Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SYARI’AH

MAKALAH STANDAR AKUNTANSI SYARI’AH

Dosen Pengampu : Bapak Rudi Syaf Putra, SE., M.Ak., Ak

Disusun Oleh :

Wazna Fikria Nurla Mumtazida 190301185

Utami Mardlotillah 190301078

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Standar Akuntansi Syari’ah
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Kelompok. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Standar
Akuntansi Syari’ah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Syaf Putra, SE., M.Ak., Ak
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

 
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

  Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan trandakdi hingga
penyajian laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem
yang melekat dengan tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan
terdiri dari sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS dan
diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan
keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan serta pengukuran
unsur-unsur laporan keuangan tersebut. bab ini adalah sebagai dasar dalam memahami
landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalammembuat standar akuntansi standar.
telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang
menelaahteori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan
keuangan syariah. Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan
syariah, yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan
syariah setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah
untuk membuat laporan keuangan syariah.

2. Rumusan Masalah 

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keua
ngan Syari’ah Ikatan Akuntan Indonesia
b. Bagaimana tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah ?. Apa saja aspek yan
terkait degan transaksi Syari’ah dan pemakaina laporan keuangan syari’ah
c. Apa tujuan laporan keuangan

3. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat menjelasakan :
a. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tujuan kerangka dasar


Kerangka dasar ini mengajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian bagi penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua transaksi syari’ah
yang dilaporkan entitas syariah maupun konvensional baik sector maupun tidak.
Tujuan kerangka dasar ini adalah sebagai acuan bagi :
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan
penggunanya.
b. Penyusunan laporan keuangan untuk mengangguani masalah keuangan
syariah yang belum diatur.
c. Aoditor dalam memberikan pendapat dan saran
d. Para pemakai laporan keuangan dalam menyajikan informasi laporan
keaungan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi

2. Pemakai dan kebutuhan informasi


Pemakaian laporan keuangan meliputi :
a. Investor sekarang dan Investor potensial
b. Pemilik dana qardh
c. Pemilik dana sirkah temporer
d. Pemilik dana titipan
e. Pembaar dan peneria zakat, infak, sedekah dan wakaf
f. Karyawan
g. Pemasok dan mitra usaha lainnya
h. Pelanggan
i. Pemerintah serta lembaga- lembaganya
j. Masyarakat

3. Paradigma Transaksi Syari’ah

Transaksi syari’ah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta diciptakan
Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusiauntuk
mencapai kesejaheraan hakiki secara material dan spiritual.

4. Asas Transaksi Syari’ah


Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah)
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan
transaksi syariah.
Azas Transaksi Syariah
• Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara
umum dengan semangat saling menolong.
• Prinsip keadilan (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya
– Unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun riba
fadhl (riba). Esensi riba adalah setiap tambahan pada jumlah piutang yang
dipersyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam uang serta derivasinya dan
transaksi tidak tunai lainnya.
– Unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (zalim).
Esensi zalim (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,

– Unsur judi dan sikap spekulatif (maysir). Esensi maysir adalah setiap transaksi
yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat
perjudian (gambling).

– Unsur ketidakjelasan (gharar). Esensi gharar adalah setiap transaksi yang


berpotensi merugikan salah satu pihak karena mengandung unsur
ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya
kepastian pelaksanaan akad.

• tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada


waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada;

• menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual;

• tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa;

• tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran;

• tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad;

• kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang


ditentukan dalam transaksi;

• adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang


kurang atau dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman yang
ditransaksikan

• Prinsip kemaslahatan (mashlahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan


manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual
dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan
Syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek
secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi Syariah yang
dianggap bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi
tujuan ketetapan Syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap:

a. akidah, keimanan dan ketakwaan (dien);

b. akal (‘aql);

c. keturunan (nasl);

d. jiwa dan keselamatan (nafs); dan

e. harta benda (mal).

5. Karakteristik Transaksi Syari’ah

Implementasi transaksi yang sesuia dengan paradigm dan asas transaksi syai’ah yang
harus memenuhi karakteristik dan persyratan antara lain :
• Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
• Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
• Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
• Tidak mengandung unsur riba; kezaliman; maysir; gharar; haram;
• Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
– karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko
yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu
bil ghurmi (no gain without accompanying risk);
• Transaksi dilakukan berdasarkan :
– suatu perjanjian yang jelas dan benar;
– untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
– tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
– tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam
satu akad;

6. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan entitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (untuk


selanjutnya disebut Bank) adalah untuk menyediakan informasi:

– posisi keuangan, kinerja keuangan,


– arus kas dari aktivitas Bank
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam
posisi dapat meminta Laporan Keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
tertentu.

7. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :
a. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca.
b. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan sebagai laporan laba rugi.
c. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun
berdasarakan devinisi dana.
d. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial
entitas syariah.
e. Catatan dan skedul tambahan.

8. Asumsi Dasar
a. Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Dasar yang berbeda dapat digunakan jika:
 Ada pembatasan kelangsungan usaha
 Ingin melikuidasi perusahaan; atau
 Mengurangi secara material skala usahanya
b. Dasar Akrual (Accrual Basis)
 Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas
diterima atau dibayar)
 Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas

9. Karakteristik Kualitatif Lapoan Keuangan

Merupakan sebuah ciri khas dalam laporan keuangan berguna bagi para pemakai.
Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu :
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan

10. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal adalah sebagai berikut :


1. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbanagan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu
kendala yang dapat terjadi pada karakteristik kualitatif

11. Unsur- unsur Laporan Keuangan


1. Komponen laporan keuangan yang menceminkan kegiatan komersial yang
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laoran arus kas, sera
laporan perubahan ekuitas.
2. Kompoen laporan keuangan yang menggambarkan kegiatan sosial, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggungjawab khusus entitas syariah tersebut

12. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi
yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut sebagai
berikut :

a. Biaya historis
b. Biaya kini
c. Nilai realisasi

13. Laporan Keuangan Bank Syari’ah ( PSAK 101 )

Laporan Keuangan Syariah adalah suatu laporan keuangan yang dibuat oleh entitas
syariah untuk digunakan sebagai pembanding baik dengan laporan keuangan sebelumnya
atau laporan keuangan lainnya.

 Komponen laporan
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Lapaoran Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
 Catatan Atas Laporan Keuangan

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sendiri merupakan suatu buku petunjuk dari
prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Seiring berjalannya ekonomi negara, butuh pula yang
namanya Standar Akuntansi Keuangan Syariah untuk menghadapi beberapa masalah
yang ada, SAK syariah ini dibentuk oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK)
yang berada di bawah naungan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

DSAK dibentuk di Jakarta pada kongres ke-8 IAI pada tahun 1998. Dasar
pembuatan SAK Syariah ini bersumber pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282-283.
Di Indonesia terdapat 4 pilar SAK yang berlaku, diantaranya, PSAKIFRS (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan-International Financial Report Standard), SAK-ETAP ,
PSAK Syariah dan yang terakhir SAP. Terdepat beberapa standar akuntansi syariah
(PSAK 101-108), yaitu penyajian laporan keuangan syariah, akuntansi murabahah,
akuntansi salam, akuntansi mudharabah, akuntansi istisna‟, akuntansi musyarakah,
akuntansi ijarah, dan akuntansi transaksi syariah.

2. SARAN

Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah )ini harus lebih


disebarluaskan, guna membantu perushaan-perusahaan yang memang dalam sgei
ekonomi merasa dirugikan dengan SAK Konvensional. Dari PSAK (101-108)
harapannya memang dapat ditetapkan sesuai aturan atau prinsip syariah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nur hayati, Wasilah, “Akuntansi Syariah di Indonesia”, Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai