Dosen Pengampu :
Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini membahas secara singkat terkait materialitas dan risiko dalam audit.
Penyusunan makalah berjudul “Materialitas Audit dan Risiko Audit ” merupakan
bentuk pemenuhan tugas untuk mata kuliah Auditing I yang diberikan oleh Ibu
Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA selaku dosen pengampu.
Kami ucapkan terima kasih Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA,
Ak, CA yang telah membantu memberi arahan dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun makalah ini masih belum sempurna baik dari segi penyusunan maupun
isi materinya, namun kami tetap bangga karena mampu menyusun makalah ini
sesuai dengan kaidahnya. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan agar makalah ini dapat disusun dengan lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................. 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat yang akan
diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap nilai-
nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material. Sedangkan
konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam membahas materialitas pada bab ini. Langkah 3 berlangsung selama
penugasan, di mana auditor mengestimasi jumlah salah saji dalam setiap segmen
ketika sedang mengevaluasi bukti audit. Menjelang akhir audit. yaitu selama tahap
penyelesaian penugasan, auditor menjalankan dua langkah terakhir. Ketiga
langkah penutup ini, seperti yang tampak dalam tanda kurung kedua pada Gambar
9-1, merupakan bagian dari pengevaluasian hasil pengujian audit.
Gambar 9.1 Langkah-langkah dalam Menerapkan Materialitas
4
2.2. Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Keseluruhan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama,
auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam melaksanakan audit. Idealnya, auditor pada masa
penugasan audit terlebih dahulu menetapkan nilai kesalahan penyajian gabungan
dalam laporan keuangan yang menurutnya adalah material. SAS 46 (AU 312)
mendefinisikan nilai tersebut sebagai pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas (preliminary judgement about materiality).
5
Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor
tentang materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Faktor–faktor
yang terpenting adalah :
6
secara demi menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa
jumlah agregat dari salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi
materialitas.
Penentuan materialitas kinerja perlu dilakukan karena auditor
mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, serta tingkat meterialitas kinerja akan membantu auditor dalam
memutuskan auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan
materialitas pada akun–akun neraca :
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah
saji dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.
7
akun digabungkan dalam kertas kerja dan kemudian gabungan salah saji
yang mungkin ini dibandingkan dengan materialitas.
dimana:
PDR = risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)
AAR = risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
IR = risiko inheren (inherent risk)
CR = risiko pengendalian (control risk)
8
2.6. Komponen Model Risiko Audit
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan
Risiko Deteksi yang Direncanakan (planned detection risk) adalah risiko
bahwa bukti audit untuk suatu tujuan akan gagal mendeteksi salah saji yang
melebihi materialitas kinerja. Risiko deteksi yang direncanakan tergantung
pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan berubah
hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor yang besarnya berlawanan dengan
risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai
rencana pengurangan risiko itu.
2. Risiko Inheren
Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji
yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian
internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada
salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Pengendalian internal
diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian internal ini
diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko
pengendalian. Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang
direncanakan dan bersifat langsung dengan bukti. Selain meningkatkan
bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staff yang lebih berpengalaman
pada bidang itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara
lebih menyeluruh. Sebagai contoh, jika risiko inheren untuk keusangan
persediaan sangat tinggi, wajar bila kantor akuntan publik menugaskan staff
yang berpengalaman untuk melakukan pengujian yang lebih ekstensif atas
keusangan persediaan dan mereview secara lebih cermat hasil-hasil audit
tersebut.
9
3. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) mengukur penilaian auditor mengenai
risiko bahwa salah saji material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak
dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal
klien. Asumsikan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal sama
sekali tidak efektif untuk mencegah atau mendeteksi salah saji. Semakin
efektif pengendalian internal, semakin rendah faktor risko yang dapat
ditetapkan untuk risiko pengendalian.
Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko inheren
dan risiko pengendalian. Sebagai contoh, risiko inheren sebesar 40% dan
risiko pengendalian sebesar 60% akan memiliki dampak yang sama
terhadap risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan
dengan risiko inheren sebesar 60% serta risiko pengendalian sebesar 40%.
Standar auditing menyebut kombinasi risiko inheren dan risiko
pengendalian ini adalah risiko salah saji yang material (risk of material
misstatement). Auditor dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji
material atau dapat juga menilai risiko inheren dan risiko pengendalian
secara terpisah.
Seperti pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan risiko
deteksi yang direncanakan adalah berbanding terbalik, sedangkan hubungan
antara risiko pengendalian dan bukti substansif bersifat langsung. Jika
auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi
yang direncanakan dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi. Auditor
dapat memperbesar risiko deteksi yang direncanakan bila pengendaliannya
efektif karena pengendalian internal yang efektif akan memperkecil
kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.
Sebelum dapat menetapkan risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100%,
auditor harus memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi
seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi, serta menguji
keefektifannya. Pemahaman atas pengendalian internal ini dibutuhkan pada
semua audit. Dua hal yang terakhir adalah langka-langkah dalam penilaian
10
risiko pengendalian yang hanya diharuskan jika auditor menilai risiko
pengendalian di bawah maksimum.
Apabila digunakan model risiko audit, ada hubungan langsung antara risiko
audit yang dapat diterima dan risiko deteksi yang direncanakan, serta
hubungan berbanding terbalik antara risiko audit yang dapat diterima dan
11
bukti yang direncanakan. Jika auditor memutuskan untuk mengurangi risiko
audit yang dapat diterima, risiko deteksi yang direncanakan juga dikurangi
dan bukti yang direncanakan harus ditambah. Untuk klien dengan risiko
audit yang dapat diterima yang lebih rendah, auditor seringkali juga
menugaskan staff yang lebih berpengalaman atau mereview file audit
dengan lebih cermat.
12
Perhatikan bahwa para auditor berbeda pendapat tentang apakah risiko
penugasan harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit. Mereka yang
menentang memodifikasi bukti untuk risiko penugasan berpendapat bahwa auditor
tidak memberikan pendapat audit pada tingkat assurance yang berbeda, sehingga
tidak perlu memberikan assurance yang lebih tinggi atau lebih rendah hanya
karena adanya risiko penugasan. Mereka yang mendukung berpendapat bahwa
tepar jika auditor mengumpulkan bukti tambahan, menugaskan personil yang
lebih berpengalaman, serta mereview audit secara lebih menyeluruh pada audit
yang sangat mungkin menimbulkan masalah hukum, atau tindakan lain yang
mungkin berdampak buruk terhadap auditor, selama tingkat assurance tidak
dikurangi di bawah tingkat assurance yang cukup tinggi seperti bila risiko
penugasan rendah.
Apabila auditor memodifikasi bukti untuk risiko penugasan. hal itu
dilakukan melalui pengendalian risiko audit yang dapat diterima. kami yakin
bahwa risiko audit yang dapat diterima yang cukup rendah memang selalu
diinginkan, tetapi dalam beberapa situasi bahkan diperlukan risiko yang jauh lebih
rendah karena faktor-faktor risiko oenugasan dan karenanya mempengaruhi juga
risiko audit yang dapat di terima. Dari faktor-faktor tersebut hanya tiga yang
dibahs di sini derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
setelah laporan audit dikeluarkan serta intergritas manajemen.
Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan jika
pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat untuk
mengurangi risiko audit yang dapat diterima. jika laporan keuangan sangat
diandalkan, mungkin saja timbul kerugian besar jika salah saji yang signifikan
dalam laporan keuangan tetap tidak terdeteksi. auditor dapat dengan lebih mudah
menjelaskan biaya yang timbul untuk memperoleh bukti tambahan jika kerugian
yang diderita para pemakai akibat salah saji yang material ini cukup besar. Ada
beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan:
Ukuran Klien. Secara umum, semakin besar operasi klien, semakin luas
pemakaian laporan keuangan. Ukuran Klien, yang diukur menurut total aktiva
atau total pendapatan, akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
13
Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan terbuka umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pemakai ketimbang laporan keuangan
perusahaan tertutup. Bagi perusahaan-perusahaan ini, pihak-pihak yang
berkepentingan mencakup SEC, para analis keuangan, serta masyarakat umum.
Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat
kewajiban berjumlah besar, laporan keuangan tersebut kemungkinan besar
akan digunakan secara luas oleh kreditor aktual maupun calon kreditor,
ketimbang apabila kewajiban berjumlah kecil.
Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja,
hal ini mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di masa depan.
14
Auditor harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang
terus menurun.
Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami
penurunan laba atau kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun,
auditor harus mengetahui masalah solvensi yang mungkin dihadapi klien di
masa dean. Auditor juga harus mempertimbangkan perubahan laba relatif
terhadap saldo laba ditahan yang tersisa.
Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien semakin mengandalkan utang
Sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika
keberhasilan operasi klien menurun. Auditor harus mengevaluasi apakah aset
tetap Klien dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
karena kebutuhan arus kas keluar yang berjumlah besar dalam jangka pendek
dapat membuat perusahaan pailit.
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, pertama auditor harus
menilai setiap faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima. Yang
berarti penilaian risiko audit yang dapat diterima secara keseluruhan juga Sangat
subjektif. Evaluasi yang lazim atas risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi,
sedang, atau rendah, di mana penilaian risiko audit yang dapat diterima yang
rendah berarti bahwa klien itu "riskan" dan membutuhkan bukti yang lebih
ekstensif, penugasan personil yang lebih berpengalaman, dan/atau review yang
lebih ekstensif atas dokumentasi audit. Selama penugasan berlangsung, auditor
memperoleh informasi tambahan tentang klien, sehingga risiko audit yang dapat
diterima dapat dimodifikasi.
15
2.8. Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Risiko
Ketergantungan
pemakai eksternal Risiko
Kemungkinan Audit yang
kegagalan Dapat
keuangan Diterima
Integritas
manajemen
Sifat bisnis L L
Hasil audit
sebelumnya T
Penugasan awal vs
penugasan T T
berulang Risiko Risiko Bukti Audit
Deteksi yang yang
Pihak-pihak yang Inheren
Direncanakan Direncanakan
terkait
Transaksi nonrutin
(kompleks) T L
Pertimbangan yang
diperlukan
Unsur-unsur
populasi
Faktor-faktor yang
berkaitan dengan
salah saji yang
timbul akibat
pelaporan
keuangan yang
curang
Kerentanan aset
terhadap
misapropriasi
Efektivitas
pengendalian Risiko
internal Pengenda
lian
Rencana
pengandalian
16
L = Hubungan langsung ; T = Hubungan terbalik
Auditor dalam merespons risiko dapat mengubah luas pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit
yang digunakan. Namun di samping memodifikasi bukti audit, auditor dapat
menggunakan dua cara lain dalam merespons risiko, yaitu sebagai berikut:
17
eksternal yang tergantung pada laporan keuangan secara keseluruhan,
bukannya hanya pada satu atau dua akun saja.
3. Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan utama dalam menerapkan model risiko audit
adalah sulitnya mengukur komponen-komponen model itu. Meskipun auditor
telah berusaha maksimal, penilaian risiko akan selalu bersifat sangat subjektif
dan hanya mungkin mendekati realitas. Untuk meminimalisir masalah
pengukuran, auditor dapat menggunakan istilah pengukuran yang umum dan
subjektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Hal yang sama sulitnya adalah
mengukur jumlah bukti yang dibutuhkan dimana metode yang digunakan
auditor tidak memungkinkan dalam hal pengukuran secara kuantitatif yang
akurat. Sebagai gantinya, auditor dapat mengevaluasi secara subjektif apakah
bukti sudah mencukupi dan tepat terhadap risiko deteksi yang direncanakan.
18
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
Nilai
Keleng yang H
Detail Eksiste Keakur Klasifi Pisah
kapan Dapat a
tie-in nsi atan kasi Batas
Direali k
(cutoff)
sasi
Risiko Audit
yang Dapat Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Diterima
Risiko Inheren Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah
Risiko
Pengendalian –
Penjualan
Risiko
Pengendalian -
Penerimaan Kas
Risiko
Pengendalian -
Pengendalian
Tambahan
Pengujian
Substantif atas
Transaksi –
Penjualan
19
Nilai
Keleng yang H
Detail Eksiste Keakur Klasifi Pisah
kapan Dapat a
tie-in nsi atan kasi Batas
Direali k
(cutoff)
sasi
Pengujian
Substantif atas
Transaksi -
Penerimaan Kas
Prosedur
Analitis
Risiko Deteksi
yang
Direncanakan
untuk Pengujian
atas Rincian
Saldo
Bukti Audit
yang
Direncanakan
untuk Pengujian
atas Rincian
Saldo
20
Materialitas Kinerja dan Risiko Bukti Audit yang
Direncanakan
Risiko Audit
yang Dapat
Diterima
L L T
T L T
Risiko
Pengendalian
Materialitas
Kinerja
Merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui ada kesalahan dalam penilaian dan dibiarkan, maka ini
melanggar standar kemahiran.
21
Mempertimbangkan dampak revisi terhadap kebutuhan bukti, tanpa
menggunakan model risiko audit. Riset menunjukkan bahwa jika risiko
yang sudah direvisi digunakan kembali dalam menentukan risiko deteksi
yang direncanakan, maka ada bahaya penambahan bukti yang tidak akan
mencukupi. Sehingga auditor harus mengevaluasi implikasi revisi risiko
dan memodifikasi bukti dengan tepat tanpa menggunakan model risiko
audit.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
23
risiko audit. Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti
substantif yang akan dikumpulkan oleh auditor yang besarnya berlawanan dengan
Risiko Deteksi yang Direncanakan. Jika Risiko Deteksi yang Direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai
rencana pengurangan risiko itu.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2017. Auditing dan
Assurance Services, Fifteenth Edition. Boston, MA: Pearson Education.
25