Anda di halaman 1dari 4

Nama : An Puri Nur Rinjani

NIM : B.2131.19.0042
Makul : Akuntansi Syariah
Hari/Jam : Senin/ 14.00
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah)
merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.Kerangka dasar ini menyajikan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporankeuangan bagi para penggunanya.
Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah
maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka
dasar ini adalah digunakan sebagai acuan bagi:
1. Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangandisusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum atau tidak;
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Sejarah KDPPLK Syariah
KDPPLK ini pertama kali disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007 dan masih berlaku hingga saat ini.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka
seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Asas Transaksi Syariah
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:
a. Persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial
dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat
saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat
keuntungan di atas
kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal
(ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful),
saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
b. Keadilan (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur:
1) Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl);
2) Kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan);
3) Maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
4) Gharar (unsur ketidakjelasan); dan
5) Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang
terkait).
c. Kemaslahatan (maslahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
d. Keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual,
aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan
aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder).
Sehingga manfaat yang
didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak
yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.
e. Universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan,
sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
Karakteristik transaksi syari’ah
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas
social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah komersial dapat berupa investasi untuk
mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan pemberian layanan
jasa untuk mendapat imbalan. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
▪ Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas
▪ Tidak mengandung unsur riba
▪ Tidak mengandung unsur kezaliman
▪ Tidak mengandung unsur masyirdak mengandung unsur gharar
▪ Tidak mengandung unsur haram
▪ Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
▪ Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain.
▪ Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
▪ Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
Pemakai laporan keuangan syari’ah
Pemakai laporan keuangan meliputi :
 Investor sekarang dan investor potensial :Hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan deviden.
 Pemilik dana qardh : Untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
 Pemilik dana syirkah temporer : Untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau aman.
 Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.
 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf : Untuk informasi tentang
sumber dan penyaluran dana tersebut.
 Pengawas syariah : Untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah.
 Karyawan : untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah.
Pemasok dan mitra usaha lainnya : Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan entitas
membayar utang pada saat jatuh tempo.
 Pelanggan : Untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.
 Pemerintah serta lembaga-lembaganya : Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
 Masyarakat : Untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat
dan negara.
Asumsi dasar
1) Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian serta
diungkapakn dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi
kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Akan tetapi, perhitungan
pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha tidaklah menggunakan dasar akrual,
melainkan menggunakan dasar kas. Dalam pembagian hasil usaha.
2) Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan
tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
Tujuan Laporan Keuangan Syariah
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi & kegiatan
usaha;
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, bila ada informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah & bagaimana
perolehan dan penggunaannya;
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan
yang layak;
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation)
fungsi sosial entitas syariah.

Anda mungkin juga menyukai