Anda di halaman 1dari 5

Nama : Salwaa Nabillah R

Kelas : 2A-AC

NIM : 215154026

TUGAS 1 (Pertemuan 1)

AUDITING 1

“Hubungan Accounting dan Auditing dengan Kehidupan Sehari-hari”

Secara umum, akuntansi adalah sebuah proses pencatatan dan pengolahan transaksi
keuangan sehingga menghasilkan informasi yang dapat membantu perusahaan dalam
mengambil keputusan bisnis yang tepat. Sedangkan, Audit adalah sebuah proses yang
sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomis untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan
kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak lain yang
berkepentingan.

Namun, adapun perbedaan dari akuntansi dan auditing terdapat pada kegiatannya. Dimana
akuntansi adalah pencatatan transaksi atau kejadian ekonomi sebagai bahan penyusunan
laporan keuangan. Sedangkan audit adalah proses pemeriksaan atau evaluasi terhadap bukti-
bukti laporan keuangan yang telah dibuat untuk disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan.

Akuntansi dan audit ini saling berhubungan. Karena dalam auditing ini data akuntansi
akan diperlukan untuk menjadi pokok dalam menentukan apakah informasi yang tercatat telah
mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi. Selain itu, proses akhir
dari auditing yaitu menghasilkan sebuah opini audit guna memverifikasi bahwa sebuah laporan
keuangan sudah disusun dengan benar, jujur, dan sesuai dengan standar yang berlaku. Maka,
dapat disimpulkan bahwa Akuntan bertanggung jawab dalam menyajikan pandangan yang
benar dan adil tentang posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang kepentingan,
seperti pemilik ataupun pemegang saham. Dan juga, auditor merupakan verifikasi dari
pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan.

Berbicara mengenai hubungan akuntansi dan auditing dengan kehidupan sehari-hari, jika
dikaitkan dengan konsep syariah, kedua hal tersebut sama seperti kita dengan sang pencipta.
Kita (manusia) sebagai manajer (jika dianalogikan) dan Sang pencipta sebagai pemilik yang
memiliki peran seperti auditor yang memberikan perintah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

Sang pencipta telah memberikan umatnya (manusia) dengan beberapa modal yang
dimiliki, misalnya akal pikiran untuk menjalankan kehidupan di Dunia dengan baik. Sama
halnya dengan akuntansi dan audit, kita sebagai manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari memerlukan sebuah pedoman sebagai bahan acuan untuk menjalankan kehidupan agar
selalu berada di jalan yang benar. Maka, dianalogikan Audit sebagai sebuah hisbah yang
dimana mempunyai dasar dari prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Tujuannya yaitu untuk
membantu manusia menjalankan ibadah kepada Allah. Selain itupun, Secara umum tujuan
Audit dalam Iadalah melihat dan memeriksa, mengontrol dan melaporkan transaksi (kegiatan)
yang sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku untuk memberikan manfaat, kebenaran,
kepercayaan dan hasil yang adil dalam pengambilan keputusan.

Pada dasarnya aktivitas kita sebagai manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
selaras dengan analogi audit, dan terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits. Diantaranya adalah
yang terdapat dalam surah Al-Infitar ayat 10 sampai 12 yang memiliki makna bahwa
sesungguhnya pada manusia terdapat para malaikat pencatat amal perbuatan. Maka janganlah
kalian (manusia) menghadapi mereka dengan amal-amal keburukan, karena sesungguhnya
mereka mencatat semua amal perbuatan manusia.

Selain itu terdapat hubungan antara akuntansi dan audit dengan kehidupan sehari-hari
yakni manusia harus senantiasa memiliki akhlak mulia dan terpuji dalam mencapai
kebahagiaan di Dunia maupun di akhirat, karena tujuan hidup manusia ialah ridho dari Allah
SWT. Untuk mencapai Ridho tersebut, kita sebagai manusia harus menerapkan standar yang
Allah berikan yakni berhubungan dengan Kode etik yang ada di dalam akuntansi dan audit,
diantaranya:
1. Integritas
Dimana dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantisa bersikap jujur. Karena Islam
menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu seluruh perilakunya.
2. Keikhlasan
Landasan ini berarti bahwa didalam kehidupan sehari-hari senantiasa harus selalu mencari
keridhaan Allah dalam melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama, pura-pura,
hipokrit dan sebagai bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti tidak perlu tunduk
pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama, ibadah dalam
melaksanakan kegiatan yang dilakukan. Maka, perilaku kepribadian merupakan
karakteristik individu dalam menyesuakan diri dengan lingkungan meliputi sifat,
kemampuan, nilai, keterampilan, dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku sehari-
hari. Dan dapat di simpulkan bahwa perilaku merupakan perwujudan dari karakteristik-
karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Ketakwaan

Takwa merupakan sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan tersembunyi
maupun terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi seseorang dari
akibat negatif dari perilaku yang bertentangan dari syariah khususnya dalam hal yang
berkitan dengan perilaku terhadap penggunaan kekayan atau transaksi yang
cenderung pada kezaliman dan dalam hal yang tidak sesuai dengan perintah Allah.

4. Kebenaran dan Bekerja Secara Baik

Kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tidak harus membatasi diri hanya
melakukan pekerjaan-pekerjaan profesi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang
untuk mencari dan menegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya
dengan melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik
dan sebenar mungkin. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam Surat An-Nahl
ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan berbuat kebajikan”,
dan dalam Surat Al Baqarah ayat 195: “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”;

5. Takut kepada Allah dalam setiap hal

harus meyakini bahwa Allah selalu melihat dan menyaksikan semua tingkah laku
hamba-Nya, ini berarti kita dalam kehidupan sehari-hari harus berperilaku takut
kepada Allah tanpa harus menunggu dan mempertimbangkan apakah orang lain atau
atasannya setuju atau menyukainnya.

6. Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia harus meyakini bahwa Allah
selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua
tingkah lakunya kepada Allah.

Selain berkaitan dengan standar kehidupan sehari-hari yang Allah berikan, Akuntansi
dan audit juga berkaitan dengan fase-fase dalam kehidupan, karena akuntansi dan audit ini
merupakan sebuah proses yang harus dilakukan hingga selesai dan dapat di
pertanggungjawabkan. Fase-fase akuntansi dan audit yang dianalogikan didalam
kehidupan manusia diantaranya:

1. Alam Dunia
Pada tahap pertama ini, di analogikan dengan manusia yang harus mempertanggung
jawabkan amal yang ia lakukan kepada auditor, dimana auditor disini yaitu seorang
Rasul yang menjadi khalifah. Karena sejatinya, kita sebagai umatnya harus mengikuti
sunah-sunah yanf diajarkan dan pada hakekatnya alam dunia merupakan tempat untuk
menguji dimanakah manusia nantinya kaan tinggan di akhirat.
2. Alam Kubur
Pada tahap kedua ini, yang menjadi auditor ialah malaikat Malaikat Munkar dan
Nakir yang menanyakan pertanggungjawaban kita. Jika manusia melewati fase
pertama dari alam kubur, pengalaman kuburnya sesuai dengan apa yang menjadi
tanggungjawabnya, ia akan diberikan kesenangan di surga. Namun jika manusia
didalam fase ini mendapat kesulitan karena apa yang ia kerjakan di dunia tidak sesuai
dengan apa yang harus menjadi tanggung, kuburan adalah tahap pertama dari siksaan.
3. Alam Akhirat
Pada fase ini, hal-hal yang telah manusia lakukan akan diaudit oleh Allah SWT
sebagai pemilik kita. Didalam QS 75 – Al Qiyaamah : 13-15, QS 24 – An Nuur : 24,
QS 36 – Yaasiin : 65, dan QS 41 – Fushshilat : 19-22 memiliki makna manusia akan
dimintai pertanggungan-jawabnya berdasarkan apa yang dikerjakannya dan dengan
segala argumentasi dan alasan-alasan pembenaran perbuatannya. Tangan dan kaki ikut
menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan kita di dunia, sedangkan mulut mereka
ditutup. Bahkan semua anggota tubuh termasuk kulit ikut menjadi saksi atas
perbuatan-perbuatan manusia di dunia. 
Selaras dengan prinsip akuntansi dan audit, yakni sebuah laporan yang telah
diaudit berdasarkan data-data yang diperoleh bertujua untuk menghasilakn sebuah
kesimpulan atau opini audit tertinggi atau disebut dengan WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian), dimana Auditor memberikan hasil sebuah pernyataan yang laporan
keuangan yang telah dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah.
Maka, Sesungguhnya Allah mengadili hamba-Nya yang mukmin seorang diri
pada hari Kiamat, tidak seorang pun yang melihatnya dan tidak seorang pun yang
mendengarnya. Allah benar-benar menutupi aibnya sehingga tidak seorang pun yang
mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai