Anda di halaman 1dari 16

AUDITING SYARIAH

Dosen Pengampu : Atika Lusi Tania, M.ACC., Ak., CA

Disusun Oleh : Kelompok 3

Jurusan : Akuntansi Syariah B / Semester 6

Nama : 1. Alfiani Insani 1804020003


2. Dina Rastuti 1804022004
FILOSOFI, PARADIGMA DAN
SEJARAH AUDITING
A. Filosofi Auditing

B. Karakteristik Pendekatan Filosofis Auditing

C.
Metodologi Auditing

D. Sejarah dan Perkembangan Auditing dan


Akuntansi Islam
A. Filosofi Auditing
1. Makna Filosofi Auditing
Menurut Webster Dictionary, filosofi adalah bidang ilmu yang mencari
pemahaman umum terhadap nilai dan realitas melalui kegiatan pemikiran, bukan
melalui pengamatan lapangan Filosofi auditing merupakan kegiatan olah pikir
yang membahas ilmu auditing, baik dari aspek realitasnya maupun nilainya.

2. Auditing dalam Pandangan Islam


Auditing dalam pandangan Islam berdasarkan Q.S. Asy-Syu’ara ayat 181-184.
Menurut Umer Chapra, kebenaran dan keadilan dalam mengukur juga
menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal, pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan. Seorang Akuntan menyajikan laporan keuangan berdasarkan dari
bukti-bukti dalam suatu perusahaan dan untuk menghindari kesalahan atau
kecurangan dalam penyajian laporan keuangan maka suatu perusahaan dapat
menunjuk akuntan independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan beserta
bukti-buktinya. Dimana metode, teknik dan strategi pemeriksaan ini dipelajari
dan dijelaskan dalam ilmu auditing.
Fungsi Auditing dapat juga dikatakan “tabayyun” yang bermakna meneliti
terlebih dahulu kebenaran suatu berita atau informasi yang diterima. Hal ini
sesuai dengan yang terkandung dalam Q.S al Hujurat (49) ayat 6.
B. Karakteristik Pendekatan Filosofis Auditing
1. Karakteristik Filosofis Auditing
a. Comprehension (Pemahaman)
Yaitu menunjukkan pemahaman keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian.
Dalam auditing, hal ini akan mengarahkan pertimbangan dari konsep
umum, seperti pembuktian (evidencing), hal pemeliharaan, keterungkapan
(disclosure), dan independensi.
b. Perspektif
Yaitu pandangan pendekatan filosofi yang mengeksplorasi
kebenaran sampai ke akarnya. Untuk itu auditor harus
mempunyai wawasan yang sangat luas untuk mendapatkan
kebenaran dan signifikasi akan berbagai hal dalam
pembuktian audit.
c. Insight (Wawasan)
Yaitu memberikan asumsi-asumsi yang rasional.
Pengungkapan dan penerimaan pernyataan sebagai
dasar auditing penting untuk menghindari bias dan
menghilangkan alasan yang tidak jelas. Asumsi-asumsi
dasarnya, asal bahan pembuktian, kelemahan dan
impikasi-implikasinya harus diungkap dan diuji.

d. Vision (Visi)
Dalam pendekatan filosofi, auditing harus mempunyai visi kedepan yang
jelas. Visi ini akan membantu auditor dalam memberikan keyakinan,
melihat jauh ke depan dalam penggambaran prospek dan tujuan.
2. Pendekatan Perumusan Accounting dan Auditing
Pendekatan yang dikemukan oleh Accounting and Auditing
Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yaitu:
(1) Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan
ajarannya kemdian dijadikan bahan pertimbangan
atas pemikiran akuntansi yang berlaku saat ini.
(2) Memulai tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi
kapitalis kemudian menguji menurut hukum syariat,
menerima yang sesuai dengan syariat dan menolak
jika bertentangan dengan syariat.
3. Kode Etik Akuntan dan Auditor
Landasan kode etik akuntan atau auditor muslim sebagai berikut:
a. Integritas
b. Keikhlasan
c. Ketakwaan
d. Kebenaran dan bekerja secara sempurna
e. Takut kepada Allah
f. Manusia bertanggungjawab di Hadapan Allah
C. Metodologi Auditing

Mautz dan Sharaf (1961) menjadikan Auditing sebagai


Science, sehingga perumusan metodologi auditing sebagai
berikut:
1. Pengakuan adanya masalah dengan kesediaan menerima
penugasan.
2. Mengamati fakta-fakta yang relevan terhadap masalah itu.
3. Memilah problem menjadi berbagai problem individual.
4. Menentukan kecukupan bukti yang berkaitan dengan
problem individual.
03
5. Memilih teknik audit dan menyusun prosedur yang tepat.
6. Melakukan pengumpulan bukti.
7. Menilai kecukupan bukti dengan melihat:
a. Keterkaitan dan keabsahan.
b. Melihat petunjuk adanya masalah baru.
c. Menilai kecukupannya untuk mengambil keputusan
professional.
8. Perumusan kesimpulan profesional.
a. Menurut problem individual
03 b. Secara keseluruhan
Mautz dan Sharaf (1961) mengemukakan beberapa tahapan dalam
proses pengambilan keputusan atau value judgement yaitu:
1. Pengakuan masalah
2. Perumusan masalah
3. Memilih beberapa alternatif pemecahan masalah
4. Menilai alternatif pemecahan masalah
a. Melihat pengalaman masa lalu dalam kasus sama
b. Mempertimbangkan akibat dari alternatif yang ada
c. Melihat kesesuaian alternatif itu dengan prinsip dan sifat profesi
03
5. Perumusan kesimpulan
D. Sejarah & Perkembangan Auditing dan Akuntansi Islam

1. Asal Usul Perkembangan Auditing

Adanya keinginan untuk melakukan pengecekan atas kesetiaan orang yang


dipercaya untuk mengelola suatu harta maka muncul profesi sebagai auditor atau
pemeriksa independen seperti pada:
• Penguasa mesir purba melakukan pemeriksaan atas catatan penerimaan pajak
• Orang yunani kuno melakukan pemeriksaaan atas rekening pejabat public
• Orang romawi membandingkan antara pengeluaran dan otorisasi pembayaran
• Bangsawan penghuni puri di Inggris menunjuk auditor untuk melakukan review
atas catatan akuntansi dan laporan yang disiapkan oleh para pelayan mereka.
Awal audit perusahaan dapat dikaitkan dengan perundang-undangan di Inggris
selama revolusi industri di pertengahan tahun 1800 an, kemudian diikuti dengan
munculnya kantor-kantor auditor inggris kuno seperti Deloitte & co, Peat Marwick, &
Mitchell, dan Price waterhouse & Co. Para Investor Inggris dan Scotlandia
mengirimkan para auditornya untuk memeriksa kondisi perusahaan Amerika. Fokus
awal audit ini untuk menemukan penyimpangan dalam akun neraca serta menangkal
pertumbuhan kecurangan dari meningkatnya fenomena manajer profesional dan
pemilik saham pasif.
2. Perkembangan Akuntansi Di Negara Islam

Rasulullah telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk menangani


profesi akuntan dengan sebutan “hafazhatul amwal” (pengawas keuangan/audit).
Terdapat buku-buku mengenai auditing pada masa kehidupan negara islam yaitu:
• Daftarun Nafaqat (Buku Pengeluaran), disimpan di Diwan nafaqat. Diwan ini
bertanggung jawab atas pengeluaran Khalifah yang mencerminkan keuangan
negara.
• Daftarun Nafaqat Wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan) disimpan di
Diwanil Mal. Diwan ini bertangung jawab atas pembukuan seluruh harta yang
masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkan.
• Daftar Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan) digunakan di Diwanul
Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para menteri dan
pejabat – pejabat senior negara.
3. Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial
Institution (AAOIFI)
Prinsip Umum Audit AAOIFI yaitu:
• Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode Etik profesi akuntan”
yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan International Federation of Accountans yang
tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
• Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh Auditing
Standar for Islamic Financial Institutions (ASFIs).
• Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan
profesional, hati-hati dan menyadari segala keadaan yang mungkin ada, yang
menyebabkan laporan keuangan salah saji.
Daftar Pustaka
Harahap, Sofyan. Auditing Dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Pustaka Quantum, 2002.

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media


Pratama, 2002.

Rusdiana dan Sapta Aji. Auditing Syariah (Akuntanbilitas


Sistem Pemeriksaan Laporan Keuangan). Bandung: CV
Pustaka Setia, 2018.

Anda mungkin juga menyukai