Anda di halaman 1dari 19

PERANAN ARGUMENTASI HUKUM, PERANAN LOGIKA DAN BAHASA DALAM

TEKNIK AUDIT
Disusun guna memenuhi tugas kelompok Teknik Audit dan Investasi

Dosen Pengampu : Ike Sumawati, SH. MH

Disusun oleh kelompok 3:


Isnania salami 210701011
Embun suci ramandha 210701141
M. Alkhudri 210701145
M. Randi 210701144
Rara mahdalia 210701138

FAKULTAS HUKUM

PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan tema Peranan Argumentasi Hukum, Logika dan Bahasa dalam
Teknik Audit. Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Teknik Audit dan Investasi. Kami berharap melalui makalah ini, para pembaca
mendapat wawasan pengetahuan baru serta dapat memahami dengan baik mengenai Peranan
Argumentasi Hukum, Logika dan Bahasa dalam Teknik Audit.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
bagi semua pihak yang telah membantu menyiapkan dan menyusun tugas makalah ini. Serta
kepada pembaca diharapkan juga saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah ini.

Pekanbaru, 20 Novenber 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5
2.1. Pengertian Argumentasi Hukum...............................................................................................5
2.2. Penalaran Hukum.......................................................................................................................5
2.3. Jenis Argumentasi Hukum.........................................................................................................6
2.4. Strategi Berargumentasi Hukum..............................................................................................7
2.5. Logika dan Bahasa sebagai dasar mempelajari Argumentasi Hukum.................................8
2.6. Pengertian Logika..................................................................................................................9
2.7. Ruang Lingkup Logika.......................................................................................................10
2.8. Asas- asas Logika.................................................................................................................10
2.9. OBJEK LOGIKA......................................................................................................................11
3.1. PERANAN BAHASA...............................................................................................................12
A. Pengertian Bahasa......................................................................................................................13
B. Fungsi Bahasa..............................................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teknik audit pada dasarnya merupakan cara-cara yang ditempuh auditor untuk
memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang seharusnya. Teknik audit erat hubungannya dengan prosedur audit, dimana teknik-
teknik audit digunakan dalam suatu prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Syamsul Bahri, Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas BSI. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya mengikuti
setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh prodi, karena akan bermanfaat untuk menambah
wawasan dari mahasiswa, serta dapat dimasukkan ke dalam Surat Keterangan Pendamping
Ijazah (SKPI).

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2011) menetapkan tiga standar prosedur audit
yang meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan. Standar umum
berkaitan dengan perencanaan, pemahaman bisnis klien dan pengendalian internal. Standar
pekerjaan lapangan berisi tentang prosedur yang akan dilaksanakan mencakup prosedur
analitis, representasi manajemen, konfirmasi, sampling, penggunaan teknik audit berbantuan
komputer, dan kelengkapan bukti audit. Standar pelaporan berkaitan dengan standar yang
berlaku, konsistensi, pengungkapan informasi, laporan auditor yang dinyatakan berdasarkan
dengan opini yang diberikan.

Menurut Fachrudin dan Pribadi (2018) prosedur audit adalah tahapan-tahapan yang
dilakukan untuk mengumpulkan bukti audit yang sesuai dengan kriteria tertentu yang
diperoleh pada saat melakukan proses audit guna terbentuknya hasil audit yang berkualitas.
Wahyudi (2016) juga berpendapat prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan
oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan
kompeten. Pilihan auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data
diperoleh, dikirimkan, diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan
komputer juga mempengaruhi pemilihan prosedur audit. Prosedur ini dapat digunakan untuk
mendukung pendekatan audit top-down ataupun pendekatan audit bottom-up.
Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan digunakan 4 ketika
merencanakan audit dan mengembangkan program audit sehingga dapat diterapkan dalam
melakukan prosedur audit guna menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Kualitas audit
merupakan hal yang penting karena kualitas yang tinggi akan menghasilkan laporan
keuangan yang andal dan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pihak-
pihak yang berkepentingan (Atiqoh, 2016). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.Per/05/M .Pan/03/2008 auditor melaksanakan tupoksi dengan efektif,
dengan cara mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan, melaksanakan perencanaan,
koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit, serta konsistensi laporan audit.
Dengan demikian, audit yang berkualitas dapat dilaksanakan apabila seluruh langkah
prosedur audit secara tepat. Sejalan dengan pendapat diatas Pratiwi dkk (2019) juga
menyatakan kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar
sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang
dilakukan klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu argumentasi hukum?
2. Apa itu Penalaran Hukum?
3. Apa saja Jenis Argumentasi Hukum
4. Apa yang dimaksud dengan Strategi Berargumentasi Hukum?
5. Apa yang dimaksud dengan Logika dan Bahasa sebagai dasar mempelajari
Argumentasi Hukum?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui argumentasi hukum dalam menyusun teknik audit
2. Untuk mengetahui peranan logika dan bahasa dalam teknik audit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Argumentasi Hukum
ilmu logika hukum, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu definisi dari logika. The
Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menjelaskan bahwa logika
adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-
asas dan aturan-aturan penalaran yang betul atau dikenal dengan correct reasoning.
Sementara itu, menurut Mundiri, logika merupakan sebagai ilmu yang mempelajari metode
dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah.1

Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal
dari kata benda logos. Logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal,
pikiran, kata, atau ungkapan lewat bahasa. Sedangkan logikos adalah sesuatu yang
diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau
yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan
bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa
latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang kita kenal dengan
sebutan logika saja.

Berbeda dengan logika, penalaran adalah kegiatan akal budi dalam memahami makna
setiap terminologi dalam suatu proposisi, menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi
lain dan menarik kesimpulan atas dasar proposisi-proposisi tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penalaran merupakan sebuah bentuk pemikiran. Pada dasarnya, pengertian,
proposisi, dan penalaran memiliki hubungan yang tak terpisahkan, sebab penalaran
mensyaratkan proposisi dan proposisi mengandaikan pengertian. Tidak ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Pada hakikatnya proposisi adalah
pendirian, pernyataan, atau pendapat tentang sesuatu hal, dan terhadap proposisi dapat
dikenakan penilaian benar atau salah.

1
Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
2.2. Penalaran Hukum
Penalaran hukum adalah penerapan prinsip berpikir lurus (logika) dalam memahami
prinsip, aturan, data, fakta, dan proposisi hukum. Dalam mempelajari penalaran hukum,
logika dipahami secara lebih sempit, yaitu sebagai ilmu tentang penarikan kesimpulan secara
valid dari berbagai data, fakta, persoalan, dan proposisi hukum. Dengan demikian, arti
penalaran hukum atau legal reasoning tidak menunjukkan bentuk penalaran lain di luar
logika, melainkan penerapan asas berpikir dari logika dalam bidang hukum itu sendiri. Dalam
pengertian lain, tidak ada penalaran hukum di luar logika, dan tidak ada penalaran hukum
tanpa logika.2

Pada dasarnya, penalaran hukum memperlihatkan eratnya hubungan antara logika dan
hukum. Logika merupakan ilmu tentang bagaimana berpikir secara tepat dan dapat
memikirkan hukum, atau sebaliknya ide, gagasan, dan opini hukum pada dasarnya bersifat
logis juga. Dengan adanya penalaran hukum, hukum bukan dipahami sekedar hafalan pasal
belaka saja, hukum juga bukan sekedar norma atau aturan yang ditetapkan otoritas tertinggi
dan wajib diikuti. Akan tetapi, hukum harus didasari pada sifat logis, sebab logis adalah salah
satu karakter atau sifat dasar hukum.

2.3. Jenis Argumentasi Hukum


Argumentasi hukum merupakan kegiatan untuk mencari dasar hukum yang terdapat di
dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum seperti perjanjian,
transaksi perdagangan, dan lainnya. Selain itu, pencarian dasar hukum juga bisa dilakukan
pada kasus pelanggaran hukum pidana, perdata, maupun administrasi, dan memasukkannya
ke dalam peraturan hukum yang ada.

Kemudian, para ahli teori hukum mengklasifikasikan 3 (tiga) pengertian dari argumentasi
hukum, yaitu:

Mencari substansi hukum untuk diterapkan dalam masalah yang sedang terjadi.

