Anda di halaman 1dari 3

Nama : An Puri Nur Rinjani

Nim : B.231.19.0042

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Pengertian Laporan Keuangan Syariah


Laporan keuangan syariah adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan dari suatu entitas syariah.
Tujuan Laporan Keuangan Syariah
Tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.
Disamping itu, tujuan lainnya adalah:
1.Mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha;
2.Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban,
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada dan bagaimana
perolehan dan penggunaannya:
3.Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana,menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak;
dan
4.Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation)

fungsi sosial entitas syariah, termasukpengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Syariah
Adapun unsur-unsur laporan keuangan syariah adalah sebagai berikut : 1. Unsur Laporan Posisi
Keuangan (Statements Of Financial Position) Unsur dari laporan posisi keuangan syariah adalah
sebagai berikut :
 Aset (Assets)
Aset adalah sumber daya yang di jalankan dengan menggunakan sistem syariah yang di
sesuaikan dengan kondisi masa kini kemudian di harapkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi di
masa depan.
 Liabilitas (Liabilities)
Liabilitas adalah hutang yang di jalankan sistem syariah masa sekarang yang ada dalam
peristwa masa lalu. Sedangkan untuk pembayaran hutang di lakukan sebagai salah satu upaya
arus kas keluar namun tetap bermanfaat.
 Dana Syirkah Temporer (Temporary Syirkah Funds)
Dana syrikah temporer adalah dana yang telah di terima sebagai sumber investasi dalam waktu
yang telah di tentukan antara pihak satu dengan lainnya.
Di dalamnya sesuai denga kesepakatan untuk pembagian, nvestasi dan pengelolaannya. Dana ini
biasanya dii kenal dengan mudharabah mutlak dan mudharabah muqayadah. Dana inii tidak
dapat di kategorikan sebagai hutang sehingga tidak ada kewajiban untuk di kembalikan. Namun,
jika kerugian ini di karenakan oleh kelalaian maka tentu harus di kembalikan untuk menutupi
kerugiannya. Dana sangatlah berbeda dengan liabilitas karena sifat dari liabilitas pengembalian
bersifat wajib meskipun dalam kondisi rugi pada jatuh temponya.
 Ekuitas (Equity)
Pengertian Ekuitas adalah aset yang di kurangi hutang dan dana syirkah.

2. Unsur Laporan Laba Rugi (Statements of Profit or Loss)


Laporan ini berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan. Adapun unsur dari laba rugi adalah
sebagai berikut :
 Penghasilan (income) merupakan hasil dari aktivitas ekonomi yang di hitung dari pemasukan
dan hutang pada satu periode akuntansi. Penghasilan meliputi pendapatan, keuntungan,
penjualan, sewa, bagi hasil, dan pendapatan jasa.

 Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer adalah hasil yang di dapat dari bagi
hasil mengenai kepemilikan dana baik untung atau rugi pada suatu investasi. Jika untung maka
akan menjadi beban dan jika rugi menjadi pendapatan.
 Beban (expenses) adalah tingkat penurunan manfaat aset atau pemanfaatan ekonomi lainnya
pada satu periode akuntansi yang berujung pada hutang di karenakan ekuitas yang menurun.
3. Unsur Laporan Perubahan Ekuitas (Statements Of Changes In Equity)
Berbeda dengan unsur laporan lainnya karena pada laporan perubahan ekuiitas ini hanya
terdapat komponen modal saja. Sehingga jika terdapat pengurangan modal maka dapat di
katakan bahwa perusahaan mengalami kerugian atau sedang mengalami perkembangan.
Perkembangan sebuah perusahaan akan membutuhkan modal yang banyak sehingga akan
berbeda pada periode sebelumnya. Sedangkan jika nantinya perubahan modal akan meningkat
bisa juga di kategorikan sebagai peningkatan perusahaan. Maka dari itu tidak dapat di identifikasi
secara relevan jika suatu saat ada perubahan laporan modal secarasignifikan. Agar perusahaan
tetap berjalan dengan baik maka perlu adanya sebuah penyesuaian mengenai perubahan modal
tersebut.
4. Unsur Laporan Arus Kas (Statement of Cashflows)
Laporan arus kas pada lembaga keuangan syariah tentunya hampir sama dengan onvensional
karena arusnya sama dan penggambarannyapun sama mengenai naik turunya sebuah kas. Kas ini
di ambil dari aktivitas ekonomi seperti operasi, investasi, dan finansial lainnya. Itulah beberapa
unsur lembaga keuangan syariah yang mana jika kita lihat sebenarnya tidak ada perbedaan yang
signifkan antara syariah dan konvensional. Pasalnya beberapa unsur yang di nyatakan di atas juga
hampir tidak ada yang berbeda. Namun, tetap pilihan mengenai konvensional dengan syariah
adalah pilihan anda. Lembaga keuangan syariah tentu akan berjalan sesuai dengan syirkah yang
di haruskan di dalam agama islam yakni dengan meniadakan laba. Maka pada istilah lembaga
keuangan syariah lebih mengenal istilah bagi hasil dari pada bunga. Inilah yang membedakan
konvensional dengan syariah.
Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan Pertimbangannya
Dalam menyajikan laporan keuangan syariah perlu diperhatikan beberapa petimbangan-
pertimbangan diantaranya adalah:
a. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan secara benar
disertai pengungkapan yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
b. Kebijakan Akuntansi
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi
ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Kebijakan akuntansi adalah prinsip
khusus, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik yang diterapkan entitas syariah dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan.
c. Kelangsungan Usaha
Dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen harus menilai kemampuan kelangsungan
usaha entitas syariah. Dalam penilaian kelangsungan usaha, ketidakpastian yang bersifat material
yang terkait dengan kejadian atau kondisi yang bisa menyebabkan keraguan atas kelangsungan
usaha harus diungkapkan. Apabila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi
kelangsungan usaha, kenyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah tidak dapat digunakan.
d. Dasar Akrual
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual. Dalam penghitungan
pembagian hasil usaha didasarkan pada pendapatan yang benar-benar terjadi (cash basis).
e. Konsistensi Penyajian
Klasifikasi pos-pos dan penyajian laporan keuangan syariah antar periode harus konsisten, kecuali
:
 terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atau perubahan
penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau
peristiwa; atau
 perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi atau Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
f. Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak
material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
g. Saling Hapus (Offsetting)
Aset, kewajiban, dana syirkah temporer, penghasilan dan beban disajikan secara terpisah, kecuali
saling hapus diperkenankan dalam Pernyataan atau Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan.
h. Informasi Komparatif
Informasi komparatif antar periode membantu pemakai dalam mengambil keputusan, khususnya
penilaian kecenderungan informasi keuangan untuk tujuan membuat prediksi.

Anda mungkin juga menyukai