Anda di halaman 1dari 30

RUANG

LINGKUP AUDIT
SYARIAH
Kelompok 1:
1. Yusuf Ahmad S 195221119
2. Andini Puspitoningrum 195221131
3. Nur Aprilia Ningsih195221155
Sejarah dan Perkembangan
Audit Syariah
Dalam sejarah Islam, yaitu pada masa Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin terdapat sebuah lembaga yang
berfungsi seperti auditor, yaitu lembaga hisbah yang bertujuan membantu umat manusia dalam beribadah kepada Allah
Swt. dengan memastikan bahwa hak Allah Swt. maupun hak asasi manusia lainnya telah diperhatikan dan dilaksanakan
dengan benar. Hisbah adalah lembaga agama di bawah otoritas negara yang menunjuk seseorang untuk melaksanakan
tanggung jawab untuk memerintahkan apa yang benar. Muhtasib merupakan anggota dari lembaga hisbah yang memiliki
pengetahuan dan kualifikasi tertentu dalam syariat dan ekonomi, serta mampu memberikan nasihat dan pendapat
mengenai hal-hal atau isu-isu tertentu yang bertentangan dengan kode etik dan syariat
Awal Mula Lahirnya Audit
Penguasa Mesir purba melakukan pemeriksaan independen atas catatan penerimaan pajak dan orang-orang Yunani
kuno melakukan pemeriksaan atas rekening pejabat publik, sedangkan orang Romawi membandingkan antara
pengeluaran dan otorisasi pembayaran. Sementara para bangsawan penghuni puri di Inggris menunjuk auditor untuk
melakukan reviu atas catatan akuntansi dan laporan yang disiapkan oleh para pelayan mereka.
Pada awalnya audit terhadap perusahaan dilakukan karena adanya perundang undangan Inggris saat terjadi revolusi
industri tahun 1800-an. Audit dilakukan oleh satu atau lebih pemegang saham yang bukan merupakan pejabat
perusahaan. Lambat laun profesi akuntan mulai dibutuhkan, dan seiring berkembangnya kebutuhan pasar muncullah
beberapa formasi kantor audit seperti Doloitte & Co, Peat Marwick & Mitchell, serta Price Waterhouse & Co
Audit Sebelum Datangnya
Islam
Besarnya perhatian bangsa Arab pada akuntansi. Hal ini terlihat pada usaha setiap pedagang Arab untuk mengetahui
dan menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat sampai pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk
mengetahui perubahan pada keuangannya. Setelah berkembangnya negara, bertambahnya kabilah, masuknya imigran
dari negeri tetangga, berkembangnya perdagangan, dan timbulnya usaha usaha investasi perdagangan, maka semakin
kuatlah perhatian bangsa Arab terhadap pembukuan dagang untuk menjelaskan utang-piutang.
Munculnya Audit
di Negara Islam
Sejarah audit syariah tidak terlepas dari awal munculnya akuntansi syariah yang bermula sejak 14 abad lalu.
Kemunculannya diprakarsai pada zaman Nabi Muhammad saw yang membuat titik terang dan berekonomi secara Islam.
Ketika ada kewajiban zakat dan usyur (pajak pertanian dari Muslim), jizyah (pajak perlindungan dari non-Muslim),
dan kharaj, (pajak hasil pertanian dari non-Muslim), maka Nabi Muhammad saw mendirikan baitul maal pada awal abad
ke-7 H, di mana seluruh pengeluaran dan penerimaan dikumpulkan secara terpisah
Pengembangan baitul maal lebih komprehensif pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, di mana sistem administrasi
baitul maal di tingkat pusat dan lokal telah berjalan baik dengan adanya surplus dan dibagikan secara proporsional sesuai
tuntutan Rasulullah saw. Adanya surplus mengindikasikan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan
baik.
Audit Syariah
Di Indonesia
Audit yang ada saat ini merupakan bagian dari sistem keuangan konvensional yang hanya menilai aspek ekonominya.
Oleh karena itu, aspek di luar ekonomi mulai menjadi sorotan untuk dinilai dalam audit. Hal ini ditandai dengan
munculnya lingkup audit lainnya, seperti performance audit dan social and environmental audit.
Saat ini mulai berkembang audit Syariah. Tugas utama audit syariah pada Lembaga Keuangan Syariah adalah
mengawasi dan memastikan bahwa semua transaksi keuangan diakui, diukur, dan dilaporkan secara akurat, serta adanya
hak dan kewajiban yang timbul dari kontrak yang berbeda. Selain itu, juga memastikan adanya kepatuhan terhadap standar
yang relevan, seperti aturan dari Bank Negara, AAOIFI, dan sebagainya. Meskipun demikian dalam penerapannya, audit
syariah memiliki tantangan tersendiri. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan antara harapan dan praktik audit syariah yang
berlangsung saat ini
Pengertian Audit Syariah
Menurut Shafi dalam Gulzar, dkk. (2011), auditing dalam Islam adalah proses menghitung, memeriksa, dan
memonitor (proses sistematis) tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadahi) secara lengkap dan sesuai dengan
syariah untuk mendapat imbalan dari Allah Swt. di akhirat.
Adapun pengertian lainnya, audit dalam Islam merupakan salah satu unsur pendekatan administratif. Administrasi
yang dimaksudkan adalah menggunakan sudut pandang keterwakilan. Jadi, auditor merupakan wakil dari para pemegang
saham yang menginginkan pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa audit syariah merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh bukti yang cukup dan relevan untuk membentuk suatu opini dari proses yang telah dilakukan sesuai dengan
aturan syariah dan prinsip-prinsip yang diterima secara luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan hasilnya kepada
pengguna.
Dasar Hukum
Audit Syariah
Surah al-Hujurat ayat 6
Ayat tersebut menjelaskan bahwa memeriksa sesuatu dengan teliti adalah penting agar tidak terjadi kesalahan atas
suatu tindakan. Dalam kontek audit syariah, pemeriksaan laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya juga
menjadi sangat penting, mengingat keduanya dapat menjad sumber malapetaka ekonomi berupa krisis dan sebagainya
jika tidak dikela secara maksimal. Audit syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memastikan bahwa aktivitas
yang dilakukan oleh institusi keuangan Islan tidak melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara
menyeluruh terhadap aktivitas bank syariah.
Tujuan dan Manfaat
Audit Syariah
Tujuan audit syariah adalah memastikan bahwa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya di
semua aspek telah sesuai dengan prinsip syariah, yang digunakan sebagai pedoman bagi manajeman dalam
mengoperasikan lembaga tersebut.

Dalam pelaksanaan audit syariah di Lembaga Keuangan Syariah terdapat manfaat yang dapat diperoleh, yaitu;
1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah
telah disusun sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.
2. Menetapkan standar dan memberikan pedoman bagi Lembaga Keuangan Syarian mengenai tujuan dan prinsip umum
pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam, yang beroperasi sesuai dengan
prinsip dan aturan syariah.
3. Auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan yang disusun oleh Lembaga Keuangan Syariah,
dari semua aspek yang bersifat material, benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syariah, standar akuntansi
AAOIFI, serta standar dan praktik akuntansi nasional yang berlaku di Indonesia.
Filosofi
Audit Syariah
Filosofi audit merupakan kegiatan olah pikir yang membahas ilmu audit, baik dari aspek realita maupun nilainya
untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Harahap, 2002).

Pengertian filosofi audit syariah dapat beragam, tetapi ada basic idea yang dapat diterima secara umum, yaitu:
1. Aspek rasional dari tindakan dan pemikiran yang cenderung diterima tapa perlu dipertanyakan lagi.
2. Menyangkut struktur ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga lebih bermanfaat, dan berkurangnya
hal-hal yang bersifat kontradiktif internal.
3. Memberikan sebuah dasar hubungan sosial yang dapat menyatu dan dipahami.

Secara etimologis filosofi berasal dari bahasa Yunani dan terdiri atas dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai (to love)
dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Jadi, menurut p/tytagorasia filosofi adalah pencinta kebijaksanaan. Ada
empat sifat dari filosofi, yaitu (Harahap, 2002):
1. Melihat dari kacamata intelek secara lengkap.
2. Kemampuan melihat objek yang sebenarnya dan paling penting.
3. Pandangan mendalam terhadap suatu situasi.
4. Pandangan/impian/imajinasi.
Teori audit uang memiliki asumsi dasar (basic assumptions) alau body of integrated ideas. Dengan adanya asumsi dasar
diharapkan dapat membantu pengembangan dan pelaksanaan praktik audit sera dapat memecahikan (minimal petunjuk
unwe memecahikan) berbagai persoalan yang ditemukan dalam profesi dan ilmu audit (Harahap, 2002), Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai ilmu maupun metode, praktik, dan teknik, alangkah baiknya jika audit
memiliki landasa Filosofi atau teori yang jelas.

Seorang auditor syariah harus menjalankan tiga prinsip umum yang telah ditetapkan AAOIFI dalam menjalankan proses
auditnya, yaitu:
1. Auditor Lembaga Keuangan Syariah harus mematuhi "'kode etik" profesi akuntan yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan
IFAC yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam.
2. Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh Auditing Standard for Islamic Finance
Institutions (ASIFI).
3. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan profesional, hati-hati, dan menyadari segala
keadaan yang mungkin ada yang
4. dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji.
Macam-macam
Audit Syariah
1. Audit internal
Auditor internal bertanggung jawab melakukan audit internal dan memastikan LKS, semua transaksi, dan kontrak
dilaksanakan sesuai prinsip syariah. Audit ini dibagi menjadi beberapa bagian (Nadratuzzaman, 2012), yaitu:
• Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam
• Dewan Pengawas Sariah (DPS)
• Petugas Pengawas Syariat

2. Audit eksternal
Auditor eksternal bertanggung jawab memberikan pendapat atas transaksi dan kontrak yang ada dalam syariat terkait
kebijakan, peraturan, dan pedoman yang berlaku.
Kerangka
Audit Syariah
Lembaga Keuangan Syariah

Audit Internal

Audit Eksternal

Audit Syariah
Prosedur Audit

1 2 3
Prosedur analitis (analitycal Inspeksi (inspecting) Konfirmasi (confirming)
procedures)

4 5 6
Permintaan keterangan Perhitungan (counting) Penelusuran (tracing)
(inquiring)

7 8 9
Pemeriksaan bukti Pengamatan (observing) Pelaksanaan ulang
pendukung (vouching) (reperforming)

Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit


10 techniques/CAAT)
Standar Prosedur Audit

2 4
Laporan Auditor Lembaga pengawas Syariah
(auditor’s report) (sharia supervisory board)

1 3 5
Tujuan dan Prinsip Ketentuan Tinjauan Syariah
(objective and keterlibatan audit (sharia riview)
principles) (terms of audit
engagement)
Perbedaan Audit Syariah dan Audit
Konvensional

Audit Syariah Audit Konvensional


■ Objeknya beroperasi ■ Objeknya tidak
berdasarkan prinsip beroperasi berdasarkan
syariah prinsip syariah
■ Adanya DPS ■ Tidak ada DPS
■ Audit dilakukan oleh ■ Audit dilakukan oleh
auditor bersertifikasi auditor umum
SAS
■ Standar audit IAI
■ Standar audit AAOIFI
■ Opini berisi tentang
■ Opini berisi tentang kewajaran atau tidaknya
shariah compliance atau penyajiian laporan
tidaknya LKS keuangan perusahaan
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai