Anda di halaman 1dari 18

FILOSOFI, PARADIGMA DAN SEJARAH AUDITING

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing Syariah

Dosen Pengampu Hamdan Nursidiq

Oleh:

Kifra Rizky Permana 1219230108

Kevin Tesda Aditia 1219230106

Igar Affan 1210230098

Hesti Hermalia Putri 1219230085

Ghina Rahmannisa 1219230083

Isma Istiqomah 1219230098

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

i
BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah mata kuliah "Auditing Syariah” Sholawat serta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Qur’an dan sunah untuk keselamatan umat di dunia.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamdan


Nurshidiq selaku dosen mata kuliah Perpajakan. Penulis menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 September 2023

ii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
FILOSOFI, PARADIGMA DAN SEJARAH AUDITING.................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang Penulisan.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Metode Penelitian...................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pengertian Auditing...............................................................................................7
B. Filosofi Auditing Syariah.......................................................................................8
C. Auditing dalam Pandangan Islam......................................................................10
D. Sejarah Audit Syariah.........................................................................................11
E. Karakteristik Pendekatan Filosofis Auditing....................................................12
F. Paradigma Auditing.............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematik, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, besertacatatan-catatan pembukuan dan teknik evaluasi
bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat atau
opini mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.Pembicaraan mengenai
auditing selalu dikaitkan dengan keberadaan profesi Akuntan Publik, yang dikenal
oleh masyarakat sebagai penyedia jasa audit laporan keuangan kepada pemakai
informasi keuangan.

Bagi sebagian orang, auditing adalah kumpulan praktik, prosedur, metode dan
teknik yang tidak memerlukan uraian, penjelasan, dan argumentasi ilmiah yang
kita kenal sebagai teori. Akan tetapi, Mautz dan Sharaf yang menulis
monografiThe Philosophy of Auditing(1993), yakin bahwa auditing merupakan
disiplin tersendiri yang mengandung teori- teori. Keberadaan auditing yang
dilandasi atas teori telah diakui pentingnya oleh lembaga- lembaga maupun
individu-individu yang mengabdi dalam urusan akademis dan riset ilmiah di
bidang auditing.American Accounting Association(AAA), sebuah lembaga
akademis akuntansi terkemuka diAmerika Serikat, pada tahun 1971 membentuk
suatu komite khusus untuk meneliti konsep-konsep dasar auditing. Hasilnya
berupa dokumenStudies in Accounting ResearchNo. 6 berjudul “A Statement of
Basic Filosofi Auditing Concepts”, disingkat ASOBAC (1973).

Bagi auditing, eksistensi teori akan bermanfaat sebagai landasan berpijak


yang menawarkan penjelasan, baik dukungan ataupun pengingkaran dan juga
akan menjadi penuntun bagi suatu pengembangan, penciptaan, dan inovasi
terhadap standar, praktik, prosedur, metode, maupun teknik auditing yang baru.

Auditing mengandung masalah fakta dan masalah nilai. Sementara itu, filsafat
adalah proses konseptualisasi dan proses sosial, karena filsafat mendorong
kegiatan menuju suatu tujuan tertentu secara terintegrasi. Berstruktur alasan dan
tujuan, filsafat auditing merupakan pelekat bagi pelaku profesi auditing yang

4
memberi landasan penyeragaman kegiatan professional agar sebuah profesi
terintegrasi.

Sebagai sebuah disipilin ilmu pengetahuan, sebagian besar orang cenderung


berpikir bahwa auditing merupakan bagian dari akuntansi karena secara empiris
para auditor adalah para akuntan. Namun, semua disiplin ilmu berbasis bukti
seperti ilmu hukum dan auditing berbasis pada logika yang berada dalam teori
pengetahuan untuk memperoleh kepercayaan.

