PENDAHULUAN-KONSEP DASAR
AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH
1
Referensi:
■ Wiroso. 2010. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntan
Indonesia. Bab 1 & 2
2
SUB BAHAN KAJIAN
1. Definisi akuntansi dan akuntansi keuangan
2. Definisi akuntansi keuangan syariah
3. Prinsip umum transaksi syariah
4. Karakteristik transaksi syariah
5. Perbedaan sistem keuangan syariah dengan
sistem keuangan konvensional
3
1. Definisi Akuntansi dan Akuntansi Keuangan
4
Definisi Akuntansi
5
Definisi Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang berfokus
pada penyiapan laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan
ini merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada
pemegang saham atau investor, namun dapat pula digunakan
oleh pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan
perusahaan.
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah persamaan
akuntansi yaitu: Aset = Ekuitas + Liabilitas, yang berpatokan
pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
6
2. Definisi Akuntansi Keuangan Syariah
7
Akuntansi keuangan syariah atau akuntansi syariah
adalah akuntansi untuk transaksi syariah yaitu
transaksi yang berdasarkan pada prinsip syariah untuk
menghasilkan laporan keuangan syariah.
9
Seiring dengan perkembangannya, saat ini akuntansi keuangan
syariah atau akuntansi syariah sudah diterima dengan baik di
seluruh dunia dan juga sudah digunakan oleh lembaga
keuangan khususnya bank, yang tidak berbasis syariah
termasuk di negara Barat. Ini membuktikan bahwa akuntansi
syariah juga universal dan objektif.
11
■ Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang berisi perintah dan larangan yang
mengatur aktivitas umat manusia, baik yang menyangkut hubungan atau interaksi
vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk khususnya
sesama manusia yang disebut muamalah.
■ Salah satu bentuk muamalah adalah transaksi dalam kegiatan bisnis. Transaksi yang
dilakukan dengan mengacu pada syariah disebut transaksi syariah.
■ Transaksi syariah terdiri atas:
1. Murabahah
2. Salam
3. Istishna
4. Mudharabah
5. Musyarakah
6. Ijarah
7. Asuransi syariah
8. Zakat, infaq dan shadaqah
9. Sukuk
12
■ Prinsip umum transaksi syariah adalah:
1. Persaudaraan (Ukhuwah), yaitu menjaga harmonisasi kepentingan para pihak untuk
kemanfaatan secara umum dengan semangat tolong menolong.
2. Adil (Adl), yaitu menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya, memberikan sesuatu
hanya pada yang berhak, serta memperlakukan sesuatu sesuai posisi dan porsinya.
3. Seimbang (Tawazun), yaitu menyeimbangkan aspek material dan spiritual, aspek
privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, serta
pemanfaatan dan kelestarian.
4. Manfaat (Maslahah), yaitu memberikan manfaat karena mengandung kebaikan
(thoyyib) dan tidak menimbulkan keburukan (mudharat).
5. Universal (Alamiyah), yaitu dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak
yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
6. Tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dzalim, risywah, dan objek haram.
13
■ Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau
tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah. Contoh:
transaksi KPR, KPK, atau barang lainnya yang masih berada di tangan penjual pada saat transaksi.
■ Maysir adalah transaksi yang bersifat spekulatif (untung-untungan) yang tidak terkait langsung
dengan produktivitas di sektor riil. Contoh: transaksi pembelian saham dengan tujuan untuk
spekulasi.
■ Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya, atau dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu. Contoh: pengembalian pinjaman disertai bunga.
■ Dzalim adalah transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Contoh: mengambil
margin keuntungan yang sangat besar.
■ Risywah adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar
hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi. Contoh:
menyuap agar mendapatkan proyek.
■ Objek haram adalah barang atau jasa yang diharamkan dalam syariah. Contoh: minuman keras.
14
4. Karakteristik Transaksi Syariah
15
■ Karakteristik transaksi syariah yang diturunkan dari prinsip umum transaksi syariah
adalah:
1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ikhlas (ridha)
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thoyyib)
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
4. Tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dzalim, risywah, objek haram
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
6. Transaksi yang dilakukan:
a. Berdasarkan suatu perjanjian/akad yang jelas dan benar
b. Ditujukan untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
c. Tidak menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
d. Tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad.
16
5. Perbedaan Sistem Keuangan Syariah dengan Sistem
Keuangan Konvensional
17
Akuntansi keuangan syariah diterapkan pada lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah.
Berikut ini adalah perbedaan sistem keuangan syariah dengan sistem keuangan konvensional:
Perbedaan
No. Sistem Keuangan Konvensional Sistem Keuangan Syariah
dalam Hal
1. Prinsip Mengacu pada peraturan nasional dan Selain hukum yang berlaku, juga mengacu pada prinsip
internasional berdasarkan hukum yang syariah.
berlaku.
2. Tujuan Mencari laba secara bebas nilai atau dengan Tidak hanya berorientasi pada laba saja, tapi juga pada
prinsip yang dianut oleh masyarakat umum. penerapan nilai syariahnya.
3. Sistem Menerapkan sistem bunga dan perjanjian Tidak menerapkan bunga karena menganggap bunga
Operasional secara umum yang didasarkan pada aturan sebagai bagian dari riba, namun menggunakan
nasional. Perjanjian antara bank dan nasabah perjanjian/akad bagi hasil atau nisbah yaitu nasabah dan
dilakukan berdasarkan kesepakatan tingkat bank melakukan kesepakatan pembagian keuntungan dan
bunga. melibatkan kegiatan jual beli.
4. Pengelolaan Dapat melakukan pengelolaan dana dalam Mengelola dana nasabah hanya pada bisnis yang diizinkan
Dana seluruh bisnis yang menguntungkan di bawah prinsip syariah.
naungan Undang-Undang.
5. Pengawas Dewan komisaris bank. Dewan pengawas syariah, dewan syariah nasional, dan
Kegiatan dewan komisaris bank.
18
Perbedaan
No. Sistem Keuangan Konvensional Sistem Keuangan Syariah
dalam Hal
6. Hubungan Hubungan antara nasabah dan bank Hubungan antara nasabah dan bank terbagi menjadi 3 jenis,
Nasabah dan adalah hubungan debitur dan kreditur. yaitu penjual-pembeli, kemitraan, pemberi sewa-penyewa.
Bank Pada akad murabahah, istishna, dan salam, pihak bank
berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Pada
akad musyarakah dan mudharabah, hubungan yang berlaku
adalah kemitraan. Pada akad ijarah, bank sebagai pemberi
sewa dan nasabah sebagai penyewa.
7. Kesepakatan Melakukan perjanjian secara hukum Melakukan perjanjian yang disebut akad dengan menyertakan
Formal nasional. hukum Islam. Terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi
agar akad sah.
8. Denda Ada denda yang harus dibayar nasabah Tidak ada denda bagi nasabah saat terlambat atau tidak bisa
ketika terlambat melakukan membayar. Sebagai gantinya, bank akan melakukan
pembayaran. perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun beberapa
bank syariah juga menetapkan denda pada kasus tertentu,
uang denda tersebut akan disisihkan sebagai dana sosial.
9. Keuntungan Berasal dari bunga yang dibebankan Diperoleh dari hasil jual beli, kemitraan, dan sewa-menyewa
kepada nasabah. dengan nasabah.
10. Bunga Ada. Tidak ada.
19
2. KERANGKA DASAR
PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
1
SUB BAHAN KAJIAN
1. Tujuan dan peranan kerangka dasar
2. Tujuan laporan keuangan
3. Asumsi dasar laporan keuangan
4. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
5. Unsur-unsur laporan keuangan
6. Pengukuran dan pengakuan unsur laporan keuangan
2
1. Tujuan dan Peranan Kerangka
Dasar
3
■ Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar:
1. Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini
adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan
tugasnya
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum;
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah.
2. Pengertian transaksi syariah yang dimaksud dalam kerangka dasar ini adalah
transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
3. Revisi kerangka dasar ini akan dilakukan dari waktu ke waktu sesuai dengan
pengalaman badan penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam
penggunaan kerangka dasar tersebut.
4
■ Ruang Lingkup:
1. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap meliputi laporan keuangan atas kegiatan komersial dan atau
sosial.
• Laporan keuangan kegiatan komersial meliputi laporan posisi keuangan/neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan perubahan ekuitas), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
• Laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Di samping itu juga
termasuk, skedul dan informasi tambahan yang berkaitan.
2. Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor
publik maupun sektor swasta.
3. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangannya digunakan
oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama
informasi keuangan entitas syariah.
4. Entitas konvensional yang melakukan transaksi syariah tidak perlu menyiapkan
laporan keuangan syariah secara lengkap melainkan hanya melaporkan transaksi
syariah sesuai dengan ketentuan standar akuntansi syariah dalam laporan keuangan
konvensional.
5
■ Pemakai dan Kebutuhan Informasi:
1. Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial;
pemilik dana qardh/kebajikan; pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik
dana titipan; pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf;
pengawas syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan;
pemerintah serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat.
2. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda.
3. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan
demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai. Berhubung para investor saham dan
pemilik dana syirkah temporer merupakan
penanam modal/dana berisiko ke entitas syariah,
maka ketentuan laporan keuangan yang
memenuhi kebutuhan mereka juga akan
memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai
lain.
6
2. Tujuan Laporan Keuangan
7
■ Tujuan umum laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
9
■ Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
■ Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini
mungkin mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.
10
3. Asumsi Dasar Laporan
Keuangan
11
Ada 2 asumsi dasar laporan keuangan yaitu:
1. Dasar Akrual (Accrual Basis)
■ Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar).
■ Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas.
12
4. Karakteristik Kualitatif
Laporan Keuangan
13
■ Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai.
15
Laporan keuangan syariah menyajikan informasi mengenai entitas
syariah yang meliputi unsur-unsur berikut:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan.
16
ASET
• Yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperoleh.
17
KEWAJIBAN
• Yaitu hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
• Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan entitas syariah
untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan
demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang
ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan:
1. pembayaran kas
2. penyerahan aset lain
3. pemberian jasa
4. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
5. konversi kewajiban menjadi ekuitas.
• Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.
18
DANA SYIRKAH TEMPORER
• Yaitu dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari
individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut, baik sesuai dengan kebijakan
entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, dengan pembagian
hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
• Dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang
bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup
kerugian atau kekurangan dana tersebut.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban karena entitas
syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah
dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena
mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan
yang sama dengan pemegang saham.
• Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan
hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah atau musyarakah.
19
EKUITAS
• Yaitu hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer.
• Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham,
saldo laba (retained earnings), penyisihan saldo laba, dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara terpisah.
• Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan
perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan
kepada entitas syariah dan para krediturnya terhadap kerugian yang
ditimbulkan.
20
PENGHASILAN (INCOME)
• Yaitu kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
21
BEBAN (EXPENSE)
• Yaitu penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
• Mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa.
• Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang
biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset
seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aset tetap.
• Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas entitas syariah
yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat
ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari beban lain.
22
■ ARUS KAS
Arus kas terdiri atas arus kas untuk aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
■ DANA ZAKAT
Yaitu dana amanah yang dibayar masyarakat untuk disalurkan
kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat menurut
syariah).
23
6. Pengukuran dan Pengakuan
Unsur Laporan Keuangan
24
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Dana Syirkah Temporer
Pengakuan dana syirkah temporer dalam neraca hanya dapat dilakukan jika
entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima
melalui pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah dana
syirkah temporer dapat berubah sesuai dengan hasil dari investasinya.
25
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
■ Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi
masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
26
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.
27
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
■ Biaya historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
■ Biaya kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
■ Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan
sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal.
28
3. PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH
Referensi:
■ Wiroso. 2010. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan
Akuntan Indonesia. → Bab 3
■ Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 101-112. → PSAK 101
2
SUB BAHAN KAJIAN
1. Tujuan laporan keuangan syariah
2. Pertimbangan menyeluruh laporan keuangan
syariah
3. Komponen-komponen laporan keuangan
syariah
4. Struktur dan isi laporan keuangan syariah
3
1. Tujuan Laporan Keuangan Syariah
■ Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu
entitas syariah.
■ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
■ Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas
syariah yang meliputi:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan
■ Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
5
2. Pertimbangan Menyeluruh Laporan
Keuangan Syariah
■ Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
1. Penyajian Secara Wajar
2. Kebijakan Akuntansi
3. Kelangsungan Usaha
4. Dasar Akrual
5. Konsistensi Penyajian
6. Materialitas dan Agregasi
7. Saling Hapus (Offsetting)
8. Informasi Komparatif
7
1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan secara benar disertai
pengungkapan yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapkan tersebut tidak diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
2. Kebijakan Akuntansi
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi:
a. Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian:
i. mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan entitas syariah
ii. menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya
iii. netral yaitu bebas dari keberpihakan
iv. mencerminkan kehati-hatian
v. mencakup semua hal yang material.
3. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud
untuk melikuidasi atau menjual, atau tidak mempunyai alternatif selain melakukan hal tersebut.
Ketidakpastian yang bersifat material yang terkait dengan kejadian atau kondisi yang bisa menyebabkan
keraguan atas kelangsungan usaha harus diungkapkan.
4. Dasar Akrual
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan Arus Kas dan
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha. Dalam penghitungan pembagian hasil
usaha didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas).
5. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
a. terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atau perubahan penyajian akan
menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
b. perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
12
4. Struktur dan Isi Laporan Keuangan
Syariah
■ Laporan keuangan diidentifikasikan dan dibedakan
secara jelas dari informasi lain dalam dokumen
publikasi yang sama.
■ Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi
secara jelas. Di samping itu, informasi berikut ini
disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap
halaman laporan keuangan:
1. nama entitas syariah pelapor atau identitas lain
2. cakupan laporan keuangan, apakah mencakup
hanya satu entitas atau beberapa entitas
3. tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap
komponen laporan keuangan
4. mata uang pelaporan
5. satuan angka yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.
14
1. LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA
(Wiroso, 2010:67/49-74/56; PSAK 101, Hal. 18-23)
Laporan posisi keuangan/neraca syariah menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas, ditambah
dengan DANA SYIRKAH TEMPORER, yang bukan merupakan unsur kewajiban atau ekuitas.
Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
Laporan posisi keuangan/neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas
2. Aset keuangan
3. Piutang usaha dan piutang lainnya
4. Persediaan
5. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
6. Aset tetap
7. Aset tak berwujud
8. Hutang usaha dan hutang lainnya
9. Hutang pajak
10. Dana syirkah temporer
11. Hak minoritas
12. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
15
◼ ASET
• Yaitu sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh.
• Entitas syariah menyajikan aset lancar terpisah dari aset tidak lancar dan kewajiban jangka
pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur
dalam Standar Akuntansi Keuangan khusus.
• Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut
urutan jatuh temponya.
16
◼ KEWAJIBAN
• Yaitu hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
• Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aset
lancar.
17
◼ DANA SYIRKAH TEMPORER
• Yaitu dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan
pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut, baik sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari
pemilik dana, dengan pembagian hasil investasi (nisbah) berdasarkan kesepakatan.
• Dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat
dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah
tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban karena entitas syariah tidak
berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik
dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
• Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu
jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang
saham.
• Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer merupakan hubungan
kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah atau
musyarakah.
18
◼ EKUITAS
• Yaitu hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer.
• Dalam perseroan terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba
(retained earnings), penyisihan saldo laba, dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan
modal masing-masing disajikan secara terpisah.
• Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan
perundangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan kepada
entitas syariah dan para krediturnya terhadap kerugian yang ditimbulkan.
19
PERSAMAAN AKUNTANSI
Entitas Konvensional
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Entitas Syariah
ASET = KEWAJIBAN + DANA SYIRKAH TEMPORER + EKUITAS
20
Aset/Aktiva Pasiva
Piutang Kewajiban
• Murabahah • Tabungan Wadiah ✓ Prinsip wadiah
✓ Dana dijamin (wajib)
Jual Beli • Salam • Giro Wadiah dikembalikan 100%
• Istishna
Qardh/
Pinjaman
21
Laporan Posisi Keuangan/Neraca Bank Syariah
ASET KEWAJIBAN
• Kas • Kewajiban Segera/Jangka Pendek
• Penempatan pada Bank Indonesia • Simpanan (Giro Wadiah & Tabungan Wadiah)
• Giro pada Bank lain • Kewajiban Lain (Hutang Salam & Hutang Istishna)
• Penempatan pada Bank Lain • Kewajiban kepada Bank Lain
• Efek-efek (Surat Berharga) • Pembiayaan yang Diterima
• Piutang (Murabahah, Salam, Istishna) • Keuntungan yang Sudah Diumumkan Belum Dibagi
• Pembiayaan Mudharabah • Hutang Zakat
• Pembiayaan Musyarakah • Hutang Pajak
• Persediaan (Aset untuk Dijual Kembali) • Hutang Lainnya
• Aset yang Diperoleh untuk Ijarah
• Aset Istishna dalam Penyelesaian DANA SYIRKAH TEMPORER
• Penyertaan/Investasi • Tabungan Mudharabah
• Aset Tetap dan Akumulasi Penyusutan • Deposito Mudharabah
• Aset Lainnya
EKUITAS
• Modal Disetor
• Tambahan Modal Disetor
• Saldo Laba (Rugi)
Lihat juga contoh pada Wiroso Hal. 75/57-76/58 dan PSAK 101 Hal. 36-38
22
2. LAPORAN LABA RUGI
(Wiroso, 2010:76/58-78/60; PSAK 101, Hal. 23, Paragraf 60)
Laporan laba rugi entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar, yang terdiri atas unsur penghasilan
dan beban, ditambah dengan HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL DANA SYIRKAH TEMPORER,
yaitu bagian keuntungan yang diberikan kepada pemilik dana atas hasil investasi selama periode
laporan, yang tidak dapat diperlakukan sebagai penghasilan atau beban.
23
◼ PENGHASILAN (INCOME)
• Yaitu kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
• Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa dan dikenal dengan
sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bagi hasil, dividen, royalti, dan sewa.
• Jika terdapat pendapatan nonhalal, maka pendapatan tersebut tidak boleh disajikan di dalam laporan
laba rugi namun disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
◼ BEBAN (EXPENSE)
• Yaitu penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
• Mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang
biasa.
• Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa meliputi, misalnya, beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau
berkurangnya aset seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aset tetap.
24
◼ HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL
• Yaitu bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi
bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
• Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika
untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi
yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.
25
Hasil usaha bersama LKS dan Pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib xxx
pemodal mudharabah
Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx)
26
Unsur-unsur Laporan Laba Rugi Entitas/Bank Syariah
◼ Pendapatan operasi utama:
• Pendapatan dari jual beli (murabahah, salam, istishna)
• Pendapatan dari sewa (ijarah)
• Pendapatan dari bagi hasil (mudharabah, musyarakah)
• Pendapatan operasi utama lainnya
◼ Hak bagi hasil untuk pemilik dana syirkah temporer
◼ Pendapatan operasi lainnya
◼ Beban operasi lainnya
◼ Pendapatan non operasi
◼ Beban non operasi
◼ Zakat
◼ Pajak
Lihat contoh Laporan Laba Rugi pada Wiroso Hal. 79/61 dan PSAK 101 Hal. 39-40
27
3. LAPORAN ARUS KAS
(Wiroso, 2010:80/62-81/63)
Laporan arus kas menyajikan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasi
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PSAK
terkait yaitu PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas.
28
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
(Wiroso, 2010:83/65, PSAK 101, Hal. 25, Paragraf 67)
Entitas syariah menyajikan laporan perubahan ekuitas dengan mengacu ke PSAK terkait.
29
5. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA ZAKAT
(Wiroso, 2010:84/66-85/67; PSAK 101, Hal. 26, Paragraf 70)
■ Menyajikan laporan sumber, penggunaan, dan saldo dana zakat, yang menunjukkan:
1. Sumber dana zakat berasal dari wajib zakat:
a. dari dalam entitas syariah
b. dari pihak luar entitas syariah
2. Penyaluran dana zakat melalui entitas pengelola zakat sebagaimana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan prinsip syariah yang berlaku
3. Kenaikan atau penurunan dana zakat
4. Saldo awal dana zakat
5. Saldo akhir dana zakat
30
Lihat juga contoh pada PSAK 101 Hal. 45
31
6. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN
(Wiroso, 2010:85/67-86/68; PSAK 101, Hal. 27, Paragraf 75)
■ Menyajikan sumber, penggunaan, dan saldo dana kebajikan yang menunjukkan:
1. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
a. infak
b. sedekah
c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
d. pengembalian dana kebajikan produktif
e. denda
f. penerimaan nonhalal
2. Penggunaan dana kebajikan untuk:
a. dana kebajikan produktif
b. sumbangan
c. penggunaan lain untuk kepentingan umum.
3. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
4. Saldo awal dana kebajikan
5. Saldo akhir dana kebajikan
■ Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah diakui
sebagai kewajiban paling likuid dan diakui sebagai
pengurang kewajiban ketika disalurkan.
32
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN
33
7. LAPORAN PERUBAHAN DANA INVESTASI TERIKAT
(Wiroso, 2010:87/69)
■ Laporan ini dibuat sebagai amanah dalam menjalankan pengelolaan dana dengan memisahkan dana
investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya.
■ Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat yang dikelola
oleh bank sebagai manajer investasi berdasarkan akad Mudharabah atau agen investasi.
■ Investasi terikat bukan merupakan aset maupun kewajiban bank, karena
• bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut
• bank tidak memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung risiko investasi
■ Dana yang diserahkan adalah dana yang diterima bank sebagai manajer investasi atau agen investasi
yang disepakati untuk diinvestasikan oleh bank sebagai mudharib maupun sebagai agen investasi.
Dana yang ditarik adalah dana yang diambil atau dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik
dana.
■ Keuntungan atau kerugian adalah jumlah kenaikan atau penurunan bersih nilai investasi, selain
kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan.
34
■ Entitas bank syariah menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
1. Saldo awal dana investasi terikat
2. Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit penyertaan
pada awal periode
3. Dana investasi yang diterima dan unit penyertaan investasi yang diterbitkan bank syariah
selama periode laporan
4. Penarikan atau pembelian kembali unit penyertaan investasi selama periode laporan.
5. Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
6. Imbalan bank syariah sebagai agen investasi
7. Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan oleh bank syariah ke
dana investasi terikat
8. Saldo akhir dana investasi terikat
9. (Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit penyertaan
pada akhir periode.
35
Dalam hal bank bertindak sebagai:
■ Manajer investasi dengan akad mudharabah:
→ Mendapat keuntungan sebesar nisbah atas
keuntungan investasi
→ Jika rugi, tidak memperoleh imbalan apapun.
■ Agen investasi
→ Imbalan yang diterima sebesar jumlah yang
disepakati tanpa memperhatikan hasil
investasi.
36
Unsur Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
1. Saldo awal dana investasi terikat
2. Jumlah investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada awal periode
3. Dana yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan
4. Penarikan atau pembelian kembali unit
5. Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
6. Bagian bagi hasil milik bank dari keuntungan investasi terikat (bank sebagai mudharib)
atau imbalan (bank sebagai agen investasi)
7. Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan bank ke investasi
terikat
8. Saldo akhir dana investasi terikat
9. Jumlah unit investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada akhir periode.
37
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Lihat juga contoh pada Wiroso Hal. 88/70 dan PSAK 101 Hal. 42
38
8. LAPORAN REKONSILIASI PENDAPATAN DAN BAGI HASIL
(Wiroso, 2010:87/69)
■ Entitas bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil yang merupakan
rekonsiliasi antara pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual dengan pendapatan yang
dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas.
■ Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi
pendapatan dan bagi hasil sebagai bagian komponen utama laporan keuangan.
■ Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, bank syariah menyajikan:
1. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib
2. Penyesuaian atas:
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode berjalan yang kas atau setara
kasnya belum diterima
b. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode sebelumnya yang kas atau
setara kasnya diterima di periode berjalan
3. Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil
4. Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil
5. Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil:
a. Bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana
b. Bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana
39
Lihat juga contoh pada PSAK 101
Hal. 43-44
40
9. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK)
(PSAK 101, Hal. 29, PSAK 101, Hal. 29, Paragraf 80 & 81)
■ Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan
Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi yang
terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
41
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PSAK No. 101 27 Juni 2007
PERNYATAAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH
IKATANAKUNTANINDONESIA
Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101
ED No.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
101
(Revisi2007)
Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No. 1, Menteng Jakarta 10310
Telp. : (021) 3190-4232
Fax. : (021) 724-5078
email: iai-info@iaiglobal.or.id; dsak@iaiglobal.or.id
website: http://www.iaiglobal.or.id
Cetakan kedua
Juni 2009
DAFTAR ISI
Paragraf
PENDAHULUAN ...................................................... 01-07
Tujuan ................................................................................ 01
Ruang Lingkup ................................................................... 02 - 07
NERACA ......................................................................... 44 – 59
Aset Lancar ....................................................................... 47 – 48
Kewajiban Jangka Pendek ................................................. 49 – 51
Informasi yang Disajikan dalam Neraca ............................ 52 – 55
Informasi Disajikan di Neraca atau di Catatan atas
Laporan Keuangan ......................................................... 53 – 59
PENARIKAN .................................................................. 90
Lampiran
Laporan Keuangan Bank Syariah
1 PERTIMBANGAN MENYELURUH
2
3 Penyajian Secara Wajar
4
5 16. Laporan keuangan harus menyajikan secara
6 wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
7 entitas syariah dengan menerapkan Pernyataan Standar
8 Akuntansi Keuangan secara benar disertai pengungkapan
9 yang diharuskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
10 dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain
11 tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang
12 wajar walaupun pengungkapkan tersebut tidak diharuskan
13 oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
14
15 17. Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
16 belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran,
17 penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau
18 peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai
19 melalui pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi
20 sesuai dengan paragraf 20 serta menyajikan jumlah yang
21 dihasilkan sedemikian rupa sehingga memberikan
22 informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
23 dapat dipahami.
24
25 18. PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan
26 menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja, dan arus
27 kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai.
28 PSAK mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi
29 tertentu padahal pengungkapan informasi tersebut diperlukan
30 guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam hal
31 tersebut maka entitas syariah harus memberikan tambahan
32 pengungkapan informasi yang relevan sehingga laporan
33 keuangan dapat disajikan secara wajar.
34
35 19. Kecepatan inovasi dalam dunia bisnis sering
36 mengakibatkan belum diaturnya suatu transaksi atau peristiwa
37 dalam PSAK. Dalam kondisi tersebut, penyajian secara wajar
38 laporan keuangan dapat dicapai dengan memilih dan
1 Dasar Akrual
2
3 25. Entitas syariah harus menyusun laporan
4 keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan Arus Kas
5 dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian
6 hasil usaha. Dalam penghitungan pembagian hasil usaha
7 didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan
8 menjadi kas (dasar kas).
9
10 Konsistensi Penyajian
11
12 26. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
13 keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
14 (a) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
15 operasi entitas syariah atau perubahan penyajian akan
16 menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu
17 transaksi atau peristiwa; atau
18 (b) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan
19 Standar Akuntansi Keuangan atau Interpretasi
20 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
21
22 27. Akusisi atau pelepasan yang signifikan atau kajian
23 ulang terhadap penyajian laporan keuangan mungkin akan
24 menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus
25 disajikan secara berbeda. Suatu entitas syariah mengubah
26 penyajian laporan keuangannya jika hanya perubahan penyajian
27 tersebut menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dan
28 lebih relevan kepada pemakai laporan keuangan dan struktur
29 yang baru akan digunakan seterusnya, sehingga tidak
30 menurunkan daya komparatifnya. Ketika melakukan
31 perubahan penyajian, entitas syariah harus mengklasifikasi ulang
32 informasi komparatif sesuai paragraf 35 dan 36.
33
34 Materialitas dan Agregasi
35
36 28. Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam
37 laporan keuangan sedangkan yang tidak material
38
1 TANGGAL EFEKTIF
2
3 89. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini
4 berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan
5 keuangan entitas syariah yang mencakup periode laporan
6 yang dimulai tanggal 1 Januari 2008.
7
8 PENARIKAN
9
10 90. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
11 Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengaturan
12 penyajian laporan keuangan bank syariah.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
1 LAMPIRAN
2
3 Lampiran adalah bagian tak terpisahkan dari Pernyataan
4 Standar Akuntansi Keuangan.
5
6 Laporan keuangan entitas syariah yang lengkap terdiri
7 dari: Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas,
8 Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan
9 Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan
10 Penggunaan Dana Kebajikan, dan Catatan atas Laporan
11 Keuangan (lihat PSAK 101). Setiap jenis entitas syariah
12 dapat menambahkan komponen laporan keuangan lain,
13 selain komponen laporan keuangan di atas.
14
15 Lampiran 1
16
17 LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
18
19 Komponen Laporan Keuangan
20
21 1. Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri
22 dari:
23 (a) Neraca;
24 (b) Laporan laba rugi;
25 (c) Laporan arus kas;
26 (d) Laporan perubahan ekuitas;
27 (e) Laporan perubahan dana investasi terikat;
28 (f) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
29 (g) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
30 (h) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
31 (i) Catatan atas laporan keuangan.
32
33 Neraca
34
35 2. Bank syariah menyajikan pada laporan posisi
36 keuangan (neraca), dengan memperhatikan ketetentuan dalam
37 PSAK terkait, mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos
38 berikut:
1 Aset
2 (a) Kas;
3 (b) Penempatan pada Bank Indonesia;
4 (c) Giro pada bank lain,
5 (d) Penempatan pada bank lain;
6 (e) Efek-efek;
7 (f) Piutang:
8 (i) piutang murabahah;
9 (ii) piutang salam;
10 (iii) piutang istishna’;
11 (iv) piutang pendapatan ijarah;
12 (g) Pembiayaan:
13 (i) pembiayaan mudharabah;
14 (ii) pembiayaan musyarakah;
15 (h) Persediaan (aset yang dibeli untuk dijual kembali kepada
16 klien);
17 (i) Tagihan dan kewajiban akseptasi
18 (j) Aset yang diperoleh untuk ijarah;
19 (k) Aset istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin
20 istishna);
21 (l) Penyertaan;
22 (m) Aset tetap dan akumulasi penyusutan; dan
23 (n) Aset lain.
24
25 Kewajiban
26 (a) Kewajiban segera;
27 (b) Bagi hasil yang belum dibagikan;
28 (c) Simpanan:
29 (i) giro wadiah;
30 (ii)tabungan wadiah;
31 (d) Simpanan bank lain:
32 (i) giro wadiah;
33 (ii)tabungan wadiah;
34 (e) Utang:
35 (i) Utang salam;
36 (ii) Utang istishna;
37 (f) Kewajiban kepada bank lain;
38 (g) Pembiayaan yang diterima;
1 Pembiayaan:
2 Mudharabah xxx
3 Musyarakah xxx
4 Persediaan xxx
5 Tagihan dan kewajiban akseptasi xxx
6 Aset ijarah xxx
7 Aset istishna dalam penyelesaian xxx
8 Penyertaan pada entitas lain xxx
9 Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
10 Aset lainnya xxx
11 Jumlah Aset xxx
12
13 KEWAJIBAN
14 Kewajiban segera xxx
15 Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
16 Simpanan xxx
17 Simpanan dari bank lain xxx
18 Utang:
19 Salam xxx
20 Istishna’ xxx
21 Kewajiban kepada bank lain xxx
22 Pembiayaan yang diterima xxx
23 Utang pajak xxx
24 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
25 Pinjaman yang diterima xxx
26 Kewajiban lainnya xxx
27 Pinjaman subordinasi xxx
28 Jumlah Kewajiban xxx
29
30 DANA SYIRKAH TEMPORER
31 Dana syirkah temporer dari bukan bank:
32 Tabungan mudharabah xxx
33 Deposito mudharabah xxx
34 Dana syirkah temporer dari bank:
35 Tabungan mudharabah xxx
36 Deposito mudharabah xxx
37 Musyarakah xxx
38 Jumlah Dana Syirkah Temporer xxx
1 EKUITAS
2 Modal disetor xxx
3 Tambahan modal disetor xxx
4 Saldo laba (rugi) xxx
5 Jumlah Ekuitas xxx
6
7 Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah Temporer
8 dan Ekuitas xxx
9
10 Laporan Laba Rugi
11
12 1. Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah
13 disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum.
14 Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank
15 syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi
16 tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
17 (a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
18 (i) Pendapatan dari jual beli:
19 1. pendapatan marjin murabahah;
20 2. pendapatan neto salam paralel;
21 3. pendapatan neto istishna paralel;
22 (ii) Pendapatan dari sewa:
23 1. pendapatan neto ijarah;
24 (iii) Pendapatan dari bagi hasil:
25 1. pendapatan bagi hasil mudharabah;
26 2. pendapatan bagi hasil musyarakah;
27 (iv) Pendapatan usaha utama lainnya;
28 (b) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer;
29 (c) Pendapatan usaha lainnya;
30 (i) Pendapatan imbalan (fee) jasa perbankan;
31 (ii) Pendapatan imbalan investasi terikat.
32 (d) Beban usaha;
33 (e) Laba atau rugi usaha;
34 (f) Pendapatan nonusaha;
35 (g) Beban non-usaha;
36 (h) Beban pajak; dan
37 (i) Laba atau rugi neto.
38
1 Ilustrasi 2
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Laba Rugi
5 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X1
6
7 Pendapatan Pengelolaan Dana
8 oleh Bank sebagai Mudharib
9 Pendapatan dari jual beli:
10 Pendapatan marjin murabahah xxx
11 Pendapatan neto salam paralel xxx
12 Pendapatan neto istishna paralel xxx
13 Pendapatan dari sewa:
14 Pendapatan neto ijarah xxx
15 Pendapatan dari bagi hasil:
16 Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
17 Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx
18 Pendapatan usaha utama lainnya xxx
19 Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana
20 oleh Bank sebagai Mudharib xxx
21
22 Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx)
23 Hak bagi hasil milik Bank xxx
24
25 Pendapatan Usaha Lainnya
26 Pendapatan imbalan jasa perbankan xxx
27 Pendapatan imbalan investasi terikat xxx
28 Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya xxx
29
30 Beban Usaha
31 Beban kepegawaian (xxx)
32 Beban administrasi (xxx)
33 Beban penyusutan dan amortisasi (xxx)
34 Beban usaha lain (xxx)
35 Jumlah Beban Usaha (xxx)
36
37 Laba (Rugi) Usaha xxx
38
1 Ilustrasi 3
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Saldo awal xxx
8 Jumlah unit penyertaan investasi awal
9 periode xxx
10 Nilai per unit pwnywrtaan investasi xxx
11 Penerimaan dana xxx
12 Penarikan dana (xxx)
13 Keuntungan (kerugian) investasi xxx
14 Biaya administrasi (xxx)
15 Imbalan bank sebagai agen investasi (xxx)
16 Saldo investasi pada akhir periode xxx
17
18 Jumlah unit penyertaan investasi pada
19 akhir periode xxx
20 Nilai unit penyertaan investasi pada
21 akhir periode xxx
22
23 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
24
25 13. Bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi
26 pendapatan dan bagi hasil yang merupakan rekonsiliasi antara
27 pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual
28 dengan pendapatan yang dibagihasilkan kepada pemilik dana
29 yang menggunakan dasar kas.
30
31 14. Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan
32 bank syariah menyajikan laporan rekonsiliasi pendapatan dan
33 bagi hasil sebagai bagian komponen utama laporan keuangan.
34
35 15. Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil,
36 bank syariah menyajikan:
37 (a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai
38 mudharib;
1 Penambah:
2 Pendapatan periode sebelumnya yang
3 kasnya diterima pada periode berjalan:
4 Penerimaan pelunasan piutang:
5 Margin murabahah xxx
6 Istishna’ xxx
7 Pendapatan sewa xxx
8 Penerimaan piutang bagi hasil:
9 Pembiayaan mudharabah xxx
10 Pembiayaan musyarakah xxx
11 Jumlah penambah xxx
12
13 Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil xxx
14 Bagi hasil yang menjadi hak bank syariah xxx
15 Bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana xxx
16 Dirinci atas:
17 Hak pemilik dana atas bagi hasil
18 yang sudah didistribusikan xxx
19 Hak pemilik dana atas bagi hasil
20 yang belum didistribusikan xxx
21
22 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
23
24 16. Bank syariah menyajikan Laporan Sumber dan
25 Penggunaan Dana Zakat sesuai PSAK 101 dan PSAK terkait.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
1 Ilustrasi 5
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Sumber Dana Zakat
8 Zakat dari dalam bank syariah xxx
9 Zakat dari pihak luar bank syariah xxx
10 Jumlah sumber dana zakat xxx
11
12 Penggunaan Dana Zakat
13 Fakir (xxx)
14 Miskin (xxx)
15 Amil (xxx)
16 Muallaf (xxx)
17 Orang yang terlilit hutang (gharim) (xxx)
18 Riqab (xxx)
19 Fisabilillah (xxx)
20 Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) (xxx)
21 Jumlah penggunaan dana zakat (xxx)
22
23 Kenaikan (penurunan) dana zakat xxx
24 Saldo awal dana zakat xxx
25 Saldo akhir dana zakat xxx
26
27 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
28
29 17. Bank syariah menyajikan laporan sumber dan
30 penggunaan dana kebajikan sesuai PSAK 101 dan PSAK
31 terkait.
32
33
34
35
36
37
38
1 Ilustrasi 6
2
3 PT Bank Syariah “X”
4 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
5 Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1
6
7 Sumber Dana Kebajikan
8 Infak Zakat dari dalam bank syariah xxx
9 Sedekah xxx
10 Hasil pengelolaan wakaf xxx
11 Pengembalian dana kebajikan produktif xxx
12 Denda xxx
13 Pendapatan nonhalal xxx
14 Jumlah Sumber Dana Kebajikan xxx
15
16 Penggunaan Dana Kebajikan
17 Dana kebajikan produktif (xxx)
18 Sumbangan (xxx)
19 Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum (xxx)
20 Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan (xxx)
21
22 Kenaikan (penurunan
23 dana kebajikan xxx
24
Saldo awal dana kebajikan xxx
25
Saldo akhir dana kebajikan xxx
26
27
Catatan atas Laporan Keuangan
28
29
18. Bank syariah menyajikan catatan atas laporan
30
keuangan sesuai PSAK 101 dan PSAK terkait.
31
32
33
34
35
36
37
38
1 Lampiran 2
2
3 LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI
4 SYARIAH
5
6 1. Ketentuan mengenai komponen dan ilustrasi laporan
7 keuangan entitas asuransi syariah ini merupakan penambah
8 dari komponen dan iliustrasi Laporan Keuangan Entitas Syariah
9 yang telah ada. Ketentuan ini berlaku selaras dengan
10 diberlakukannya PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi
11 Syariah yang berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian
12 laporan keuangan entitas asuransi syariah pada atau setelah 1
13 Januari 2010.
14
15 Komponen Laporan Keuangan
16
17 2. Laporan keuangan entitas asuransi syariah yang
18 lengkap terdiri dari:
19 (a) laporan posisi keuangan (neraca);
20 (b) laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’;
21 (c) laporan perubahan dana tabarru’;
22 (d) laporan laba rugi;
23 (e) laporan perubahan ekuitas;
24 (f) laporan arus kas;
25 (g) laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
26 (h) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
27 (i) catatan atas laporan keuangan.
28
29 3. Dalam hal pengelolaan asuransi syariah dilakukan oleh
30 bukan entitas asuransi syariah, maka komponen laporan
31 keuangannya mengacu ke PSAK yang relevan.
32
33 4. Bagi entitas asuransi syariah yang memiliki kegiatan
34 signifikan berkaitan dengan pengelolaan investasi terikat
35 sebagai wakil dan atau pengelolaan investasi dengan pola bagi
36 hasil, maka entitas asuransi syariah tersebut menyiapkan laporan
37 di bawah ini yang relevan:
38
1 Kewajiban
2 Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
3 Utang klaim xxx
4 Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
5 Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang
6 masih harus dibayar xxx
7 Bagian peserta atas surplus underwriting dana
8 tabarru’ yang masih harus dibayar xxx
9 Utang reasuransi xxx
10 Utang dividen xxx
11 Utang pajak xxx
12 Jumlah kewajiban xxx
13
14 Dana Peserta
15 Dana syirkah temporer
16 Mudharabah xxx
17 Dana tabarru’ xxx
18 Jumlah dana peserta xxx
19
20 Ekuitas
21 Modal disetor xxx
22 Tambahan modal disetor xxx
23 Saldo Laba xxx
24 Jumlah ekuitas xxx
25 Jumlah kewajiban, dana peserta, dan ekuitas xxx
26
27 Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
28
29 6. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba rugi
30 peserta, dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK yang
31 relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
32 (a) kontribusi bruto;
33 (b) bagian reasuransi atas kontribusi;
34 (c) perubahan kontribusi yang belum menjadi hak;
35 (d) penerimaan kontribusi untuk periode berjalan;
36 (e) pembayaran klaim bruto;
37 (f) bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim
38 bruto;
1 Ilustrasi 4
2
3 Asuransi Syariah “X”
4 Laporan Laba Rugi
5 Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
6
7 Pendapatan
8 Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah) xxx
9 Pendapatan pengelolaan portofolio investasi
10 dana peserta xxx
11 Pendapatan pembagian surplus underwriting xxx
12 Pendapatan investasi xxx
13 Jumlah pendapatan xxx
14
15 Beban
16 Beban komisi xxx
17 Ujrah dibayar xxx
18 Beban umum dan administrasi xxx
19 Beban pemasaran xxx
20 Beban pengembangan xxx
21 Jumlah beban xxx
22
23 Laba Usaha xxx
24
25 Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
26
27 Laba Sebelum Pajak xxx
28
29 Beban pajak xxx
30
31 Laba Neto xxx
32
33 Laporan Perubahan Ekuitas
34
35 9. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan
36 ekuitas sesuai dengan PSAK yang relevan.
37
38