Anda di halaman 1dari 4

Zakky Ramadhani N / 041800916

Akuntansi Kuangan Syariah (17)

TUGAS TUTORIAL KE 1

Kode/Nama Matakuliah : EKMA 4482/ Akuntansi Keuangan Syariah


Masa Tutorial : Minggu 1-3
Nomor Soal : No. 1-5
Skor Maks : 100
 
Uraian Tugas
Jawablah soal- soal berikut !
1. Jelaskan secara singkat fungsi AAOIFI dan tujuan dibentuknya!
2. Jelaskan fungsi dan peran bank syariah sesuai dengan yang dijabarkan dalam AAOFI!
3. jelaskan asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam akuntansi entitas syariah!
4. Mengapa dana syirkah temporer tidak dimasukkan dalam kewajiban atau equitas?
5. Jelaskan Perbedaan antara Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah dengan tujuan yang ditetapkan pada Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan Bank dan Lembaga
Keuangan Konvensional!

Jawaban:

1. AAOIFI adalah Lembaga nirlaba yang berupaya untuk mengembangkan standar akuntansi
keaunagn yang diperuntukkan untuk bank dan Lembaga keuangan islam. Tujuan dibentukanya
Lembaga ini adalah:
 Mengembangakn pemikiran di bidang akuntansi dan auditing yang relevan dengan Lembaga
keuangan.
 Menyamakan pemikiran di bidang akuntansi dan auditing yang relevan dengan Lembaga
keuangan dan penetapannya melalui Pendidikan, pelatihan seminar, publikasi jurnal yang
merupakan hasil riset.
 menyajikan, mengumumkan dan mengintepretasikan standar standar akuntansi dan auditing
bagi Lembaga keuangan Syariah
 mereview dan megamandemenkan standar standar akuntansi dan auditing bagi Lembaga
keuangan Syariah.

2. Fungsi dan peran bank Syariah yang dijabarkan dalam AAOFI:


 Manajemen investasi, yaitu bank Syariah dapay mengelola investasi dana nasabah.
 Investor, yaitu bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimiliki maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya.
 Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayran, yaitu bank Syariah dapat melakukan
kegiatan kegiatan jasa jasa layanan keuangan sebagaimana lazimnya.
 Pelaksana kegiatan sosila sebagai ciri yang melekan pada entitas keungan Syariah, Bank
Syariah dapat juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghiomopun, mengadministrasi, dan mendistribusikan) zakat sert dana ddana social
lainnya.

3. PSAK Nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah dikeluarkan, maka Asumsi Dasar konsep
akuntansi bank syariah tidak berbeda dengan asumsi dasar konsep akuntansi keuangan secara
umum, yaitu:
 Dasar Akrual, yaitu pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatatdalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, dan
 Kelangsungan Usaha, yaitu laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.

4. Menurut KDPPLKS, Dana Syirkah Temporer adalah dana yang diterima dalam jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah punya hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
Dengan begitu muncul pertanyaan , mengapa Dana Syirkah Temporer terpisah baik dari Aset,
Liabilitas, dan Ekuitas?
Aset dapat diartikan sebagai sumber daya yg dikuasai oleh entitas syariah akibat peristiwa di
masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan didapatkan oleh entitas
syariah dari aset tersebut. Sedangkan Dana Syirkah Temporer tidak seperti itu . Memang suatu
entitas syariah dpt mengelola dana syirkah temporer, namun, dana tersebut masih menjadi milik
dari pemilik dana .
Tetapi entitas syariah terikat oleh akad untuk mengelola dana pemilik modal sesuai dengan
kesepakatan sehingga, dana syirkah temporer ini tidak dapat dimanfaatkan sesuka hati entitas
syariah seperti perlakuanterhadap aset pada umumnya dan pada saat jatuh tempo/akad
berakhir, dana tersebut akan dikembalikan beserta keuntungan/kerugian sesuai dengan
kesepatakan. Kemudian apabila suatu entitas memiliki Liabilitas, saat jatuh tempo kewajiban
tersebut harus dilunasi sesuai nilai hutangnya.
Perlakuan tersebut berbeda pula dengan dana syirkah temporer. Dana investasi yang
dikelola dalam dana syirkah temporer pengembalian pada pemilik modal tidak 100%. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya keuntungan/kerugian usaha yang dibagi berdasarkan nisbah yang telah
disepakati di awal akad, sehingga hal tersebut akan menambah/mengurangi besarnya dana yang
harus dikembalikan .
Misal saya melakukan akad mudharabah dengan bank dengan dana Rp10.000.000,00
dengan jangka waktu 10 tahun dan nisbah 60:40. Pada akhir akad, jumlah dana yg akan diterima
tidak Rp10.000.000,00 lagi. Karena apabila untung, keuntungan tersebut akan dibagi berdasarkan
nisbah yg telah disepakati dan menambah modal yg akan dikembalikan. Sedangkan kalau rugi
bagaimana perlakuannya? Karena akadnya mudharabah, selama kerugian murni karena risiko
bisnis, akan mengurangi jumlah modal yang akan dikembalikan pada saya. Kecuali kerugian
tersebut muncul akibat kelalaian dari bank tersebut .
Sehingga, tidak bisa dana syirkah temporer masuk liabilitas entitas syariah. Di sisi lain dana
syirkah temporer juga tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh
tempo dan pemilik dana tidak punya hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham. Hak-
hak dari pemegang saham tersebut seperti hak voting dan hak realisasi keuntungan dari aset
lancar dan non investasi (current and other non investment accounts).
Mari kita coba bandingkan saja dana syirkah temporer dan modal saham. Dalam saham,
pemilik modal memiliki porsi kepemilikan terhadap entitas yang sahamnya telah dibeli/dimiliki.
Sedangkan dalam dana syirkah temporer, pemilik modal hanya memiliki hubungan kemitraan
berdasarkan akad dengan entitas Syariah dengan begitu, tidak ada kepemilikan atas entitas
syariah oleh pemilik modal tersebut . Hubungan kemitraan yang dimaksud adalah hubungan
antara entitas syariah dan pemilik danasyirkah temporer. Berdasarkan akad mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadahatau dimana entitas punya hak kelola dan investasi dari
dana yang diterima dengan atau tanpa Batasan seperti tempat, cara, atau obyek investasi.
Dengan begitu, Dana Syirkah Temporer juga tidak dapat dimasukkan ke dalam pos ekuitas.
Seperti yang kita bahas dalam terdapat jenis kontak jual beli dan pencampuran modal. Dana yang
masuk ke dalam Dana Syirkah Temporer ini adalah yang termasuk dalam kontrak bagi hasil .
Dengan begitu pembagian keuntungannya dapat dengan konsep bagi hasil (revenue sharing) atau
bagi untung (Profit Sharing). Berbeda dengan kontrak jual beli yang keuntungannya biasanya
berupa margin penjualan (harga pokok+margin=harga jual).

5. Perbedaanya adalah sebagai berikut


a. Sudut Pelaporan.

Laporan keuangan konvensional memuat lebih sedikit unsur-unsur laporan keuangan.


Unsur laporan keuangan konvensional terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada laporan
keuangan syariah, unsur-unsur yang termuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terkait, laporan
rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat,
serta laporan dan penggunaan dana kebaikan.

b. Akad dan Legalitas.

Istilah akad dikenal sebagai kesepakatan kedua belah pihak terkait untuk melaksanakan
kewajiban mereka masing-masing. Syarat dan ketentuannya jelas sudah disepakati dari awal
secara rinci dan spesifik sehingga ketika salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya
maka ia wajib menerima sanksi seperti yang sudah disepakati. Ketentuan akad tersebut teridiri
dari rukun dan syarat. Rukun menyangkut unsur-unsur fisik seperti penjual, pembeli, barang,
serta harga. Sementara syarat yang diwajibkan antara lain: barang dan jasa wajib halal, harga
barang atau jasa harus jelas, tempat penyerahan yang jelas,serta barang yang ditransaksikan
wajib sepenuhnya dalam kepemilikan.

c. Organisasi.

Dilihat dari segi organisasi, kehadiran Dewan Pengawas Syariah atau DPS menjadi faktor
pembeda antara perusahaan berbasis syariah dengan perusahaan konvensional. Kehadiran
DPS yang terdiri dari minimal 3 orang propesi ahli hukum Islam ini bertanggung jawab dalam
memberikan fatwa agama dan mengawasinya bersama dengan Dewan Komisaris perusahaan
yang menggunakan basis syariah. Sedangkan dalam perusahaan konvensional tidak dikenal
adanya DPS maupun aturan-aturan yang merupakan bagian dari tanggung jawab DPS itu.

d. Penyelesaian Sengketa.

Adanya masalah akan diselesaikan secara berbeda oleh perusahaan dengan basis
konvensional serta basis syariah. Pada perusahaan berbasis syariah, adanya masalah akan
diselesaikan dengan aturan dan hukum syariah. Berbeda halnya dengan perusahaan
konvensional yang memilih menyelesaikan perkaranya di pengadilan negeri. Lembaga yang
mengatur hukum syariah di Indonesia ini adalah Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia atau
BAMUI.

6.
sumber:

https://www.stiesyariahbengkalis.ac.id/kolompikiran-2-asumsi-dasar-akuntansi-perbankan-
syariah.html

https://jagoakuntansi.com/2014/10/25/dana-syirkah-temporer/

BMP AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH EKMA4482

Anda mungkin juga menyukai