Hakikat filosofi auditing adalah analisis atau studi yang dilakukan secara
kritis untuk merumuskan masalah, mencari solusi dengan argumen yang kuat dan
melalui proses dialog dalam rangka menemukan roh atau jati diri ilmu auditing.
Sampai saat ini kualitas audit sukar untuk diukur secara obyektif, menurut De
Angelo (1981), kualitas audit merupakan suatu probabilitas (kemungkinan) di
mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi.
Auditor yang kompeten adalah auditor yang “mampu” menemukan adanya
pelanggaran, sedangkan auditor yangindependen adalah auditor yang "mau"
mengungkapkan pelanggaran tersebut.

Jika auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya secara professional, maka


kualitas audit akan terjamin karena kualitas audit merupakan keluaran utama dari
profesionalisme karena kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Apabila demikian,
dibutuhkan suatu landasan yang lebih konseptual. Agar teknologi auditing dapat
berkembang dan disempurnakan, teknik dan prosedur audit dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman.Inilah tujuan pertama yang ingin dicapai auditing.
Filsafat auditing digunakan untuk mencari benang merah di antara berbagai jenis
auditing yang ada sehingga ada pengakuan suatu konsep audit yang berlaku
universal.

Secara filosofis, auditing tidak hanya menyajikan kepada para pemakai


mengenai informasi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan. Akan tetapi,

5
auditing juga merangsang setiap pihak yang berkepentingan untuk bertindak,
memberi inspirasi dan mendefinisikan tujuan yang harus dicapai. Jadi, filsafat
merupakan suatu alat yang sangat penting dalam mengintegrasikan auditing
sebagai instrumen kehidupan sosial.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka,
permasalahan yang akan diajukan oleh penulis skripsi ini adalah:
1. Apa filosofi didalam Auditing Syariah?
2. Bagaimanakah paradigma masyarakat terhadap Auditing Syariah ?
3. Bagaimana sejarah dari Auditing Syariah ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Filosofi dalam Auditing Syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana paradigma mmasyarakat terhadap auditing
syarih
3. Bagaimana sejarah terbentuknya Auditing Syariah.

D. Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode kualitatif Metode kualitatif
menggunakan penilaian protivisme berarti data di dalam penelitian
didapatkan dari hasil jajak pendapat yang bentuknya bukan angka. Data bisa
didapatkan dari proses hasil wawancara bisa juga dari hasil pengisian
kuesioner dan polling. Jika mendapatkan data penelitian dalam bentuk bukan
angka maka metode riset satu ini lebih cocok untuk digunakan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Auditing
Audit adalah pemeriksaan kritis dan metodis atas laporan keuangan
manajemen, catatan akuntansi, dan dokumen pendukung oleh pihak ketiga
yang bukan bagian dari manajemen. Hal ini dilakukan agar pihak ketiga dapat
memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut (Agoes, 2004:4).
Sementara itu Arens dkk (2014:2) menyatakan bahwa Auditing merupakan
proses mengumpulkan bukti serta melakukan penilaian terkait sebuah
informasi untuk dilaporkan sejauh mana informasi tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Bukti dikumpulkan dan dievaluasi melalui proses
audit. Dalam melakukan auditing harus orang yang memiliki keahlian di
bidangnya serta harus independen.1
Auditing merupakan faktor penting untuk memastikan akuntabilitas
perusahaan, untuk mengeksplorasi audit Syariah yang selanjutnya
memungkinkan praktisi dan pengguna untuk menggunakan pengetahuan yang
diperoleh baik dalam audit konvensional maupun perspektif Islam. (Uddin et
al. 2013).2 Pengertian umum dari Audit Syariah adalah untuk melihat dan
mengawasi, mengendalikan, dan melaporkan transaksi, menurut aturan dan
hukum Islam yang bermanfaat, laporan yang benar, tepat waktu dan adil
untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang mudah untuk melakukan
audit syariah dalam sistem keuangan konvensional yang kapitalistik dan
kompetitif. Masalah ini semakin diperparah dengan merosotnya nilainilai
moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim termasuk Malaysia
dan Indonesia, di bawah tekanan progresif kolonialisme dan dominasi budaya
dunia barat selama beberapa abad terakhir. Hal ini menyebabkan
diabaikannya nilai-nilai sosial ekonomi Islam oleh sebagian kalangan
Lembaga Keuangan Islam. Auditor syariah menghadapi tantangan besar dari
pembuat kebijakan dan manajemen puncak yang merupakan pemikir
progresif dari beragam agama dan praktik. Selain itu, kurangnya kerangka

1
Mustamin,Walida S., Supriyandi (2022). Auditing Syariah. Jakarta : Sada Kurnia Pustaka
2
Uddin, Md. Helal, Md Helal Uddin, Md Hafij Ullah, and Md Musharof Hossain. 2013. “An
Overview on the Basics of Islamic Audit.” European Journal of Business and Management 5 (28):
9–17.

7
audit syariah yang komprehensif dan kurangnya keahlian. (Kasim et al.
2013)3
Konsep audit syariah harus diperluas dengan kegiatan yang berkaitan
dengan sistem, produk, karyawan, lingkungan dan masyarakat. Ada
kebutuhan untuk mengembangkan kerangka pemeriksaan syariah berguna
untuk memastikan efektivitas tujuan kepatuhan syariah di lembaga keuangan
syari‟ah yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat pada
umumnya . Audit syariah atas pembiayaan dan investasi syariah, auditor
syariah dituntut mengetahui hukum dan fiqh Islam serta hukum nasional dan
internasional. Interaksi antara hukum dan fiqh Islam dengan hukum-hukum
konvensional untuk melihat kesamaan antara kedua aturan dan etika hukum
yang berlaku. Namun tetap hukum dan fiqh Islam menjadi prioritas acuan
utama dalam menentukan aktivitas dan target investasi yang halalan
thayyiban.
B. Filosofi Auditing Syariah
Filosofi menurut Webster Dictionary adalah bidang ilmu yang
mencari pemahaman umum terhadap nilai dan realitas melalui kegiatan
pemikiran, bukan melalui pengamatan lapangan. Dengan demikian, filosofi
auditing merupakan kegiatan olah piker yang membahas ilmu auditing, baik
dari aspek realitasnya maupun nilainya.
Pengertian filosofi memang beragam, tetapi ada basic idea yang
dapat sama-sama diterima umum yaitu: 4
1. Aspek rasional dari tindakan dan pemikiran yang cenderung diterima
tanpa perlu dipertanyakan lagi.
2. Menyangut struktur ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis
sehingga lebih bermanfaat dan berkurang hal-hal yang bersifat
kontradiktif internal.
3. Memberikan sebuah dasar hubungan sosial yang dapat menyatu dan
dipahami,

3
Kasim, Nawal, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutamimah, and Sigit Handoyo. 2013. “Assessing
the Current Practice of Auditing in Islamic Financial Institutions in Malaysia and Indonesia.”
International Journal of Trade, Economics and Finance, 414–18.
https://doi.org/10.7763/IJTEF.2013.V4.328.
4
Helal dkk, Op.cit, h. 2

8
Secara etimologis, philosophy yang berasal dari Greek yang terdiri
atas dua kata: philein yang berarti mencintai (to love) dan Sophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom). Menurut Maulf dan Sharaf, filosofi diartikan sebagai
kumpulan prinsip yang mendasari suatu cabang pengetahuan dan suatu sistem
untuk memandu permasalahan praktis. Dengan demikian, filosofi auditing
memiliki asumsi dasar ( basic assumption) atau body of intergrate idea. Basic
Asumption ini diharapkan membantu pengembangan dan pelaksanaan praktik
audit serta dapat memecahkan berbagai persoalan yang ditemukan dalam
profesi dan ilmu audit. Basic assumption atau Body of interdrate ideas lazim
disebut teori.5

Audit dalam perspektif Islam mengandung filosofi-filosofi berikut ini :


 Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah hanya pemilik segala
sesuatu, percaya pada hari setelah pertanggungjawaban di hadapan Allah.
 Hal ini didasarkan pada moral: Seperti; takut Allah, kejujuran,
kepercayaan, janji, kerjasama, dan pengampunan. Dalam konteks ini,
Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia
melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan.Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.27" (ALNahl-90).
 Prinsip-prinsip Audit dalam Islam yang dilakukan dari sumbersumber
hukum Islam seperti Quran dan Sunnah. Prinsipprinsip ini yang
sempurna, permanen dan komprehensif.
 Audit dalam Islam hanya berurusan dengan transaksi yang sah, dan
menghindari transaksi jahat dan melanggar hukum.
 Audit dalam Islam tidak menjalin pada aspek perilaku manusia yang
bekerja di perusahaan dan memotivasi dan insentif dia ke jalan yang
lurus sesuai dengan hukum Islam.

5
Mautz R.K. dan H.A Sharaf. 1993. Thw Philosphy of Auditing, Sarasota, Florida : American
Accounting, hlm.161.

9
 Kerangka Audit dalam Islam lebih luas, itu berarti aspek spiritual dan
material, itu berlaku untuk seluruh kehidupan

C. Auditing dalam Pandangan Islam


Makna dan hakikat auditing dalam pandangan Islam berdasarkan
Al-Quran, sebagaimana Allha SWR berfirman dalam Q.S Asy-Syu’ara (26)
ayat 181-184 :
“Artinya : “Sempurnakankalh takaran dan janganlah kamu merugikan orang
lain lain; dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu
merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat
kerusakan dibumi; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan
kamu dan umat-umat terdahulu.”
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar), menurut
Umer Chapra, juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal,
pendapatan, biaya, dan laba perusahaan sehingga seorang akuntan wajib
mengukur kekayaan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah
organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau
ditunjuk sebelumnya. Untuk menghindari penyajian laporan yang ditunjukkan
untuk kepentingan manajemen perusahaan, perusahaan dapat menunjuk
akuntan independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan beserta bukti-
buktinya. Metode, teknik dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan
dijelaskan dalam ilmu auditing. 6
Dalam Islam, fungsi auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana
yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hujurat (49) ayat 6 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang
akhirnya kamu menyesali perbuatan itu”.
Sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran, manusia harus
menyempurnakan pengukuran diatas dalam bentuk pos-pos yang disajikan
dalam neraca, sebagaimana digambarkan dalam Q.S Al-Isra (17) ayat 35 :
6
Umer Chapra M.2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Terj, Ikhwan Abidin, The Future of Economies
:an Islamic Perspective, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 202-206.

10
“Dan sempurmakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih ugtama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya”.

D. Sejarah Audit Syariah


Audit syari‟ah memiliki hubungan dengan lembaga Hisbah.
Hisbah adalah salah satu lembaga ekonomi yang paling awal dalam Islam.
Menurut Islahi hisbah adalah "lembaga agama di bawah otoritas negara yang
menunjuk orang untuk melaksanakan tanggung jawab memerintahkan apa
yang benar ". Muhtasib merupakan anggota dari lembaga Hisbah adalah
orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kualifikasi tertentu dalam
syari'at dan ekonomi, yang mampu untuk memberikan nasihat dan
memberikan pendapat mengenai hal-hal atau isu-isu tertentu bertentangan
dengan kode etik dan syari'at .7
Lewis menyatakan sebagaimana dikutip oleh Yacob dan Donglah
bahwa kode etik disetujui oleh Nabi (saw) dan sahabatnya, pada awal negara
Islam, untuk melembagakan, mengabadikan dan melestarikan kode etik dan
memastikan kepatuhan dengan prinsip-prinsip syari'ah. Yang didasarkan
konsep “al 'amr bil ma'ruf wal nahyu' an al munkar”. Auditor syari'at,
memiliki peran yang mirip dengan Muhtasib bertanggung jawab sebagai
dalam konsep 'taklif' (akuntabilitas atau tanggung jawab), untuk memastikan
bahwa Lembaga Keuangan Syariah secara ketat mengikuti syari'at Islam.
8
Pendeklarasian negara Islam di Madinah pada tahun 622 M atau bertepatan
dengan tahun 1 H. Negara yang baru dibangun tidak ada pemasukan dan
pengeluaran. Ada bentuk kesekretariatan sederhana pada akhir tahun 6 H.
Ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), jizyah
(pajak perlindungan dari non Muslim), dan kharaj (pajak hasil pertanian dari
non Muslim), maka Nabi Muhammad SAW mendirikan Baitul Mall pada

7
Yacoob & Donglah, “Shari’ah Audit in Islamic Financial Institutions: The Postgraduates’
Perspective Audit Syariah di Lembaga Keuangan Islam: The pascasarjana 'Perspektif.”
International Journal of Economics and Finance. University of Brunei Darussalam, Brunei . Vol.4,
No. 12. ( 2012). h. 1
8
Ibid., h. 2

11
awal abad ke 730. Dimana seluruh pengeluaran dan penerimaan dikumpulkan
secara terpisah.
Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih
sederhana, dimana pengeluaran dan penerimaan dilakukan secara seimbang
sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Perubahan signifikan pada Umar bin
Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa‟ad bin Abi Waqqas
pada tahun 636 M. Siddiqi sebagaimana dikutip oleh Sofyan mengungkapkan
pada zaman kekhalifahan sudah dikenal keuangan negara. Kedaulatan Islam
telah memiliki departemen atau yang disebut Diwan. Ada Diwan Pengeluaran
(Diwan Al-Nafaqat), Pengawasan Keuangan , Pemungutan hasil (Diwan Al
Kharaj) dan lain-lain. Diwan Al Kharaj tugasnya mengawasi semua hal yang
berkaitan dengan penghasilan, pada zaman Kekhalifahan Mansur dikenal
Khitabat al Rasul war Sirr, yang memelihara pencatatan rahasia.
Pengembangan Baitul Mall lebih kompeherensif pada Khalifah Ali
bin Abi Thalib33. Sistem administrasi Baitul Mall ditingkat pusat dan lokal
telah berjalan baik dengan ditunjukkan adanya surplus dan dibagikan secara
proposional sesuai tuntutan Rasulullah. Surplus mengindikasikan bahwa
proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Lembaga Hisbah
runtuh pada Khilafah Islam terakhir di Turki Utsmaniah pada awal tahun
1900. Negara-negara Islam yang dipecah dan dibatasi ke beberapa negara dan
telah berada di bawah penjajahan. Demikian juga audit syari'at istilah juga
merupakan istilah baru meskipun perbankan Islam modern dan keuangan ada
sejak 1960.

E. Karakteristik Pendekatan Filosofis Auditing

1. Karakteristik Filosofis Auditing


Pendekatan filosofis dapat dibedakan dalam 4 bagian, yaitu sebagai
berikut:
 Comprehension (pemahaman), yaitu itu menunjukkan pemahaman
keseluruhan,bukan hanya bagian-bagian. Dalam auditing, hal ini akan

12
mengarahkan pertimbangandari konsep umum, seperti bahan
pembuktian, hal pemeliharaan, disclosure, danindependensi.
 Perspektif, yaitu pandangan pendekatan filosofi yang
mengeksplorasi kebenaransampai ke akarnya. Untuk itu, auditor
harus mempunyai wawasan yang sangat luasuntuk mendapatkan
kebenaran yang signifikan berbagai hal dalam pembuktian
audit.Auditor harus menyingkirkan dalih-dalih tertentu dan
lebih mementingkankepedulian pribadi dan kepentingan yang ada.
Setiap masalah harus ditimbangkanberdasarkan kepentingan
keseluruhan dan percabangannya dibandingkan dengan darisatu atau
lebih pandangan lain yang teratur.
 Insight (wawasan), yaitu memberikan asumsi-asumsi yang rasional.
Pengungkapandan penerimaan postulat sebagai dasar auditing, penting
untuk menghindari bias danmenghilangkan alasan yang tidak
jelas. Asumsi-asumsi dasar nya, asal bahanpembuktian
kelemahan dan implikasi-implikasi nya harus diungkapkan dan diuji.
 Vision (visi), dalam pendekatan filosofi, auditing harus mempunyai
visi ke depanyang jelas. Visi ini akan membantu auditor dalam
memberikan keyakinan, melihatjauh kedepan dalam
memvisualisasikan prospek dan tujuan.

2. Pendekatan Perumusan Accounting dan Auditing


Pendekatan dalam perumusan sistem ini dikemukan oleh
Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution
(AAOIFI) yaitu :
 Menunjukkan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya
kemudian menjadikan tujuan ini sebagai bahan pertimbangan dengan
mengaitkannnya dengan pemikiran akuntansi yang berlaku saat ini;
 Memulai tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi kapitalis
kemudian mengujinya menurut hukum syariat, menerima hal-hal yang
konsisten dengan hukum dan menolak hal-hal yang bertentangan
dengan syariah.

13
3. Kode Etik Akuntan dan Auditor
Kode Etik Akuntan / Auditor merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari syariat Islam. Dalam sistem nilai Islam, Syarat kode etik
ini ditempatkan sebagai landasan semua nilai dan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam setiap legislasi dalam masyarakat dan Negara Islam.
Namun, disamping dasar syariat ini, landasan moral juga bisa diambil dari
hasil pemikiran manusia pda keyakinan Islam. Landasan Kode Etik
Akuntan dan Auditor Islam (AAOIFI), yaitu:
 Dapat dipercaya mencakup bahwa akuntan harus memiliki
tingkat integritas dankejujuran yang tinggi dan akuntan juga
harus dapat menghargai kerahasiaaninformasi yang
diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa baik
kepadaorganisasi atau langganannya.
 Legitimasi Semua kegiatan profesi harus yang dilakukannya
harus memilikilegitimasi dari hukum syariah maupun
peraturan dan perudang-undangan yangberlaku.
 Objektivitas Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak,
bebas dari konflikkepentingan dan bebas dalam kenyataan maupun
dalam penampilan.
 Kompetensi Profesi dan Rajin Akuntan harus memiliki kompetensi
profesional dandilengkapi dengan latihanlatihan yang dibutuhkan
untuk menjalankan tugas dan jasaprofesi tersebut dengan baik.
 Perilaku yang Didorong Keimanan Perilaku akuntan harus
konsisten dengankeyakinan akan nilai Islam yang berasal dari prinsip
dan aturan syariah.
 Perilaku Profesional dan Standar Teknik Akuntan harus
memperhatikan peraturanprofesi termasuk didalamnya standar
akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangansyariah.

14
F. Paradigma Auditing
Paradigma adalah seperangkat aturan atau cara bagaimana melihat
dunia. Orang yang berbeda dengan paradigma yang berbeda akan melihat
seperangkat data yang sama akan memberikan tanggapan atau kesimpulan
yang berbeda pula (David McNamee: 1998) 9. Sebuah paradigma yang tepat
akan sesuai dengan proses dan lingkungannya. Paradigma yang tidak tepat
tidak akan memberikan kontribusi apa-apa bagi organisasi.
Dalam paradigma auditing mengacu pada kerangka berpikir atau
pendekatan dasar yang digunakan dalam praktik auditing. Paradigma ini
mencakup prinsip-prinsip, metode, dan konsep dasar yang membimbing
auditor dalam melakukan audit. Ada beberapa paradigma auditing yang telah
berkembang seiring waktu, termasuk:
1) Paradigma Tradisional
Paradigma ini fokus pada verifikasi kepatuhan terhadap standar
akuntansi dan peraturan yang berlaku. Auditor tradisional lebih
cenderung menguji transaksi dan catatan keuangan untuk memastikan
keakuratan laporan keuangan.
2) Paradigma Risiko dan Materialitas
Paradigma ini mengakui bahwa risiko kecurangan dan
ketidakpatuhan bisa terjadi dalam perusahaan. Auditor berfokus pada
mengidentifikasi area risiko tinggi dan memastikan bahwa kesalahan
material dapat terdeteksi.

3) Paradigma Sistem dan Proses


Paradigma ini menekankan pemahaman yang lebih mendalam
tentang sistem, proses bisnis, dan kontrol internal perusahaan. Auditor
berusaha untuk memahami bagaimana perusahaan menghasilkan laporan
keuangan dan mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul dari sistem
dan proses tersebut.

9
McNamee, D and G.Selim. 1998. Changing The Paradigm.
www.mc2consulting.com/riskart8.htm

15
BAB III
A. Penutup

Audit adalah pemeriksaan kritis dan metodis atas laporan keuangan


manajemen, catatan akuntansi, dan dokumen pendukung oleh pihak ketiga yang
bukan bagian dari manajemen. Hal ini dilakukan agar pihak ketiga dapat
memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut (Agoes, 2004:4). Sementara
itu Arens dkk (2014:2) menyatakan bahwa Auditing merupakan proses
mengumpulkan bukti serta melakukan penilaian terkait sebuah informasi untuk
dilaporkan sejauh mana informasi tersebut sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan. Bukti dikumpulkan dan dievaluasi melalui proses audit. Dalam
melakukan auditing harus orang yang memiliki keahlian di bidangnya serta harus
independen.

Pada tahun 1994, IAI mereorganisasi prinsip-prinsip akuntansi dan standar


auditing menjadi SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan SPAP (Standar Profesi
Akuntansi). Dewan Standar Akuntansi yang merupakan bagian dari IAI kemudian
menerbitkan 56 PSAK seiring berjalannya waktu. IAPI atau Ikatan Akuntan
Publik Indonesia memiliki sejarah sejak berdirinya IAI pada tahun 1957.
Perkembangan ekonomi, dunia usaha, penanaman modal dalam negeri dan modal
asing, pasar modal, dan pengaruh global semuanya berdampak pada
perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di Indones

16
DAPTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor


Akuntan. Publik Edisi III. Fakultas Ekonomi UI: Jakarta.,

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. 2014. Auditing and Assurance


service. Edisi keduabelas. Jilid Satu. Jakarta: Erlangga. Prentice Hall
International. New York.

Minarni, 2014. "Audit Syariah, Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan


Syariah." La_Riba 7.1 Pp. 34

Rahim, Abdul Rahman, 2022, Materi dalam acara Regular Accounting


Sharia Discussion 'Kerangka Konseptual & Praktik Terbaik Audit Syariah' pada
tanggal 17 Maret 2022, dengan judul "Towards Developing Sharia Audit
Framework for Islamic Financial Institutions: Some Insights from Malaysia".

Rahman, Abdul Rahim (2008), “ Shariah Audit For Islamic Financial


Service and The Needs and Challenges” International Shariah

Research Academic For Islamic Finance ( ISRA ), Islamic Finance


Seminar, Kuala Lumpur Rudiana, HA & Saptaji, Aji ( 2013 ), “ Auditing Syariah
Akuntabilitas Sistem Pemeriksaan Laporan Keuangan “, CV Pustaka Setia
Bandung Whittington,

O. Ray and Kurt Pann 2012. Principle of Auditing and Other Assurance
Service, 18 th Edition, Mc-Graw- Hill, New York,

NY Yacoob dan donglah “Audit Syariah di Lembaga keuangan Islam;


Audit perspektif mahasiswa pascasarjana syariah”. Jurnal internasional ekonomi
dan keuangan, universitas brunei Darussalam. Vol.4, no.12. (2012). hlm. 3

17
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18799/5/BAB%20II.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/09/mengenal-proses-danurgensi-audit-
entitas-syariah-dan-audit-kepatuhan-syariah-2/

18

Anda mungkin juga menyukai