Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGAUDITAN

ASSESSING THE RISK OF MATERIAL MISSTATEMENT

Dosen Pengampu : Drs. Sudarmo, M.Si., Ph.D., Akt, CA

Dr. Nur Cahyonowati, SE., M.Si., Akt

Disusun oleh :

1. Afifah Walida Maulany (51021040048)


2. Istiqomah (51021040051)
3. Stefani Chrystabel (51012040053)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Risiko Audit........................................................................................................3
2.1.1. Risiko Salah Saji Material................................................................................3
2.2 Prosedur Penilaian Risiko...................................................................................5
2.2.1. Pertanyaan dari Manajemen dan Pihak Lain di dalam Entitas.........................6
2.2.2. Prosedur Analitis..............................................................................................7
2.2.3. Pengamatan dan Inspeksi.................................................................................8
2.2.4. Diskusi di antara Anggota Tim Perikatan........................................................8
2.2.5. Prosedur penilaian risiko lainnya.....................................................................9
2.3. Pertimbangan Risiko Penipuan.........................................................................10
2.4. Menjelaskan tentang tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi resiko
yang signifikan.............................................................................................................11
2.5. Menjelaskan Model Risiko Audit Dan Komponennya.....................................12
2.5.1. Model Risiko Audit........................................................................................12
2.5.2. Risiko Deteksi yang Direncanakan ( planned detection risk / PDR).............16
2.5.3. Risiko Inheren (IR)........................................................................................16
2.5.4. Risiko Pengendalian (control risk / CR)........................................................16
2.5.5. Risiko Audit yang Dapat Diterima (acceptable audit risk / AAR)...........17
2.6. Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima......................................................17
2.6.1. Dampak risiko penugasan terhadap risiko audit yang dapat diterima............17
2.6.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.............17
2.6.3. Membuat keputusan risiko yang dapat diterima........................................18
2.7. Mempertimbangkan Dampak dari Beberapa Faktor pada Penilaian Risiko
Inheren (Inherent Risk)................................................................................................18
2.7.1. Membuat Keputusan Risiko Inheren..............................................................20

i
2.7.2. Mendapatkan Informasi untuk Menilai Risiko Inheren.................................20
2.8. Hubungan antara Risiko terhadap Bukti dan Faktor yang Mempengaruhi
Risiko 20
2.9. Hubungan Risiko dan Materialitas terhadap Bukti Audit & Integrasi dalam
Proses Audit.................................................................................................................23
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................25
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum,
terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu, materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 47, Audit Risk
and Materiality in Conducting an Audit (AU 312.08), menyatakan agar auditor
mempertimbangkan materialitas dalam (1) merencanakan audit dan (2) mengevaluasi
apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. ISA yang menjad acuan dalam materi ini
ialah ISA 320. Alinea 8 dari ISA 320 menyatakan bahwa: “ Tujuan auditor adalah
menerapkan  secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan
audit ”. Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu langkah kunci
yang terlibat dalam melaksanakan audit. Konsep risiko audit adalah  penting sebagai
dasar untuk mengekspresikan konsep keyakinan yang memadai. Ingat kembali bahwa
auditor membuat penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit ; risiko bawaan,
risiko pengendalian, dan risiko deteksi untuk mengarahkan keputusan tentang sifat,
waktu, dan luasnya prosedur audit dan  juga keputusan mengenai penetapan staf audit.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1) Bagaimana menentukan risiko dalam audit?
2) Bagaimana membedakan berbagai jenis prosedur penilaian audit?
3) Apa yang menjadi pertimbangan penting auditor terkait dengan risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh tindak kecurangan?
4) Bagaimana tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi risiko yang
signifikan?
5) Jelaskan tentang model risiko audit dan komponennya?
6) Bagaimana risiko audit yang dapat diterima?

1
7) Bagaimana dampak dari beberapa faktor pada penilaian risiko inheren (Inherent Risk)?
8) Bagaimana hubungan antara risiko terhadap bukti dan faktor yang mempengaruhi
risiko?
9) Bagaimana hubungan risiko dan materialitas terhadap bukti audit & integrasi dalam
proses audit?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan dalam makalah ini
adalah:
1) Menentukan risiko dalam audit.
2) Membedakan berbagai jenis prosedur penilaian audit.
3) Memahami pertimbangan penting auditor terkait dengan risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan.
4) Menjelaskan tentang tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi resiko yang
signifikan
5) Menjelaskan model risiko audit dan komponennya
6) Menilai risiko audit yang dapat diterima
7) Mempertimbangkan Dampak dari Beberapa Faktor pada Penilaian Risiko Inheren
(Inherent Risk)
8) Menjelaskan hubungan antara risiko terhadap bukti dan faktor yang mempengaruhi
risiko
9) Menjelaskan hubungan risiko dan materialitas terhadap bukti audit & integrasi dalam
proses audit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Risiko Audit

Menurut SA 312 tentang risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit,
risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Akan tetapi pada pembahasan saat ini, risiko audit yang akan perlu
diperhatikan adalah risiko yang mungkin timbul pada suatu laporan keuangan ketika
laporan keuangan tersebut di audit. Standar audit telah memberikan keharusan bagi
auditor untuk memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
untuk memahami pengendalian internalnya. Tujuannya adalah untuk menilai risiko
salah saji material dalam laporan keuangan klien. Pada tahap ini auditor memiliki
kesempatan untuk dapat menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam
menjalankan fungsi audit, sebagai contoh, ketidakpastian terkait dengan kesesuaian
bukti, ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta
ketidakpastian mengenai kewajaran laporan keuangan yang dinyatakan saat audit
selesai. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit untuk diukur dan memerlukan
pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons risiko tersebut dengan
tepat. Penilaian risiko adalah masalah pertimbangan profesional, bukan sekedar
pengukuran yang benar. Respons yang tepat pada risiko sangat penting untuk
diperhatikan agar audit yang dilakukan dapat dikatakan berkualitas tinggi. Salah satu
risiko yang dihadapi oleh auditor adalah risiko salah saji material pada laporan
keuangan (Arens, Elder, Beasley, & Hogan, 2017).

3
2.1.1. Risiko Salah Saji Material

Risiko salah saji material adalah risiko bahwa laporan keuangan mengandung
salah saji material karena kecurangan atau kesalahan sebelum audit. Risiko salah
saji material adalah fungsi dari kerentanan laporan keuangan secara keseluruhan
atau akun perorangan terhadap salah saji, termasuk risiko bahwa kontrol klien
mungkin tidak efektif dalam mencegah atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
penyajian tersebut. Terdapat 2 tingkat risiko kesalahan penyajian material pada
laporan keuangan yaitu tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan pada
tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, serta penyajian dan
pengungkapan.
 Risiko Kesalahan Penyajian Material pada Tingkat Laporan Keuangan
Keseluruhan
Risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
mengacu pada risiko yang terkait secara luas dengan laporan keuangan secara
keseluruhan dan berpotensi memengaruhi sejumlah transaksi dan akun yang
berbeda. Penting bagi auditor untuk mempertimbangkan risiko pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan, mengingat risiko tersebut dapat
meningkatkan kemungkinan risiko salah saji material di sejumlah akun dan asersi
untuk akun tersebut. Beberapa faktor menyeluruh dapat meningkatkan risiko salah
saji material di tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Misalnya,
kekurangan dalam integritas atau kompetensi manajemen, pengawasan yang tidak
efektif oleh dewan direksi, atau sistem dan catatan akuntansi yang tidak memadai
meningkatkan kemungkinan terdapatnya salah saji material dalam sejumlah asersi
yang memengaruhi beberapa kelas transaksi, saldo akun, atau laporan keuangan.
pengungkapan. Demikian pula, kondisi ekonomi yang menurun atau perubahan
signifikan dalam industri dapat meningkatkan risiko salah saji material pada
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
 Risiko Kesalahan Penyajian Material pada Tingkat Asersi
Standar audit mengharuskan auditor untuk menilai risiko salah saji material pada
tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan untuk menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut.
Auditor mengembangkan tujuan audit untuk setiap asersi dan melaksanakan

4
prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang meyakinkan bahwa setiap
tujuan audit tersebut tercapai. Akibatnya, auditor biasanya menilai risiko bahwa
tujuan audit yang terkait dengan asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, serta
penyajian dan pengungkapan tidak tercapai.
Risiko salah saji material pada tingkat asersi terdiri dari dua komponen:
o Risiko inheren mewakili penilaian auditor atas kerentanan suatu pernyataan
terhadap salah saji material, sebelum mempertimbangkan keefektifan
pengendalian internal klien. Misalnya, risiko inheren mungkin lebih tinggi
untuk akun yang penilaiannya bergantung pada perhitungan kompleks atau
estimasi akuntansi yang tunduk pada pertimbangan estimasi yang signifikan.
o Risiko pengendalian mewakili penilaian auditor atas risiko bahwa salah
saji material dapat terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Misalnya,
risiko pengendalian mungkin lebih tinggi jika prosedur pengendalian
internal klien gagal untuk memasukkan tinjauan independen dan verifikasi
oleh personel klien lain dari perhitungan kompleks yang digunakan atau
estimasi signifikan yang dikembangkan untuk menentukan penilaian saldo
akun yang dicatat dalam laporan keuangan klien. Risiko melekat dan risiko
kontrol adalah risiko klien dan risiko tersebut ada secara independen dari
audit atas laporan keuangan.

Standar auditing mengharuskan auditor untuk menilai risiko kesalahan penyajian


material di setiap tingkat yang telah dijelaskan dan untuk merencanakan audit sebagai
respons terhadap risiko yang telah dinilai.

2.2 Prosedur Penilaian Risiko


Untuk memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas, auditor melakukan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, apakah karena kecurangan atau
kesalahan. Prosedur penilaian risiko meliputi:
1. Pertanyaan dari manajemen dan pihak lain di dalam entitas
2. Prosedur analitis

5
3. Pengamatan dan inspeksi
4. Diskusi di antara anggota tim perikatan
5. Prosedur penilaian risiko lainnya
Secara kolektif, pelaksanaan prosedur penilaian risiko dirancang untuk
membantu auditor memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal, untuk tujuan menilai risiko salah saji material ketika
merencanakan audit. Namun, prosedur penilaian risiko tidak memberikan bukti audit
yang cukup dan tepat untuk membentuk opini audit atas laporan keuangan.
2.2.1. Pertanyaan dari Manajemen dan Pihak Lain di dalam Entitas
Manajemen dan pihak lain dalam entitas mungkin memiliki informasi penting
untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko salah saji material. Auditor
akan sering berinteraksi dengan anggota manajemen dan orang lain dengan tanggung
jawab pelaporan keuangan untuk memahami entitas dan lingkungannya dan untuk
mempelajari tentang desain dan operasi pengendalian internal. Selain mengajukan
pertanyaan kepada individu tersebut, standar audit menekankan manfaat dan
pentingnya memperoleh informasi atau perspektif yang berbeda melalui pertanyaan
orang lain di dalam entitas dan karyawan lain dengan tingkat kewenangan yang
berbeda. Pertanyaan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, seperti
dewan direksi atau komite audit, dapat memberikan informasi tentang lingkungan
kompetitif secara keseluruhan dan strategi bisnis yang dapat memberikan wawasan
penting tentang risiko bisnis klien secara keseluruhan. Pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola sering kali terlibat dalam keputusan strategis dan operasional yang
signifikan, seperti mengejar akuisisi atau lini bisnis baru. Akibatnya, mereka
mungkin memiliki pengetahuan orang dalam yang dapat membantu auditor
mengidentifikasi peningkatan risiko salah saji material. Selain itu, permintaan
keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola memberi auditor
wawasan penting tentang pengawasan tata kelola secara keseluruhan yang diberikan
oleh dewan direksi dan pihak lain, yang merupakan aspek penting dari pengendalian
internal. Sementara standar audit AICPA menyarankan bahwa permintaan
keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat menjadi
informasi bagi auditor, standar audit PCAOB mengharuskan auditor untuk meminta
keterangan dari komite audit atau yang setara tentang risiko salah saji material.

6
Demikian pula, karena auditor internal biasanya memiliki eksposur ke semua
aspek bisnis dan operasi klien, mereka mungkin memiliki informasi penting tentang
risiko pada tingkat laporan keuangan atau tingkat asersi secara keseluruhan. Sebagian
besar fungsi audit internal mengembangkan ruang lingkup audit internalnya
berdasarkan proses penilaian risiko yang mempertimbangkan risiko untuk merancang
strategi audit mereka. Permintaan keterangan dari personel audit internal dapat
memberikan informasi penting tentang risiko utama bisnis yang memengaruhi tidak
hanya pelaporan keuangan, tetapi juga operasi dan kepatuhan terhadap undang-
undang dan peraturan yang dapat meningkatkan kemungkinan salah saji material.
Karena fokus utama dari sebagian besar fungsi audit internal adalah mengevaluasi
efektivitas proses internal entitas yang terkait dengan pelaporan keuangan, operasi,
dan kepatuhan, pertanyaan dari personel audit internal dapat memberikan informasi
berharga tentang desain dan efektivitas operasi pengendalian internal. Serupa dengan
pertanyaan yang terkait dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
standar audit AICPA menyarankan untuk meminta keterangan dari personel audit
internal, sedangkan standar audit PCAOB memerlukan permintaan keterangan dari
personel audit internal. Auditor juga dapat memperoleh keuntungan dari mengajukan
pertanyaan kepada orang lain dalam entitas yang terlibat dalam peran yang berbeda
dan yang berada pada tingkat yang berbeda dalam operasi klien. Misalnya, individu
yang membantu mengelola urusan hukum atau kepatuhan terhadap peraturan untuk
entitas mungkin memiliki pengetahuan yang relevan dengan penilaian auditor atas
risiko salah saji material, terutama dampak ketidakpatuhan pada pelaporan keuangan.
Personel lain, seperti mereka yang terlibat dalam pemasaran atau penjualan atau
mereka yang terlibat dengan transaksi yang kompleks atau tidak biasa, dapat
memberikan wawasan tentang risiko yang terkait dengan pengakuan pendapatan atau
masalah yang melibatkan penilaian piutang.

2.2.2. Prosedur Analitis


Auditor diharuskan untuk melakukan prosedur analitis pendahuluan sebagai
bagian dari perencanaan audit di setiap audit untuk lebih memahami entitas dan
untuk menilai risiko bisnis klien. Pelaksanaan prosedur analitis dapat membantu
auditor mengidentifikasi jumlah, rasio, atau tren yang tidak biasa yang mungkin

7
mengidentifikasi transaksi atau peristiwa tidak biasa yang memiliki implikasi audit.
Prosedur analitis yang dilakukan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko
auditor dapat mencakup informasi keuangan dan nonkeuangan, dan sering kali
menggunakan data yang dikumpulkan pada tingkat tinggi. Akibatnya, mereka hanya
dapat memberikan indikasi yang luas tentang apakah ada salah saji material. Auditor
harus mempertimbangkan informasi yang diperoleh dengan melakukan prosedur
penilaian risiko lain yang dikombinasikan dengan hasil dari prosedur analitis
pendahuluan. Prosedur analitis pendahuluan yang diterapkan dengan tepat dapat
membantu auditor menilai risiko salah saji material sebagai bagian dari perencanaan
audit.

2.2.3. Pengamatan dan Inspeksi


Terdapat dua jenis bukti yaitu observasi dan inspeksi. Bukti yang diperoleh
melalui observasi umumnya melibatkan auditor yang melihat proses atau prosedur
yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya, pengamatan operasi entitas, seperti
pembuatan dan pengiriman produk ke pelanggan dan tur fasilitas entitas dapat
meningkatkan pemahaman auditor tentang entitas dan lingkungannya. Selain itu,
pemeriksaan dokumen seperti rencana strategis organisasi, model bisnis, dan struktur
organisasinya meningkatkan pemahaman auditor tentang bagaimana bisnis
terstruktur dan bagaimana bisnis tersebut mengatur fungsi dan pengawasan operasi
sehari-hari. Selain mempelajari bisnis dan lingkungannya, auditor juga mengamati
personel klien yang melakukan proses penting terkait pelaporan keuangan untuk
membantu mereka memahami desain pengendalian internal yang terkait dengan
laporan keuangan secara keseluruhan dan untuk tujuan audit tertentu yang terkait
dengan golongan transaksi, saldo akun, dan presentasi dan pengungkapan. Auditor
sering menggabungkan observasi proses dengan pemeriksaan dokumen dan catatan,
seperti pesanan pembelian, faktur, dan menerima laporan terkait pencairan, yang
merupakan bagian dari proses tersebut untuk mendapatkan pemahaman tentang
efektivitas desain pengendalian internal yang terkait dengan pelaporan keuangan.
Jika dilakukan secara bersamaan observasi dan inspeksi dapat memberi auditor dasar
untuk memahami pengendalian internal, yang merupakan masukan penting untuk
penilaian risiko salah saji material.

8
2.2.4. Diskusi di antara Anggota Tim Perikatan
Standar audit mengharuskan rekan perikatan dan anggota tim perikatan utama
lainnya untuk membahas kerentanan laporan keuangan klien terhadap salah saji
material. Diskusi ini secara khusus diharapkan dapat membantu auditor
mempertimbangkan kerentanan laporan keuangan klien terhadap penipuan, selain
kerentanan mereka terhadap salah saji material karena kesalahan. Diskusi di antara
rekan perikatan dan anggota utama lain dari tim perikatan memberikan kesempatan
bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman, termasuk rekan perikatan,
untuk berbagi wawasan mereka tentang entitas dan lingkungannya, pertukaran ide
atau saling berbagi pendapat di antara anggota tim perikatan tentang risiko bisnis,
serta bagaimana dan di mana laporan keuangan mungkin rentan terhadap salah saji
material, baik karena kecurangan atau kesalahan. Dengan menyertakan anggota
kunci tim perikatan dalam diskusi dengan rekan perikatan, semua anggota tim
perikatan menjadi lebih paham tentang potensi kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan di area spesifik audit yang ditugaskan kepada mereka, dan hal itu
membantu mereka memperoleh apresiasi atas bagaimana hasil prosedur audit yang
dilakukan oleh mereka memengaruhi area audit lainnya.
Mungkin tidak praktis bagi semua anggota tim perikatan untuk disertakan dalam
satu diskusi. Rekan perikatan dapat memilih untuk membahas masalah dengan
anggota tim perikatan yang bertanggung jawab atas audit komponen laporan
keuangan, sambil mendelegasikan diskusi dengan orang lain kepada anggota lain dari
kepemimpinan tim perikatan. Terlepas dari itu, rekan perikatan bertanggung jawab
untuk menentukan hal-hal mana yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim
perikatan yang tidak terlibat dalam diskusi. Untuk perikatan yang besar dan
kompleks, rekan perikatan dapat membuat rencana komunikasi untuk memastikan
bahwa diskusi kritis ini terjadi dengan tepat.
2.2.5. Prosedur penilaian risiko lainnya
Prosedur lain yang dapat dilakukan untuk membantu penilaian auditor atas
risiko salah saji material yaitu dengan mengumpulkan informasi yang diperoleh
selama penerimaan klien atau proses evaluasi keberlanjutan, seperti diskusi dengan
auditor pendahulu atau wawasan yang diperoleh dari pemeriksaan latar belakang
untuk penugasan klien baru, dapat meningkatkan kesadaran auditor tentang risiko

9
salah saji material. Demikian pula, bukti yang diperoleh selama pelaksanaan
perikatan lain untuk klien, seperti perikatan terkait pajak, dapat memberikan
pengetahuan penting tentang transaksi unik atau tidak rutin yang mengindikasikan
peningkatan risiko salah saji material. Informasi yang diperoleh dari sumber
eksternal, seperti laporan analis atau lembaga kredit, jurnal perdagangan dan
ekonomi, serta publikasi peraturan, dapat memperkuat pemahaman auditor tentang
entitas dan lingkungannya untuk menilai risiko salah saji material.

2.3. Pertimbangan Risiko Penipuan


Sementara auditor melakukan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah
saji material karena kecurangan atau kesalahan, risiko tidak mendeteksi salah saji
material akibat kecurangan lebih tinggi daripada risiko tidak mendeteksi salah saji
material karena kesalahan. Penipuan sering kali melibatkan skema kompleks dan
canggih yang dirancang oleh pelaku untuk menyembunyikannya, seperti pemalsuan
persetujuan dan otorisasi untuk transaksi pengeluaran kas yang tidak biasa atau upaya
yang disengaja untuk tidak mencatat transaksi dalam catatan akuntansi. Individu yang
melakukan penipuan sering kali dengan sengaja memberikan informasi yang salah
kepada auditor dan mereka mungkin mencoba untuk menyembunyikan transaksi
tersebut melalui kolusi dengan orang lain. Akibatnya, sulit untuk mengidentifikasi
kesalahan penyajian material karena penipuan.
Audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisisme
profesional dalam semua aspek perikatan, dengan mengakui kemungkinan bahwa salah
saji material dapat terjadi terlepas dari pengalaman auditor sebelumnya dengan
integritas dan kejujuran manajemen klien dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola. Penerapan skeptisisme profesional terdiri dari dua komponen utama yaitu
pikiran yang selalu bertanya-tanya (questioning mind) dan penilaian kritis
terhadap bukti audit.
Untuk membantu auditor dalam menilai risiko salah saji material karena
kecurangan, standar audit menguraikan prosedur yang harus dilakukan auditor untuk
memperoleh informasi dari manajemen tentang pertimbangan mereka atas kecurangan.
Misalnya, dengan meminta keterangan dari manajemen tentang penilaian mereka atas
risiko bahwa laporan keuangan mungkin salah saji secara material karena kecurangan.

10
Sebagai bagian dari permintaan keterangan tersebut, auditor harus meminta manajemen
untuk mendeskripsikan frekuensi penilaian manajemen dan sejauh mana pertimbangan
risiko akibat kecurangan, termasuk diskusi tentang proses manajemen yang dirancang
untuk mengidentifikasi, merespons, dan memantau risiko kecurangan. dalam organisasi.
Standar audit mengharuskan auditor untuk meminta keterangan dari manajemen dan
pihak lain di dalam entitas tentang pengetahuan mereka tentang kecurangan aktual,
dugaan, atau dugaan yang memengaruhi klien dan apakah manajemen telah
mengomunikasikan informasi tentang risiko kecurangan kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Pertimbangan auditor atas risiko salah saji material karena kecurangan dibuat
pada tingkat laporan keuangan keseluruhan dan pada tingkat asersi untuk golongan
transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan. Penilaian risiko auditor harus
berlangsung selama audit, mengingat auditor dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi dari pelaksanaan prosedur audit yang menunjukkan adanya kecurangan.
Karena sejumlah kasus profil tinggi dari pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan telah melibatkan kesalahan penyajian dalam pengakuan pendapatan, standar
audit mengharuskan auditor untuk mengasumsikan bahwa risiko kecurangan ada dalam
pengakuan pendapatan. Akibatnya, risiko yang terkait dengan tujuan audit untuk
transaksi pendapatan dan saldo akun terkait serta penyajian dan pengungkapannya
dianggap sebagai risiko signifikan dalam sebagian besar audit. Jika auditor menentukan
bahwa anggapan tersebut tidak berlaku untuk perikatan audit tertentu, auditor harus
mendokumentasikan kesimpulannya dalam kertas kerja.

2.4. Menjelaskan tentang tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi resiko


yang signifikan
Risiko signifikan merupakan risiko salah saji material yang diidentifikasi dan
dinilai yang, dalam pertimbangan profesional auditor, membutuhkan pertimbangan
audit khusus. Risiko signifikan sering kali terkait dengan transaksi nonrutin, yang
merupakan transaksi yang tidak biasa, baik karena ukuran atau sifatnya, dan yang jarang
terjadi. Risiko signifikan sering kali terkait dengan transaksi nonrutin, yang merupakan
transaksi yang tidak biasa, baik karena ukuran atau sifatnya, dan yang jarang terjadi.
Untuk Misalnya, klien ritel yang biasanya menjual produknya melalui toko milik

11
perusahaan di seluruh negeri dapat memutuskan untuk menjual kepada pesaing sebuah
blok besar inventaris yang berada di pusat distribusi. Persyaratan transaksi itu mungkin
didasarkan pada negosiasi yang signifikan yang mencakup berbagai ketentuan
pembelian kembali dan jaminan yang meningkatkan risiko kesalahan penyajian material
yang terkait dengan pengakuan pendapatan dan penagihan piutang.
Transaksi nonrutin dapat meningkatkan risiko salah saji material karena mereka
sering melibatkan intervensi manajemen yang lebih luas, termasuk lebih mengandalkan
pada pengumpulan dan pemrosesan data manual versus otomatis, dan mereka dapat
melibatkan perhitungan yang kompleks atau prinsip akuntansi yang tidak biasa yang
tidak tunduk pada internal yang efektif kontrol karena sifatnya yang jarang. Transaksi
pihak terkait sering kali mencerminkan hal ini karakteristik, sehingga meningkatkan
kemungkinan dianggap sebagai risiko yang signifikan. Risiko signifikan juga terkait
dengan hal-hal yang memerlukan pertimbangan signifikan karena risiko tersebut
termasuk pengembangan estimasi akuntansi yang pengukurannya signifikan
ketidakpastian ada. Misalnya, klien mungkin terlibat dalam jenis transaksi lindung nilai
baru bahwa pengelolaan belum dilakukan di masa lalu, sehingga meningkatkan potensi
itu kurangnya pengalaman dan keahlian klien dalam perlakuan akuntansi yang
mendasarinya dan proses estimasi akan meningkatkan risiko salah saji material.
Golongan transaksi atau saldo akun yang didasarkan pada perkembangan Estimasi
akuntansi seringkali membutuhkan pertimbangan signifikan yang subjektif atau
kompleks karena didasarkan pada asumsi tentang kejadian di masa depan. Akibatnya,
jenis file tersebut transaksi atau saldo sering kali diidentifikasikan sebagai risiko
signifikan. Misalnya adil akuntansi nilai yang terkait dengan transaksi lindung nilai
yang unik dan material kemungkinan besar dianggap sebagai risiko yang signifikan.
Karena penipuan umumnya melibatkan penyembunyian, mendeteksi kesalahan
penyajian material yang jatuh tempo penipuan itu sulit. Akibatnya, saat auditor
mengidentifikasi potensi risiko salah saji material karena kecurangan, standar auditing
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan risiko tersebut risiko yang signifikan,
yang memicu respons yang diperlukan terhadap risiko tersebut.

12
2.5. Menjelaskan Model Risiko Audit Dan Komponennya
2.5.1. Model Risiko Audit
Kita telah membahas sebelumnya bagaimana penilaian auditor atas risiko salah
saji material pada tingkat asersi terdiri dari dua komponen: risiko inheren dan risiko
pengendalian. Auditor mempertimbangkan risiko ini dalam prosedur perencanaan untuk
memperoleh bukti audit terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model risiko
audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus
dikumpulkan dalam tiap siklusnya, yang dinyatakan sebagai berikut:
AAR
PDR =
IR X CR

Dimana: PDR = Risiko deteksi yang direncanakan


AAR= Risiko audit yang dapat diterima
IR = risiko inheren
CR = risiko pengendalian

Tabel dibawah ini mengilustrasikan bagaimana auditor mungkin mulai dengan


mempertimbangkan risiko pada tingkat transaksi (siklus) :

Tabel 1

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


Penjualan dan Pembelian Penggajian Persediaan Perolehan
Penagihan dan dan dan dan
Pembayaran Personalia Pergudangan Pembayaran
Kembali
Modal
A. Penilaian Memperkiraka Memperkirak Memperkirak Memperkirak Memperkirak
auditor atas n beberapa an banyak an sedikit an banyak an sedikit
ekspetasi salah salah saji salah saji salah saji salah saji salah saji
saji yang
material sblm (sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
mempertimbang
kan
pengendalian

13
intern
B. Penilaian Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
auditor atas sedang tinggi tinggi rendah sedang
keefektifan
pengendalian (sedang) (rendah) (rendah) (tinggi) (sedang)
internal untuk
mencegah atau
mendeteksi
salah saji yang
material
C. Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
auditor untuk rendah rendah rendah rendah rendah
membiarkan
salah saji yang (rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
material tetap
ada setelah
menyelesaikan
audit
D. Perencanaan Level sedang Level sedang Level sedang Level sedang Level sedang
luas bukti yang
akan (sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
dikumpulkan
auditor (risiko
deteksi yang
direncanakan)

Mari kita bahas ilustrasi poin demi poin:


• Baris pertama dalam tabel menunjukkan perbedaan antara siklus dalam frekuensi dan
ukuran kesalahan penyajian yang diharapkan (A). Hampir tidak ada kemungkinan salah
saji yang diharapkan dalam penggajian dan personalia, tetapi banyak yang diharapkan
dalam inventaris dan pergudangan. Ada kemungkinan bahwa transaksi penggajian
adalah rutin, sementara kompleksitasnya cukup besar ada dalam pencatatan dan
penilaian persediaan.

14
• Demikian pula, pengendalian internal diyakini memiliki efektivitas yang berbeda di
antara lima siklus(B). Misalnya, pengendalian internal dalam penggajian dan personel
dianggap sangat penting efektif, sedangkan inventaris dan pergudangan dianggap tidak
efektif.
• Akhirnya, auditor telah memutuskan kesediaan yang rendah untuk salah saji material
ada setelah audit selesai untuk semua lima siklus (C). Itu biasa terjadi pada auditor
menginginkan kemungkinan salah saji yang sama rendahnya untuk setiap siklus setelah
audit selesai untuk mengizinkan penerbitan laporan audit opini yang tidak dimodifikasi.
• Pertimbangan ini (A, B, C) mempengaruhi keputusan auditor tentang hal yang tepat
sifat, waktu, dan tingkat akumulasi bukti (D). Misalnya karena auditor mengharapkan
beberapa kesalahan penyajian dalam penggajian dan personel (A) dan pengendalian
internal efektif (B), auditor merencanakan lebih sedikit bukti (D) daripada untuk
inventaris dan pergudangan.
Berikut adalah contoh numerik untuk diskusi. Nomor yang digunakan adalah untuk
inventaris dan siklus pergudangan pada Tabel 1.
IR = 100%
CR = 100%
AAR = 5%
.05
PDR = =.05 or 5%
1.0 x 10.

Perhatikan bahwa penilaian pada Tabel 1 tidak dalam bentuk numerik. Meski
berisiko penilaian model mungkin kuantitatif atau nonkuantitatif, kebanyakan
perusahaan lebih suka nonkuantitatif penilaian risiko (seperti rendah, sedang, dan
tinggi) karena kesulitan dalam mengukur secara tepat ukuran risiko. Masing-masing
dari empat risiko dalam model risiko audit cukup penting untuk diakui diskusi rinci.
Risiko deteksi terencana adalah risiko kegagalan bukti audit untuk tujuan audit
mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Ada dua poin penting tahu
tentang risiko deteksi yang direncanakan. Risiko deteksi terencana bergantung pada tiga
faktor lain dalam model. Itu akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu
faktor model risiko lainnya. Risiko deteksi terencana menentukan jumlah bukti
substantif bahwa auditor berencana untuk mengakumulasi, berbanding terbalik dengan
ukuran risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan

15
berkurang, auditor perlu mengumpulkan lebih banyak bukti mencapai pengurangan
risiko yang direncanakan. Misalnya, pada Tabel 1, risiko deteksi terencana (D)rendah
untuk inventaris dan pergudangan, yang menyebabkan bukti yang direncanakan menjadi
tinggi. Itu sebaliknya berlaku untuk penggajian dan personel. Dalam contoh numerik
sebelumnya, risiko deteksi terencana (PDR) 0,05 berarti auditor berencana untuk
mengumpulkan bukti sampai ada risiko salah saji materialitas kinerja melebihi
dikurangi menjadi 5 persen. Jika pengendalian risiko (CR) adalah .50 bukan 1.0, risiko
deteksi terencana (PDR) akan menjadi .10, dan direncanakan bukti karena itu bisa
dikurangi.

2.5.2. Risiko Deteksi yang Direncanakan ( planned detection risk / PDR)


Adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah
saji yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. Risiko jenis ini tergantung pada tiga
faktor lain dalam risiko audit. risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah
salah satu dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi yang direncanakan
menentukan jumlah bukti substansif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang
besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang
direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk
mencapai rencana pengurangan risiko itu.

2.5.3. Risiko Inheren (IR)


Mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material
dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika
disimpulkan kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian
internal, auditor akan menyimpulkan risiko inheren tinggi. Pengendalian internal
diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian internal tersebut
diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.

2.5.4. Risiko Pengendalian (control risk / CR)


Mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah
yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat

16
waktu oleh pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian internal, semakin
rendah faktor risiko yang dapat ditetapkan untuk risiko pengendalian. Hubungan antara
risiko pengendalian dan rasio deteksi yang direncanakan ialah berbanding terbalik,
sedangkan hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substansif bersifat langsung.

2.5.5. Risiko Audit yang Dapat Diterima (acceptable audit risk / AAR)
Ialah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar
tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Penyebutan audit assurance dan bukan risiko
audit yang dapat diterima, serta istilah lainnya merupakan pelengkap risiko audit yang
dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain,
risiko audit yang diterima sevesar 2% sama dengan audit assurance sebesar 98%.

2.6. Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima


2.6.1. Dampak risiko penugasan terhadap risiko audit yang dapat diterima
Risiko penugasan adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian
setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.

