga menjadi dasar dari perumusan

sistem keuangan dan kebijakan fiskal negara baik dalam upaya stabilitas dibidang

sosial, politik, ekonomi, budaya, serta pertahanan keamanan.

Seiring dengan perkembangan zaman sistem keuangan Islam mengalami

banyak pembaharuan.Mengenai ini mekanisme teknis pengelolaan keuangan

publik yang dibangun harus menanamkan prinsip- prinsipyang diterapkan dalam

penerimaan publik Islam.

Ditinjau dari sisi keuangan publik maka pengumpulan dan pengluaran

dana zakat dapat dipandang sebagai kegiatan untuk pendistribusian pendapatan

yang lebih merata. Islam tidak menghendaki adanya harta yang diam di tangan

sesorangan.Apabila harta tersebut telah cukup nishabnya, maka wajib dikeluarkan

zakatnya.Dengan demikian disini tampak adanya usaha untuk mendorong orang

memutarkan hartanya ke dalam system perekonomian, sehingga bisa

menghasilkan growth (pertumbuhan).9


2. Zakat sebagai sumber Penerimaan Keuangan Negara

a. Konsep Dasar Keuangan Negara

Pada dasarnya konsep dasar keuangan suatu negara sangat

dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianut. Sistem ekonomi menunjuk

pada satu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang

mengimplementasikan keputusan tersebut terhadap produksi, konsumsi

9
Kamil, Sukron, , Ekonomi Islam, Kelembagaan, dan Konteks Keindonesiaan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.2016) hlm 56

12
dan distribusi pendapatan.Karena itu, sistem ekonomi merupakan sesuatu

yang penting bagi perekonomian suatu negara.Sistem ekonomi terbentuk

karena berbagai faktor yang kompleks, misalnya ideologi dan sistem

kepercayaan, pandangan hidup, lingkungan geografi, politik, sosial

budaya, dan lain-lain.10

Suatu sistem ekonomi mengandung 2 sektor, yakni sektor riil dan

keuangan. Dalam perkembangannya, sektor keuangan dalam ekonomi

Islam lebih cepat berkembang daripada sektor riilnya. Bahkan dalam

empat puluh tahun terakhir, keuangan Islam telah bertumbuh dengan pesat

dan saat in telah menjadi industri yang memiliki kontribusi penting dalam

perekonomian nasional tidak hanya di negara-negara Muslim, namun juga

di berbagai negara di seluruh dunia. Keuangan Islam telah membuat

terobosan signifikan dalam lingkungan global dengan memfasilitasi

diversifikasi resiko dan berkontribusi dalam stabilitas keuangan global.

Kini keuangan Islam telah menjadi bagian integral dalam sistem keuangan

internasional. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, Malaysia dan lain-

lain, sistem ekonominya menganut dual economik sistem, sistem

keuangannya pun juga dual financial sistem.

Selama beberapa dekade terakhir, perkembangan keuangan Islam


menunjukkan perubahan dan dinamika dramatis yang cepat.Sebagai bagian

instrumen pengembang aktivitas di bidang ekonomi, beragam tantangan

dihadapi sistem keuangan Islam, seperti pada aspek teoritis, operasional

dan implementasi.Pada aspek teoritis, dibutuhkan pengembangan prinsip,

filosofis dan fungsi sistem keuangan atas dasar pembagian keuntungan dan

kerugian (profit-loss sharing).Pada sisi operasional, dibutuhkan perhatian

10
Nur Chamid, Tantangan Sistem Keuangan Islam Sebagai Alternative Sistem Keuangan
Global, Vol. 6 No. 2 Jurnal al-‘adl: Sekolah Tinggi Agama Islam Kediri, 2013.

13
terhadap inovasi, intermediasi, disiplin dan pengendalian resiko, sementara

pada sisi implementasi diperlukan aplikasi sistem yang harus disesuaikan

dengan regulasi, dan kondisi perekonomian masyarakat saat ini. Bahkan,

operasional perbankan Islam pada skala sistem yang efisien selama ini,

amat dibatasi oleh distorsi dalam ekonomi, seperti kurangnya kerangka

pengawasan yang kuat dan regulasi yang cermat dalam sistem keuangan

Hal ini dapat memberikan dampak pada ketidakseimbangan finansial

dalam fiskal dan moneter, dan tidak memberikan efisiensi perkembangan

perbankan Islam sehingga terjadilah disequilibrium financial.

Mengapa ada keuangan Islami? Minimal ada 3 faktor yang

melatarbelakangi lahirnya keuangan Islam, yaitu: relijius ideologis,

empiris pragmatis, dan akademik idealis. Relijius ideologis merupakan

latar belakang yang bersifat fundamental berkaitan dengan ajaran Islam,

yaitu11

a) Keinginan umat Islam untuk mengaplikasikan konsep konsep

keuangan Islami sebagai upaya menjadikan Islam sebagai way of life.

b) Konsep dan praktek keuangan konvensional yang telah ada melanggar

berbagai prinsip syariah, misalnya mengandung unsur riba, gharar,

maysir. Sedangkan dari faktor empiris pragmatis politis, bahwa


setelah masa kemerdekaan dari kolonialisme Barat (sekitar tahun

1940-an), di negara negara muslim muncul keinginan untuk juga

merdeka secara ekonomi. Sistem keuangan konvensional yang ada

dipandang lebih menguntungkan Barat dan merugikan negara-negara

muslim yang umumnya tergolong negara berkembang (developing

countries).

11
Nur Kholis, Potret Perkembangan dan Praktik Keuangan Islam di Dunia, Vol. XVII, no.
1 Millah: Jurnal Studi Agama: Universitas Islam Indonesia, 2017.

14
c) ada alternatif sistem keuangan yang secara konseptual lebih mampu

menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan harmoni

b. Esensi Utama Zakat

Ciri Utama Sistem Ekonomi Islam Adalah Implementasi Zakat Dan

Penghapusan Riba.Maka Tidak Dapat Disebut Sistem Ekonomi Islam Jika

Dua Ciri Utama Ini Tidak Ada Atau Diabaikan.Karena Keduanya

Disebutkan Secara Eksplisit Dalam Alqur‟An Dan Sunnah. Zakat

Bukanlah Amal Kemurahan Hati, Bukan Pula Pajak. Zakat Mencakup

Semua Jenis Harta Dan Batas Serta Tarif Pemungutannya Telah

Ditetapkansepanjang waktu, namun untuk menunjang penerimaan zakat,

negara diperbolehkan memungut pajak lain jika diperlukan.

Zakat secara bahasa berarti an-numu wa az-ziyadah (tumbuh dan

berkembang). Kadang-kadang dipakai dengan makna ath-thaharah (suci),

al-barakah (berkah).Zakat dalam pengertian suci, adalah membersihkan

diri, jiwa, dan harta. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti dia telah

membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan

hartanya dari hak orang lain. Sementara itu, zakat dalam pengertian berkah

adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan

mendapatkan berkah dan akan berkembang walaupun secara kuantitatif


jumlahnya berkurang (QS. At-Taubah [9]: 103). Dan jika pengertian itu

dihubungkan dengan harta, maka, zakat adalah bagian dari harta yang

wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-

orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula agar dapat bertambah

karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan

yang punya)12.

12
Rozalinda, , Ekonomi Islam; Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta: .
Raja Grafindo Persada. 2014). Hlm 248-262

15
Dalam al-Qur‟an terdapat 32 buah kata zakat, bahkan sebanyak 82

kali diulang sebutannya dengan memakai kata-kata yang sinonim

dengannya, yaitu sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung

maksud bahwa zakat mempunyai keduduakn, fungsi dan peranan yang

sangat penting. Dari 32 kata yang terdapat di dalam al-Qur‟an, 29 kata di

antaranya bergandengan dengan kata shalat seperti surah al-Muzammil

[73]: 20, al-Bayyinah [98]: 5; Maryam [19]: 31; al-Baqarah [2]: 43, 83,

227; al-Anbiya [21]: 73, dan al-Maidah [5]: 12,55. Hal ini memberi isyarat

tentang eratnya hubungan antara ibadah zakat dengan ibadah shalat.

Dalam perspektif fiqh, zakat merupakan mengeluarkan bagian tertentu

dari harta tertentu yang telah sampai nisabnya untk orang-orang yang

berhak menerimanya (mustahiq zakat) dengan syarat-syarat tertentu.