1. Argumentasi dari substansi hukum yang ada untuk diterapkan terhadap putusan yang
harus diambil, atas perkara yang terjadi.
2. Argumentasi mengenai putusan yang harus diambil oleh hakim dalam suatu perkara
dengan mempertimbangkan semua aspek.

Terdapat 2 (dua) macam model argumentasi hukum antara lain:

2
Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
1. Systemic legal reasoning, yakni kegiatan yang bercorak normatif, yang dibangun
di atas sistem penalaran hukum, dan mengandung unsur rasionalisme, positivisme
hukum apriori, analisa, deduksi, koherensi, penelitian hukum normatif, dan
berpikir sistemik.
2. Critical legal reasoning, yakni kegiatan yang unsurnya terdiri dari empirisme,
historikal, yurisprudensi, aposteriori, sintesa, induksi, korespondensi, penelitian
hukum sosiologis dan berpikir kritis.

Kesimpulannya, logika merupakan cabang ilmu yang penting dipahami oleh peneliti
hukum. Sebab, logika adalah bagaimana cara berpikir secara tepat, memikirkan ide, gagasan,
dan opini hukum yang pada dasarnya harus bersifat logis juga. Logika memiliki hubungan
yang erat dengan penalaran hukum. Eksistensi penalaran hukum menunjukkan bahwa hukum
bukan dipahami sekedar hafalan pasal belaka saja, melainkan hukum harus didasari pada sifat
logis. Sebagai catatan, penalaran hukum juga kerap digunakan dengan menggunakan
terminologi lain yakni legal reasoning dan argumentasi hukum.

2.4. Strategi Berargumentasi Hukum


Argumentasi hukum merupakan suatu kerangka berpikir ahli hukum dalam membuat
legal reasoning. Supaya suatu argumentasi itu mempunyai arti diperlukan suatu bahan dasar
dan cara yang tepat. Bahan dasar yang dibutuhkan dalam melakukan argumentasi hukum
yaitu pemahaman mengenai sesuatu hal tentang hukum yang berkaitan dengan ilmu hukum.
Kemampuan untuk memahami bahan dasar saja tidak cukup apabila tidak disajikan dengan
cara yang tepat. Diperlukan suatu penguasaan untuk melakukan perumpamaan dalam
melakukan proses berpikir itu. Melakukan perumpamaan dalam rangkaian berpikir akan
memudahkan mempelajari argumentasi hukum. Demikian menurut Asri Wijayanti.

Pada hakikatnya, pengetahuan, pemahaman dan penguasaan argumentasi hukum


membutuhkan terlebih dahulu pengetahuan, pemahaman dan penguasaan dasar tentang
Pengantar Ilmu Hukum, Pengantar Hukum Indonesia dan Ilmu Negara. Bahkan dibutuhkan
pula pengetahuan, pemahaman dan penguasaan dasar keahlian didalam bidang hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi.
Untuk melakukan pengkajian cabang ilmu hukum lain

Kerangka dasar

Hukum pidana
Hukum perdata
Hukum administrasi

Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum indonesia
Ilmu negara

2.5. Logika dan Bahasa sebagai dasar mempelajari Argumentasi Hukum


Mempelajari dan memahami argumentasi sangat dibutuhkan pemahaman awal
mengenai bahasa dan logika. Dalam hal ini, bahasa secara khusus adalah bahasa hukum.
Demikian pula dengan logika hukum. Terdapat kekhususan dalam bahasa hukum jika
dibandingkan dengan ilmu bahasa pada umumnya. Menurut Asri Wijayanti bahwa bahasa
hukum selalu mendasarkan pada konsep – konsep hukum ( legal concept) dalam merumuskan
kalimat – kalimatnya. Misalnya, seperti yang diwujudkan didalam norma hukum baik yang
berupa rumusan pasal – pasal atau rumusan klausul suatu perjanjian.3

Dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan mempelajari argumentasi hukum
yaitu pemahaman yang cukup mengenai ilmu logika dan pengetahuan bahasa. Argumentasi
pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk melakukan komunikasi atau untuk
menyampaikan pendapat. Adapun pemahaman “ logika” diperlukan karena untuk menyatakan
suatu pendapat bahwa seseorang sangat memutuhkan dasar berpikir yang baik dan benar.

3
Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
2.6. Pengertian Logika
Secara epistemologi ,pengertian logika dapat dilihat dari asalnya.logika berasal dari
bahasa yunani kuno ,Aoyok (logos)yang berarti hasil pertimbanganakal pikiran yang di
utarakan lewat kata yang dinyatakan dalam bahasa.Dalam bahasa arab di kenal dengan kata
mantiq yang artinya brucap ata berkata.4

Oleh Asri wijayanti dikatakan bahwa sebagai ilmu ,logika disebut dengan logike
epoitisme atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untutuk berpikir
secara lurus ,tepat,dan teratur.Logika merupakan suatu ilmu pengetahuan dimana objek
materielnya adalah berpikir (khususnya penalaran /proses penlaran )dan objek formal logika
adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatan .Ilmu disini mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan keckapan mengacu pada kesanggupan akal untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mengujutkan
pengetahuan dalam tindakan .kata logis yang digunakan tersebut dapat di artikan dengan
masuk akal harus di bedakan dari pegetahuan .pengetahuan adalah segala sesuat yang datang
sebagai hasil dari aktivitas mengetahui,tersingkapnya suatu kenyataan dalam jiwa sehingga
tidak ada keraguan terhadap nya .

Terhadap pengertian logika ,telah banyak memberi pengertian nya sesuai sudut
pandang nya masing-masing .menurut ALEX LANUR logika adalah ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berfikir lurus.ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang
pokok tertentu.selanjutnya ,menurut MUHAMMAD ZAINUDDIN ,logikan merupakan suatu
ilmu tentang dasar dan metode untuk berfikir secara benar .menurut MUNDIRI logika
defenisikan sebagai ilmu mempelajari metode ilmu hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang dari penalaran yang salah.

Pada inti nya dapat di simpulkan bahwa logika adalah sebuah ilmu pengetahuan
dimana objek materil adalah berfikir (khususnya penalaran /proses penalaran ) dan objek
formal logikan adalah berfikir yang ditinjau dalam segi ketepatannya .logika bersifat
apriori.kebenaran logika tidak dapat di temukan dan di uji dalam empiris tetapi di kebenaran
di uji secara akal .Objek logika menurut MUHAMMMAD ZAINUDDIN ,terdiri :

a. Objek materil :penalaran atau cara berfikir /cara berfikir

4
Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
b. Objek formal :hukum,prinsip ,asas
c. Produk berfikir (konsep ,proposisi yang di ekspresi kan dalam bentun ungkapan lisan

2.7. Ruang Lingkup Logika


Ruang lingkup logika secara umum menurut Asri wijayanti mencakupi ,asas-asas
logika konsep dan term ,pembagain ,penggolongan ,defenisi konsep ,proposisi deduktif
silogisme dan induktif .5

Ruang lingkup logika yang pertama ,asas-asas logika .ini pada dasar nya ada tiga
yaitu asas identitas ,asas penolakan kemungkinan (suatu proposisi selalu dalam keadaan
benar atau salah ,tidak ada altematif) ilmu logika hukum, sebaiknya kita pahami terlebih
dahulu definisi dari logika. The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus
Logika) menjelaskan bahwa logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat
yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul atau
dikenal dengan correct reasoning. Sementara itu, menurut Mundiri, logika merupakan sebagai
ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

2.8. Asas- asas Logika


Asas-asas logika sering juga disebut dengan prinsip penalaran atau aksioma penalaran.
Asas logika merupakan unsur dasar dari semua penalara yang terdiri atas tiga prinsip yang
kemudian ditambah satu sebagai pelengkap. Asas, aksioma atau prinsip dasar dapat di
defenisikan sebagai suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya
sudah terbukti dengan sendirinya.

Asas logika menurut beberapa pendapat asli dalam memberikan kriteria dan batasan
pengertiannya, sebagai berikut:

a. Asas identitas

Menurut muhamad zainuddin, dalam suatau penalaran jika sesuatu diartikan sebagai
“X” yang tertentu, maka selama penalaran itu masih berlangsung sesuatu tersebut tidak boleh
diartikan selain “X”. Jadi harus tetap sama dengan arti yang semula atau konsisten.

5
Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)
b. Asas nonkontradiksi

Adalah tidak ada proporsi yang sekaligus benar dan salah. Di dalam penalaran
himpunan prinsip nonkontradiksi sangat penting, yang dinyatakan bahwa sesuatu hal
hanyalah menjadi anggota himpunan tertentu atau bukan anggota himpunan tersebut, tidak
dapat menjadi dua anggota yang berlawanan penuh dan asa nonkontradiksi memperkuat asas
identitas.

c. Asas penolakan kemungkinan ketiga

asas penolakan kemungkinan ketiga atau dengan bahasa lain disebut principium
exclusi tertii dan qanun imtina’. Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan
pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya.

Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu di samping


tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Munncul sebuah
pertanyaan, mengapa tidak mungkin salah keduanya? Bila pernyataan dalam bentuk
positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini
bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka pernyataan berbentuk ingkarlah
yang benar, karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebaliknya, jika pernyataan
ingkarnya salah, berarti ia mengingkari realitasnya, maka pernyataan positifnya yang benar,
karena sesuai dengan realitasnya.

2.9. OBJEK LOGIKA


Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran atau proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir atau penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika bersifat a
priori. Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan diuji secara empiris tetapi kebenaran
diuji secara akal. Obyek Logika menurut Muhammad Zainuddin, terdiri dari :

1. Obyek materiil : penalaran atau cara berpikir


2. Obyek formal : hukum, prinsip, asas,
3. Produk : produk berfikir ( konsep, proposisi yang diekspresikan dalam bentuk
ungkapan lisan, tulisan dan isyarat)
Obyek materiil atau material logika adalah penalaran atau cara berpikir. Menurut Alex
Lanur, yang dimaksudkan dengan berpikir disini ialah kegiatan pikiran, akal budi manusia.
Dengan berpikir manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya.
Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian
lainnya.6
Menurut Poedjawijatna, obyek formal logika ialah mencari jawaban : bagaimana
manusia dapat berpikir dengan semestinya. Mencari jawaban atas sesuatu pada dasarnya
merupakan suatu proses. Berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses dari adanya
suatu input melalui proses akan melahirkan output. Selanjutnya oleh Alex Lanur
dikatakan bahwa dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan, ketepatannya.
Karena itu berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran
disebut lurus? Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam logikal. Kalau peraturan-
peraturan itu ditepati, dapatlah pelbagai kesalahan atau kesesatan dihindarkan. Dengan
demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini
menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.

Mundiri menjelaskan bahwa pikiran merupakan perkataan dan logika merupakan


patokan, hukum atau rumus berpikir. Logika bertujuan untuk menilai dan menyaring
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta mendapatkan kebenaran terlepas dari
segala kepentingan dan keinginan seseorang. Poespoprojo menjelaskan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas berpikir yang menyelidiki pengetahuan yang
berasal dari pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman sesitivo-rasional, fakta, objek-
objek, kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Logika bertujuan untuk
menganalisis jalan pikiran dari suatu penalaran, pemikiran dan penyimpulan tentang suatu
hal.

3.1. PERANAN BAHASA

Bahasa dibentuk dalam kaidah aturan sebagai pola yang tidak boleh dilaggar agar
tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan pola-

6
Sukrisno Agnoes, Praktikum Audit ser 2 (Jakarta, Salemba Empat,2008)
pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar komunikasi
yang dilakukan berjalan dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai
bahasanya.

A. Pengertian Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri. Oleh karena itu, bahasa bisa disebut juga sebagai salah satu sistem
komunikasi yang digunakan manusia. Berbahasa merupakan hal yang penting karena dengan
bahasa manusia dapat berinteraksi dan saling berupaya untuk memahami. Bahasa juga masuk
ke dalam salah satu unsur kebudayaan. Bahasa dapat membentuk suatu kebudayaan ataupun
sebaliknya. Maka dari itu terciptalah ragam bahasa yang ada di dunia.

B. Fungsi Bahasa

Bahasa memiliki fungsi yang begitu penting dalam kehidupan masyarakat. Bukan
hanya sebagai alat komunikasi, namun bahasa memiliki fungsi lain sebagai berikut:

a. Bahasa sebagai Alat Komunikasi


Secara harfiah, fungsi bahasa utama adalah untuk berkomunikasi. Dalam hal
ini bahasa yang digunakan memang bertujuan untuk berinteraksi dan berharap
lawan bicara bisa memahami maksud tersebut. Oleh karena itu, bahasa yang
dipilih saat berkomunikasi perlu disesuaikan dengan lawan bicara yang
dihadapi.
b. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi ini juga dapat menjadi sarana
untuk mengekspresikan diri. Contoh ini dapat dilihat dari pemilihan kata
dalam suatu bahasa yang digunakan seseorang saat hendak mengekspresikan
sesuatu.

Dalam teknik audit, peranan bahasa sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi
antara auditor dan pihak terkait, seperti auditee. Komunikasi yang efektif memungkinkan
auditor untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi entitas yang
diaudit. Selain itu, bahasa juga memainkan peran penting dalam penyusunan laporan audit
yang jelas dan akurat.

Komunikasi tertulis dapat digunakan sebagai bukti audit, yang pada akhirnya akan
menentukan hasil opini auditor. Selain itu, dalam wawancara audit, suasana psikologis yang
penuh persahabatan, ramah tamah, saling menghargai, dan saling mempercayai sangat
penting agar auditee merasa aman, nyaman, dan tidak terancam sehingga informasi audit
dapat diperoleh sesuai tujuannya.

Komunikasi juga dianggap sebagai bagian integral dalam audit, mulai dari
perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian, hingga pemantauan tindak lanjut. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa dan komunikasi memainkan peran krusial dalam memastikan
kelancaran proses audit dan pencapaian hasil yang diharapkan.

Dengan demikian, bahasa dan komunikasi memegang peranan penting dalam teknik
audit, baik dalam memfasilitasi interaksi antara auditor dan auditee, maupun dalam
memanfaatkan teknologi untuk meminimalkan keterbatasan audit.

Perkembangan bahasa hukum telah menjadi fokus perhatian dalam konteks hukum di
Indonesia. Seiring dengan perkembangan hukum, bahasa hukum juga mengalami evolusi
yang signifikan. Pembaruan pemahaman bahasa hukum Indonesia menjadi hal yang
mendesak, karena pemahaman yang baik terhadap bahasa hukum sangat penting dalam
menjamin kepastian hukum dalam penerapan hukum.

Pada tahun 1974, Simposium Bahasa dan Hukum di Indonesia menjadi forum
perhatian bagi kalangan bahasa dan hukum terkait bahasa hukum. Simposium ini
menyepakati bahwa bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam bidang
hukum, dan memiliki karakter tersendiri dalam istilah, komposisi, dan gaya bahasanya.

Dalam konteks fungsi bahasa hukum, bahasa hukum dianggap sebagai perangkat
kerja dasar para praktisi hukum. Bahasa hukum juga memiliki peran dalam menyampaikan
pesan berkaitan dengan isi hukum serta fakta-fakta relevan dalam penerapan hukum. Selain
itu, bahasa hukum juga dianggap memiliki fungsi dalam mencapai keadilan, karena segala
fitur dan karakter yang ada dalam bahasa hukum bertujuan untuk mencapai keadilan.
Dengan demikian, perkembangan bahasa hukum memiliki peran yang sangat penting
dalam konteks kepastian hukum dan penerapan hukum di Indonesia. Konsep hukum merujuk
pada ide atau gagasan yang terkait dengan hukum. Konsep hukum dapat digunakan untuk
memahami aturan hukum dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan hukum.

Jenis-jenis konsep hukum antara lain:

1. Konsep hukum filosofis: Konsep ini bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah
asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal. Tipe kajian
ini berorientasi kefilsafatan, dengan menggunakan metode logika-deduksi dari premis
normatif yang diyakini bersifat self-evident.
2. Konsep hukum positivistik: Konsep ini mengkaji "law as it is written in the books"
yang bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah norma-norma positif di dalam
sistem perundang-undangan hukum nasional. Berorientasi positivistis, dan
menggunakan metode doktrinal bersaranakan logika deduksi untuk membangun
sistem hukum positif.
3. Konsep hukum empiris: Konsep ini mengacu pada pengamatan dan pengukuran
fenomena hukum dalam masyarakat. Tipe kajian hukum yang mengacu konsep
hukum sebagai proses atau perilaku yang berulang setiap kali terjadi hal yang sama,
yang disebut penelitian sosial atau penelitian empirik.
4. Konsep hukum normatif: Konsep ini mengacu pada kaidah-kaidah hukum yang
berlaku dalam suatu sistem hukum. Tipe kajian hukum yang mengacu konsep hukum
sebagai kaidah dan metode doktrinal adalah metode yang digunakan dalam kegiatan
pengembangan teori hukum dan ilmu hukum.

Dalam pengertian umum, konsep hukum adalah ide atau gagasan yang terkait dengan
hukum. Konsep hukum dapat digunakan untuk memahami aturan hukum dan memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan hukum. Konsep hukum juga dapat digunakan sebagai alat
untuk memahami peran hukum dalam masyarakat dan memberikan dasar bagi pengembangan
sistem hukum yang lebih baik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teknik audit pada dasarnya merupakan cara-cara yang ditempuh auditor untuk
memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang seharusnya. Teknik audit erat hubungannya dengan prosedur audit, dimana teknik-
teknik audit digunakan dalam suatu prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Syamsul Bahri, Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas BSI. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya mengikuti
setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh prodi, karena akan bermanfaat untuk menambah
wawasan dari mahasiswa, serta dapat dimasukkan ke dalam Surat Keterangan Pendamping
Ijazah (SKPI).

ilmu logika hukum, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu definisi dari logika. The Liang
Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menjelaskan bahwa logika adalah
bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan
aturan-aturan penalaran yang betul atau dikenal dengan correct reasoning. Sementara itu,
menurut Mundiri, logika merupakan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-
hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari
kata benda logos. Logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal, pikiran,
kata, atau ungkapan lewat bahasa. Sedangkan logikos adalah sesuatu yang diutarakan,
mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang
berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa
logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa
latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang kita kenal dengan
sebutan logika saja.
Penalaran hukum adalah penerapan prinsip berpikir lurus (logika) dalam memahami
prinsip, aturan, data, fakta, dan proposisi hukum. Dalam mempelajari penalaran hukum,
logika dipahami secara lebih sempit, yaitu sebagai ilmu tentang penarikan kesimpulan secara
valid dari berbagai data, fakta, persoalan, dan proposisi hukum. Dengan demikian, arti
penalaran hukum atau legal reasoning tidak menunjukkan bentuk penalaran lain di luar
logika, melainkan penerapan asas berpikir dari logika dalam bidang hukum itu sendiri. Dalam
pengertian lain, tidak ada penalaran hukum di luar logika, dan tidak ada penalaran hukum
tanpa logika.

Argumentasi hukum merupakan kegiatan untuk mencari dasar hukum yang terdapat di
dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan hukum seperti perjanjian,
transaksi perdagangan, dan lainnya. Selain itu, pencarian dasar hukum juga bisa dilakukan
pada kasus pelanggaran hukum pidana, perdata, maupun administrasi, dan memasukkannya
ke dalam peraturan hukum yang ada.

Kesimpulannya, logika merupakan cabang ilmu yang penting dipahami oleh peneliti
hukum. Sebab, logika adalah bagaimana cara berpikir secara tepat, memikirkan ide, gagasan,
dan opini hukum yang pada dasarnya harus bersifat logis juga. Logika memiliki hubungan
yang erat dengan penalaran hukum. Eksistensi penalaran hukum menunjukkan bahwa hukum
bukan dipahami sekedar hafalan pasal belaka saja, melainkan hukum harus didasari pada sifat
logis. Sebagai catatan, penalaran hukum juga kerap digunakan dengan menggunakan
terminologi lain yakni legal reasoning dan argumentasi hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. ,Legal audit dan Legal Opinion (Jakarta, Prenadamedia Group, 2015)

Sukrisno Agnoes, Praktikum Audit ser 2 (Jakarta, Salemba Empat,2008)

Sukrisno Agnoes, Praktikum Audit buku 1 (Jakarta, Salemba Empat,2014)

Anda mungkin juga menyukai