Anda di halaman 1dari 25

UUN PURWATI W.

2220203860102001
AYU ALIFKAH 2220203860102002

1.Bagaimana cara menghitung

persentase Biaya Ekuitas (Cost of

Equity) dan Biaya Utang (Cost of

Debt) dalam Keuangan Syariah?

2.Bagaimana implikasi biaya dalam

Keuangan Syariah?
KAIDAH: AL-
GHUNMU BIL
GHURMI DAN
AL-KHARAJ BI
AL-DHAMAN
DALAM Patokan Legalitas

KEUANGAN tingkat pengembalian atas


modal berarti seseorang
harus menanggung risiko,
jika ada, jika ingin
mendapatkan keuntungan
atas investasinya
1.Biaya dana/modal
atau cost of
fund/capital
Biaya modal atau cost of capital
adalah semua biaya yang secara riil
dikeluarkan oleh Perusahaan
dalam rangka mendapatkan
sumber dana
Misalnya perusahaan mengambil kredit rekening koran berjangka satu tahun
sebesar Rp10.000.000,- dengan bunga 20% setahun Berarti perusahaan harus
membayar bunga sebesar 20% x Rp. 10.000.000 = Rp2.000.000, di samping itu
perusahaan harus juga membayar biaya provisi, misalnya Rp200.000, biaya
administrasi dan materai Rp25.000, dan biaya notaris Rp50.000. Dengan demikian,
seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp2.000.000+ Rp.
200.000+ Rp25.000 + Rp50.000 = Rp2.275.000 dan dana yang bisa digunakan
adalah sebesar Rp10.000.000- Rp2.275.000 Rp7.725.000.
Berdasarkan rumus di atas, maka biaya modalnya perusahaan tersebut adalah
sebesar

biaya modal=2.275.000/7.725.000 x 100%=29,45%


Gambaran di atas menunjukkan bahwa biaya modal dari kredit rekening koran
sebesar Rp10.000.000 tersebut tidak sebesar 20%, namun sebesar 29,45%.
2. Bisnis Versus
Kebajikan
Individu memiliki hak untuk mengeluarkan
uang dari pendapatannya untuk kebajikan,
yang sesuai dengan ajaran syari'ah bahwa di
dunia akhirat nanti akan mendapatkan
pahala. Akan tetapi, bank yang menyimpan
uang para deposan tidak diperbolehkan
membagi-bagi dana kelolaannya dengan
keleluasaannya sendiri.
3. Utang Versus
Ekuitas
Institusi finansial syari'ah,
memberikan ketergantungan yang lebih
tinggi pada ekuitas dan menjadikan
utangnya sesuai dengan prinsip syari'ah, di
mana ketika diciptakan seharusnya tidak
bertambah berdasarkan teori biaya
kesempatan konvensional.

Penciptaan utang
seperti Murabahah,
Salam, dan Ijarah akan
tetap menjadi peralatan
operasional dalam
institusi finansial
syari'ah.
Permasalahannya
bukanlah apakah mode
penciptaan utang
diperbolehkan atau
tidak, tapi preferensi
atas mode yang
berbasiskan ekuitas
dibandingkan dengan
mode penciptaan utang.
Oleh sebab itu,
tujuannya adalah
menciptakan
keseimbangan yang
sehat di antara
pembiayaan yang
berbasiskan utang
dibandingkan dengan
yang berbasiskan
ekuitas untuk
kesejahteraan
perekonomian dan
masyarakat.
Dalam keuangan
syari'ah, hanya satu hal
dalam kontrak (Akad)
yang dapat ditunda dan
barang yang belum
dimiliki atau dijual tidak
dapat dijual. Peraturan
pertukarannya Berbeda
untuk setiap kontrak
(Akad) dan jenis
kekayaan yang berbeda
pula.
Dalam penjelasannya mengenai peraturan pertukaran, OIC Fiqh Council
dalam sesi kesembilannya (1- 6 April 1995) memutuskan hal-hal mengenai
pengkreditan sejumlah uang kepada rekening bank nasabah dalam kasus-
kasus berikut:
1. Di mana sejumlah uang telah dikreditkan kepada rekening nasabah baik
secara langsung maupun melalui transfer bank.
2. Di mana seorang nasabah mengikat suatu kontrak (akad) penjualan "Sharf
dengan maupun melalui transfer bank. membeli suatu valuta untuk valuta
lain yang berada dalam rekeningnya sendiri.
3. Di mana bank , sesuai dengan perintah nasabah, akan mendebit sejumlah
uang dari rekeningnya dan mengkreditkannya ke rekening lain, dalam valuta
lain, baik pada bank. yang sama maupun tidak, baik itu dikreditkan untuk
kepentingan nasabah yang sama maupun untuk kepentingan orang lain. Akan
tetapi, penting bagi bank untuk mengingat peraturan syari'ah yang mengatur
kontrak (akad) "Sharf".
Setelah analisis literatur Fiqih mengenai pertukaran barang yang
serupa, kita menemukan beberapa hal penting sebagai berikut:
1. Pertukaran seharusnya tidak ada "kelebihan". Kemudian
dilanjutkan bahwa kontrak (akad) utang harus diselesaikan
dengan mengacu pada "standar hukum orisinal". Uang digunakan
sebagai media pertukaran.
2. Karena nilai uang dapat meningkat atau menurun selama
inflasi dan deflasi secara berurutan, penyelesaian suatu kontrak
(akad) utang seharusnya dibuat berdasarkan tanggal orisinal yang
dapat digunakan sebagai tanggal dasar.
Pertukaran dalam bentuk pinjaman, pada dasarnya berarti
keterlambatan alam pembayaran, haruslah seimbang
dalam jumlah.
Kontrak (Akad) penjualan pertukarannya harus dilakukan
pada saat itu pula dan tidak ditunda
Teori akad dasar dalam
keuangan syari'ah
dibedakan menjadi dua,
yaitu:
(1) akad berbasis percampuran dan
(2) akad berbasis pertukaran.
karakteristik
masing-masing
teori dasar akad
1.Natural uncertainty contract
2.Natural certainty contract
Adakah Biaya Modal
dan Biaya Utang
Dalam Keuangan
Syariah?

Return On Capital
Bukan Cost of
Equity
Barang modal yang masuk dalam kategori tetap
seperti kendaraan, mobil, bangunan, atau kapal akan
mendapatkan return on capital dalam bentuk upah
sewa jika transaksi yang dipergunakan adalah ijarah

Di samping itu barang- barang modal ini dapat juga


mendapatkan return on capital dalam bentuk bagian
dari laba (profit) jika transaksi yang dipergunakan
adalah musyarakah atas dasar kaidah "suatu barang
yang dapat disewakan, maka barang tersebut dapat
dilakukan musyarakah atasnya
Berbeda dengan fixed capital, circulating capital
(dalam hal ini uang) tidak akan mendapatkan return on
capital dalam bentuk upah sewa seperti dalam ijarah.
Oleh karena uang dalam Islam bukan komoditas yang
bisa disewakan atau dijualbelikan dengan kelebihan. Ia
dibutuhkan sebagai alat tukar saja. Tetapi ia memiliki
return on capital bila dikembangkan dalam bentuk akad
mudharabah. Ia juga dapat dipinjamkan (qardh) tetapi
tidak diperbolehkan pengembaliannya melebihi
pokoknya. Kelebihan demikian masuk dalam kategori
riba.
Margin Keuntungan
Bukan Biaya Utang
(Cost of Debt)
Syari'ah tidak memperbolehkan pengambilan
keuntungan yang berlebihan (Ghaban-al- Fahisy),
yang berarti orang yang menjual komoditas dengan
menyatakan secara eksplisit atau memberi kesan
bahwa penjual mengenakan harga pasar, padahal ia
mengenakan harga yang terlalu tinggi dengan
memanfaatkan ketidaktahuan pembeli
Implikasi Biaya
Ekuitas (Cost Of
Equity) Dalam
Investasi Syariah

Biaya Ekuitas untuk


Transaksi Saham

Biaya Ekuitas untuk


Transaksi Saham

Biaya Ekuitas untuk


Transaksi Saham

Re=Rf+B(Rm-Rf)

Anda mungkin juga menyukai