Anda di halaman 1dari 29

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN 1
BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA

Dosen Pengampu:
Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, M.Si., Ak.

Oleh:
Kelompok 6
Oswald Aurelius (2207531124/12)
Ida Bagus Wibisana Semaya Manuaba (2207531147/17)
Putu Yunita Pristiari Putri (2207531252/26)
Icha Septian Dini Putri (2207531253/27)
Ni Putu Yunita Cintya Astari (2207531254/28)
Estherveransa Hadisucipta (2207531256/29)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan rangkuman materi kuliah pada mata kuliah
PENGAUDITAN I dengan baik dan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Ni Ketut
Lely Aryani Merkusiwati, M.Si, Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah PENGAUDITAN I.
Kami sampaikan juga ucapan terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah
membantu dalam pembuatan rangkuman materi kuliah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa rangkuman materi kuliah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan, serta kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga rangkuman materi kuliah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Jimbaran, 10 Oktober 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Hakekat Bukti Audit.................................................................................................... 2
2.2 Keputusan Auditor tentang Bukti Audit...................................................................... 2
2.3 Karakteristik Bukti Audit ............................................................................................ 3
2.4 Kertas Kerja................................................................................................................. 5
2.4.1 Definisi Kertas Kerja ........................................................................................... 5
2.4.2 Isi Kertas Kerja .................................................................................................... 6
2.4.3 Tujuan Pembuatan Kertas Kerja .......................................................................... 6
2.4.4 Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja...... 7
2.4.5 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor dalam Pembuatan Kertas
Kerja yang Baik ................................................................................................................. 8
2.4.6 Tipe Kertas Kerja ................................................................................................. 8
2.4.7 Pemberian Indeks Pada Kertas Kerja ................................................................. 11
2.4.8 Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja ............................................................ 12
2.4.9 Susunan Kertas Kerja ......................................................................................... 12
2.4.10 Hubungan Kertas Kerja dan Standar Auditing .................................................. 13
2.4.11 Penyimpanan KKA (Kertas Kerja Audit) .......................................................... 14
2.5 Pendokumentasian Kertas Kerja Audit ..................................................................... 15
2.5.1 Tujuan Dokumentasi Audit ................................................................................ 15
2.5.2 Kepemilikan File ................................................................................................ 17
2.5.3 Kerahasiaan File Audit ...................................................................................... 18
2.5.4 Persyaratan untuk Retensi Dokumentasi Audit ................................................. 18
2.5.5 File Permanen .................................................................................................... 19
2.5.6 Tahun Berjalan ................................................................................................... 19
2.5.7 Penyusunan Dokumentasi Audit ........................................................................ 22

iii
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 24
3.2 Saran .......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit merupakan proses pengumpulan dan pengujian bukti secara sistematis dan
objektif tentang aktivitas atau asersi ekonomi suatu perusahaan untuk menentukan
tingkat kesesuaian asersi dengan kriteria yang berlaku dan mengkomunikasikan hasil
pengujian audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan bukti audit adalah
setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang
sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada. Fondasi dari setiap
audit adalah bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Bukti audit tersebut
sangat besar perannya terhadap kesimpulan yang akan ditarik oleh auditor dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh sebab itu, auditor
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan tepat pada setiap audit guna memenuhi persyaratan standar profesi.
Dengan begitu, kesimpulan yang diambil tidak akan menyesatkan bagi pihak pemakai dan
juga untuk menghindar dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan dimasa yang akan
datang apabila pendapat yang diberikannya tidak sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hakekat bukti audit?
2. Bagaimana keputusan auditor tentang bukti audit?
3. Bagaimana karakteristik bukti audit?
4. Bagaimana penjelasan mengenai kertas kerja?
5. Bagaimana pendokumentasian kertas kerja?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat bukti audit
2. Untuk mengetahui keputusan auditor tentang bukti audit
3. Untuk mengetahui karakteristik bukti audit
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang kertas kerja
5. Untuk mengetahui pendokumentasian kertas kerja

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Bukti Audit
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Pengaruh bukti audit terhadap kesimpulan yang dibuat auditor independen sangat
bervariasi. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain
yang menguatkan kesimpulan berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Terdapat butir-butir penting mengenai hakekat bukti audit menurut Al.
Haryono:
1) Bukti audit meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun
eksternal
2) Bukti audit meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan
asersi manajemen
3) Bukti audit dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti: dokumen yang
diperlukan tidak lengkap atau keterlambatan pembuatan dokumen
4) Bukti audit dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar
5) Bukti audit dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan
auditor (misalnya, analisis risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau
melanjutkan seorang klien, mereview kertas kerja tahun lalu, dan kualitas
pengendalian internal perusahaan yang mencerminkan ketelitian proses internal)
2.2 Keputusan Auditor tentang Bukti Audit
Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan
keuangan klien telah ditetapkan secara wajar. Ada empat keputusan tentang bukti apa yang
harus diperoleh dan berapa banyak bukti harus dikumpulkan, yaitu:
1) Prosedur Audit: adalah instruksi detail yang menjelaskan bukti audit yang harus
diperoleh selama audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan instruksi yang
cukup spesifik sehingga auditor dapat mengikuti instruksi tersebut selama audit
berlangsung.
2) Ukuran Sampel: auditor harus menentukan ukuran sampel yang dipilih dari populasi.
3) Unsur yang Dipilih: auditor harus menentukan unsur-unsur mana dalam populasi yang
akan diuji.

2
4) Saat Pelaksanaan Prosedur: Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup
periode waktu tertentu seperti satu tahun, pada umumnya proses audit baru selesai
dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu
periode waktu. Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal
suatu periode akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir.
Program Audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau
keseluruhan audit. Program audit berisi daftar prosedur audit, dan juga mencakup
ukuran sampel, unsur yang dipilih,dan saat pelaksanaan pengujian. Pada umumnya,
auditor membuat program audit untuk setiap komponen audit, misalnya program audit
untuk piutang usaha, satu diantaranya program audit untuk penjualan dan sebagainya.
2.3 Karakteristik Bukti Audit
Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut:
“Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.”
Auditor diwajibkan untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat sebagai dasar untuk
mendukung opini yang diberikan.
1) Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi saldo-saldo akun dan pengungkapan
yang bersangkutan. Apabila bukti dipandang sangat tepat, maka akan sangat membantu
auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
2) Relevansi Bukti
Bukti harus relevan dengan tujuan audit yang harus diuji terlebih dahulu oleh auditor
sebelum dapat dikatakan sebagai bukti yang tepat. Relevansi menjadi masalah dalam
kaitannya dengan tujuan audit. Karena terkadang ada bukti yang relevan dengan suatu
tujuan audit dan ada juga yang tidak relevan dengan tujuan lainnya
3) Reliabilitas Bukti
Reliabilitas berkaitan dengan seberapa jauh bukti ini dapat dipercaya. Sama seperti
relevansi, apabila tingkat reliabilitasnya tinggi, maka bukti ini akan sangat membantu
auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Reliabilitas tergantung pada apakah bukti telah memenuhi karakteristik–karakteristik
berikut:

3
a) Independensi pembuatan bukti
Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan
bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti komunikasi dari Bank, pengacara,
atau para pelanggan, dokumen yang berasal dari luar organisasi seperti polisi
asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan komunikasi atau hasil wawancara
yang diperoleh dari klien dan dokumen yang berasal dari intern perusahaan bahkan
yang tidak pernah dikirim ke luar organisasi seperti permintaan pembelian.
b) Efektivitas pengendalian internal klien
Bukti audit lebih dapat diandalkan jika pengendalian intern klien efektif,bukan
lemah.
c) Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
observasi penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan ketimbang
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
d) Kualifikasi individu pemberi informasi
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat
diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi
kualifikasi untuk itu. Selain itu bukti yang diperoleh langsung oleh auditor tidak
dapat diandalkan jika auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti
tersebut.
e) Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif. Contoh
bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik
sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah surat yang ditulis oleh
pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin akan diperoleh dari gugatan
hukum yang sedang dihadapi oleh klien tanya jawab dengan manajer, observasi
atas persediaan yang usang selama pemeriksaan fisik.
f) Ketepatan waktu
Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalkan untuk akun-akun
neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Sedangkan untuk
akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat diandalkan jika ada sampel dari
keseluruhan periode yang di audit seperti sampel acak transaksi penjualan dari
setahun penuh, bukanhanya dari sebagian periode.

4
4) Kecukupan Bukti
Kecukupan pembuktian ditentukan oleh sejauh mana semua bukti yang telah
dikumpulkan telah meyakinkan auditor (yang mempunyai sikap kecermatan
profesional) untuk mengambil suatu kesimpulan atau opini audit atas proses pengujian
yang dilakukan. Kecukupan ini berkaitan dengan kuantitas atau seberapa banyak bukti
audit yang harus diperoleh. Kuantitas bukti audit ini dipengaruhi oleh penilaian auditor
tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit itu
sendiri. Ada dua faktor yang menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit yaitu
ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal
dalam organisasi klien.
5) Kompeten
Kompetensi bukti berkaitan dengan tingkat kekuatan bukti audit. Berdasarkan
kompetensinya, bukti audit dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:
a) Bukti yang sepenuhnya dapat dipercaya. Termasuk dalam kategori ini adalah bukti
yang tidak memerlukan dukungan dari bukti lainnya. Salah satu contohnya adalah
bukti hasil perhitungan fisik persediaan yang dilakukan sendiri oleh auditor.
b) Bukti yang dapat dipercaya apabila didukung oleh bukti lainnya. Misalnya,bukti
kesaksian dapat dipercaya setelah dilakukan pencocokan dengan hasil
konfirmasi dan prosedur analitis.
c) Bukti yang kurang dapat dipercaya tapi berguna dalam memberikan petunjuk bagi
arah audit yang akan dilakukan. Termasuk dalam kategori ini adalah surat kaleng,
keterangan dan pernyataan manajemen yang tidak didukung oleh bukti lainnya
2.4 Kertas Kerja
2.4.1 Definisi Kertas Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai
berikut: “Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi
yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.”
Kertas kerja juga memfasilitasi perencanaan, kinerja, dan supervisi perikatan dan
memberikan dasar bagi review kualitas pekerjaan dengan memberikan kepada
reviewer dokumentasi tertulis dari bukti yang mendukung kesimpulan signifikan
auditor (SA 3 dan SA Seksi 339)
Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap
pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien,
5
ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magnetik, film,
atau media yang lain.
2.4.2 Isi Kertas Kerja
Standar audit (SA Seksi 339 Nomor 05) menjelaskan bahwa kuantitas, tipe,
dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun
harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang
dapat diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang
memperlihatkan:
1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman
memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan,
yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
2.4.3 Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
1) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
2) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya,
jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai
simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
3) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang
dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut
menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja.
Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
6
4) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam
periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat
usaha klien, catatan dan akuntansi klien, pengendalian intern klien, dan
rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-
jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporan
keuangan yang lalu.
2.4.4 Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah
milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak
kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor
untuk tujuan yang tidak semestinya.
Kertas kerja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08
mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
“Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.”
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien
kepada pihak lain adalah:
● Jika klien tersebut menginginkannya,.
● Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika
kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seizin klien.
● Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
● Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan
keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesame akuntan publik.
Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku,
dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan
kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien
yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
7
2.4.5 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor dalam Pembuatan
Kertas Kerja yang Baik
Kecakapan teknis dan keahlian profesional seorang auditor independen akan
tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor
yang mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat.
Ada lima yang harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:
1) Lengkap.
Kertas kerja harus lengkap dalam arti:
● Berisi semua informasi yang pokok.
● Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2) Teliti.
Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya
bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3) Ringkas.
Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan
tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari
rincian yang tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan
bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4) Jelas.
Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian
informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5) Rapi.
Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam
me-review hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam memperoleh
informasi dari kertas kerja tersebut
2.4.6 Tipe Kertas Kerja
Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh
auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis
besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:
1) Program audit (audit program)
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti
8
dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan
indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi
sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan
pengawasan pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan
jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya,
jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan
dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor
dapat mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
2) Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun
buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya,
kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh
auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan
keuangan auditan (audited financial statements).
Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat
oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftar
saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance ini
digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang
diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar
setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom terakhir dalam working
trial balance tersebut,auditor menyajikan draft final laporan keuangan klien
setelah diaudit oleh auditor. Draft final inilah yang akan diusulkan oleh auditor
kepada klien untuk dilampirkan pada laporan audit.
Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembar
kerja (worksheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa
tahap sebagai berikut:
● Pengumpulan bukti transaksi
● Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
● Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
● Pembuatan lembar kerja
● Penyajian laporan keuangan

9
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan
keuangan auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan
tersebut adalah sebagai berikut:
● Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul
pendukung ( supporting schedules).
● Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam
skedul utama (lead schedule atau top schedule) dan ringkasan jurnal
adjustment.
● Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan
jurnal adjustment ke dalam working trial balance.
● Penyusunan laporan keuangan auditan.
3) Ringkasan jurnal adjustment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam
laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan
kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal adjustment yang nantinya akan
dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal
penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsur, yang meskipun
tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan penyusunan laporan
keuangan yang wajar, harus digolongkan.
Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut
dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal
adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang
lengkap. Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal
penggolongan kembali digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh
pengelompokkan yang benar dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan
untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor; tidak
untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien.
Di lain pihak, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi
catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor
kepada klien untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor,
jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul
pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Kemudian jurnal-jurnal tersebut
diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan
dan ke dalam working trial balance.
10
4) Skedul utama (lead schedule atau top schedule)
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas
informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang
berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun
buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan
keuangan dalam satu jumlah.
Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan kolom-kolom yang
terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul
utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.
5) Skedul pendukung (supporting schedule)
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang
tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas
kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang
dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-
unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang
digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan
tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat
oleh auditor.
2.4.7 Pemberian Indeks Pada Kertas Kerja
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian
informasi dalam berbagai daftar yang terdapat di berbagai tipe kertas kerja. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai
berikut:
1) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat di sudut atas atau di sudut bawah.
2) Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut:
● Indeks silang dari skedul utama.
● Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya
● Indeks silang antara skedul pendukung.
● Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment.
● Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
● Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit
dengan kertas kerja.

11
3) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak
diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.
2.4.8 Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:
1) Indeks angka.
Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan
skedul pendukung diberi subindex dengan mencantumkan nomor kode skedul
utama yang berkaitan.
2) Indeks kombinasi angka dan huruf.
Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf, sedangkan skedul
pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3) Indeks angka berurutan.
Dimana pengerjaan pada setiap kertas kerja diberi angka yang berurutan.
2.4.9 Susunan Kertas Kerja
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk
setiap kliennya. Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan,
yang disebut arsip kini (current file). Arsip permanen (permanent file) untuk data
yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat
untuk tahun yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut:
1) Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2) Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3) Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan
pengendalian
4) Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5) Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6) Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk
klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
a) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan
digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
b) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi
staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.

12
c) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami
perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti
tanah, gedung, akumulasi, depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham
dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang
mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
2.4.10 Hubungan Kertas Kerja dan Standar Auditing
Kertas kerja berhubungan erat dengan ketiga kelompok standar auditing,
hubungan tersebut adalah:
1) Kertas Kerja Audit dan Standar Umum
Kertas kerja merupakan bukti latihan teknis dan kecakapan auditor yang
ditunjukkan dengan pengetahuan auditor tentang prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dan kemampuannya menerapkan prosedur audit yang tepat sesuai situasi
dan kondisi yang ada.
Kertas kerja harus memberikan kesimpulan yang dapat menunjukkan
independensi dan objektivitas auditor. Kelengkapan kertas kerja dapat
membuktikan bahwa pelaksanaan audit telah dilakukan secara cermat dan
seksama.
2) Kertas Kerja Audit dan Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berhubungan dengan perencanaan dan
pengawasan, pemahaman struktur pengendalian intern, bukti audit kompeten
yang memadai. Dalam hal ini, kertas kerja mendokumentasikan strategi audit
yang diterapkan dalam perencanaan audit.
Kegunaan pokok kertas kerja selama proses pelaksanaan audit adalah
untuk mengkoordinasikan pekerjaan yang dilakukan dalam penugasan
profesionalnya. Hal ini merupakan pemenuhan standar pekerjaan lapangan yang
pertama.
3) Kertas Kerja Audit dan Standar Pelaporan
Kertas kerja bukan hanya berguna untuk memudahkan membuat laporan
audit. Kertas kerja juga berguna untuk mendukung pendapat auditor yang
diberikan dalam laporan audit. Kertas kerja harus meliputi bukti yang berkaitan
dengan kesesuaian prinsip akuntansi yang berlaku umum, konsistensi,
pengungkapan yang memadai, dan pernyataan pendapat.

13
2.4.11 Penyimpanan KKA (Kertas Kerja Audit)
Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu
dipilah ke dalam bebarapa kategori. pada umumnya terdapat empat kategori berkas
KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas berjalan, Berkas lampiran, dan Berkas
khusus.
1) Berkas Permanen
Berkas permanen berisikan data/informasi yang diperlukan oleh auditor
untuk memahami gambaran umum audit. Dilihat dari dimensi waktu, informasi
yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah informasi yang relatif tidak
sering berubah. Jenis informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen,
antara lain meliputi: data organisasi audit, kebijakan dan prosedur operasi,
kebijakan akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi administratif
berkaitan dengan penugasan audit.
Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah
dan uraian pokok dan fungsi auditi, daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi
audit, kontrak dan perjanjian penting (jika ada), daftar personil kunci, daftar
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, serta ketentuan hukum dan
perundang-undangan terkait.
2) Berkas Berjalan (Current)
Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang
sedang dilakukan atau audit yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi untuk
informasi yang dimasukkan dalam berkas berjalan, yaitu: Berkas umum dan
Berkas analisis. Berkas umum terdiri atas: surat penugasaan audit, informasi
umum, hasil pertemuan awal, program audit, manajemen waktu audit, ikhtisar
temuan audit, draft laporan audit, tanggapan auditi, pertemuan akhir dan tindak
lanjut hasil audit. Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses
pengumpulan dan pengujian bukti audit untuk masing-masing data yang
dicakup dalam penugasan audit.
3) Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi
data mentah bagi proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan
hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam berkas audit analisis.