Orang yang menjadi mustahiq zakat berdasarkan surah At-Taubah [9] ayat

60 adalah fakir, miskin, amil, para muallaf, hamba sahaya (riqab), orang-

orang yang berhutang (gharimin), fi sabililah, dan para musafir (ibn

sabil)13.

Zakat adalah tiang agama setelah syahadat dan shalat, dan telah

diwajibkan Allah sejak Nabi Ibrahim a.s dan Nabi-nabi sesudahnya sampai

Nabi Isa a.s, dan Nabi Muhammad SAW (QS. Al-Anbiya‟ [21]: 73, Al-
Maidah [5]: 12, Maryam [19]: 55, ECONOMICA SHARIA Volume 2

Nomor 2 Februari 2017│105 Maryam [19]: 31, At-Taubah [9]: 60).

Mengingat kedudukan zakat sebagai rukun Islam ketiga dan memiliki

dampak sosial ekonomi yang baik dan efektif. Bahkan, Abu Bakar

Shiddiq, khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat,

memerangi orangorang yang enggan membayar zakat.

13
Sholahuddin, M. Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Penerbit
Ombak2014.) hlm 249

16
Di dalam zakat mengandung aspek moral, sosial, dan ekonomi.Dalam

aspek moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan kelompok

orang kaya. Dalam aspek sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang

diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dalam masyarakat

dengan menyadarkan kelompok kaya akan tanggungjawab sosial yang

mereka miliki. Sementara dalam aspek ekonomi, zakat mencegah

penumpukan kekayaan dalam tangan segelintir orang, memungkinkan

kekayaan utuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar, dan sangat

berbahaya di tangan para pemiliknya.Zakat merupakan sumbangan wajib

kaum muslimin untuk perbendaharaan Negara.14

c. Zakat Sebagai Intrument Utama dalam Keuangan Publik

Salah satu upaya dan kewajiban negara adalah mengatur ekonomi

dengan tujuan untuk menjamin masyarakatnya mencapai

kesejahteraan. Dalam intervensi negara dalam kehidupan ekonomi

sangat diperlukan untuk menjamin keselarasannya dengan norma-norma

Islam tersebut Karena itu pemerintah berperan menyediakan berbagai

barang publik untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan

bersama melalui kebijakan public.

Zakat merupakan ciri sistem ekonomi Islam, ini karena zakat


merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem

ekonomi. Zakat mempunyai enam prinsip15:

14
Huda, Nurul, dkk, Zakat; Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset, (Jakarta: PT.
Kencana Prenada Media Group. 2015). Hlm 10
15
Karim, Adiwarman : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Edisi Ketiga, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010) Hlm 90

17
1) Prinsip keyakinan dalam beragama, artinya bahwa orang

yang membayar zakat merupakan salah satu bentuk

manifestasi dari keyakinan dalam beragama.

2) Prinsip pemerataan dan keadilan, ini merupakan tujuan sosial

dari zakat, yaitu melakukan distribusi kekayaan yang telah

diberikan Allah lebih adil dan merata kepada sesama manusia.

3) Prinsip produktivitas, artinya bahwa zakat memang harus

dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu

setelah lewat jangka waktu tertentu (Nisab dan Haulnya).

4) Prinsip nalar, sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu

harus dikeluarkan.

5) Prinsip kebebasan, zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas.

6) Prinsip etika dan kewajaran,yaitu zakat tidak dipungut secara semena-

mena.

Tujuan utama dari zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial

ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan

ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada fakirdan

miskin.Kemudian zakat adalah:

1) Mengangkat derajat fakir miskin.


2) Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil,

dan mustahik lainnya.

3) Membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada

umumnya.

4) Menghilangkan sifat kikir para pemilik harta.

5) Menghilangkan sifat iri dan dengki bagi orang-orang fakir dan miskin.

6) Menjembatani antara si kaya dan si miskin.

18
7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri orang

yang memiliki kelebihan harta.

8) Mendidik manusia untuk senantiasa menunaikan kewajiban.

9) Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

Sebagai suatu komponen utama dalam keuangan publik Islam

serta kebijakan publik dalam sistem ekonomi Islam. Zakat merupakan

kegiatan wajib untuk semua umat Islam serta merupakan elemen

penting dalam sumber pendapatan negara. Zakat adalah ketentuan

yang wajib dalam sistem ekonomi (obligatory zakat system) sehingga

dalam pelaksanaannya dilakukan melalui institusi resmi atau legal. Maka

pengumpulan,pengelolaan, dan pendistribusian bisa tepat sasaran.

Implikasi zakat dalam arti khusus, dalam hal ini ekonomi, yaitu:

Pertama, zakat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mayarakat

yang memiliki kekurangan. Kedua, zakat dapat memperkecil jurang

kesenjangan ekonomi, antara si kaya dan si miskin. Ketiga, zakat secara

tidak langsung dapat menekan jumlah permasalahan sosial, kriminalitas,

dan lain-lain. Keempat, zakat dapat menjaga kemampuan daya beli

masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha, artinya denganzakat

maka konsumsi masyarakat terjaga pada tingkat yang minimal (dapat


terkontrol), sehingga perekonomian dapat berjalan dengan baik.

3. Sumber Zakat dan Potensi Zakat

Potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217 triliun.Artinya potensi zakat

nilainya hampir 10% dari APBN. Sayangnya, zakat yangterhimpun baru 1,2%

atauRp. 3 triliun. Sedangkanpotensi zakat menurut pendapat lain bisa mencapai

Rp. 400 triliun, hanya saja masihada masalah dalam "marketing" dan

peruntukannya yang terkait dengan kepercayaan masyarakat kepada lembaga

19
pengelola zakat selama ini. Adanya kesenjangan yang cukup besar antara potensi

zakat yang ada dengan besarnya zakat yang berhasil dihimpun dan

didistribusikanmengundang banyak pertanyaan, mengingat banyaknya jumlah

Organisasi Pengelola Zakat dan besarnya perhatian pemerintah dalammenangani

persoalan zakat. Rendahnya rasiopenghimpunan zakat di indonesia

disebabkanoleh beberapa factor.16

Berdasarkan outlook data zakat 2021 Badan Amil Zakat Nasional

(Baznas), Total potensi zakat di Indonesia, sebesar Rp 327,6 triliun, Besar potensi

tersebut dirinci berdasarkan ragam jenisnya yakni zakat pertanian Rp 19,9 triliun,

zakat peternakan Rp 19,51 triliun, zakat uang Rp 58,78 triliun, zakat penghasilan

dan jasa Rp 139,7 triliun, dan zakat perusahaan Rp 144,5 triliun.

Untuk menggali potensi tersebut, paling tidak diperlukan empat langkah

yang harus dilakukan secara simultan.

1. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan hukum dan

hikmah zakat, harta objek zakat sekaligus tata cara perhitungannya, dan

kaitan zakat dengan pajak. Dalam kaitan dengan hikmah dan fungsi

zakat misalnya, bahwa kesediaan berzakat akan membangun etos dan

etika kerja, mengembangkan dan memberkahkan harta, menjernihkan

pikiran dan jiwa, membantu dan menolong kaum dhuafa dalam


meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sekaligus memperkuat kegiatan

ekonomi masyarakat karena harta tidakhanya terakumulasi di tangan

sekelompokorang kaya saja, dan masih banyak fungsi serta hikmah

lainnya.

2. Penguatan amil zakat sehingga menjadi amil yang amanah, terpercaya,

dan profesional. Untuk mencapai hal ini, diperlukan SDM zakat yang

16
Hisamuddin, N. Transparansi dan Pelaporan Keuangan Lembaga Zakat. Ziswaf: Jurnal
Zakat dan Wakaf, 4(2): 2018. Hlm. 327-346.

20
memiliki akhlakul karimah, pengetahuan tentang fiqihzakat, dan

manajemennya secara baik. Amil zakat diharapkan memiliki database

mustahikdan muzaki yang akurat dan up to date sehingga pengumpulan

dan penyaluran zakat dapat dipetakan dengan baik.

3. Penyaluran zakat yang tepat sasaran sesuai denganketentuan syariah

dan memperhatikan aspek- aspek manajemen yang transparan.

Misalnya, zakat di samping diberikan secara konsumtif untuk

memenuhi kebutuhan primer secara langsung, juga diberikan untuk

meningkatkankegiatan usaha dan kerja mustahik/zakat produktif (al-

hadis).

4. Sinergi dankoordinasi atau taawun baik antar sesama amil zakat

(tingkat daerah, nasional, regional, daninternasional) maupun dengan

komponen umat yang lain seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI),

lembaga-lembaga pemerintah, organisasi-organisasi Islam, lembaga

pendidikan Islam, perguruantinggi, media massa, dan lain -lain.

Diharapkanaktualisasi potensi zakat merupakan sebuahgerakan bersama

yang masif yang lintas etnis, organisasi, dan teritorial17

4. Zakat Sebagai Alat Ukur Kemakmuran

Zakat yang secara bahasa berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah
merupakan ibadah yang berdimensi vertikal dan horizontal secara bersamaan.

Seorang yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh

kebaikan yang banyak dan akan memberikan kemakmuran kepada seluruh umat.

Semoga kita termasuk diantara hambaNya yang senantiasa dido’akan oleh

Malaikat-Nya pada setiap pagi dan petang: “Ya Allah berilah orang berinfak

17
Nurhasanah, S. Akuntabilitas LaporanKeuangan Lembaga Amil Zakat
dalamMemaksimalkan Potensi Zakat. Akuntabilitas, 11(2): (2018). Hlm 327-348.

21
gantinya”, bukan termasuk hambaNya yang didoakan kehancuran: “Ya Allah

jadikanlah orang yang menahan infak kehancuran”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Jelas bahwa keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Aziz pada saat itu tidak

hanya dengan menggunakan zakat dalam arti harfiah materiil semata, tetapi

merupakan kebijakan yang memberikan perhatian yang tinggi pada pengelolaan

zakat. Zakat pada kepemimpinan beliau dijadikan tolok ukur akan kesejahteraaan

masyarakat, baik jumlah orang yang berzakat, besar zakat yang dibayarkan,

maupun jumlah penerima zakat. Berbeda dengan tolok ukur lain yang cenderung

biasa. Tolak ukur zakat sebagai pengatur kesejahteraan benar-benar bisa dijadikan

pedoman standar, baik dalam konteks ekonomi mikro maupun makro.

Jelas bahwa keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Aziz pada saat itu tidak

hanya dengan menggunakan zakat dalam arti harfiah materiil semata, tetapi

merupakan kebijakan yang memberikan perhatian yang tinggi pada pengelolaan

zakat. Zakat pada kepemimpinan beliau dijadikan tolok ukur akan kesejahteraaan

masyarakat, baik jumlah orang yang berzakat, besar zakat yang dibayarkan,

maupun jumlah penerima zakat. Berbeda dengan tolok ukur lain yang cenderung

biasa. Tolak ukur zakat sebagai pengatur kesejahteraan benar-benar bisa dijadikan

pedoman standar, baik dalam konteks ekonomi mikro maupun makro. Terkait

dengan ini, Monzer Kahl dalam bukunya ‘Ekonomi Islam; telaah analitik terhadap
fungsi sistim Ekonomi Islam’ menyatakan bahwa zakat dan sistim pewarisan

dalam Islam cenderung berperan sebagai sistem distribusi harta yang egaliter

sehingga harta akan selalu berputar dan beredar kepada seluruh lapisan rakyat,

karena memang akumulasi harta di tangan seseorang atau suatu kelompok saja

sangat ditentang oleh Al-Qur’an. Allah menegaskan dalam firmanNya: “….Agar

harta tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja diantara kamu..”.

(Al-Hasyr: 7).

22
Ketika kita mendengar Khutbah dan ceramah tentang zakat dan sedekah

yang di bawakan oleh Kiai dan Ustadz, kita selalu diberi khutbah yang berisi

bahwa mengeluarkan zakat dan sedekah akan diganti 10 sampai 700 kali lipat oleh

Allah SWT. Sekilas mungkin orang berpikir bahwa tidak mungkin uang yang kita

keluarkan untuk zakat akan diganti begitu saja. Sama bingungnya dengan

bagaimana mungkin uang itu bisa kembali kepada kita?apakah ada uang senilai

sepuluh kali lipat yang turun dari langit atau kita diberi uang oleh malaikat atau

ada orang yang dengan cuma-cuma memberikan uang kepada kita di jaman

sekarang seperti ini. Dengan membayar zakat kita akan di ganjar sepuluh kali lipat

bahkan lebih adalah benar. Di dalam Al-Quran telah di jelaskan dalam surah Al-

Baqarah ayat 261 “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di

jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,

pada tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia

kehendaki.Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 261).

Misal seorang penjual baju akan semakin kaya apabila banyak pembeli dan

akan bangkrut apabila pembelinya tidak ada. Untuk meningkatkan daya beli

masyarakat maka si penjual baju akan mengeluarkan zakat. Penjual baju adalah

orang yang mengeluarkan zakat atau muzakki.Sedangkan Yang menerima zakat di

sebut Mustahiq (ada 8 golongan Mustahiq).


Dengan Mengeluarkan zakat, maka efeknya tidak hanya dirasakan oleh

mustahiq saja. Kita ambil contoh penjual baju tadi memberikan zakat dan

sedekahnya kepada mustahiq sebesar Rp. 150.000, selanjutnya mustahiq akan

membelanjakannya untuk beras 20 kg senilai Rp. 100.000 (50rb lainnya sebagai

tabungan mustahiq atau biaya lainnya), selanjutnya penjual beras mendapat

untung senilai Rp. 30.000 dan penjual beras membelanjakannya untuk membeli

baju di penjual baju tadi. Hal yang sama juga berlaku pada profesi lain. Bisakah

23
anda membayangkan jika semua Muzakki yang ada di Indonesia mengeluarkan

zakat?berapakah keuntungan yang di dapat?. Dapat kita bayangkan ada beberapa

pihak yang di untungkan dalam ilustrasi ini. Zakat akan meningkatkan MPC

masyarakat dan memberikan efek multiplier yang berlipat.

5. Hubungan Zakat dengan Ekonomi Makro

Dari aspek makro-ekonomi, zakat memiliki berbagai implikasi ekonomi

yang penting, antara lain terhadap efisiensi alokasi, stabilisasi makro-ekonomi,

jaminan sosial, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi. Zakat

mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang umumnya merupakan

bagian kecil dalam masyarakat ke kelompok miskin yang umumnya merupakan

bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan

permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin yang umumnya adalah

kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Permintaan yang lebih tinggi

untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait zakat ini akan mempengaruhi

komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Hal ini

akan membawa perekonomian pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor

yang lebih diinginkan secara sosial. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan

efisiensi alokatif dalam perekonomian.

Dalam perekonomian yang tidak memiliki mekanisme transfer pendapatan


wajib dan sebagian besar penduduknya adalah miskin maka kebutuhan riil

masyarakat sering tidak tercermin dalam permintaan pasar. Barang dan jasa yang

amat dibutuhkan rakyat banyak, seperti pangan, papan, air bersih, kesehatan, dan

pendidikan, sering kali tidak diproduksi. Dengan mekanisme zakat dimana terjadi

transfer pendapatan dari orang kaya ke orang miskin maka permintaan barang dan

jasa orang miskin akan meningkat. Dalam konteks ini kita dapat memandang

24
fungsi alokatif zakat yang merealokasi sumber daya dari orang kaya ke orang

miskin ini sebagai cara yang efektif untuk memerangi kemiskinan18.

Di sisi lain, sejak lama zakat telah dianjurkan sebagai instrumen kebijakan

fiskal untuk stabilisasi perekonomian dengan adanya diskresi yang dimiliki oleh

pemerintah atau otoritas fiskal. Di sini, belanja dana zakat bisa tidak sama dengan

dana zakat yang terkumpul, tergantung pada situasi perekonomian. Pada saat

perekonomian mengalami ekspansi, pengumpulan dana zakat meningkat akibat

naiknya basis zakat. Namun demikian, pada saat yang sama, jumlah penerima

zakat akan berkurang karena kondisi ekonomi yang sedang baik. Dengan

demikian, dimungkinkan untuk memperoleh surplus dana zakat (zakat surplus).

Ketika perekonomian sedang mengalami resesi, jumlah muzaki berkurang dan

sebaliknya jumlah mustahik meningkat. Hal ini akan membawa kita pada defisit

dana zakat (zakat deficit), di mana defisit ditutup dengan surplus tahun

sebelumnya. Dengan demikian, belanja dana zakat akan bekerja sebagai

discretionary fiscal stabilizers dengan pemerintah bertindak sebagai pengelolanya.

Selain sebagai discretionary fiscal stabilizers, zakat juga berfungsi sebagai

automatic fiscal stabilizers.

Zakat dengan tarif tetap bertindak sebagai pajak proporsional yang akan

menurunkan dampak pengganda (multiplier effect) sehingga akan mengurangi


fluktuasi output secara otomatis. Di saat yang sama, dana zakat yang terkumpul

akan dibelanjakan kepada kelompok miskin sehingga membuat konsumsi

kelompok ini dapat terus berjalan tanpa terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Hal ini

membuat pengganda dan output menjadi lebih stabil. Dengan demikian,

kombinasi fungsi zakat sebagai pajak proporsional dan tunjangan bagi kelompok

miskin, akan meredam dampak fluktuasi siklus bisnis terhadap perekonomian.

18
Zakiyah, Kuni.. Peran Negara Dalam Distribusi Kekayaan (Perspektif Ekonomi Islam).
Al Falah: Journal of Islamic Economics, Vol.2, No. 1. Universitas Airlangga. 2017.

25
Sebagai belanja publik yang khusus dialokasikan ke kelompok miskin, zakat

secara efektif berperan sebagai sistem jaminan sosial.Dalam perekonomian Islam,

sistem jaminan sosial merupakan suatu elemen yang built-in di dalam sistem,

berangkat dari kewajiban dan hak dari kelompok-kelompok dalam masyarakat

yang berakar dari keimanan terhadap Tuhan, rasa persaudaraan, komitmen

ekonomi, dan harmoni sosial.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank yang

berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual

produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus

dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus

dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Fungsi suku bunga yaitu sebagai daya tarik bagi para penabung yang

mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan; mendistribusikan jumlah kredit yang

tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang

menjanjikan hasil tertinggi; menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan

permintaan akan uang dari suatu negara; merupakan alat penting menyangkut

kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan

investasi.

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa

depan. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati di

pasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan

inflasi.
Tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga

dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang

menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah

memperhitungkan inflasi.

Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku bunga yaitu kebutuhan

dana, persaingan, kebijaksanaan pemerintah, target laba yang diinginkan, jangka

27
waktu, kualitas jaminan, repurtasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan

baik, dan jaminan pihak ketiga.

Peran suku bunga dalam perekonomian tingkat bunga menentukan jenis-

jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para

pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila

tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga.

Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah

sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya

adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.

Terdapat sejumlah kriteria dalam menilai pentingnya sektor publik.

Kriteria pertama, komposisi output pengeluaran publik haruslah sesuai dengan

keinginan konsumen; kedua, adanya preferensi pengambilan keputusan yang

terdesantrilisasi; ketiga, tidak menyerahkan ekonomi hanya pada kekuatan pasar,

karena mekanisme pasar tidak dapat melaksanakan semua fungsi ekonomi.

Dengan demikian karakteristik kebijakan publik mempunyai sifat mengarahkan,

mengoreksi, dan melengkapi perananan mekanisme pasar.

Pada dasarnya konsep dasar keuangan suatu negara sangat dipengaruhi

oleh sistem ekonomi yang dianut. Sistem ekonomi menunjuk pada satu kesatuan

mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan


keputusan tersebut terhadap produksi, konsumsi dan distribusi pendapatan.Karena

itu, sistem ekonomi merupakan sesuatu yang penting bagi perekonomian suatu

negara.Sistem ekonomi terbentuk karena berbagai faktor yang kompleks,

misalnya ideologi dan sistem kepercayaan, pandangan hidup, lingkungan

geografi, politik, sosial budaya, dan lain-lain.

Ciri Utama Sistem Ekonomi Islam Adalah Implementasi Zakat Dan

Penghapusan Riba.Maka Tidak Dapat Disebut Sistem Ekonomi Islam Jika Dua

28
Ciri Utama Ini Tidak Ada Atau Diabaikan.Karena Keduanya Disebutkan Secara

Eksplisit Dalam Alqur‟An Dan Sunnah. Zakat Bukanlah Amal Kemurahan Hati,

Bukan Pula Pajak. Zakat Mencakup Semua Jenis Harta Dan Batas Serta Tarif

Pemungutannya Telah Ditetapkansepanjang waktu, namun untuk menunjang

penerimaan zakat, negara diperbolehkan memungut pajak lain jika diperlukan.

Salah satu upaya dan kewajiban negara adalah mengatur ekonomi

dengan tujuan untuk menjamin masyarakatnya mencapai kesejahteraan.

Dalam intervensi negara dalam kehidupan ekonomi sangat diperlukan untuk

menjamin keselarasannya dengan norma-norma Islam tersebut Karena itu

pemerintah berperan menyediakan berbagai barang publik untuk mendorong

pembangunan dan kesejahteraan bersama melalui kebijakan publik.

Potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217 triliun.Artinya potensi zakat

nilainya hampir 10% dari APBN. Sayangnya, zakat yangterhimpun baru 1,2%

atauRp. 3 triliun. Sedangkanpotensi zakat menurut pendapat lain bisa mencapai

Rp. 400 triliun, hanya saja masihada masalah dalam "marketing" dan

peruntukannya yang terkait dengan kepercayaan masyarakat kepada lembaga

pengelola zakat selama ini. Adanya kesenjangan yang cukup besar antara potensi

zakat yang ada dengan besarnya zakat yang berhasil dihimpun dan

didistribusikanmengundang banyak pertanyaan, mengingat banyaknya jumlah


Organisasi Pengelola Zakat dan besarnya perhatian pemerintah dalammenangani

persoalan zakat. Rendahnya rasiopenghimpuna zakat di indonesia disebabkanoleh

beberapa faktor.

Zakat yang secara bahasa berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah

merupakan ibadah yang berdimensi vertikal dan horizontal secara bersamaan.

Seorang yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh

kebaikan yang banyak dan akan memberikan kemakmuran kepada seluruh umat.

29
Dari aspek makro-ekonomi, zakat memiliki berbagai implikasi ekonomi

yang penting, antara lain terhadap efisiensi alokasi, stabilisasi makro-ekonomi,

jaminan sosial, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi. Zakat

mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang umumnya merupakan

bagian kecil dalam masyarakat ke kelompok miskin yang umumnya merupakan

bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan

permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin yang umumnya adalah

kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Permintaan yang lebih tinggi

untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait zakat ini akan mempengaruhi

komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Hal ini

akan membawa perekonomian pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor

yang lebih diinginkan secara sosial. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan

efisiensi alokatif dalam perekonomian.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah, dapat menjaga stabilitas makro ekonomi dengan

pemenuhan berbagai faktor pendukung bagi pertumbuhan ekonomi dan

penyerapan tenaga kerja. Khususnya percepatan pembangunan

infrastruktur baik fisik maupun nonfisik. Juga pengembangan sektor

ekonomi potensial yang berdaya saing tinggi dengan mengoptimalkan


pemanfaatan teknologi, informasi digital dan e-commerce.

2. Bagi Masyarakat, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan maupun skill

guna meningkatkan pemberdayagunaan serta meningkatkan investasi di

Indonesia.

3. Bagi Badan Amil Zakat untuk lebih memberikan sosialisasi dan promosi

yang menarik guna menarik minat masyarakat agar lebih memilih

menyalurkan zakatnya kepada badan amil zakat nasional.

30
Daftar Pustaka

Hasoloan, Jimmy. Ekonomi Moneter. 2014. Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish.

Huda, Nurul, dkk, 2015, Zakat; Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset,


Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.

Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana.


2013.

Kamil, Sukron, 2016, Ekonomi Islam, Kelembagaan, dan Konteks Keindonesiaan,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Karim, Adiwarman Azwar (2010): Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Edisi


Ketiga, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kasmir. Dasar Dasar Perbankan. Edisi Revisi 2014. Jakarta: Rajawali Pers.
2016.

Mubarok, E. Saefuddin, 2014, Ekonomi Islam; Pengertian, Prinsip dan Fakta,


Bogor: In Media

Nur Chamid, 2013.Tantangan Sistem Keuangan Islam Sebagai Alternative Sistem


Keuangan Global, Vol. 6 No. 2 Jurnal al-‘adl: Sekolah Tinggi Agama
Islam Kediri,

Nur Kholis, 2017.Potret Perkembangan dan Praktik Keuangan Islam di Dunia,


Vol. XVII, no. 1 Millah: Jurnal Studi Agama: Universitas Islam Indonesia,

Rozalinda, 2014, Ekonomi Islam; Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi,
Jakarta: .Raja Grafindo Persada.

Sholahuddin, M., 2014, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Zakiyah, 2017.Kuni.. Peran Negara Dalam Distribusi Kekayaan (Perspektif


Ekonomi Islam). Al Falah: Journal of Islamic Economics, Vol.2, No. 1.
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai