Anda di halaman 1dari 142

1.

PENDAHULUAN-KONSEP DASAR
AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

1
Referensi:
■ Wiroso. 2010. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan
Indonesia.  Bab 1 & 2

2
SUB BAHAN KAJIAN
1. Definisi akuntansi dan akuntansi keuangan
2. Definisi akuntansi keuangan syariah
3. Prinsip umum transaksi syariah
4. Karakteristik transaksi syariah
5. Perbedaan sistem keuangan syariah dengan
sistem keuangan konvensional

3
1. Definisi Akuntansi dan Akuntansi Keuangan

4
Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, dan


pengomunikasian transaksi keuangan sehingga
dihasilkan informasi keuangan yang
dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan.

5
Definisi Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang berfokus
pada penyiapan laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan
ini merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada
pemegang saham atau investor, namun dapat pula digunakan
oleh pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan
perusahaan.
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah persamaan
akuntansi yaitu: Aset = Ekuitas + Liabilitas, yang berpatokan
pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
6
2. Definisi Akuntansi Keuangan Syariah

7
Akuntansi keuangan syariah atau akuntansi syariah
adalah akuntansi untuk transaksi syariah yaitu
transaksi yang berdasarkan pada prinsip syariah untuk
menghasilkan laporan keuangan syariah.

Akuntansi syariah pada umumnya


diterapkan pada lembaga keuangan
syariah (LKS) khususnya perbankan
syariah atau unit usaha syariah pada
bank konvensional.
8
Akuntansi adalah disiplin ilmu dan praktik yang universal dan
objektif.
Awalnya memang sulit menerima gagasan ketika akuntansi
dihubungkan dengan prinsip syariah yang berasal dari agama
Islam. Namun faktanya, masyarakat Islam ingin menjalankan
bisnis dengan prinsip syariah yang sedikit berbeda dengan
prinsip yang lazim dalam dunia bisnis. Prinsip syariah diyakini
memiliki cara yang lebih baik terhadap pelanggan, karyawan, dan
kompetitor. Maka praktik akuntansinya pun disesuaikan dengan
praktik bisnis tersebut.

9
Seiring dengan perkembangannya, saat ini akuntansi keuangan
syariah atau akuntansi syariah sudah diterima dengan baik di
seluruh dunia dan juga sudah digunakan oleh lembaga
keuangan khususnya bank, yang tidak berbasis syariah
termasuk di negara Barat. Ini membuktikan bahwa akuntansi
syariah juga universal dan objektif.

Maka dapat dikatakan bahwa berkembangnya akuntansi syariah


dipicu oleh 2 hal berikut ini:
1. Tuntutan atas pelaksanaan prinsip syariah dalam bisnis
2. Kebutuhan akibat pesatnya perkembangan lembaga keuangan
dan transaksi syariah
10
3. Prinsip Umum Transaksi Syariah

11
■ Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang berisi perintah dan larangan yang
mengatur aktivitas umat manusia, baik yang menyangkut hubungan atau interaksi
vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk khususnya
sesama manusia yang disebut muamalah.
■ Salah satu bentuk muamalah adalah transaksi dalam kegiatan bisnis. Transaksi yang
dilakukan dengan mengacu pada syariah disebut transaksi syariah.
■ Transaksi syariah terdiri atas:
1. Murabahah
2. Salam
3. Istishna
4. Mudharabah
5. Musyarakah
6. Ijarah
7. Asuransi syariah
8. Zakat, infaq dan shadaqah
9. Sukuk
12
■ Prinsip umum transaksi syariah adalah:
1. Persaudaraan (Ukhuwah), yaitu menjaga harmonisasi kepentingan para pihak untuk
kemanfaatan secara umum dengan semangat tolong menolong.
2. Adil (Adl), yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya, memberikan sesuatu
hanya pada yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai posisi dan porsinya.
3. Seimbang (Tawazun), yaitu menyeimbangkan aspek material dan spiritual, aspek
privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, serta
pemanfaatan dan kelestarian.
4. Manfaat (Maslahah), yaitu memberikan manfaat karena mengandung kebaikan
(thoyyib) dan tidak menimbulkan keburukan (mudharat).
5. Universal (Alamiyah), yaitu dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak
yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
6. Tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dzalim, risywah, dan objek haram.
13
■ Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau
tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah. Contoh:
transaksi KPR, KPK, atau barang lainnya yang masih berada di tangan penjual pada saat transaksi.
■ Maysir adalah transaksi yang bersifat spekulatif (untung-untungan) yang tidak terkait langsung
dengan produktivitas di sektor riil. Contoh: transaksi pembelian saham dengan tujuan untuk
spekulasi.
■ Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya, atau dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu. Contoh: pengembalian pinjaman disertai bunga.
■ Dzalim adalah transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Contoh: mengambil
margin keuntungan yang sangat besar.
■ Risywah adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar
hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi. Contoh:
menyuap agar mendapatkan proyek.
■ Objek haram adalah barang atau jasa yang diharamkan dalam syariah. Contoh: minuman keras.

14
4. Karakteristik Transaksi Syariah

15
■ Karakteristik transaksi syariah yang diturunkan dari prinsip umum transaksi syariah
adalah:
1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ikhlas (ridha)
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thoyyib)
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
4. Tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dzalim, risywah, objek haram
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
6. Transaksi yang dilakukan:
a. Berdasarkan suatu perjanjian/akad yang jelas dan benar
b. Ditujukan untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
c. Tidak menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
d. Tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad.

16
5. Perbedaan Sistem Keuangan Syariah dengan Sistem
Keuangan Konvensional

17
Akuntansi keuangan syariah diterapkan pada lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah.
Berikut ini adalah perbedaan sistem keuangan syariah dengan sistem keuangan konvensional:

Perbedaan
No. Sistem Keuangan Konvensional Sistem Keuangan Syariah
dalam Hal
1. Prinsip Mengacu pada peraturan nasional dan Selain hukum yang berlaku, juga mengacu pada prinsip
internasional berdasarkan hukum yang syariah.
berlaku.
2. Tujuan Mencari laba secara bebas nilai atau dengan Tidak hanya berorientasi pada laba saja, tapi juga pada
prinsip yang dianut oleh masyarakat umum. penerapan nilai syariahnya.
3. Sistem Menerapkan sistem bunga dan perjanjian Tidak menerapkan bunga karena menganggap bunga
Operasional secara umum yang didasarkan pada aturan sebagai bagian dari riba, namun menggunakan
nasional. Perjanjian antara bank dan nasabah perjanjian/akad bagi hasil atau nisbah yaitu nasabah dan
dilakukan berdasarkan kesepakatan tingkat bank melakukan kesepakatan pembagian keuntungan dan
bunga. melibatkan kegiatan jual beli.
4. Pengelolaan Dapat melakukan pengelolaan dana dalam Mengelola dana nasabah hanya pada bisnis yang diizinkan
Dana seluruh bisnis yang menguntungkan di bawah prinsip syariah.
naungan Undang-Undang.
5. Pengawas Dewan komisaris bank. Dewan pengawas syariah, dewan syariah nasional, dan
Kegiatan dewan komisaris bank.
18
Perbedaan
No. Sistem Keuangan Konvensional Sistem Keuangan Syariah
dalam Hal
6. Hubungan Hubungan antara nasabah dan bank Hubungan antara nasabah dan bank terbagi menjadi 3 jenis,
Nasabah dan adalah hubungan debitur dan kreditur. yaitu penjual-pembeli, kemitraan, pemberi sewa-penyewa.
Bank Pada akad murabahah, istishna, dan salam, pihak bank
berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Pada
akad musyarakah dan mudharabah, hubungan yang berlaku
adalah kemitraan. Pada akad ijarah, bank sebagai pemberi
sewa dan nasabah sebagai penyewa.
7. Kesepakatan Melakukan perjanjian secara hukum Melakukan perjanjian yang disebut akad dengan menyertakan
Formal nasional. hukum Islam. Terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi
agar akad sah.
8. Denda Ada denda yang harus dibayar nasabah Tidak ada denda bagi nasabah saat terlambat atau tidak bisa
ketika terlambat melakukan membayar. Sebagai gantinya, bank akan melakukan
pembayaran. perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun beberapa
bank syariah juga menetapkan denda pada kasus tertentu,
uang denda tersebut akan disisihkan sebagai dana sosial.
9. Keuntungan Berasal dari bunga yang dibebankan Diperoleh dari hasil jual beli, kemitraan, dan sewa-menyewa
kepada nasabah. dengan nasabah.
10. Bunga Ada. Tidak ada.

19
2. KERANGKA DASAR
PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

1
SUB BAHAN KAJIAN
1. Tujuan dan peranan kerangka dasar
2. Tujuan laporan keuangan
3. Asumsi dasar laporan keuangan
4. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
5. Unsur-unsur laporan keuangan
6. Pengukuran dan pengakuan unsur laporan keuangan

2
1. Tujuan dan Peranan Kerangka
Dasar

3
■ Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar:
1. Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini
adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan
tugasnya
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum;
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah.
2. Pengertian transaksi syariah yang dimaksud dalam kerangka dasar ini adalah
transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
3. Revisi kerangka dasar ini akan dilakukan dari waktu ke waktu sesuai dengan
pengalaman badan penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam
penggunaan kerangka dasar tersebut.

4
■ Ruang Lingkup:
1. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap meliputi laporan keuangan atas kegiatan komersial dan atau
sosial.
• Laporan keuangan kegiatan komersial meliputi laporan posisi keuangan/neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan perubahan ekuitas), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
• Laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Di samping itu juga
termasuk, skedul dan informasi tambahan yang berkaitan.

2. Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor
publik maupun sektor swasta.
3. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangannya digunakan
oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama
informasi keuangan entitas syariah.
4. Entitas konvensional yang melakukan transaksi syariah tidak perlu menyiapkan
laporan keuangan syariah secara lengkap melainkan hanya melaporkan transaksi
syariah sesuai dengan ketentuan standar akuntansi syariah dalam laporan keuangan
konvensional.
5
■ Pemakai dan Kebutuhan Informasi:
1. Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial;
pemilik dana qardh/kebajikan; pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik
dana titipan; pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf;
pengawas syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan;
pemerintah serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat.
2. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda.
3. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan
demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai. Berhubung para investor saham dan
pemilik dana syirkah temporer merupakan
penanam modal/dana berisiko ke entitas syariah,
maka ketentuan laporan keuangan yang
memenuhi kebutuhan mereka juga akan
memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai
lain.

6
2. Tujuan Laporan Keuangan

7
■ Tujuan umum laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

■ Di samping itu, terdapat tujuan lainnya (tujuan khusus) yaitu:


1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan penggunaannya
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas
syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf.
8
■ Pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam
pengambilan keputusan ekonomi yang rasional adalah:
1. Investor (pemegang saham)
2. Pemberi dana qardh
3. Pemilik dana syirkah temporer
4. Pemilik dana titipan
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf
6. Pengawas syariah
7. Karyawan
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya
9. Pelanggan (nasabah)
10. Otoritas pengawasan
11. Bank Indonesia
12. Pemerintah
13. Lembaga penjamin simpanan
14. Masyarakat.

9
■ Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
■ Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini
mungkin mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.

10
3. Asumsi Dasar Laporan
Keuangan

11
Ada 2 asumsi dasar laporan keuangan yaitu:
1. Dasar Akrual (Accrual Basis)
■ Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar).
■ Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas.

2. Kelangsungan Usaha (Going Concern)


■ Entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
■ Dasar yang berbeda dapat digunakan jika:
• Ada pembatasan kelangsungan usaha
• Ingin melikuidasi perusahaan
• Mengurangi secara material skala usahanya

12
4. Karakteristik Kualitatif
Laporan Keuangan

13
■ Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai.

■ Terdapat 4 karateristik kualitatif pokok laporan keuangan yaitu:


1. Dapat Dipahami
Informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah harus mudah untuk
segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4. Dapat diperbandingkan
Yaitu dapat diperbandingan pada entitas yang sama untuk periode yang
berbeda atau pada periode yang sama untuk entitas yang berbeda.
14
5. Unsur-unsur Laporan
Keuangan

15
Laporan keuangan syariah menyajikan informasi mengenai entitas
syariah yang meliputi unsur-unsur berikut:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan.

16
 ASET
• Yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh.

• Entitas syariah biasanya menggunakan aset untuk memproduksi


barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan
pelanggan, maka pelanggan bersedia membayar sehingga
memberikan sumbangan kepada arus kas entitas syariah.

17
 KEWAJIBAN
• Yaitu hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
• Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan entitas syariah
untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan
demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang
ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan:
1. pembayaran kas
2. penyerahan aset lain
3. pemberian jasa
4. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
5. konversi kewajiban menjadi ekuitas.
• Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.

18
 DANA SYIRKAH TEMPORER
• Yaitu dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari
individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut, baik sesuai dengan kebijakan
entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan pembagian
hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
• Dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang
bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup
kerugian atau kekurangan dana tersebut.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban karena entitas
syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah
dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena
mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan
yang sama dengan pemegang saham.
• Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan
hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah atau musyarakah.
19
 EKUITAS
• Yaitu hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer.
• Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham,
saldo laba (retained earnings), penyisihan saldo laba, dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara terpisah.
• Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan
perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan
kepada entitas syariah dan para krediturnya terhadap kerugian yang
ditimbulkan.

20
 PENGHASILAN (INCOME)
• Yaitu kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.

• Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues)


maupun keuntungan (gains).

• Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang


biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bagi hasil, dividen, royalti, dan sewa.

• Keuntungan meliputi, misalnya, pos yang timbul dalam pengalihan aset


tak lancar. Definisi penghasilan juga mencakup keuntungan yang belum
direalisasi, misalnya, yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat
dipasarkan (marketable) dan dari kenaikan jumlah aset jangka panjang.

21
 BEBAN (EXPENSE)
• Yaitu penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
• Mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa.
• Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang
biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset
seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aset tetap.
• Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas entitas syariah
yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat
ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari beban lain.

22
■ ARUS KAS
Arus kas terdiri atas arus kas untuk aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.

■ DANA ZAKAT
Yaitu dana amanah yang dibayar masyarakat untuk disalurkan
kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat menurut
syariah).

■ DANA KEBAJIKAN (QARDH)


Yaitu dana yang di dapat dari dana sumbangan baik dari internal
maupun eksternal.
Dana yang berasal dari internal berupa pengembalian dana kebajikan
produktif, denda dan pendapatan non-halal.
Dana yang berasal dari eksternal berupa infaq, shadaqah, hasil
pengelolaan wakaf.

23
6. Pengukuran dan Pengakuan
Unsur Laporan Keuangan

24
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Dana Syirkah Temporer
Pengakuan dana syirkah temporer dalam neraca hanya dapat dilakukan jika
entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima
melalui pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah dana
syirkah temporer dapat berubah sesuai dengan hasil dari investasinya.

25
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

26
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.

■ Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan


kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan, yaitu:
1. Biaya historis
2. Biaya kini (current cost)
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)

■ Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas


syariah dalam penyusunan Laporan Keuangan adalah biaya
historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran
yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan
sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai realisasi
bersih (lower of cost or net realizable value), atau akuntansi
dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar
(fair value).

27
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Biaya historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
■ Biaya kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
■ Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan
sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal.

28
3. PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH
Referensi:
■ Wiroso. 2010. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan
Akuntan Indonesia. → Bab 3
■ Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 101-112. → PSAK 101

2
SUB BAHAN KAJIAN
1. Tujuan laporan keuangan syariah
2. Pertimbangan menyeluruh laporan keuangan
syariah
3. Komponen-komponen laporan keuangan
syariah
4. Struktur dan isi laporan keuangan syariah

3
1. Tujuan Laporan Keuangan Syariah
■ Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu
entitas syariah.
■ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
■ Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas
syariah yang meliputi:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan
■ Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

5
2. Pertimbangan Menyeluruh Laporan
Keuangan Syariah
■ Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
1. Penyajian Secara Wajar
2. Kebijakan Akuntansi
3. Kelangsungan Usaha
4. Dasar Akrual
5. Konsistensi Penyajian
6. Materialitas dan Agregasi
7. Saling Hapus (Offsetting)
8. Informasi Komparatif

7
1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan secara benar disertai
pengungkapan yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapkan tersebut tidak diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
2. Kebijakan Akuntansi
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi:
a. Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian:
i. mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan entitas syariah
ii. menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya
iii. netral yaitu bebas dari keberpihakan
iv. mencerminkan kehati-hatian
v. mencakup semua hal yang material.
3. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud
untuk melikuidasi atau menjual, atau tidak mempunyai alternatif selain melakukan hal tersebut.
Ketidakpastian yang bersifat material yang terkait dengan kejadian atau kondisi yang bisa menyebabkan
keraguan atas kelangsungan usaha harus diungkapkan.
4. Dasar Akrual
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan Arus Kas dan
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha. Dalam penghitungan pembagian hasil
usaha didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas).
5. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
a. terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atau perubahan penyajian akan
menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
b. perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

6. Materialitas dan Agregasi


Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak material
digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis atau disajikan terpisah dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
7. Saling Hapus (Offsetting)
Aset, kewajiban, dana syirkah temporer, penghasilan dan beban disajikan secara terpisah, kecuali saling
hapus diperkenankan dalam Pernyataan atau Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan.
Contoh: keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tidak lancar termasuk investasi dan aset operasional
dilaporkan dengan mengurangkan penerimaan dengan nilai tercatat dan beban yang timbul akibat
pelepasan aset tersebut.
8. Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya, kecuali dinyatakan
lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif
dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan.
Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah maka jumlah komparatif harus
direklasifikasi kecuali tidak praktis dilakukan, dengan mengungkapkan alasannya.
3. Komponen-komponen Laporan
Keuangan Syariah
Komponen laporan keuangan syariah terdiri atas:

Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial


1. Laporan posisi keuangan/neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas
4. Laporan perubahan ekuitas

Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial


5. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

Laporan keuangan lainnya:


7. Laporan perubahan dana investasi terikat
8. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
9. Catatan atas laporan keuangan (CALK)

12
4. Struktur dan Isi Laporan Keuangan
Syariah
■ Laporan keuangan diidentifikasikan dan dibedakan
secara jelas dari informasi lain dalam dokumen
publikasi yang sama.
■ Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi
secara jelas. Di samping itu, informasi berikut ini
disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap
halaman laporan keuangan:
1. nama entitas syariah pelapor atau identitas lain
2. cakupan laporan keuangan, apakah mencakup
hanya satu entitas atau beberapa entitas
3. tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap
komponen laporan keuangan
4. mata uang pelaporan
5. satuan angka yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.

14
1. LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA
(Wiroso, 2010:67/49-74/56; PSAK 101, Hal. 18-23)

Laporan posisi keuangan/neraca syariah menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas, ditambah
dengan DANA SYIRKAH TEMPORER, yang bukan merupakan unsur kewajiban atau ekuitas.
Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
Laporan posisi keuangan/neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas
2. Aset keuangan
3. Piutang usaha dan piutang lainnya
4. Persediaan
5. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
6. Aset tetap
7. Aset tak berwujud
8. Hutang usaha dan hutang lainnya
9. Hutang pajak
10. Dana syirkah temporer
11. Hak minoritas
12. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.

15
◼ ASET
• Yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh.
• Entitas syariah menyajikan aset lancar terpisah dari aset tidak lancar dan kewajiban jangka
pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur
dalam Standar Akuntansi Keuangan khusus.

• Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut
urutan jatuh temponya.

• Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:


1. diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka
waktu siklus operasi normal entitas syariah; atau
2. dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan
direalisir dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca; atau
3. berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
4. Aset yang tidak termasuk kategori tersebut di atas diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar.

16
◼ KEWAJIBAN
• Yaitu hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
syariah yang mengandung manfaat ekonomi.

• Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aset
lancar.

• Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:


1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas
syariah; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan dari tanggal Neraca.

• Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai


kewajiban jangka panjang.

17
◼ DANA SYIRKAH TEMPORER
• Yaitu dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan
pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut, baik sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari
pemilik dana, dengan pembagian hasil investasi (nisbah) berdasarkan kesepakatan.
• Dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat
dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah
tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban karena entitas syariah tidak
berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik
dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu
jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang
saham.
• Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan hubungan
kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah atau
musyarakah.

18
◼ EKUITAS
• Yaitu hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer.
• Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba
(retained earnings), penyisihan saldo laba, dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan
modal masing-masing disajikan secara terpisah.
• Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan
perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan kepada
entitas syariah dan para krediturnya terhadap kerugian yang ditimbulkan.

19
PERSAMAAN AKUNTANSI
Entitas Konvensional
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS

Entitas Syariah
ASET = KEWAJIBAN + DANA SYIRKAH TEMPORER + EKUITAS

20
Aset/Aktiva Pasiva
Piutang Kewajiban
• Murabahah • Tabungan Wadiah ✓ Prinsip wadiah
✓ Dana dijamin (wajib)
Jual Beli • Salam • Giro Wadiah dikembalikan 100%
• Istishna

Ijarah Dana Syirkah Temporer


Sewa/Jasa
• Ijarah (Investasi Tidak Terikat)
• Tabungan Mudharabah ✓ Prinsip Mudharabah Mutlaqah/
unrestricted
Investasi/ • Deposito Mudharabah ✓ Kerugian ditanggung shahibul
Bagi Hasil Pembiayaan maal
✓ Tidak ada jaminan dana
• Mudharabah dikembalikan 100%
• Musyarakah

Qardh/
Pinjaman

Aset Tetap Ekuitas Equity of shareholder

21
Laporan Posisi Keuangan/Neraca Bank Syariah
ASET KEWAJIBAN
• Kas • Kewajiban Segera/Jangka Pendek
• Penempatan pada Bank Indonesia • Simpanan (Giro Wadiah & Tabungan Wadiah)
• Giro pada Bank lain • Kewajiban Lain (Hutang Salam & Hutang Istishna)
• Penempatan pada Bank Lain • Kewajiban kepada Bank Lain
• Efek-efek (Surat Berharga) • Pembiayaan yang Diterima
• Piutang (Murabahah, Salam, Istishna) • Keuntungan yang Sudah Diumumkan Belum Dibagi
• Pembiayaan Mudharabah • Hutang Zakat
• Pembiayaan Musyarakah • Hutang Pajak
• Persediaan (Aset untuk Dijual Kembali) • Hutang Lainnya
• Aset yang Diperoleh untuk Ijarah
• Aset Istishna dalam Penyelesaian DANA SYIRKAH TEMPORER
• Penyertaan/Investasi • Tabungan Mudharabah
• Aset Tetap dan Akumulasi Penyusutan • Deposito Mudharabah
• Aset Lainnya
EKUITAS
• Modal Disetor
• Tambahan Modal Disetor
• Saldo Laba (Rugi)

Lihat juga contoh pada Wiroso Hal. 75/57-76/58 dan PSAK 101 Hal. 36-38

22
2. LAPORAN LABA RUGI
(Wiroso, 2010:76/58-78/60; PSAK 101, Hal. 23, Paragraf 60)
Laporan laba rugi entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar, yang terdiri atas unsur penghasilan
dan beban, ditambah dengan HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL DANA SYIRKAH TEMPORER,
yaitu bagian keuntungan yang diberikan kepada pemilik dana atas hasil investasi selama periode
laporan, yang tidak dapat diperlakukan sebagai penghasilan atau beban.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:


1. Pendapatan usaha
2. Bagi hasil untuk pemilik dana
3. Beban usaha
4. Laba atau rugi usaha
5. Pendapatan dan beban nonusaha
6. Laba atau rugi dari aktivitas normal
7. Beban pajak
8. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

23
◼ PENGHASILAN (INCOME)
• Yaitu kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
• Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa dan dikenal dengan
sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bagi hasil, dividen, royalti, dan sewa.
• Jika terdapat pendapatan nonhalal, maka pendapatan tersebut tidak boleh disajikan di dalam laporan
laba rugi namun disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

◼ BEBAN (EXPENSE)
• Yaitu penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
• Mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang
biasa.
• Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa meliputi, misalnya, beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau
berkurangnya aset seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aset tetap.

24
◼ HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL
• Yaitu bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi
bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
• Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika
untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi
yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

25
Hasil usaha bersama LKS dan Pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib xxx
pemodal mudharabah
Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx)

Hak bagi hasil bagi bank xxx


Pendapatan usaha lainnya xxx Bukan sebagai
Beban usaha (xxx) beban atau
pendapatan LKS)
Laba usaha xxx
Pendapatan dan beban non usaha xxx
Laba sebelum pajak xxx
Beban pajak penghasilan (xxx)
Laba neto xxx

26
Unsur-unsur Laporan Laba Rugi Entitas/Bank Syariah
◼ Pendapatan operasi utama:
• Pendapatan dari jual beli (murabahah, salam, istishna)
• Pendapatan dari sewa (ijarah)
• Pendapatan dari bagi hasil (mudharabah, musyarakah)
• Pendapatan operasi utama lainnya
◼ Hak bagi hasil untuk pemilik dana syirkah temporer
◼ Pendapatan operasi lainnya
◼ Beban operasi lainnya
◼ Pendapatan non operasi
◼ Beban non operasi
◼ Zakat
◼ Pajak

Lihat contoh Laporan Laba Rugi pada Wiroso Hal. 79/61 dan PSAK 101 Hal. 39-40

27
3. LAPORAN ARUS KAS
(Wiroso, 2010:80/62-81/63)
Laporan arus kas menyajikan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasi
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PSAK
terkait yaitu PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas.

Lihat contoh Laporan Arus Kas pada Wiroso Hal. 82/64

28
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
(Wiroso, 2010:83/65, PSAK 101, Hal. 25, Paragraf 67)

Entitas syariah menyajikan laporan perubahan ekuitas dengan mengacu ke PSAK terkait.

Lihat contoh Laporan Perubahan Ekuitas pada Wiroso Hal. 84/66

29
5. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA ZAKAT
(Wiroso, 2010:84/66-85/67; PSAK 101, Hal. 26, Paragraf 70)
■ Menyajikan laporan sumber, penggunaan, dan saldo dana zakat, yang menunjukkan:
1. Sumber dana zakat berasal dari wajib zakat:
a. dari dalam entitas syariah
b. dari pihak luar entitas syariah
2. Penyaluran dana zakat melalui entitas pengelola zakat sebagaimana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan prinsip syariah yang berlaku
3. Kenaikan atau penurunan dana zakat
4. Saldo awal dana zakat
5. Saldo akhir dana zakat

30
Lihat juga contoh pada PSAK 101 Hal. 45

31
6. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN
(Wiroso, 2010:85/67-86/68; PSAK 101, Hal. 27, Paragraf 75)
■ Menyajikan sumber, penggunaan, dan saldo dana kebajikan yang menunjukkan:
1. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
a. infak
b. sedekah
c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
d. pengembalian dana kebajikan produktif
e. denda
f. penerimaan nonhalal
2. Penggunaan dana kebajikan untuk:
a. dana kebajikan produktif
b. sumbangan
c. penggunaan lain untuk kepentingan umum.
3. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
4. Saldo awal dana kebajikan
5. Saldo akhir dana kebajikan
■ Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah diakui
sebagai kewajiban paling likuid dan diakui sebagai
pengurang kewajiban ketika disalurkan.

32
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN

Lihat juga contoh pada Wiroso Hal. 86/68

33
7. LAPORAN PERUBAHAN DANA INVESTASI TERIKAT
(Wiroso, 2010:87/69)
■ Laporan ini dibuat sebagai amanah dalam menjalankan pengelolaan dana dengan memisahkan dana
investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya.
■ Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat yang dikelola
oleh bank sebagai manajer investasi berdasarkan akad Mudharabah atau agen investasi.
■ Investasi terikat bukan merupakan aset maupun kewajiban bank, karena
• bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut
• bank tidak memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung risiko investasi
■ Dana yang diserahkan adalah dana yang diterima bank sebagai manajer investasi atau agen investasi
yang disepakati untuk diinvestasikan oleh bank sebagai mudharib maupun sebagai agen investasi.
Dana yang ditarik adalah dana yang diambil atau dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik
dana.
■ Keuntungan atau kerugian adalah jumlah kenaikan atau penurunan bersih nilai investasi, selain
kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan.

34
■ Entitas bank syariah menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
1. Saldo awal dana investasi terikat
2. Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit penyertaan
pada awal periode
3. Dana investasi yang diterima dan unit penyertaan investasi yang diterbitkan bank syariah
selama periode laporan
4. Penarikan atau pembelian kembali unit penyertaan investasi selama periode laporan.
5. Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
6. Imbalan bank syariah sebagai agen investasi
7. Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan oleh bank syariah ke
dana investasi terikat
8. Saldo akhir dana investasi terikat
9. (Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit penyertaan
pada akhir periode.

35
Dalam hal bank bertindak sebagai:
■ Manajer investasi dengan akad mudharabah:
→ Mendapat keuntungan sebesar nisbah atas
keuntungan investasi
→ Jika rugi, tidak memperoleh imbalan apapun.
■ Agen investasi
→ Imbalan yang diterima sebesar jumlah yang
disepakati tanpa memperhatikan hasil
investasi.

36
Unsur Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
1. Saldo awal dana investasi terikat
2. Jumlah investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada awal periode
3. Dana yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan
4. Penarikan atau pembelian kembali unit
5. Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
6. Bagian bagi hasil milik bank dari keuntungan investasi terikat (bank sebagai mudharib)
atau imbalan (bank sebagai agen investasi)
7. Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan bank ke investasi
terikat
8. Saldo akhir dana investasi terikat
9. Jumlah unit investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada akhir periode.

37
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Lihat juga contoh pada Wiroso Hal. 88/70 dan PSAK 101 Hal. 42

38
8. LAPORAN REKONSILIASI PENDAPATAN DAN BAGI HASIL
(Wiroso, 2010:87/69)
■ Entitas bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil yang merupakan
rekonsiliasi antara pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual dengan pendapatan yang
dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas.

■ Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi
pendapatan dan bagi hasil sebagai bagian komponen utama laporan keuangan.

■ Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, bank syariah menyajikan:
1. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib
2. Penyesuaian atas:
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode berjalan yang kas atau setara
kasnya belum diterima
b. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode sebelumnya yang kas atau
setara kasnya diterima di periode berjalan
3. Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil
4. Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil
5. Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil:
a. Bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana
b. Bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana

39
Lihat juga contoh pada PSAK 101
Hal. 43-44

40
9. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK)
(PSAK 101, Hal. 29, PSAK 101, Hal. 29, Paragraf 80 & 81)
■ Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan
Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi yang
terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

■ Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:


1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan
di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas; Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat; dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka
penyajian secara wajar.

41
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PSAK No. 101 27 Juni 2007

PERNYATAAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH

IKATANAKUNTANINDONESIA
Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

ED No.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
101
(Revisi2007)

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


SYARIAH

Hak cipta © 2007, Ikatan Akuntan Indonesia

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:


Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor: 6 tahun 1982
tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau mem-
perbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak
Cipta sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No. 1, Menteng Jakarta 10310
Telp. : (021) 3190-4232
Fax. : (021) 724-5078
email: iai-info@iaiglobal.or.id; dsak@iaiglobal.or.id
website: http://www.iaiglobal.or.id

Cetakan kedua
Juni 2009

ii Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 101: Penyajian


Laporan Keuangan Syariah telah disyahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 27 Juni 2007

Jakarta, 27 Juni 2007


Dewan Standar Akuntansi Keuangan

M. Jusuf Wibisana Ketua


Jan Hoesada Anggota
Dudi M. Kurniawan Anggota
Siddharta Utama Anggota
Hekinus Manao Anggota
Agus Edy Siregar Anggota
Etty Retno W Anggota
Jumadi Anggota
Roy Iman Wirarahardja Anggota
Jogiyanto Hartono Anggota
Riza Noor Karim Anggota
Merliyana Syamsul Anggota
Meidyah Indreswari Anggota

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA iii


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

DAFTAR ISI

Paragraf
PENDAHULUAN ...................................................... 01-07
Tujuan ................................................................................ 01
Ruang Lingkup ................................................................... 02 - 07

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ............................ 08 - 09


Tanggungjawab atas Laporan Keuangan .......................... 10
Komponen Laporan Keuangan .......................................... 11 - 15

PERTIMBANGAN MENYELURUH ......................... 16 - 37


Penyajian Secara Wajar ..................................................... 16 – 19
Kebijakan Akuntansi .......................................................... 20 – 22
Kelangsungan Usaha ......................................................... 23 – 24
Dasar Akrual ...................................................................... 25
Konsistensi Penyajian ........................................................ 26 – 27
Materialitas dan Agregasi .................................................. 28 – 29
Saling Hapus (offsetting) .................................................. 30 – 32
Informasi Komparatif ........................................................ 33 – 37

STRUKTUR DAN ISI .................................................... 38 - 43


Identifikasi Laporan Keuangan .......................................... 38 – 41
Periode Pelaporan .............................................................. 42 - 43

NERACA ......................................................................... 44 – 59
Aset Lancar ....................................................................... 47 – 48
Kewajiban Jangka Pendek ................................................. 49 – 51
Informasi yang Disajikan dalam Neraca ............................ 52 – 55
Informasi Disajikan di Neraca atau di Catatan atas
Laporan Keuangan ......................................................... 53 – 59

LAPORAN LABA RUGI .............................................. 60 – 66


Informasi Disajikan dalam Laporan Laba Rugi ................. 60 – 62
Informasi Disajikan di Laporan Laba Rugi atau di
Catatan Atas Laporan Keuangan ................................. 63 – 66
iv Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ........................ 67 – 68

LAPORAN ARUS KAS ................................................. 69

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN


DANA ZAKAT ........................................................... 70 – 74

LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN


DANA KEBAJIKAN ................................................ 75 – 79

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN .............. 80 – 88


Struktur .............................................................................. 80 – 83
Penyajian Kebijakan Akuntansi ......................................... 84 – 85
Pengungkapan Lain ........................................................... 86 – 88

TANGGAL EFEKTIF .................................................... 89

PENARIKAN .................................................................. 90

Lampiran
Laporan Keuangan Bank Syariah

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA v


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


2 NO. 101
3
4 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
5
6 Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring
7 adalah paragraf Standar. Paragraf Standar harus dibaca
8 dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang
9 dicetak dengan huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak
10 wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material
11 (immaterial items).
12
13 PENDAHULUAN
14
15 Tujuan
16
17 1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian
18 dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum
19 (general purpose financial statements) untuk entitas syariah
20 yang selanjutnya disebut “laporan keuangan”, agar dapat
21 dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah
22 periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas
23 syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
24 pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam
25 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terkait.
26
27 Ruang Lingkup
28
29 2. Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian
30 laporan keuangan entitas syariah untuk tujuan umum
31 yang disusun dan disajikan sesuai dengan Pernyataan
32 Standar Akuntansi Keuangan.
33
34 3. Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah
35 entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan
36 usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan
37 dalam anggaran dasarnya.
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.1


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 4. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan


2 keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama
3 sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk
4 tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan
5 terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya
6 seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku
7 pula untuk laporan keuangan konsolidasian.
8
9 5. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan
10 penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus
11 (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas
12 independen, bank sentral, dan sebagainya.
13
14 6. Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok
15 bagi entitas syariah yang berorientasi profit, termasuk entitas
16 bisnis sektor publik. Entitas nirlaba syariah, entitas sektor publik,
17 pemerintah dan entitas syariah lainnya yang akan menerapkan
18 standar ini mungkin perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian
19 terhadap deskripsi beberapa pos yang terdapat dalam laporan
20 keuangan dan istilah laporan keuangan itu sendiri serta dapat
21 pula menyajikan komponen-komponen tambahan dalam laporan
22 keuangannya.
23
24 7. Entitas syariah seperti reksa dana dan entitas yang
25 modalnya tidak terbagi atas saham, misalnya koperasi,
26 memerlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap penyajian
27 dalam laporan keuangannya.
28
29 Tujuan Laporan Keuangan
30
31 8. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur
32 dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas
33 syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
34 memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus
35 kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar
36 kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-
37 keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
38 (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber

101.2 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka


2 mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan
3 informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
4 (a) aset;
5 (b) kewajiban;
6 (c) dana syirkah temporer;
7 (d) ekuitas;
8 (e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
9 (f) arus kas;
10 (g) dana zakat; dan
11 (h) dana kebajikan.
12
13 9. Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya
14 yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu
15 pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan
16 khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas
17 dan setara kas.
18
19 Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan
20
21 10. Manajemen entitas syariah bertanggungjawab atas
22 penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
23
24 Komponen Laporan Keuangan
25
26 11. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
27 komponen-komponen berikut ini:
28 (a) Neraca;
29 (b) Laporan Laba Rugi;
30 (c) Laporan Arus Kas;
31 (d) Laporan Perubahan Ekuitas;
32 (e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
33 (f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan;
34 dan
35 (g) Catatan atas Laporan Keuangan.
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.3


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 12. Jika entitas syariah merupakan lembaga


2 keuangan maka selain komponen laporan keuangan yang
3 diuraikan dalam paragraf 11, entitas syariah tersebut juga
4 harus menyajikan komponen laporan keuangan tambahan
5 yang menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika
6 substansi informasinya belum tercakup dalam paragraf
7 11.
8
9 13. Komponen tambahan dan penyajian pos-pos
10 laporan keuangan yang mencerminkan karakteristik
11 khusus untuk industri tertentu akan diatur dalam lampiran
12 Pernyataan ini yang merupakan bagian yang tidak
13 terpisahkan.
14
15 14. Apabila entitas syariah belum melaksanakan
16 fungsi sosial secara penuh, entitas syariah tersebut tetap
17 harus menyajikan komponen laporan keuangan paragraf
18 11(e) dan (f).
19
20 15. Entitas syariah dianjurkan untuk menyajikan telaahan
21 keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang
22 mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan entitas
23 syariah, dan kondisi ketidakpastian. Telaahan keuangan tersebut
24 dapat meliputi:
25 (a) faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh yang menentukan
26 kinerja keuangan, termasuk perubahan lingkungan dimana
27 entitas syariah beroperasi, respon yang diambil dan
28 hasilnya, dan kebijakan investasi untuk menjaga dan
29 memperkuat kinerja keuangan, termasuk kebijakan
30 dividennya;
31 (b) sumber pendanaan entitas syariah dan target rasio
32 kewajiban terhadap ekuitas; dan
33 (c) sumber daya entitas syariah yang tidak dicatat dalam
34 neraca sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar
35 Akuntansi Keuangan.
36
37
38

101.4 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 PERTIMBANGAN MENYELURUH
2
3 Penyajian Secara Wajar
4
5 16. Laporan keuangan harus menyajikan secara
6 wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
7 entitas syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar
8 Akuntansi Keuangan secara benar disertai pengungkapan
9 yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
10 dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain
11 tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang
12 wajar walaupun pengungkapkan tersebut tidak diharuskan
13 oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
14
15 17. Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
16 belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran,
17 penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau
18 peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai
19 melalui pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi
20 sesuai dengan paragraf 20 serta menyajikan jumlah yang
21 dihasilkan sedemikian rupa sehingga memberikan
22 informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
23 dapat dipahami.
24
25 18. PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan
26 menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja, dan arus
27 kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai.
28 PSAK mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi
29 tertentu padahal pengungkapan informasi tersebut diperlukan
30 guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam hal
31 tersebut maka entitas syariah harus memberikan tambahan
32 pengungkapan informasi yang relevan sehingga laporan
33 keuangan dapat disajikan secara wajar.
34
35 19. Kecepatan inovasi dalam dunia bisnis sering
36 mengakibatkan belum diaturnya suatu transaksi atau peristiwa
37 dalam PSAK. Dalam kondisi tersebut, penyajian secara wajar
38 laporan keuangan dapat dicapai dengan memilih dan

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.5


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan paragraf 20


2 serta menyajikan informasi menggunakan konsep yang terdapat
3 dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
4 Keuangan Syariah.
5
6 Kebijakan Akuntansi
7
8 20. Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan
9 akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan
10 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika
11 belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
12 Keuangan, maka manajemen harus menetapkan
13 kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
14 menyajikan informasi:
15 (a) relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan
16 untuk pengambilan keputusan; dan
17 (b) dapat diandalkan, dengan pengertian:
18 (i) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan
19 posisi keuangan entitas syariah;
20 (ii) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu
21 kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
22 bentuk hukumnya;
23 (iii) netral yaitu bebas dari keberpihakan;
24 (iv) mencerminkan kehati-hatian; dan
25 (v) mencakup semua hal yang material.
26
27 21. Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar,
28 konvensi, peraturan, dan praktik yang diterapkan entitas syariah
29 dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.
30
31 22. Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, maka
32 manjemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan
33 kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang
34 bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Dalam
35 melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan:
36 (a) persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal
37 yang mirip dengan masalah terkait;
38

101.6 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (b) definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,


2 dana syirkah temporer, penghasilan dan beban yang
3 ditetapkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
4 Penyajian Laporan Keuangan Syariah; dan
5 (c) pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain
6 dan praktik industri yang lazim sepanjang konsisten dengan
7 huruf (a) dan (b) paragraf ini.
8
9 Kelangsungan Usaha
10
11 23. Dalam penyusunan laporan keuangan,
12 manajemen harus menilai (assessment) kemampuan
13 kelangsungan usaha entitas syariah. Laporan keuangan
14 harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
15 kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi atau
16 menjual, atau tidak mempunyai alternatif selain
17 melakukan hal tersebut. Dalam penilaian kelangsungan
18 usaha, ketidakpastian yang bersifat material yang terkait
19 dengan kejadian atau kondisi yang bisa menyebabkan
20 keraguan atas kelangsungan usaha harus diungkapkan.
21 Apabila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan
22 asumsi kelangsungan usaha, maka kenyataan tersebut
23 harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang
24 digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta
25 alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha entitas
26 syariah tidak dapat digunakan.
27
28 24. Manajemen bertanggung jawab untuk
29 mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih
30 layak digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan. Dalam
31 mempertimbang-kan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha
32 dapat digunakan, manajemen memperhatikan semua informasi
33 masa depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12
34 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
35
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.7


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Dasar Akrual
2
3 25. Entitas syariah harus menyusun laporan
4 keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan Arus Kas
5 dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian
6 hasil usaha. Dalam penghitungan pembagian hasil usaha
7 didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan
8 menjadi kas (dasar kas).
9
10 Konsistensi Penyajian
11
12 26. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
13 keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
14 (a) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
15 operasi entitas syariah atau perubahan penyajian akan
16 menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu
17 transaksi atau peristiwa; atau
18 (b) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan
19 Standar Akuntansi Keuangan atau Interpretasi
20 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
21
22 27. Akusisi atau pelepasan yang signifikan atau kajian
23 ulang terhadap penyajian laporan keuangan mungkin akan
24 menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus
25 disajikan secara berbeda. Suatu entitas syariah mengubah
26 penyajian laporan keuangannya jika hanya perubahan penyajian
27 tersebut menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dan
28 lebih relevan kepada pemakai laporan keuangan dan struktur
29 yang baru akan digunakan seterusnya, sehingga tidak
30 menurunkan daya komparatifnya. Ketika melakukan
31 perubahan penyajian, entitas syariah harus mengklasifikasi ulang
32 informasi komparatif sesuai paragraf 35 dan 36.
33
34 Materialitas dan Agregasi
35
36 28. Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam
37 laporan keuangan sedangkan yang tidak material
38

101.8 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau


2 fungsi yang sejenis.
3
4 29. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses atas
5 sejumlah transaksi yang diklasifikasikan sesuai sifat atau
6 fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan saldo dan
7 pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan
8 atau Catatan atas Laporan Keuangan. Jika suatu klasifikasi
9 pos tidak material maka dapat digabungkan dengan pos lain
10 yang sejenis dalam laporan keuangan atau Catatan atas Laporan
11 Keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk
12 disajikan terpisah dalam laporan keuangan, tetapi cukup material
13 untuk disajikan terpisah dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
14 Informasi dianggap material jika dengan tidak diungkapkannya
15 informasi tersebut dapat mempengaruhi pengguna laporan
16 keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk
17 menentukan materialitas suatu pos maka besaran dan sifat unsur
18 tersebut harus dianalisis dimana masing-masing dapat menjadi
19 faktor penentu. Penerapan konsep materialitas berarti
20 pengungkapan spesifik yang disyaratkan oleh suatu Pernyataan
21 atau Interpretasi tidak akan terpenuhi jika informasi yang
22 diungkapkan adalah tidak material.
23
24 Saling Hapus (Offsetting)
25
26 30. Aset, kewajiban, dana syirkah temporer,
27 penghasilan dan beban disajikan secara terpisah, kecuali
28 saling hapus diperkenankan dalam Pernyataan atau
29 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan.
30
31 31. Saling hapus akan mempengaruhi pemahaman
32 pengguna laporan keuangan terhadap suatu transaksi yang telah
33 dilakukan dan mempengaruhi penilaian pengguna laporan
34 keuangan atas arus kas entitas syariah pada masa depan, kecuali
35 mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Aset yang
36 dilaporkan sebesar nilai, setelah dikurangi dengan penyisihan,
37 tidak termasuk kategori saling hapus.
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.9


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 32. Dalam aktivitas normal, entitas syariah juga melakukan


2 transaksi-transaksi lain yang bukan merupakan penghasil utama
3 pendapatan dan bersifat insidentil. Hasil dari transaksi tersebut
4 disajikan dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan
5 beban yang berkaitan sepanjang penyajian tersebut
6 menggambarkan substansi transaksi atau peristiwa tersebut.
7 Contoh:
8 (a) keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tidak lancar
9 termasuk investasi dan aset operasional dilaporkan dengan
10 mengurangkan penerimaan dengan nilai tercatat dan beban
11 yang timbul akibat pelepasan aset tersebut;
12 (b) pengeluaran yang diganti berdasarkan perjanjian kontrak
13 dengan pihak ketiga disajikan sebesar nilai setelah
14 dikurangi dengan penggantian yang diterima; dan
15 (c) pos luar biasa disajikan sebesar nilai setelah dikurangi pajak
16 terkait dan hak minoritas sedangkan nilai bruto disajikan
17 pada Catatan atas Laporan Keuangan.
18
19 Informasi Komparatif
20
21 33. Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara
22 komparatif dengan periode sebelumnya, kecuali
23 dinyatakan lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi
24 Keuangan. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
25 deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya
26 diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman
27 laporan keuangan periode berjalan.
28
29 34. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan
30 pada laporan keuangan periode sebelumnya masih relevan
31 untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya, rincian
32 tentang sengketa hukum yang dihadapi, dimana hasil akhirnya
33 belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan
34 masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali
35 pada periode berjalan. Pengguna laporan keuangan akan
36 memperoleh manfaat dari informasi adanya ketidakpastian pada
37 tanggal Neraca sebelumnya dan langkah-langkah yang telah
38

101.10 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 dilakukan pada periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian


2 tersebut.
3
4 35. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam
5 laporan keuangan diubah maka jumlah komparatif harus
6 direklasifikasi kecuali tidak praktis dilakukan. Apabila
7 jumlah komparatif direklasifikasi maka harus
8 diungkapkan:
9 (a) sifat dari reklasifikasi;
10 (b) jumlah setiap pos atau kelompok pos yang
11 di-reklasifikasi; dan
12 (c) alasan reklasifikasi.
13
14 36. Apabila reklasifikasi jumlah komparatif tidak
15 praktis dilakukan maka harus diungkapkan:
16 (a) alasan tidak melakukan reklasifikasi jumlah tersebut;
17 dan
18 (b) sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah
19 tersebut direklasifikasi.
20
21 37. Informasi komparatif antar periode membantu
22 pemakai dalam pengambilan keputusan, khususnya penilaian
23 kecenderungan informasi keuangan untuk maksud membuat
24 prediksi. Terdapat suatu keadaan dimana reklasifikasi untuk
25 menjaga daya banding informasi komparatif dengan informasi
26 pada periode berjalan tidak praktis dilakukan, misalnya pada
27 periode sebelumnya data dikumpulkan sedemikian rupa
28 sehingga tidak memungkinkan dilakukan reklasifikasi serta tidak
29 praktis untuk menciptakan kembali informasi tersebut.
30
31 STRUKTUR DAN ISI
32
33 Identifikasi Laporan Keuangan
34
35 38. Laporan keuangan diidentifikasikan dan
36 dibedakan secara jelas dari informasi lain dalam
37 dokumen publikasi yang sama.
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.11


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 39. Laporan keuangan sering disajikan sebagai bagian dari


2 suatu dokumen seperti laporan tahunan atau prospektus. PSAK
3 hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak berlaku untuk
4 informasi lain yang disajikan dalam laporan tahunan atau
5 dokumen lainnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengguna
6 untuk mampu membedakan laporan keuangan yang disusun
7 sesuai dengan PSAK dari informasi lain yang juga bermanfaat
8 bagi pengguna laporan keuangan tetapi tidak perlu disajikan
9 sesuai dengan PSAK.
10
11 40. Setiap komponen laporan keuangan harus
12 diidentifikasi secara jelas. Di samping itu, informasi
13 berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada
14 setiap halaman laporan keuangan:
15 (a) nama entitas syariah pelapor atau identitas lain;
16 (b) cakupan laporan keuangan, apakah mencakup
17 hanya satu entitas atau beberapa entitas;
18 (c) tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan
19 keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap
20 komponen laporan keuangan;
21 (d) mata uang pelaporan; dan
22 (e) satuan angka yang digunakan dalam penyajian
23 laporan keuangan.
24
25 41. Ketentuan paragraf 40 dapat dipenuhi dengan
26 menyajikan judul halaman dan singkatan judul kolom pada setiap
27 halaman laporan keuangan. Diperlukan pertimbangan dalam
28 menentukan cara terbaik dalam menyajikan informasi tersebut
29 di atas. Disamping itu, laporan keuangan sering lebih mudah
30 dipahami dengan cara menyajikan informasi keuangan dalam
31 ribuan, jutaan, atau milyaran rupiah. Hal ini dapat diterima
32 sepanjang tingkat ketepatan penyajian diungkapkan dan
33 informasi yang relevan tidak hilang.
34
35 Periode Pelaporan
36
37 42. Laporan keuangan setidaknya disajikan secara
38 tahunan. Apabila tahun buku entitas syariah berubah dan

101.12 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang


2 lebih panjang atau pendek daripada periode satu tahun,
3 maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan
4 laporan keuangan, entitas syariah harus mengungkapkan:
5 (a) alasan penggunaan periode pelaporan selain periode
6 satu tahunan; dan
7 (b) fakta bahwa jumlah komparatif dalam Laporan Laba
8 Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
9 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
10 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan,
11 serta catatan yang terkait tidak dapat
12 diperbandingkan.
13
14 43. Umumnya laporan keuangan disusun secara konsisten
15 yang mencakup periode satu tahun. Tetapi untuk alasan
16 kepraktisan, beberapa entitas menyusun laporan keuangannya
17 yang mencakup periode 52 minggu. Pernyataan ini tidak
18 melarang praktik tersebut karena laporan keuangan yang
19 dihasilkan tidak berbeda secara signifikan dengan penyajian
20 laporan keuangan untuk satu tahun.
21
22 NERACA
23
24 Pembagian Lancar dengan Tidak Lancar dan Jangka
25 Pendek dengan Jangka Panjang
26
27 44. Entitas syariah menyajikan aset lancar terpisah
28 dari aset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek
29 terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk
30 industri tertentu yang diatur dalam Standar Akuntansi
31 Keuangan khusus. Aset lancar disajikan menurut ukuran
32 likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
33 jatuh temponya.
34
35 45. Entitas syariah harus mengungkapkan informasi
36 mengenai jumlah setiap aset yang akan diterima dan
37 kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah
38 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.13


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 46. Apabila entitas syariah menyediakan barang atau jasa


2 dalam siklus operasi entitas syariah yang dapat diidentifikasi
3 dengan jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta
4 kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca
5 memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan
6 aset bersih sebagai modal kerja dengan aset yang digunakan
7 untuk operasi jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut juga
8 menonjolkan aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus
9 operasi berjalan dan kewajiban yang akan jatuh tempo pada
10 periode yang sama. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset
11 dan kewajiban bermanfaat dalam menilai likuiditas dan
12 solvabilitas entitas syariah.
13
14 Aset Lancar
15
16 47. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar,
17 jika aset tersebut:
18 (a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk
19 dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus
20 operasi normal entitas syariah; atau
21 (b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan
22 jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam
23 jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal
24 neraca; atau
25 (c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya
26 tidak dibatasi.
27 Aset yang tidak termasuk kategori tersebut diatas
28 diklasifi-kasikan sebagai aset tidak lancar.
29
30 48. Siklus operasi entitas syariah merupakan rata-rata
31 jangka waktu antara perolehan bahan baku memasuki proses
32 dan realisasinya menjadi kas atau instrumen yang siap dijadikan
33 kas. Aset lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang
34 dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus
35 normal operasi entitas syariah walaupun aset tersebut tidak
36 diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan
37 dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai
38 aset lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan

101.14 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal


2 neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan
3 sebagai aset tidak lancar. Untuk tujuan pengklasifikasian ini,
4 siklus operasi diasumsikan satu tahun, kecuali untuk kegiatan
5 atau industri ter-tentu dimana jangka waktu yang lebih panjang
6 jelas lebih layak.
7
8 Kewajiban Jangka Pendek
9
10 49. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai
11 kewajiban jangka pendek, jika:
12 (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu
13 siklus normal operasi entitas syariah; atau
14 (b) jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
15 dari tanggal Neraca.
16 Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai
17 kewajiban jangka panjang.
18
19 50. Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan
20 dengan cara yang serupa dengan aset lancar. Beberapa
21 kewajiban jangka pendek seperti hutang dagang dan biaya
22 pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal
23 kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal entitas
24 syariah. Pos-pos operasi seperti tersebut di atas diklasifikasikan
25 sebagai kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut
26 diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan
27 dari tanggal neraca.
28
29 51. Kewajiban jangka pendek lainnya lebih sulit untuk
30 dikaitkan dengan siklus operasi berjalan meskipun akan jatuh
31 tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca,
32 misalnya, utang dividen, pajak penghasilan dan utang selain
33 utang dagang.
34
35 Informasi yang Disajikan dalam Neraca
36
37 52. Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa
38 yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.15


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal


2 mencakup pos-pos berikut:
3 (a) kas dan setara kas;
4 (b) aset keuangan;
5 (c) piutang usaha dan piutang lainnya;
6 (d) persediaan;
7 (e) investasi yang diperlakukan menggunakan metode
8 ekuitas;
9 (f) aset tetap;
10 (g) aset tak berwujud;
11 (h) hutang usaha dan hutang lainnya;
12 (i) hutang pajak;
13 (j) dana syirkah temporer;
14 (k) hak minoritas; dan
15 (l) modal saham dan pos ekuitas lainnya.
16 Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca
17 apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
18 Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan
19 untuk menyajikan posisi keuangan entitas syariah secara
20 wajar.
21
22 53. Pernyataan ini tidak mengatur susunan atau format
23 mengenai pos-pos yang harus disajikan dalam neraca. Paragraf
24 52 merupakan suatu daftar pos-pos yang berbeda dalam sifat
25 maupun fungsinya sehingga layak disajikan di neraca secara
26 terpisah. Penyesuaian terhadap pos-pos tersebut di atas
27 meliputi:
28 (a) penambahan pos-pos dilakukan jika Pernyataan Standar
29 Akuntansi Keuangan mewajibkan penyajian secara
30 terpisah dalam neraca, atau apabila suatu pos sangat
31 material sehingga penyajian yang terpisah akan membantu
32 penyajian posisi keuangan secara wajar;
33 (b) istilah yang digunakan dan urutan pos-pos dapat diubah
34 sesuai dengan sifat entitas syariah dan transaksinya guna
35 memberikan informasi yang diperlukan bagi pemahaman
36 posisi keuangan entitas syariah secara menyeluruh.
37
38

101.16 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 54. Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan


2 secara terpisah didasarkan atas penilaian dari:
3 (a) sifat, likuiditas dan materialitas aset;
4 (b) fungsi pos-pos tersebut dalam entitas syariah;
5 (c) jumlah, sifat dan jangka waktu kewajiban.
6
7 55. Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan
8 fungsi kadang-kadang diukur dengan dasar pengukuran yang
9 berbeda. Misalnya aset tertentu dicatat atas dasar biaya
10 perolehan atau penilaian kembali, maka penggunaan dasar
11 pengukuran yang berbeda untuk setiap aset mengindikasikan
12 bahwa sifat dan fungsi aset tersebut juga berbeda sehingga
13 aset tersebut harus disajikan secara terpisah.
14
15 Informasi Disajikan di Neraca atau di Catatan atas
16 Laporan Keuangan
17
18 56. Entitas syariah harus mengungkapkan, di Neraca
19 atau di Catatan atas Laporan Keuangan, subklasifikasi
20 pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara
21 yang tepat sesuai dengan operasi entitas syariah. Setiap
22 pos disubklasifikasikan, jika memungkinkan, sesuai
23 dengan sifatnya; dan jumlah terutang atau piutang pada
24 entitas syariah induk, anak entitas syariah, entitas syariah
25 aso-siasi dan pihak-pihak yang memiliki hubungan
26 istimewa lainnya diungkapkan secara terpisah.
27
28 57. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi, di Neraca
29 atau di Catatan atas Laporan Keuangan, tergantung pada
30 persyaratan dari PSAK dan materialitas jumlah pos yang
31 bersangkutan. Faktor-faktor yang diuraikan pada paragraf 54
32 dapat digunakan dalam menentukan dasar bagi subklasifikasi.
33
34 58. Entitas syariah mengungkapkan hal-hal berikut
35 di Neraca atau di Catatan atas Laporan Keuangan:
36 (a) untuk setiap jenis saham:
37 (b) jumlah saham modal dasar;
38 (c) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh;

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.17


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (d) nilai nominal saham;


2 (e) ikhtisar perubahan jumlah saham beredar;
3 (f) hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat
4 pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas
5 dividen dan pembayaran kembali atas modal;
6 (g) saham entitas syariah yang dikuasai oleh entitas
7 syariah itu sendiri atau oleh anak entitas syariah atau
8 entitas syariah asosiasi; dan
9 (h) saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak
10 penjualan, termasuk nilai dan persyaratannya;
11 (i) penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan
12 dalam ekuitas; dan
13 (j) penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara
14 resmi belum disetujui untuk dibayarkan telah diakui
15 atau tidak sebagai kewajiban.
16
17 59. Entitas syariah yang modalnya tidak terbagi
18 dalam saham, seperti persekutuan, mengungkapkan
19 informasi yang setara dengan persyaratan di atas, yang
20 memperlihatkan perubahan dalam suatu periode dari
21 setiap jenis penyertaan serta hak, keistimewaan dan
22 pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.
23
24 LAPORAN LABA RUGI
25
26 Informasi Disajikan dalam Laporan Laba Rugi
27
28 60. Laporan Laba Rugi entitas syariah disajikan
29 sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
30 kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara
31 wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos
32 berikut:
33 (a) pendapatan usaha;
34 (b) bagi hasil untuk pemilik dana;
35 (c) beban usaha;
36 (d) laba atau rugi usaha;
37 (e) pendapatan dan beban nonusaha;
38 (f) laba atau rugi dari aktivitas normal;

101.18 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (g) beban pajak; dan


2 (h) laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
3 Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan
4 laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
5 Akun-tansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut
6 diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas
7 syariah secara wajar.
8
9 61. Berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa
10 menghasilkan pengaruh berbeda terhadap stabilitas, risiko, dan
11 prediksi. Pengungkapan unsur-unsur kinerja membantu dalam
12 memahami hasil yang dicapai dan dalam menilai hasil yang
13 akan diperoleh pada masa akan datang. Dalam rangka
14 menyajikan laporan laba rugi secara wajar maka dapat dilakukan
15 penambahan pos-pos dan perubahan istilah-istilah yang dipakai
16 serta perubahan urut-urutan dari pos-pos yang terdapat dalam
17 laporan laba rugi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
18 melakukan penambahan dan perubahan tersebut meliputi
19 materialitas, hakekat dan fungsi dari berbagai komponen
20 pendapatan dan beban.
21
22 62. Jika terdapat pendapatan non-halal maka pendapatan
23 tersebut tidak boleh disajikan di dalam laporan laba rugi entitas
24 syariah maupun laba rugi konsolidasian entitas konvensional
25 yang mengkonsolidasikan entitas syariah. Informasi pendapatan
26 non-halal tersebut disajikan dalam laporan sumber dan
27 penggunaan dana kebajikan.
28
29 Informasi Disajikan di Laporan Laba Rugi atau di Catatan
30 Atas Laporan Keuangan
31
32 63. Entitas syariah menyajikan, di Laporan Laba Rugi
33 atau di Catatan atas Laporan Keuangan, rincian beban
34 dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada
35 sifat atau fungsi beban di dalam entitas syariah.
36
37 64. Entitas syariah disarankan untuk menyajikan rincian
38 seperti tersebut dalam paragraf 63 di atas pada Laporan Laba

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.19


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Rugi. Pos-pos beban di subklasifikasikan lebih lanjut dalam


2 rangka menonjolkan cakupan komponen-komponen kinerja
3 keuangan yang mungkin berbeda dalam hal stabilitas, potensi
4 menghasilkan laba atau rugi dan prediksi.
5
6 65. Entitas syariah yang mengklasifikasikan beban
7 menurut fungsinya harus mengungkapkan informasi
8 tambahan mengenai sifat beban, termasuk beban
9 penyusutan dan amortisasi serta beban pegawai.
10
11 66. Entitas syariah mengungkapkan dalam Laporan
12 Laba Rugi atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan,
13 jumlah dividen per saham yang diumumkan.
14
15 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
16
17 67. Entitas syariah harus menyajikan laporan
18 peru-bah-an ekuitas sebagai komponen utama laporan
19 keuangan, yang menunjukkan:
20 (a) laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
21 (b) setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau
22 kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan
23 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
24 diakui secara langsung dalam ekuitas;
25 (c) pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan
26 akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
27 mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan
28 Standar Akuntansi Keuangan terkait;
29 (d) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada
30 pemilik;
31 (e) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir
32 periode serta perubahannya; dan
33 (f) rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing
34 jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal
35 dan akhir periode yang mengungkapkan secara
36 terpisah setiap perubahan.
37
38

101.20 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 68. Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan


2 peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama
3 periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu
4 yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
5 Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang
6 berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran
7 modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah
8 keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan entitas
9 syariah selama periode yang bersangkutan
10
11 LAPORAN ARUS KAS
12
13 69. Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang
14 telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
15 Keuangan terkait.
16
17 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
18 ZAKAT
19
20 70. Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan
21 Peng-gunaan Dana Zakat sebagai komponen utama
22 laporan keuangan, yang menunjukkan:
23 (a) dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):
24 (i) zakat dari dalam entitas syariah;
25 (ii) zakat dari pihak luar entitas syariah;
26 (b) penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat
27 untuk:
28 (i) fakir;
29 (ii) miskin;
30 (iii) riqab;
31 (iv) orang yang terlilit hutang (gharim);
32 (v) muallaf;
33 (vi) fiisabilillah;
34 (vii)orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
35 (viii) amil;
36 (c) kenaikan atau penurunan dana zakat;
37 (d) saldo awal dana zakat; dan
38 (e) saldo akhir dana zakat.

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.21


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 71. Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib


2 dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk diserahkan
3 kepada penerima zakat (mustahiq). Pembayaran zakat
4 dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang
5 memenuhi kriteria wajib zakat.
6
7 72. Unsur dasar Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
8 Zakat meliputi sumber dana, penggunaan dana selama suatu
9 jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan dana
10 zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
11
12 73. Dana zakat tidak diperkenankan untuk menutup
13 penyisihan kerugian aset produktif.
14
15 74. Entitas syariah harus mengungkapkan dalam
16 catatan atas Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
17 Zakat, tetapi tidak terbatas pada:
18 (a) sumber dana zakat yang berasal dari internal entitas
19 syariah;
20 (b) sumber dana zakat yang berasal dari eksternal entitas
21 syariah;
22 (c) kebijakan penyaluran zakat terhadap masing-masing
23 asnaf;dan
24 (d) proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing
25 penerima zakat diklasifikasikan atas pihak terkait,
26 sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 7:
27 Pengung-kapan Pihak-pihak yang Mempunyai
28 Hubungan Istimewa, dan pihak ketiga.
29
30 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
31 KEBAJIKAN
32
33 75. Entitas menyajikan Laporan Sumber dan
34 Pengguna-an Dana Kebajikan sebagai komponen utama
35 laporan keuangan, yang menunjukkan:
36 (a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
37 (i) infak;
38 (ii) sedekah;

101.22 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan


2 perundang-undangan yang berlaku;
3 (iv) pengembalian dana kebajikan produktif;
4 (v) denda; dan
5 (vi) pendapatan nonhalal.
6 (b) penggunaan dana kebajikan untuk:
7 (i) dana kebajikan produktif;
8 (ii) sumbangan; dan
9 (iii) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
10 (c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
11 (d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
12 (e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.
13
14 76. Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana
15 kebajikan meliputi sumber dan penggunaan dana selama jangka
16 waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukkan
17 dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
18
19 77. Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah
20 diakui sebagai kewajiban paling likuid dan diakui sebagai
21 pengurang kewajiban ketika disalurkan.
22
23 78. Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari
24 kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah antara lain
25 penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum
26 konvensional. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam
27 kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas
28 syariah karena secara prinsip dilarang.
29
30 79. Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan
31 atas Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan,
32 tetapi tidak terbatas, pada:
33 (a) sumber dana kebajikan;
34 (b) kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada
35 masing-masing penerima;
36 (c) proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing
37 penerima dana kebajikan diklasifikasikan atas pihak
38 yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan yang

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.23


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 diatur dalam PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak


2 yang Mempunyai Hubungan Istimewa, dan pihak
3 ketiga; dan
4 (d) alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan
5 nonhalal .
6
7 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
8
9 Struktur
10
11 80. Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan
12 secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan Laba
13 Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas,
14 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan
15 Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus
16 berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan
17 atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan
18 mengungkapkan:
19 (a) informasi tentang dasar penyusunan laporan
20 keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
21 diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
22 penting;
23 (b) informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar
24 Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di Neraca,
25 Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas; Laporan
26 Perubah-an Ekuitas; Laporan Sumber dan
27 Penggunaan Dana Zakat; dan Laporan Penggunaan
28 Dana Kebajikan;
29 (c) informasi tambahan yang tidak disajikan dalam
30 laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka
31 penyajian secara wajar.
32
33 81. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan
34 naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam Neraca, Laporan
35 Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas,
36 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan
37 Penggunaan Dana Kebajikan, serta informasi tambahan seperti
38 kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas Laporan

101.24 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan


2 dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta
3 pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk
4 menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
5
6 82. Dalam rangka membantu pengguna laporan
7 memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan
8 laporan keuangan entitas syariah lain, maka Catatan atas
9 Laporan Keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai
10 berikut:
11 (a) pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan
12 akuntansi yang diterapkan;
13 (b) informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai
14 urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam
15 laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
16 keuangan;
17 (c) pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan
18 pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang
19 bersifat non-keuangan.
20
21 83. Sistematika struktur dalam Catatan atas Laporan
22 Keuangan agar tetap dipertahankan sepanjang hal tersebut
23 praktis untuk dilaksanakan.
24
25 Penyajian Kebijakan Akuntansi
26
27 84. Bagian kebijakan akuntansi dalam Catatan atas
28 Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
29 (a) dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan
30 keuangan;
31 (b) kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna
32 memahami laporan keuangan secara benar.
33
34 85. Pengguna laporan perlu mengetahui dasar pengukuran
35 yang digunakan (nilai historis, nilai pasar, nilai realisasi, nilai
36 wajar atau nilai sekarang) sebagai landasan dalam penyiapan
37 laporan keuangan. Apabila lebih dari satu dasar pengukuran
38 digunakan dalam laporan keuangan, maka informasi yang

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.25


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 disajikan cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset


2 dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran tersebut.
3 Selanjutnya, dalam menentukan apakah kebijakan akuntansi
4 tertentu harus diungkapkan, manajemen mempertimbangkan
5 apakah pengungkapan tersebut akan membantu pengguna
6 laporan untuk memahami bagaimana transaksi dan peristiwa
7 tercermin di neraca dan laporan laba rugi. Kebijakan akuntansi
8 meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
9 (a) pengakuan pendapatan;
10 (b) prinsip pembagian hasil usaha;
11 (c) prinsip-prinsip konsolidasi;
12 (d) penggabungan usaha;
13 (e) pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau
14 amortisasi aset tetap dan aset tidak berwujud;
15 (f) murabahah;
16 (g) mudharabah;
17 (h) musyarakah;
18 (i) istishna’;
19 (j) ijarah;
20 (k) salam;
21 (l) instrumen keuangan dan investasi;
22 (m) persediaan;
23 (n) pajak termasuk pajak tangguhan;
24 (o) penyisihan;
25 (p) imbalan kerja;
26 (q) penjabaran mata uang asing;
27 (r) definisi segmen usaha dan geografis dan dasar alokasi biaya
28 antar segmen;
29 (s) definisi kas dan setara kas; dan
30 (t) wakaf;
31
32 Pengungkapan Lain
33
34 86. Entitas syariah mengungkapkan hal-hal berikut
35 ini jika tidak diungkapkan dibagian manapun dari
36 informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan
37 keuangan:
38

101.26 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (a) domisili dan bentuk hukum entitas syariah, negara


2 tempat pendirian entitas syariah, alamat kantor pusat
3 entitas syariah serta lokasi utama bisnis jika berbeda
4 dari lokasi kantor pusat;
5 (b) keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan
6 utama entitas syariah;
7 (c) nama entitas syariah dalam grup, nama entitas
8 syariah asosiasi, nama entitas syariah induk dan
9 entitas syariah holding;
10 (d) nama anggota direksi dan komisaris; dan
11 (e) jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata
12 jumlah karyawan selama periode yang bersangkutan.
13
14 87. Untuk setiap jenis instrumen pendanaan dalam
15 mata uang asing, entitas syariah harus mengungkapkan
16 informasi berikut ini:
17 (a) karakteristik umum dari setiap instrumen pendanaan
18 termasuk informasi mengenai nisbah bagi hasil/
19 margin/ujrah dan nama pemodal;
20 (b) nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu,
21 tanggal jatuh tempo, jadual angsuran atau
22 pembayaran;
23 (c) dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen
24 pendanaan dapat dikonversi;
25 (d) nilai kurs yang digunakan pada tanggal Neraca;
26 (e) jaminan; dan
27 (f) hal penting lainnya.
28
29 88. Apabila suatu Pernyataan Standar Akuntansi
30 Keuangan diterapkan sebelum tanggal berlaku efektif dan
31 penerapan lebih dini tersebut dilakukan sesuai dengan
32 ketentuan yang ada dalam Pernyataan ini, maka fakta
33 tersebut harus diungkapkan.
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.27


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 TANGGAL EFEKTIF
2
3 89. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini
4 berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan
5 keuangan entitas syariah yang mencakup periode laporan
6 yang dimulai tanggal 1 Januari 2008.
7
8 PENARIKAN
9
10 90. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
11 Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengaturan
12 penyajian laporan keuangan bank syariah.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

101.28 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 LAMPIRAN
2
3 Lampiran adalah bagian tak terpisahkan dari Pernyataan
4 Standar Akuntansi Keuangan.
5
6 Laporan keuangan entitas syariah yang lengkap terdiri
7 dari: Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas,
8 Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan
9 Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan
10 Penggunaan Dana Kebajikan, dan Catatan atas Laporan
11 Keuangan (lihat PSAK 101). Setiap jenis entitas syariah
12 dapat menambahkan komponen laporan keuangan lain,
13 selain komponen laporan keuangan di atas.
14
15 Lampiran 1
16
17 LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
18
19 Komponen Laporan Keuangan
20
21 1. Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri
22 dari:
23 (a) Neraca;
24 (b) Laporan laba rugi;
25 (c) Laporan arus kas;
26 (d) Laporan perubahan ekuitas;
27 (e) Laporan perubahan dana investasi terikat;
28 (f) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
29 (g) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
30 (h) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
31 (i) Catatan atas laporan keuangan.
32
33 Neraca
34
35 2. Bank syariah menyajikan pada laporan posisi
36 keuangan (neraca), dengan memperhatikan ketetentuan dalam
37 PSAK terkait, mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos
38 berikut:

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.29


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Aset
2 (a) Kas;
3 (b) Penempatan pada Bank Indonesia;
4 (c) Giro pada bank lain,
5 (d) Penempatan pada bank lain;
6 (e) Efek-efek;
7 (f) Piutang:
8 (i) piutang murabahah;
9 (ii) piutang salam;
10 (iii) piutang istishna’;
11 (iv) piutang pendapatan ijarah;
12 (g) Pembiayaan:
13 (i) pembiayaan mudharabah;
14 (ii) pembiayaan musyarakah;
15 (h) Persediaan (aset yang dibeli untuk dijual kembali kepada
16 klien);
17 (i) Tagihan dan kewajiban akseptasi
18 (j) Aset yang diperoleh untuk ijarah;
19 (k) Aset istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin
20 istishna);
21 (l) Penyertaan;
22 (m) Aset tetap dan akumulasi penyusutan; dan
23 (n) Aset lain.
24
25 Kewajiban
26 (a) Kewajiban segera;
27 (b) Bagi hasil yang belum dibagikan;
28 (c) Simpanan:
29 (i) giro wadiah;
30 (ii)tabungan wadiah;
31 (d) Simpanan bank lain:
32 (i) giro wadiah;
33 (ii)tabungan wadiah;
34 (e) Utang:
35 (i) Utang salam;
36 (ii) Utang istishna;
37 (f) Kewajiban kepada bank lain;
38 (g) Pembiayaan yang diterima;

101.30 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (h) Utang pajak;


2 (i) Estimasi kerugian dan komitmen kontinjensi;
3 (j) Pinjaman yang diterima;
4 (k) Kewajiban lainnya; dan
5 (l) Pinjaman subordinasi.
6
7 Dana Syirkah Temporer
8 (a) Syirkah temporer dari bukan bank:
9 (i) tabungan mudharabah;
10 (ii) deposito mudharabah;
11 (b) Syirkah temporer dari bank:
12 (i) tabungan mudharabah;
13 (ii) deposito mudharabah; dan
14 (c) Musyarakah.
15
16 Ekuitas
17 (a) Modal disetor;
18 (b) Tambahan modal disetor; dan
19 (c) Saldo laba (rugi).
20
21 Ilustrasi 1
22
23 PT Bank Syariah “X”
24 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
25 Per 31 Desember 20X1
26 Aset
27 Kas xxx
28 Penempatan pada Bank Indonesia xxx
29 Giro pada bank lain xxx
30 Penempatan pada bank lain xxx
31 Investasi pada efek/surat berharga xxx
32 Piutang:
33 Murabahah xxx
34 Salam xxx
35 Istishna xxx
36 Ijarah xxx
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.31


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Pembiayaan:
2 Mudharabah xxx
3 Musyarakah xxx
4 Persediaan xxx
5 Tagihan dan kewajiban akseptasi xxx
6 Aset ijarah xxx
7 Aset istishna dalam penyelesaian xxx
8 Penyertaan pada entitas lain xxx
9 Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
10 Aset lainnya xxx
11 Jumlah Aset xxx
12
13 KEWAJIBAN
14 Kewajiban segera xxx
15 Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
16 Simpanan xxx
17 Simpanan dari bank lain xxx
18 Utang:
19 Salam xxx
20 Istishna’ xxx
21 Kewajiban kepada bank lain xxx
22 Pembiayaan yang diterima xxx
23 Utang pajak xxx
24 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
25 Pinjaman yang diterima xxx
26 Kewajiban lainnya xxx
27 Pinjaman subordinasi xxx
28 Jumlah Kewajiban xxx
29
30 DANA SYIRKAH TEMPORER
31 Dana syirkah temporer dari bukan bank:
32 Tabungan mudharabah xxx
33 Deposito mudharabah xxx
34 Dana syirkah temporer dari bank:
35 Tabungan mudharabah xxx
36 Deposito mudharabah xxx
37 Musyarakah xxx
38 Jumlah Dana Syirkah Temporer xxx

101.32 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 EKUITAS
2 Modal disetor xxx
3 Tambahan modal disetor xxx
4 Saldo laba (rugi) xxx
5 Jumlah Ekuitas xxx
6
7 Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah Temporer
8 dan Ekuitas xxx
9
10 Laporan Laba Rugi
11
12 1. Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah
13 disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum.
14 Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank
15 syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi
16 tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
17 (a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
18 (i) Pendapatan dari jual beli:
19 1. pendapatan marjin murabahah;
20 2. pendapatan neto salam paralel;
21 3. pendapatan neto istishna paralel;
22 (ii) Pendapatan dari sewa:
23 1. pendapatan neto ijarah;
24 (iii) Pendapatan dari bagi hasil:
25 1. pendapatan bagi hasil mudharabah;
26 2. pendapatan bagi hasil musyarakah;
27 (iv) Pendapatan usaha utama lainnya;
28 (b) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer;
29 (c) Pendapatan usaha lainnya;
30 (i) Pendapatan imbalan (fee) jasa perbankan;
31 (ii) Pendapatan imbalan investasi terikat.
32 (d) Beban usaha;
33 (e) Laba atau rugi usaha;
34 (f) Pendapatan nonusaha;
35 (g) Beban non-usaha;
36 (h) Beban pajak; dan
37 (i) Laba atau rugi neto.
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.33


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Ilustrasi 2
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Laba Rugi
5 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X1
6
7 Pendapatan Pengelolaan Dana
8 oleh Bank sebagai Mudharib
9 Pendapatan dari jual beli:
10 Pendapatan marjin murabahah xxx
11 Pendapatan neto salam paralel xxx
12 Pendapatan neto istishna paralel xxx
13 Pendapatan dari sewa:
14 Pendapatan neto ijarah xxx
15 Pendapatan dari bagi hasil:
16 Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
17 Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx
18 Pendapatan usaha utama lainnya xxx
19 Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana
20 oleh Bank sebagai Mudharib xxx
21
22 Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx)
23 Hak bagi hasil milik Bank xxx
24
25 Pendapatan Usaha Lainnya
26 Pendapatan imbalan jasa perbankan xxx
27 Pendapatan imbalan investasi terikat xxx
28 Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya xxx
29
30 Beban Usaha
31 Beban kepegawaian (xxx)
32 Beban administrasi (xxx)
33 Beban penyusutan dan amortisasi (xxx)
34 Beban usaha lain (xxx)
35 Jumlah Beban Usaha (xxx)
36
37 Laba (Rugi) Usaha xxx
38

101.34 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Pendapatan dan Beban Nonusaha


2 Pendapatan nonusaha xxx
3 Beban nonusaha (xxx)
4 Jumlah Pendapatan (Beban) Nonusaha xxx
5
6 Laba (Rugi) sebelum Pajak xxx
7
8 Beban Pajak (xxx)
9
10 Laba (Rugi) Neto Periode Berjalan xxx
11
12
13 Laporan Arus Kas
14
15 4. Bank syariah menyajikan laporan arus kas dengan
16 mengacu ke PSAK terkait.
17
18 Laporan Perubahan Ekuitas
19
20 5. Bank syariah menyajikan laporan perubahan ekuitas
21 dengan mengacu ke PSAK terkait.
22
23 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
24
25 6. Laporan perubahan dana investasi terikat
26 memisahkan dana investasi terikat berdasarkan sumber dana
27 dan memisah-kan investasi berdasarkan jenisnya.
28
29 7. Bank syariah menyajikan laporan perubahan dana
30 investasi terikat sebagai komponen utama laporan keuangan,
31 yang menunjukkan:
32 (a) saldo awal dana investasi terikat;
33 (b) jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi
34 dan nilai per unit penyertaan pada awal periode;
35 (c) dana investasi yang diterima dan unit penyertaan investasi
36 yang diterbitkan bank syariah selama periode laporan;
37 (d) penarikan atau pembelian kembali unit penyertaan investasi
38 selama periode laporan;

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.35


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (e) keuntungan atau kerugian dana investasi terikat;


2 (f) imbalan bank syariah sebagai agen investasi;
3 (g) beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang
4 dialokasikan oleh bank syariah ke dana investasi terikat;
5 (h) saldo akhir dana investasi terikat; dan
6 (i) jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi
7 dan nilai per unit penyertaan pada akhir periode.
8
9 8. Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari
10 pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh
11 bank syariah sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan
12 merupakan aset maupun kewajiban karena bank syariah tidak
13 mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan
14 investasi tersebut, serta bank syariah tidak memiliki kewajiban
15 mengembalikan atau menanggung risiko investasi.
16
17 9 Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat
18 dan sejenisnya adalah dana yang diterima bank syariah sebagai
19 agen investasi. Dana yang ditarik oleh pemilik dana investasi
20 terikat adalah dana yang diambil atau dipindahkan sesuai
21 dengan permintaan pemilik dana.
22
23 10. Keuntungan atau kerugian investasi terikat adalah
24 jumlah kenaikan atau penurunan neto nilai investasi terikat,
25 selain kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan
26 yang berasal dari penarikan.
27
28 11. Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen
29 inves-tasi, imbalan yang diterima adalah sebesar jumlah yang
30 disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.
31
32 12. Catatan atas laporan perubahan dana investasi terikat
33 harus mengungkapkan:
34 (a) sifat hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana
35 investasi terikat;
36 (b) hak dan kewajiban yang terkait dengan setiap jenis dana
37 investasi terikat atau unit investasi.
38

101.36 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Ilustrasi 3
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Saldo awal xxx
8 Jumlah unit penyertaan investasi awal
9 periode xxx
10 Nilai per unit pwnywrtaan investasi xxx
11 Penerimaan dana xxx
12 Penarikan dana (xxx)
13 Keuntungan (kerugian) investasi xxx
14 Biaya administrasi (xxx)
15 Imbalan bank sebagai agen investasi (xxx)
16 Saldo investasi pada akhir periode xxx
17
18 Jumlah unit penyertaan investasi pada
19 akhir periode xxx
20 Nilai unit penyertaan investasi pada
21 akhir periode xxx
22
23 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
24
25 13. Bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi
26 pendapatan dan bagi hasil yang merupakan rekonsiliasi antara
27 pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual
28 dengan pendapatan yang dibagihasilkan kepada pemilik dana
29 yang menggunakan dasar kas.
30
31 14. Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan
32 bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan
33 bagi hasil sebagai bagian komponen utama laporan keuangan.
34
35 15. Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil,
36 bank syariah menyajikan:
37 (a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai
38 mudharib;

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.37


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (b) Penyesuaian atas:


2 (i) pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai
3 mudharib periode berjalan yang kas atau setara
4 kasnya belum diterima;
5 (ii) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai
6 mudharib periode sebelumnya yang kas atau setara
7 kasnya diterima di periode berjalan;
8 (c) Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil;
9 (d) Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk
10 bagi hasil;
11 (e) Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk
12 bagi hasil:
13 (i) Bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana;
14 (ii) Bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana
15
16
17 Ilustrasi 4
18
19 PT Bank Syariah “X”
20 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
21 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
22
23 Pendapatan Usaha Utama (Akrual) xxx
24
25 Pengurang:
26 Pendapatan periode berjalan yang kas atau
27 setara kasnya belum diterima:
28 Pendapatan margin murabahah (xxx)
29 Pendapatan istishna’ (xxx)
30 Hak bagi hasil:
31 Pembiayaan mudharabah (xxx)
32 Pembiayaan musyarakah (xxx)
33 Pendapatan sewa (xxx)
34 Jumlah pengurang (xxx)
35
36
37
38

101.38 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Penambah:
2 Pendapatan periode sebelumnya yang
3 kasnya diterima pada periode berjalan:
4 Penerimaan pelunasan piutang:
5 Margin murabahah xxx
6 Istishna’ xxx
7 Pendapatan sewa xxx
8 Penerimaan piutang bagi hasil:
9 Pembiayaan mudharabah xxx
10 Pembiayaan musyarakah xxx
11 Jumlah penambah xxx
12
13 Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil xxx
14 Bagi hasil yang menjadi hak bank syariah xxx
15 Bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana xxx
16 Dirinci atas:
17 Hak pemilik dana atas bagi hasil
18 yang sudah didistribusikan xxx
19 Hak pemilik dana atas bagi hasil
20 yang belum didistribusikan xxx
21
22 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
23
24 16. Bank syariah menyajikan Laporan Sumber dan
25 Penggunaan Dana Zakat sesuai PSAK 101 dan PSAK terkait.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.39


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Ilustrasi 5
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Sumber Dana Zakat
8 Zakat dari dalam bank syariah xxx
9 Zakat dari pihak luar bank syariah xxx
10 Jumlah sumber dana zakat xxx
11
12 Penggunaan Dana Zakat
13 Fakir (xxx)
14 Miskin (xxx)
15 Amil (xxx)
16 Muallaf (xxx)
17 Orang yang terlilit hutang (gharim) (xxx)
18 Riqab (xxx)
19 Fisabilillah (xxx)
20 Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) (xxx)
21 Jumlah penggunaan dana zakat (xxx)
22
23 Kenaikan (penurunan) dana zakat xxx
24 Saldo awal dana zakat xxx
25 Saldo akhir dana zakat xxx
26
27 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
28
29 17. Bank syariah menyajikan laporan sumber dan
30 penggunaan dana kebajikan sesuai PSAK 101 dan PSAK
31 terkait.
32
33
34
35
36
37
38

101.40 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Ilustrasi 6
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Sumber Dana Kebajikan
8 Infak Zakat dari dalam bank syariah xxx
9 Sedekah xxx
10 Hasil pengelolaan wakaf xxx
11 Pengembalian dana kebajikan produktif xxx
12 Denda xxx
13 Pendapatan nonhalal xxx
14 Jumlah Sumber Dana Kebajikan xxx
15
16 Penggunaan Dana Kebajikan
17 Dana kebajikan produktif (xxx)
18 Sumbangan (xxx)
19 Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum (xxx)
20 Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan (xxx)
21
22 Kenaikan (penurunan
23 dana kebajikan xxx
24
Saldo awal dana kebajikan xxx
25
Saldo akhir dana kebajikan xxx
26
27
Catatan atas Laporan Keuangan
28
29
18. Bank syariah menyajikan catatan atas laporan
30
keuangan sesuai PSAK 101 dan PSAK terkait.
31
32
33
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.41


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Lampiran 2
2
3 LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI
4 SYARIAH
5
6 1. Ketentuan mengenai komponen dan ilustrasi laporan
7 keuangan entitas asuransi syariah ini merupakan penambah
8 dari komponen dan iliustrasi Laporan Keuangan Entitas Syariah
9 yang telah ada. Ketentuan ini berlaku selaras dengan
10 diberlakukannya PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi
11 Syariah yang berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian
12 laporan keuangan entitas asuransi syariah pada atau setelah 1
13 Januari 2010.
14
15 Komponen Laporan Keuangan
16
17 2. Laporan keuangan entitas asuransi syariah yang
18 lengkap terdiri dari:
19 (a) laporan posisi keuangan (neraca);
20 (b) laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’;
21 (c) laporan perubahan dana tabarru’;
22 (d) laporan laba rugi;
23 (e) laporan perubahan ekuitas;
24 (f) laporan arus kas;
25 (g) laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
26 (h) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
27 (i) catatan atas laporan keuangan.
28
29 3. Dalam hal pengelolaan asuransi syariah dilakukan oleh
30 bukan entitas asuransi syariah, maka komponen laporan
31 keuangannya mengacu ke PSAK yang relevan.
32
33 4. Bagi entitas asuransi syariah yang memiliki kegiatan
34 signifikan berkaitan dengan pengelolaan investasi terikat
35 sebagai wakil dan atau pengelolaan investasi dengan pola bagi
36 hasil, maka entitas asuransi syariah tersebut menyiapkan laporan
37 di bawah ini yang relevan:
38

101.42 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (a) laporan perubahan dana investasi terikat; dan atau


2 (b) laporan rekonsiliasi bagi hasil.
3
4 Kedua komponen laporan keuangan di atas dapat dilihat di
5 Lampiran 1.
6
7 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
8
9 5. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan posisi
10 keuangan (neraca), dengan memperhatikan ketentuan dalam
11 PSAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
12
13 Aset
14 (a) kas dan setara kas;
15 (b) piutang kontribusi;
16 (c) piutang reasuransi;
17 (d) piutang:
18 (i) murabahah;
19 (ii) salam;
20 (iii) istishna';
21 (e) investasi pada surat berharga;
22 (f) pembiayaan:
23 (i) mudharabah;
24 (ii) musyarakah;
25 (g) investasi pada entitas lain;
26 (h) properti investasi; dan
27 (i) aset tetap dan akumulasi penyusutan.
28
29 Kewajiban
30 (j) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak;
31 (k) utang klaim;
32 (l) klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan;
33 (m) bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang masih
34 harus dibayar;
35 (n) bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru’
36 yang masih harus dibayar;
37 (o) utang reasuransi;
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.43


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (p) utang dividen; dan


2 (q) utang pajak.
3
4 Dana Peserta
5 (r) dana syirkah temporer:
6 mudharabah; dan
7 (s) dana tabarru’.
8
9 Ekuitas
10 (t) modal disetor;
11 (u) tambahan modal disetor; dan
12 (v) saldo laba.
13
14 Ilustrasi 1
15
16 PT Asuransi Syariah “X”
17 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
18 Per 31 Desember 20x1
19
20 Aset
21 Kas dan setara kas xxx
22 Piutang kontribusi xxx
23 Piutang reasuransi xxx
24 Piutang xxx
25 Murabahah xxx
26 Salam xxx
27 Istishna’ xxx
28 Investasi pada surat berharga xxx
29 Pembiayaan xxx
30 Mudharabah xxx
31 Musyarakah xxx
32 Investasi pada entitas lain xxx
33 Properti investasi xxx
34 Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
35 Jumlah aset xxx
36
37
38

101.44 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Kewajiban
2 Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
3 Utang klaim xxx
4 Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
5 Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang
6 masih harus dibayar xxx
7 Bagian peserta atas surplus underwriting dana
8 tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
9 Utang reasuransi xxx
10 Utang dividen xxx
11 Utang pajak xxx
12 Jumlah kewajiban xxx
13
14 Dana Peserta
15 Dana syirkah temporer
16 Mudharabah xxx
17 Dana tabarru’ xxx
18 Jumlah dana peserta xxx
19
20 Ekuitas
21 Modal disetor xxx
22 Tambahan modal disetor xxx
23 Saldo Laba xxx
24 Jumlah ekuitas xxx
25 Jumlah kewajiban, dana peserta, dan ekuitas xxx
26
27 Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
28
29 6. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba rugi
30 peserta, dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK yang
31 relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
32 (a) kontribusi bruto;
33 (b) bagian reasuransi atas kontribusi;
34 (c) perubahan kontribusi yang belum menjadi hak;
35 (d) penerimaan kontribusi untuk periode berjalan;
36 (e) pembayaran klaim bruto;
37 (f) bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim
38 bruto;

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.45


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 (g) perubahan klaim yang masih harus dibayar (outstanding


2 claim);
3 (h) perubahan bagian reasuransi atas klaim yang masih harus
4 dibayar;
5 (i) penyisihan teknis;
6 (j) beban pengelolaan asuransi;
7 (k) pendapatan investasi; dan
8 (l) surplus atau defisit underwriting dana tabarru’.
9
10 Ilustrasi 2
11 PT Asuransi Syariah “X”
12 Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
13 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
14
15 Pendapatan Asuransi
16 Kontribusi bruto xxx
17 Ujrah pengelola (xxx)
18 Bagian reasuransi (atas risiko) (xxx)
19 Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (xxx)
20 Jumlah pendapatan asuransi xxx
21
22 Beban Asuransi
23 Pembayaran klaim xxx
24 Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
25 Klaim yang masih harus dibayar xxx
26 Klaim yang masih harus dibayar yang
27 ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
28 Penyisihan teknis:
29 Beban Penyisihan teknis xxx
30 Jumlah beban asuransi xxx
31
32 Surplus (Defisit) Neto Asuransi xxx
33 Pendapatan Investasi
34 Total pendapatan investasi xxx
35 -/- Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
36 Pendapatan investasi neto xxx
37
38 Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru’ xxx

101.46 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Laporan Perubahan Dana Tabarru'


2
3 7. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan
4 dana tabarru’ yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos
5 pos berikut:
6 (a) surplus atau defisit periode berjalan;
7 (b) bagian surplus yang didistribusikan ke peserta dan atau
8 pengelola; dan
9 (c) surplus yang yang tersedia untuk dana tabarru’.
10
11
12 Ilustrasi 3
13
14 Asuransi Syariah “X”
15 Laporan Perubahan Dana Tabarru
16 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
17
18 Surplus underwriting dana tabarru’ (dasar akrual) xxx
19 Distribusi ke peserta (xxx)
20 Distribusi ke pengelola (xxx)
21 Surplus yang tersedia untuk dana tabarru’ xxx
22 Saldo awal xxx
23 Saldo akhir xxx
24
25 Laporan Laba Rugi
26
27 8. Laporan laba rugi disusun dengan mengacu pada PSAK
28 yang relevan. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba
29 rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
30 (a) pendapatan pengelolaan asuransi;
31 (b) pendapatan pengelolaan investasi dana peserta;
32 (c) pendapatan pembagian surplus underwriting;
33 (d) pendapatan investasi;
34 (e) beban usaha;
35 (f) laba usaha;
36 (g) beban pajak; dan
37 (h) laba neto.
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.47


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Ilustrasi 4
2
3 Asuransi Syariah “X”
4 Laporan Laba Rugi
5 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
6
7 Pendapatan
8 Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah) xxx
9 Pendapatan pengelolaan portofolio investasi
10 dana peserta xxx
11 Pendapatan pembagian surplus underwriting xxx
12 Pendapatan investasi xxx
13 Jumlah pendapatan xxx
14
15 Beban
16 Beban komisi xxx
17 Ujrah dibayar xxx
18 Beban umum dan administrasi xxx
19 Beban pemasaran xxx
20 Beban pengembangan xxx
21 Jumlah beban xxx
22
23 Laba Usaha xxx
24
25 Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
26
27 Laba Sebelum Pajak xxx
28
29 Beban pajak xxx
30
31 Laba Neto xxx
32
33 Laporan Perubahan Ekuitas
34
35 9. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan
36 ekuitas sesuai dengan PSAK yang relevan.
37
38

101.48 Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101

1 Laporan Arus Kas


2
3 10. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan arus kas
4 dengan mengacu ke PSAK yang relevan.
5
6 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
7
8 11. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan sumber
9 dan penggunaan dana zakat sesuai PSAK 101 dan Ilustrasi
10 pada Lampiran 1.
11
12 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
13
14 12. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan sumber
15 dan penggunaan dana kebajikan sesuai PSAK 101 dan Ilustrasi
16 pada Lampiran 1.
17
18 Catatan atas Laporan Keuangan
19
20 13. Entitas asuransi syariah menyajikan catatan atas
21 laporan keuangan sesuai PSAK 101 dan PSAK yang terkait.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2007 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 101.49

Anda mungkin juga menyukai