14
4) Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian
khusus. Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan
yang perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan khusus. Sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007,
Kertas Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan oleh Ketua
Tim kepada Sub Bagian Tata Usaha Wilayah untuk diarsipkan.
2.5 Pendokumentasian Kertas Kerja Audit
Standar auditing menyatakan bahwa dokumentasi audit adalah catatan utama
tentang prosedur auditing yang ditetapkan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang
dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup
semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara
memadai dan untuk mendukung laporan audit. Dokumentasi audit juga dapat dianggap
sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan
dalam file terkomputerisasi.
2.5.1 Tujuan Dokumentasi Audit
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan
sesuai dengan standar audit. Secara lebih khusus, dokumentasi audit, yang berkaitan
dengan audit tahun berjalan, memberikan:
Istilah Definisi Jenis Bukti Audit
Memeriksa (Examine) Studi yang cukup terinci atas dokumen
atau catatan untuk menentukan fakta- Inspeksi
fakta spesifik tentang catatan itu.
Scan Pemeriksaan yang kurang terinci atas
catatan atau dokumen untuk Prosedur analitis
menentukan apakah terdapat hal yang
tidak biasa yang memerlukan investigasi
lanjutan.
Membaca Pemeriksaan atas informasi tertulis Inspeksi
untuk menentukan fakta yang berkaitan
dengan audit.

15
Menghitung (Compute) Perhitungan yang dilakukan oleh auditor Prosedur analitis
independen terhadap klien
Menghitung ulang Perhitungan yang dilakukan untuk Rekalkulasi
(Recompute) menentukan apakah perhitungan klien
sudah benar.
Menjumlah Penjumlahan kolom angka untuk
menentukan apakah totalnya sama Rekalkulasi
dengan nilai yang diperoleh klien.
Menelusuri (Trace) Instruksi yang biasanya berkaitan
dengan dokumentasi atau pelaksanaan-
ulang. Instruksi itu harus menyatakan Inspeksi
apa yang ditelusuri auditor dan dari
mana serta menuju ke mana penelusuran Pelaksanaan-ulang
itu dilakukan. Sering kali, prosedur
audit yang melibatkan istilah
penelusuran juga akan mencakup
instruksi kedua, seperti membandingkan
atau rekalkulasi.
Membandingkan Perbandingan informasi dari dua lokasi
(Compare) yang berbeda. Instruksi ini harus Inspeksi
menyatakan informasi mana yang
dibandingkan serinci mungkin.
Menghitung (Count) Penentuan aset yang dimiliki pada
waktu tertentu. Istilah ini hanya dapat Pemeriksaan fisik
dikaitkan dengan jenis bukti audit yang
didefinisikan sebagai pemeriksaan fisik.

Mengamati (Observe) Tindakan observasi yang harus


dikaitkan dengan jenis bukti audit yang Observasi
didefinisikan sebagai observasi
Tanya-Jawab (Inquire) Tindakan tanya-jawab harus berkaitan Tanya-Jawab
dengan jenis bukti audit yang dengan klien
didefinisikan sebagai tanya-jawab.

16
Vouch Penggunaan dokumen untuk Inspeksi
memverifikasi transaksi atau jumlah
yang tercatat.
1) Dasar bagi Perencanaan Audit
Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang
referensi yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi
bermacam informasi perencanaan sebagai informasi deskriptif tentang
pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing-masing area audit, program
audit, dan hasil audit tahun sebelumnya.
2) Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit adalah sarana utama untuk mendokumentasikan
bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
Jika muncul kebutuhan, auditor harus mampu memperlihatkan kepada Lembaga
pembuat peraturan dan pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik
dan diawasi secara memadai; bukti yang dikumpulkan telah tepat dan mencukupi;
dan laporan audit yang tepat, dengan mempertimbangkan hasil audit.
Apabila prosedur audit melibatkan sampling transaksi atas saldo,
dokumentasi audit harus mengidentifikasi item-item yang diuji. File audit juga
harus mendokumentasikan temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan
yang diambil untuk menanganinya, dan dasar kesimpulan yang dicapai.
3) Data untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat
Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk
membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi
telah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu.
Data yang ada dalam file memiliki kegunaan yang sama untuk mengevaluasi
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, berdasarkan bukti audit
tersebut.
2.5.2 Kepemilikan File
Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan, termasuk skedul yang
disiapkan oleh klien untuk auditor, adalah properti auditor. Satu-satunya waktu di
mana orang lain, termasuk klien, memiliki hak hukum untuk memeriksa file itu
adalah Ketika mereka dipanggil oleh pengadilan sebagai bukti hukum. Pada akhir
penugasan, file audit disimpan di kantor akuntan publik untuk digunakan sebagai

17
referensi di masa mendatang dan untuk mematuhi standar auditing yang berkaitan
dengan retensi dokumen.
2.5.3 Kerahasiaan File Audit
Kebutuhan untuk membina hubungan rahasia dengan klien dinyatakan dalam
aturan 301 dari Kode Perilaku Profesional, yang menyatakan:
Seorang anggota tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia yang
diperoleh selama penugasan profesional kecuali dengan persetujuan klien.
Selama pelaksanaan audit, auditor memperoleh sejumlah besar informasi
yang bersifat rahasia, termasuk gaji pejabat, penetapan harga produk dan rencana
periklanan, serta data biaya produk. Jika auditor membuka informasi rahasia ini
kepada pihak luar atau kepada karyawan klien yang tidak berhak, hubungannya
dengan manajemen akan sangat terganggu. Lebih lanjut, memiliki akses ke file audit
akan memberikan karyawan kesempatan untuk mengubah informasi tersebut. Karena
alasan-alasan ini, auditor harus melindungi file auditnya setiap waktu.
2.5.4 Persyaratan untuk Retensi Dokumentasi Audit
Standar auditing mengharuskan agar catatan untuk auditor Perusahaan swasta
disimpan minimal selama lima tahun. Sarbanes-Oxley Act mensyaratkan auditor
Perusahaan publik untuk menyiapkan dan menjaga file audit serta informasi lainnya
yang berkaitan dengan setiap laporan audit dengan cukup rinci guna mendukung
kesimpulan auditor, selama periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. UU
menetapkan bahwa pengrusakan dokumentasi audit yang dilakukan dengan sadar dan
sengaja dalam periode 7 tahun tersebut dapat dituduh berbuat kriminal dan akan
dikenai denda keuangan serta hukuman penjara sampai 10 tahun.
Peraturan SEC menwajibkan auditor Perusahaan public untuk
menyelenggarakan dokumentasi berikut:
- Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan
keuangan tahunan Perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan
Perusahaan
- Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen dan catatan lain termasuk catatan
elektronik, yang berkaitan dengan audit atau review.
Peraturan ini meningkatkan secara signifikan dokumentasi audit yang harus
disimpan untuk audit atas Perusahaan publik. Sebagai contoh, auditor Perusahaan
publik diharuskan untuk menyimpan korespondensi e-mail yang memuat informasi
yang memenuhi kriteria terdahulu.
18
2.5.5 File Permanen
File permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang
bersangkutan dengan audit saat ini dan file ini menjadi sumber informasi yang kaya
tentang audit yang dari tahun ke tahun semakin penting. File permanen umumnya
meliputi hal-hal berikut ini:
- Kutipan atau Salinan dari dokumen Perusahaan dari dokumen Perusahaan yang
terus penting artinya seperti akta pendirian, anggaran rumah tangga, perjanjian
obligasi dan kontrak. Masing-masing dokumen ini penting bagi auditor selama
tahun-tahun masa berlakunya.
- Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang tetap penting artinya bagi auditor.
Mencakup akun seperti utang jangka-panjang, akun ekuitas pemegang saham,
goodwill, dan aktiva tetap. Dengan memiliki informasi ini dalam file permanen,
auditor dapat berkonsentrasi dalam menganalisis perubahan saldo tahun
berjalan saja, karena telah menyimpan hasil audit tahun sebelumnya dalam
bentuk yang bisa diakses untuk di review.
- Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas pengendalian internal
dan penilaian resiko pengendalian. Informasi ini mencakup bagan organisasi,
bagan arus, kuesioner, dan informasi tentang pengendalian internal lainnya,
termasuk identifikasi pengendalian dan kelemahan sistem tersebut. Catatan ini
digunakan sebagai titik awal untuk mendokumentasikan pemahaman auditor
atas pengendalian internal, karena aspek sistem itu sering kali tidak berubah dari
tahun ke tahun.
- Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya. Di antara data ini terdapat
rasio dan persentase yang dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo per
per bulan untuk akun tertentu. Informasi ini berguna dalam membantu auditor
memutuskan apakah ada perubahan tidak biasa dalam saldo akun tahun berjalan
yang harus diselidiki secara lebih ekstensif.
Pendokumentasian prosedur analitis, pemahaman atas pengendalian internal,
dan penilaian resiko pengendalian biasanya disertakan dalam file audit periode
berjalan alih-alih dalam file permanen oleh banyak kantor akuntan publik.
2.5.6 Tahun Berjalan
File tahun berjalan (current file) mencakup semua dokumentasi audit yang
dapat diterapkan pada tahun yang diaudit. Ada satu set file permanen untuk klien dan

19
satu set file tahun berjalan untuk audit setiap tahun. Berikut ini adalah jenis informasi
yang sering tercakup dalam file tahun berjalan:
• Program Audit Standar auditing mewajibkan program audit tertulis untuk setiap
audit. Program audit ini biasanya dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki
koordinasi dan integrasi semua bagian audit, meskipun beberapa kantor akuntan
juga menyertakan salinan program audit untuk setiap bagian audit pada
dokumentasi audit. Selama audit berlangsung, setiap auditor menandatangani
program untuk prosedur audit yang dilakukan dan menunjukkan tanggal
penyelesaian.
• Informasi Umum Beberapa file audit mencakup informasi periode berjalan yang
bersifat umum, bukannya bukti yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan
keuangan tertentu. Ini mencakup item-item seperti memo perencanaan audit,
salinan notulen rapat dewan direksi, salinan kontrak atau perjanjian yang tidak
dicantumkan dalam file permanen, catatan tentang diskusi dengan klien.
komentar review penyelia, dan kesimpulan umum.
• Neraca Saldo Berjalan Audit laporan keuangan dimulai dengan neraca saldo
berjalan yang dibuat segera setelah neraca. Proses ini melibatkan penyiapan
daftar akun buku besar umum dan saldo akhir tahun. Skedul ini dibuat dalam
format yang sesuai dengan laporan keuangan. Setiap posisi di neraca saldo
didukung oleh skedul utama yang merinci akun-akun buku besar. Skedul
pendukung sesuai dengan pekerjaan audit dan kesimpulan yang dihasilkan.
• Ayat Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi Auditor memiliki peran penting
dalam mengoreksi kesalahan material yang ditemukan dalam catatan akuntansi
klien. Sebagai contoh, jika klien mengabaikan penurunan nilai persediaan bahan
baku yang usang, auditor dapat mengusulkan ayat jurnal penyesuaian untuk
mencerminkan nilai yang sesuai. Namun, ayat jurnal ini harus disetujui oleh klien,
karena tanggung jawab utama manajemen adalah menyajikan laporan secara
wajar.
• Skedul Pendukung Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul
pendukung (supporting schedules) terinci, yang disiapkan oleh klien atau auditor
untuk mendukung jumlah yang spesifik pada laporan keuangan. Auditor harus
memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu untuk

20
mendokumentasikan kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari
dokumentasi audit. Berikut ini adalah jenis utama skedul pendukung
a) Analisis. Analisis dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun
buku besar selama keseluruhan periode audit, yaitu menghubungkan saldo
awal dan akhir. Jenis skedul ini biasanya digunakan untuk akun seperti
sekuritas; wesel tagih; penyisihan untuk piutang tak tertagih; properti, pabrik,
dan peralatan utang jangka-panjang: dan semua akun ekuitas.
b) Neraca saldo atau daftar. Jenis skedul ini terdiri dari rincian yang
membentuk saldo akhir-tahun dari akun buku besar umum. Skedul ini berbeda
dengan analisis yang hanya meliputi pos-pos yang membentuk saldo akhir-
periode. Contoh yang umum meliputi neraca saldo atau daftar yang
mendukung piutang usaha, utang usaha, biaya perbaikan dan pemeliharaan,
beban hukum, dan pendapatan rupa-rupa.
c) Rekonsiliasi jumlah. Rekonsiliasi yang mendukung jumlah tertentu dan
hiasanya diharapkan akan mengaitkan jumlah yang dicatat dalam catatan
klien dengan sumber informasi lainnya. Contohnya meliputi rekonsiliasi
saldo kas dengan rekening koran, rekonsiliasi saldo piutang usaha dengan
konfirmasi dari pelanggan, dan rekonsiliasi saldo utang usaha dengan
pernyataan vendor atau pemasok.
d) Pengujian kelayakan. Skedul pengujian kelayakan, seperti yang tersirat dari
namanya, berisi informasi yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi
apakah saldo klien tampak mengandung salah saji dengan
mempertimbangkan situasi penugasan. Sering kali, auditor menguji beban
penyusutan, provisi pajak penghasilan federal, dan penyisihan piutang tak
tertagih dengan menggunakan pengujian kelayakan. Pengujian ini terutama
adalah prosedur analitis.
e) Ikhtisar prosedur. Jenis skedul lainnya mengikhtisarkan hasil dari prosedur
audit khusus. Skedul ikhtisar mendokumentasikan luas pengujian, salah saji
yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan pengujian. Contohnya
adalah ikhtisar hasil konfirmasi piutang usaha dan ikhtisar observasi
persediaan.
f) Pemeriksaan dokumen pendukung. Sejumlah skedul bertujuan khusus
yang dirancang untuk memperlihatkan pengujian terinci yang dilaksanakan,
seperti dokumen yang diperiksa selama pengujian pengendalian dan
21
pengujian substantif atas transaksi. Skedul ini tidak memperlihatkan jumlah
total, dan tidak terkait dengan buku besar karena tujuannya adalah
mendokumentasikan pengujian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh.
Namun, skedul itu harus menyatakan kesimpulan positif atau negatif tentang
tujuan pengujian itu.
g) Informasional. Jenis skedul ini berisi informasi yang berlawanan dengan
bukti audit. Skedul ini mencantumkan informasi tentang SPT pajak dan data
Formulir 10-K SEC serta data seperti anggaran waktu dan jam kerja klien,
yang berguna dalam administrasi penugasan.
h) Dokumentasi dari luar. Sebagian besar isi file audit ini terdiri dari
dokumentasi luar yang dikumpulkan oleh auditor, seperti jawaban konfirmasi
dan salinan perjanjian dengan klien. Walaupun bukan "skedul" dalam arti
sebenarnya. dokumen ini diindeks dan diarsip. Prosedur audit ditunjukkan
pada skedul itu dengan cara yang sama seperti pada skedul lainnya.
2.5.7 Penyusunan Dokumentasi Audit
Penyusunan skedul yang tepat untuk mendokumentasikan bukti audit yang
dikumpulkan, hasil dan kesimpulan yang dicapai adalah bagian yang penting dari
audit. Dokumentasi yang ditemukan. harus disiapkan secara cukup rinci untuk
memberikan auditor yang berpengalaman, yang tidak memiliki hubungan dengan
audit itu, pemahaman atas pekerjaan yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh dan
sumbernya, serta kesimpulan yang dicapai Walaupun rancangannya bergantung pada
tujuan yang ingin dicapai, dokumentasi audit harus memiliki karakteristik tertentu:
• Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi seperti nama
Alien, periode yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang
menyiapkan, tanggal persiapan, dan kode indeks
• Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk membantu
pengaturan dan pengarsipannya.
• Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan
audit yang dilakukan, yang dapat dicapai dengan tiga cara dengan pernyataan
tertulis dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani prosedur audit
dalam program audit, dan dengan notasi langsung pada skedul. Notau pada skedul
dilakukan dengan menggunakan tanda centang (tick marks), yaitu simbol yang

22
berdekatan dengan rincian skedul. Notasi ini harus dijelaskan secara gamblang
pada bagian bawah skedul
• Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan
yang telah dirancang. Untuk menyiapkan dokumentasi audit dengan benar.
auditor harus mengetahui tujuannya. Sebagai contoh, jika skedul dirancang untuk
membuat daftar rincian dan memperlihatkan verifikasi pendukung akun Neraca,
seperti asuransi dibayar dimuka, maka rincian pada skedul harus disesuaikan
dengan neraca saldo.
• Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus
dinyatakan dengan jelas.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Materi ini membahas sejumlah elemen kunci dalam proses audit, termasuk
pentingnya bukti audit dan bagaimana bukti ini digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian
laporan keuangan dengan kriteria yang ditetapkan. Selain itu, aspek penting lainnya adalah
dokumentasi audit, yang mencakup kertas kerja audit, dan berbagai jenis file audit, seperti
file permanen dan file tahun berjalan. Dokumentasi audit adalah pondasi yang
memungkinkan auditor untuk mengorganisir dan menyajikan bukti audit dengan cara yang
teliti dan terstruktur.
Keberhasilan audit juga sangat tergantung pada program audit yang digunakan
untuk perencanaan dan pengawasan audit, serta penggunaan teknologi dalam pengumpulan
dan analisis data audit. Kertas kerja audit adalah komponen penting dalam dokumentasi
audit, dan bagaimana informasi disusun di dalamnya sangat memengaruhi kompetensi dan
profesionalisme auditor. Dokumentasi audit juga berperan sebagai alat untuk memastikan
bahwa audit dilakukan sesuai dengan standar audit dan mencakup semua informasi yang
diperlukan untuk mendukung laporan audit.
Secara keseluruhan, dokumen audit yang baik dan penggunaan yang efisien dari
kertas kerja dan teknologi memainkan peran sentral dalam memastikan bahwa proses audit
berjalan dengan baik dan laporan keuangan akurat serta sesuai dengan standar yang
berlaku. Dengan menjaga kerahasiaan, kepemilikan yang tepat, serta retensi dokumen yang
sesuai, auditor dapat memenuhi tanggung jawab mereka dengan baik dan memberikan
keyakinan yang diperlukan kepada pemangku kepentingan.

3.2 Saran
Setelah mengulas terkait “Bukti Audit dan Kertas Kerja,” penulis berharap para
pembaca mendapatkan pemahaman baru bukti dan kertas kerja audit sehingga nantinya
pengetahuan ini dapat digunakan dan diaplikasikan dengan semestinya. Demikianlah paper
“Bukti Audit dan Kertas Kerja”, semoga paper yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan sekalian dan kami menyadari bahwa materi pada paper ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima dengan lapang dada atas
bimbingan dan arahan serta kritik dan saran yang membangun untuk paper yang lebih baik
kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arens Alvin A, Elder Randal J, Beasley Mark S, Amir Abadi Jusuf. 2015. Auditing dan Jasa
Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing Edisi 6. Jakarta:Salemba Empat Seksi 339 Nomor
15.1994.SPAP.Jakarta:IAI

25

Anda mungkin juga menyukai