2.6.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima


Hasil riset menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi risiko dan,
karenanya, mempengaruhi pula risiko audit yang dapat diterima, tiga diantaranya yaitu:

a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan

Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai ekstern pada laporan keuangan, yaitu: Ukuran klien;
Distribusi kepemilikan; serta sifat dan jumlah kewajiban.

b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah


laporan audit dikeluarkan

Sulit bagi auditor memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi,
tetapi ada faktor yang merupakan indikator bahwa probabilitasnya meningkat

17
yaitu: posisi likuiditas; laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya; metode pembiayaan
pertumbuhan; sifat operasi klien; serta kompetensi manajemen

c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen

2.6.3. Membuat keputusan risiko yang dapat diterima

Faktor-faktor Metode yang digunakan untuk menilai risiko audit


yang dapat diterima
Ketergantungan pemakai  Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan
eksternal pada laporan keuangan kaki
 Membaca notulen rapat dewan direksi untuk
menentukan rencana masa depan
 Menelaah Formulir 10K untuk perusahaan
terbuka
 Membahas rencana pembiayaan dengan
manajemen
Kemungkinan terjadinya  Menganalisis laporan keuangan untuk mengenali
kesulitan keuangan dengan menggunakan rasio serta prosedur analitis
lainnya
 Menelaah Cash Flow historis dan yang
diproyeksikan untuk mempelajari sifat arus kas
masuk dan arus kas keluar
Integritas manajemen Mengikuti prosedur yang dibahas pada bab
sebelumnya tentang penerimaan dan kelanjtan klien

18
2.7. Mempertimbangkan Dampak dari Beberapa Faktor pada Penilaian Risiko
Inheren (Inherent Risk)
Risiko bawaan (inheren) adalah kerentangan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern terkait (Mulyadi & Kanaka, 2001). Auditor menurut (Arens et al., 2006)
harus menilai faktor-faktor yang membentuk risiko dan memodifikasi bukti audit untuk
mempertimbangkannya. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama saat menilai
risiko inheren, berikut faktor-faktor utama penilaian risiko menurut (Arens et al., 2006).
o Sifat Bidang Usaha Klien
Risiko melekat untuk tujuan audit tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat
bisnis klien seharusnya memiliki sedikit atau tidak sama sekali berpengaruh pada
risiko yang melekat untuk akun seperti uang tunai, wesel bayar, dan hutang
hipotek. Informasi yang diperoleh saat memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan
industri klien dan menilai risiko bisnis klien.
o Hasil Audit Sebelumnya
Kesalahan penyajian yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena
banyak jenis kesalahan penyajian yang bersifat sistemik, dan organisasi sering kali
lambat dalam membuat perubahan untuk menghilangkannya. Oleh karena itu,
auditor lalai jika hasil audit tahun sebelumnya diabaikan selama pengembangan
program audit tahun berjalan.
o Penugasan Pertama atau Penugasan Ulang
Auditor mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah
saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Kurangnya hasil audit tahun-
tahun sebelumnya menyebabkan sebagian besar auditor menilai risiko inheren yang
lebih tinggi untuk audit awal daripada untuk penugasan berulang di mana tidak ada
kesalahan penyajian material yang sebelumnya ditemukan.
o Pihak Terkait
Transaksi antara perusahaan induk dan anak perusahaan, dan antara manajemen
dan entitas korporat, adalah contoh transaksi pihak berelasi sebagaimana
didefinisikan oleh standar akuntansi.
o Transaksi Non-Rutin
Transaksi yang tidak biasa untuk klien, atau melibatkan kontrak yang panjang atau
kompleks, lebih mungkin dicatat secara tidak benar daripada transaksi rutin karena
klien sering kurang pengalaman mencatatnya.

19
o Pertimbangan yang Diperlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi
secara Benar
Banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar,
penyisihan piutang tak tertagih, persediaan usang, penurunan nilai aset, liabilitas
untuk pembayaran jaminan, perbaikan besar versus penggantian sebagian aset, dan
cadangan kerugian pinjaman bank memerlukan estimasi dan banyak manajemen
pertimbangan terkait penilaian.
o Unsur-unsur Populasi
Seringkali, item individual yang membentuk populasi total juga memengaruhi
ekspektasi auditor atas salah saji material. Kebanyakan auditor menggunakan risiko
inheren yang lebih tinggi untuk penilaian piutang di mana sebagian besar akun
telah jatuh tempo secara signifikan daripada di mana sebagian besar akun lancar.
o Kerentanan terhadap Fraud
Tanggung jawab auditor untuk menilai risiko pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan dan penyalahgunaan aset. Sulit dalam konsep dan praktik
untuk memisahkan faktor risiko kecurangan menjadi risiko audit yang dapat
diterima, risiko inheren, dan risiko pengendalian. Misalnya, manajemen yang
kurang integritas dan termotivasi untuk menyajikan laporan keuangan yang salah
merupakan salah satu faktor dalam risiko audit yang dapat diterima, tetapi hal itu
juga dapat memengaruhi risiko pengendalian.
Risiko kecurangan harus dinilai untuk keseluruhan audit serta berdasarkan siklus, akun,
dan tujuan. Misalnya, insentif yang kuat bagi manajemen untuk memenuhi ekspektasi laba yang
terlalu agresif dapat mempengaruhi keseluruhan audit, sementara kerentanan persediaan
terhadap pencurian hanya dapat mempengaruhi akun persediaan. Baik untuk risiko pelaporan
keuangan yang mengandung kecurangan dan risiko penyalahgunaan aset, auditor fokus pada
area tertentu dari peningkatan risiko kecurangan dan merancang prosedur audit atau mengubah
keseluruhan pelaksanaan audit untuk merespons risiko tersebut.

2.7.1. Membuat Keputusan Risiko Inheren


Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren untuk menilai
risiko salah saji material pada tingkat tujuan audit untuk siklus, saldo, dan pengungkapan.
Beberapa faktor, seperti penugasan pertama atau penugasan ulang, akan memengaruhi banyak
atau mungkin semua siklus, sedangkan faktor lainnya, seperti transaksi nonrutin, hanya akan
memengaruhi akun atau tujuan audit tertentu (Arens et al., 2006).

20
2.7.2. Mendapatkan Informasi untuk Menilai Risiko Inheren
Auditor memulai penilaian mereka atas risiko inheren selama fase perencanaan dan
memperbarui penilaian selama audit. Misalnya, untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis
dan industri klien, auditor dapat mengunjungi pabrik dan kantor klien dan mengidentifikasi
pihak terkait (Arens et al., 2006).

2.8. Hubungan antara Risiko terhadap Bukti dan Faktor yang Mempengaruhi
Risiko
Auditor merespons risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan ketidakpastian dalam prosedur audit yang digunakan. Selain
memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain auditor dapat mengubah audit untuk merespons
risiko:
o Penugasan tersebut mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Firma CPA harus mempekerjakan semua staf yang terlibat dengan staf yang
berkualifikasi. Untuk klien risiko audit yang dapat diterima rendah, perhatian
khusus tepat dalam penempatan staf, dan pentingnya skeptisisme profesional harus
ditekankan.
o Keterlibatan akan ditinjau lebih hati-hati dari biasanya. Firma CPA perlu
memastikan penelaahan yang memadai atas file audit yang mendokumentasikan
perencanaan auditor, akumulasi bukti dan kesimpulan, dan hal-hal lain dalam audit.
Jika risiko audit yang dapat diterima rendah, tinjauan yang lebih ekstensif sering
kali diperlukan, termasuk tinjauan oleh personel yang tidak ditugaskan untuk
perikatan. Jika risiko salah saji material (kombinasi risiko inheren dan risiko
pengendalian) tinggi untuk tujuan audit tertentu untuk suatu akun, peninjau
kemungkinan akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan bukti
sesuai dan dievaluasi dengan benar.

21
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Risiko dan Hubungan Risiko
terhadap Bukti (Arens et al., 2006)

Gamba 1 merangkum faktor-faktor yang menentukan masing-masing risiko, pengaruh


ketiga komponen risiko terhadap penentuan risiko deteksi yang direncanakan, dan hubungan
keempat risiko dengan bukti audit yang direncanakan. Huruf "D" pada gambar menunjukkan
hubungan langsung (Direct Relation) antara risiko komponen dan risiko deteksi yang
direncanakan atau bukti yang direncanakan. Sedangkan “I” menunjukkan hubungan terbalik
(Inverse Relation).
1. Risiko Audit untuk Segmen
Risiko salah saji material, risiko pengendalian, dan risiko inheren
dinilai untuk setiap tujuan audit di setiap segmen audit. Penilaian tersebut
cenderung bervariasi pada audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke
akun, dan tujuan ke tujuan.
2. Kinerja Materialitas dan Risiko dengan Balance-related Audit
Objectives
Auditor dapat secara efektif mengasosiasikan sebagian besar risiko dengan tujuan yang
berbeda, dan cukup mudah untuk menentukan hubungan antara risiko dan satu atau dua tujuan.
3. Batasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan utama dalam penerapan model risiko audit
adalah sulitnya mengukur komponen model. Terlepas dari upaya terbaik
auditor dalam perencanaan, penilaian risiko audit yang dapat diterima,

22
risiko inheren, dan risiko pengendalian, dan oleh karena itu risiko deteksi
terencana, sangat subjektif dan hanya merupakan perkiraan dari kenyataan.

Tabel 1. Hubungan Risiko terhadap Bukti (Arens et al., 2006)

Seperti yang ditunjukkan Tabel 1, auditor dapat menggunakan informasi ini


untuk memutuskan jumlah dan jenis bukti yang tepat untuk diakumulasi.
4. Pengujian Detail Balances Evidence-planning Worksheet
Auditor mengembangkan berbagai jenis alat bantu keputusan untuk
membantu menghubungkan penilaian yang memengaruhi bukti audit
dengan bukti yang tepat untuk diakumulasi. Salah satu lembar kerja
tersebut disertakan dalam Gambar 2 untuk audit piutang untuk Hillsburg
Hardware Co.

Gambar 2. Evidence-Planning Worksheet (Arens et al., 2006)

5. Merevisi Risiko dan Bukti

23
Model risiko audit pada dasarnya adalah model perencanaan dan,
oleh karena itu, penggunaannya terbatas dalam mengevaluasi hasil. Tidak
ada kesulitan yang terjadi ketika auditor mengumpulkan bukti yang
direncanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian setiap risiko adalah
wajar atau lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Auditor akan
menyimpulkan bahwa bukti yang cukup dan tepat telah dikumpulkan untuk
tujuan audit yang terkait dengan akun atau siklus tersebut.

2.9. Hubungan Risiko dan Materialitas terhadap Bukti Audit & Integrasi dalam
Proses Audit
Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan
atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus menggunakan
konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan (Wau, 2020).
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
menurut (Wau, 2020) auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas
asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan substantif (primarily substantive approach) dan pendekatan
tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.
Hubungan antara materialitas kinerja dan empat risiko dengan bukti audit yang
direncanakan ditunjukkan pada Gambar 3. Angka ini memperluas Gambar 2 dengan
memasukkan materialitas kinerja. Menurut (Arens et al., 2006) ini dinyatakan secara berbeda,

24
materialitas kinerja bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi dari
materialitas kinerja dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti audit yang
direncanakan.

Gambar 3. Hubungan Kinerja Materialitas dan Risiko terhadap Planned


Evidence (Arens et al., 2006)

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Karena opini auditor membahas apakah laporan keuangan bebas dari materi salah
saji, perencanaan audit bergantung pada penilaian risiko material yang efektif salah saji
pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan pada tingkat asersi. Sementara
auditor menerima beberapa tingkat ketidakpastian dalam menjalankan fungsi audit, itu
pertimbangan risiko seperti yang didefinisikan oleh model risiko audit diperlukan agar
auditor dapat secara efektif mengatasi risiko tersebut dengan cara yang paling tepat.
Menggunakan model risiko audit dan materialitas kinerja untuk setiap tujuan audit,
auditor menentukan auditnya bukti yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko audit
yang dapat diterima untuk laporan keuangan secara keseluruhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, R. J. (2016). Auditing And Assurance Services. U.S: Pearson.

26

Anda mungkin juga menyukai