Dosen Pengampu:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko
Audit.
Makalah ini adalah tugas yang kami tujukan kepada Ibu Dra. Rasidah, S.E, M.Si, Ak.,
CA. dan Bapak Prof. Dr. Fahmi Rizani, M.M., Ak., CA., CPA. selaku dosen pengampu mata
kuliah Auditing I. Adapun tujuan dari penulisan makalah Materialitas dan Risiko Audit ini kami
susun untuk memenuhi kewajiban tugas pada mata kuliah Auditing I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Materialitas dan Risiko Audit bagi para
pembaca maupun kami sebagai penulis.
Pada kesempatan ini, kami selaku penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kami diberikan kesehatan sehingga
2. Ibu Dra. Rasidah, S.E, M.Si, Ak., CA. dan Bapak Prof. Dr. Fahmi Rizani, M.M., Ak.,
CA., CPA. selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing I yang telah memberikan
serta mengajarkan kami terkait Materialitas dan Risiko Audit.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II .............................................................................................................................................. 6
2.1 Materialitas ............................................................................................................................ 6
2.9 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko ........... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu langkah kunciyang
terlibat dalam melaksanakan audit. Konsep risiko audit adalah penting sebagaidasar untuk
mengekspresikan konsep keyakinan yang memadai. Ingat kembali bahwaauditor membuat
penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit seperti risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi untuk mengarahkan keputusan tentang sifat,waktu, dan
luasnya prosedur audit dan juga keputusan mengenai penetapan staf audit.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Materialitas menurut Alvin A. Arens dkk dalam buku Auditing dan Jasa Assurance
adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena
adanya penghilangan atau salah saji. Definisi Materialitas lainnya menurut FASB Concept
Statement 2 yaitu, besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang
mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.
6
Pertimbangan yang profesional dibutuhkan oleh auditor untuk penentuan
materialitas, yang mana hal ini juga dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang informasi
keuangan oleh para pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal
bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan:
1. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat.
2. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu.
3. Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan
masa depan.
4. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.
Hal ini sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Audit (SA 320. A1)
“…….Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khususnya pada saat:
7
Pada langkah pertama dan kedua merupakan bagian perencanaan. Sedangkan pada
langkah ketiga sampai kelima merupakan bagian dari pengevaluasian hasil pengujian
audit.
Standar Auditing (SA 320. 10) menyatakan bahwa “pada saat menetapkan strategi
audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan”. Hal ini disebut dengan pertimbangan awal materialitas, dimana
meskipun opini ditetapkan secara professional, namun hal itu bisa berubah ketika
pengauditan sedang berlangsung.
Selanjutnya, auditor dapat melakukan revisi selama pelaksanaan audit jika terdapat
perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan
pendahuluan karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar
atau terlalu kecil. Tahap ini bisa disebut dengan pertimbangan materialitas yang direvisi.
8
b. Diperlukan Dasar Tertentu untuk Mengevaluasi Materialitas
c. Faktor Kualitatif
9
2.3 Menentukan Materialitas Kinerja
Dalam hal lainnya, penentuan materialitas kinerja ini juga bisa disebut dengan proses
pengalokasian pertimbangan awal tentang materialitas ke segmen-segmen. Karena
menurut beberapa sumber kebanyakan prosedur audit berfokus pada akun-akun neraca,
maka materialitas harus dialokasikan hanya pada akun-akun neraca. Sebagai
kesimpulannya, tujuan pengalokasian kebijakan awal materialitas ke akun-akun neraca
adalah untuk membantu auditor dalam menentukan bukti yang tepat yang harus diperoleh
untuk setiap akun dalam neraca dan laporan laba-rugi.
10
1. Salah saji yang diketahui.
Salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Contoh ketika
mengaudit properti, pabrik, dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease
peralatan yang dikapitalisasi
1. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya perbedaan estimasi penyisihan
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi.
2. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Contohnya asumsikan auditor menemukan enam salah saji yang dilakukan oleh
kliendalam sampel yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan.
Auditor menggunakan salah saji tersebut untuk mengestimasi total salah saji yang
mungkin dalam persediaan.
Auditor menghitung salah saji yang mungkin untuk piutang usaha dan
persediaandengan menggunakan salah saji yang diketahui yang telah terdeteksi
dalam sampel-sampel itu.
11
Model Risiko Audit untuk Perencanaan
Auditor menangani masalah risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit
terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor
memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang hams dikumpulkan dalam setiap
siklus nya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai berikut:
𝑨𝑨𝑹
𝑷𝑫𝑹 =
𝑰𝑹 ×𝑪𝑹
Dimana
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk)
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan yaitu risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan
audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Risiko deteksi
yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini
akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti audit substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi
yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu.
Risiko Inheren
Mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material,
sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah
tinggi.
Hubungan risiko bawaan dengan risiko penemuan serta rencana penumpulan
Bahan bukti adalah risiko bawaan sifatnya berbanding terbalik dengan risiko deteksi,
dan berbanding lurus dengan bahan bukti.
12
Risiko pengendalian
Mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material
akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal klien.
Risiko pengendalian mengandung unsur (1) penetapan apakah struktur
pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah
kekeliruan Dan (2) keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut dibawah
nilai maksimum (100%) dalam rencana audit. Seperti risiko inheren, hubungan
risiko pengendalian dengan risiko deteksi adalah berbanding terbalik, sementara
dengan bahan bukti adalah bebanding lurus.
Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih
kecil dari 100% ia harus melakukan 3 hal : harus memahami pengendalian intern
klien yang ada,mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi serta
menguji keefektifannya. Hal pertama berhubungan dengan menumbukan
pemahaman terhadap perusahana klien yang diperlukan untuk keseluruhan audit.
Dua lainnya adalah langkah menetapkan risiko pengendalian harus diambil jika
auditor menginginkan untuk menetapkan angka risiko pengendalian dibawah
maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak menetapkan risiko pengendalian
dibawah nilai maksimumnya,risiko pengendalian harus dicatat 100% tanpa melihat
efektifitas actual struktur pengendalian internnya. (dengan asumsi risiko bawaan
tinggi) Risiko audit yang dapat diterima
13
mendalam dalam pengauditan dimana kemungkinan dampak kewajiban hukumnya
tinggi atau adanya potensi tindakan berlawanan lainnya yang mempengaruhi
keberadaan auditor.
14
1. Posisi likuiditas
2. Labarugi ditahun sebelumnya
3. Metode pertumbuhan dan pembiayaan
4. Sifat kegiatan operasional
5. Kompetensi manajemen
Jadi kesimpulan yang diambil adalah tingkat ketergantungan pengguna
eksternal laporan keuangan sangat tinggi karena saat ini laporan keuangan apalagi
hasil audit oleh auditor sangat diandalkan untuk pengambilan keputusan
ekonomi.
Karena kebutuhan arus kas yang berjumlah besar dalam jangka pendek dan
dapat membuat perusahaan pailit.
Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih
besar dari yang lainnya. Sebagai contoh, jika semua kondisi lainnya sama,
perusahaan teknologi canggih yang hanya mengandalkan satu produk lebih
besar kemungkinannnya akan pailit ketimbang produsen makanan yang
terdiverifikasi.
Kompentensi manajemen. Manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode
operasinya untuk meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor
harus menilai kemampuan manajemen sabagaian bagian dari evaluasi atas
kemungkinan terjadinya kepalitan.
15
Dalam pengertian diatas berarti manajemen melibatkan koordinasi dan
mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara
efisien dan efektif.
Adapun The Lynchpin a GAAS Audit (2011) mengatakan bahwa
“Management integrity is the individual process of repeated alignment of moral
awareness, judgement, character and conduct that demonstrates balanced
judgment and promotes sustained moral development at all level of managerial
practice”.
Yang dalam pengertian diatas berarti integritas manajemen adalah proses
penyelarasan individu berulang kesadaran moral, penilaian, karakter dan perilaku
yang menunjukkan penilaian yang seimbang dan mempromosikan perkembangan
moral berkelanjutan pada semua tingkat praktek manajerial.
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) yaitu badan yang
menyusun standar akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat dalam artikel
mengenai Management Integrity: The Lynchpin a GAAS Audit (2011) megatakan
bahwa “Management as including those individu as who are responsible for
setting the objective”, yang dalam pengertian berarti manajemen sebagai
termasuk individu sebagai yang bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan.
Jadi kesimpulan menurut teori diatas adalah integritas manajemen sesuai
dengan prilaku, norma dan kompetensi auditor dalam melakukan penilaian
tingkat risiko. Apabila seorang auditor tidak memiliki kompetensi yang baik
didukung dengan sifat individu maka akan sulit juga untuk mengukur tingkar
risiko yang akan diterima.
2.8 Menilai Risiko Inheren
Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep
terpenting dalam audit. Hal tersebut menyiratkan bahwa auditor harus berupaya
memprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil mungkin terjadi dalam
segmen-segmen laporan keuangan. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang
harus dikumpulkan auditor, penugasan staf dan review atas dokumentasi audit.
16
A. Sifat bisnis klien
B. Hasil audit sebelumnya
C. Penugasan awal versus penugasan ulang
D. Pihak pihak yang terkait
E. Teransaksi norutin atau kompleks
F. Unsur unsur populasi
G. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
H. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan teransaksi
I. Faktor faktor yang berkaitan dengan misapropisasi asset
A. Sifat Bisnis Klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat bisnis klien
tidak mempunyai dampak terhadap risiko inheren untuk akun seperti kas, utang wesel,
dan utang hipotik
B. Hasil dari Audit Sebelumnya
Kesalahan penyajian yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya memililki
kemungkinan besar untuk terjadi lagi dalam audit tahun ini, karena banyak tipe
kesalahan penyajian yang sifatnya sistematik.
C. Penugasan Baru atau Penugasan Berulang
Kebanyakan auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada audit tahun pertama
dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya sejalan dengan diperolehnya
pengetahuan tentang klien yang lebih banyak.
D. Pihak-Pihak yang Berelasi
Contoh transaksi dengan pihak yang berelasi adalah transaksi antara perusahaan induk
dengan perusahaan anak. Hal tersebut memiliki kemungkinan bahwa transaksi di
rekayasa yang menyebabkan naiknya risiko inheren.
E. Transaksi Nonrutin
Transaksi yang tidak biasa terjadi mempunyai kemungkinan dicatat secara salah
dibandingkan dengan transaksi rutin, karena klien tidak berpengalaman dalam
mencatat nya.
F. Pertimbangan yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi Dengan
Benar
Banyak saldo akun yang memerlukan estimasi dan pertimbangan tertentu, maka
kemungkinan kesalahan penyajian cukup tinggi dan akibatnya auditor biasanya
menetapkan risiko inheren yang tinggi.
17
G. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kecurangan Pelaporan Keuangan dan
Penyalahgunaan Aset
Untuk risiko kecurangan pelaporan keuangan dan risiko penyalahgunaan aset, auditor
fokus pada bidang yang berisiko kecurangan tinggi dan merancang prosedur audit atau
mengubah keseluruhan tindakan audit untuk menanggapi risiko tersebut. Tanggapan
khusus terhadap risiko kecurangan yang teridentifikasi bisa berupa revisi atas
penetapan risiko direksi bisa diterima, risiko inheren, dan risiko pengendalian.
H. Menetapkan Risiko Inheren
Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren dan
menetapkan tingkat risiko inheren untuk setiap siklus, dan untuk setiap tujuan audit.
Dalam standar audit (SA200. A38) disebutkan bahwa risiko inheren dapat lebih tinggi
untuk beberapa asersi dan golongan transaksi, saldo akun, serta pengungkapan
tertentu. Risiko bawaan lebih tinggi untuk perhitungan yang kompleks atau untuk akun
yang terdiri angka yang berasal dari estimasi akuntansi yang tergantung pada
ketidakpastian estimasi signifikan.
I. Mendapatkan Informasi untuk Menetapkan Risiko Inheren
Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan memutahirkan
penetapan tersebut selama audit berlangsung. Mengingat bahwa pengujian dilakukan
saat audit berlangsung, auditor bisa memperoleh informasi tambahan yang
mempengaruhi penilaian awal risiko inheren.
2.9 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko pengujian dan jenis prosedur audit termasuk memasukkan
unsur ketakterdugaaan dalam prosedur audit yang digunakan. Terutama dengan mengubah
Selain dengan memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat mengubah auditor
untuk menanggapi risiko:
1) Penegasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman kantor akuntan akan
menunjuk staf yang lebih berkualitas untuk setiap penugasan.Untuk klien dengan audit
risiko dapat diterima dengan rendah, diperlukan staf yang lebih berpengalaman.
2) Penugasan harus di review lebih cermat dan saksama daripada biasanya.
Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan
rencana auditor, bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah masalah lain
dalam audit, di review dengan memadai.
18
Risiko Audit Per Segmen
Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai
keseluruhan,melainkan ditetapkan untuk setiap siklus, akun dan tujuan. Risiko audit
bisa diterima biasanya ditetapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan tidak bisa
berubah untuk setiap siklus dan akun. Sejumlah auditor menggunakan risiko audit bisa
diterima yang sama untuk semua segmen berdasarkan keyakinan bahwa pada akhir
audit, pengguna laporan keuangan akan mempunyai tingkat keyakinan dan sama untuk
semua segmen laporan keuangan. Seperti halnya risiko pengendalian dan risiko inheren,
risiko deteksi direncanakan dan bukti audit yang diperlukan bisa berbeda-beda untuk
setiap siklus, setiap akun dan setiap tujuan.
Mengaitkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko dengan Tujuan Audit atas Saldo
Dalam praktik, lazim untuk menetapkan risiko inheren dan risiko pengendalian untuk
setiap tujuan audit saldo akun, namun tidak lazim untuk mengalokasikan materiallitas
pada tujuan tersebut. Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan risiko yang
berbeda-beda untuk tujuan yang berbeda dan biasanya tidaklah sulit untuk
menghubungkan risiko dengan satu atau dua tujuan.
Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Dalam menerapkan
model risiko audit, auditor biasanya lebih khawatir akan terjadinya “kurang
audit”dibandingkan dengan “lebih audit” karena auditor mungkin akan berhadapan
dengan tuntutan hukum dan kehilangan reputasi profesionalnya. Maka auditor pada
umumnya akan menetapkan risiko secara konservatif.
Hubungan antara Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit
Konsep materialitas dan risiko dalam pengauditan berhubungan erat satu sama lain dan
tidak bisa dipisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas
adalah pengukuran besarnya atau ukurannya. Namun apabila keduanya digabungkan
akan mengukur besaran ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu. Kesalahan dalam
penyajian bisa ditoleransi bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi
perpaduan antara kesalahan penyajian bisaditoleransi dan faktor-faktor model risiko
audit menentukan bukti audit direncanakan.
19
Merevisi Penilaian Risiko dan Audit
Menegaskan bahwa penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan pengajian material
dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit
tambahan. Auditor harus cermat dalam memutuskan, berdasarkan bukti yang
terkumpul,apakah penetapan awal risiko pengendalian dan risiko inheren telah
dilakukan terlalu rendah, atau risiko audit bisa diterima telah ditetapkan terlalu tinggi.
Dalam situasi demikian, auditor dapat melakukan dua tahap pendekatan, yaitu:
a) Auditor harus merevisi penetapan awal risiko.
b) Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap bukti yang diperlukan,
tanpa menggunakan model risiko audit.
Risiko Signifikan
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
dan dinilai yang, dalam pertimbangan auditor, memerlukan pertimbangan audit khusus
(SA 315. 4 (e)). Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk
transaksi non rutin yang signifikan yang disebabkan oleh hal-hal seperti:
a) Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi.
b) Inversi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data.
c) Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko signifikan,
auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal seperti apakah risiko tersebut
merupakan suatu risiko kecurangan, kompleksitas transaksi, dll. Jika auditor telah
menentukan bahwa terdapatsuaturisiko signifikan, auditor harus memperoleh
pemahaman tentang pengendalian entitas, termasukaktivitas pengendalian yang relevan
dengan risiko tersebut.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Materialitas dan risiko adalah konsep dasar yang amat penting dalam perencanaan
audit. Materialitas dibilang penting karena auditor memberikan keyakinan kepada pemakai
laporan keuangan bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Oleh
karenaitu,auditor harus mengembangkan pertimbangan awal tentang materialitas yang
bisa digunakanuntuk merancang perencanaan audit yang bisa menjadi dasar keyakinan
tersebut. Selain itu karena auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian dalam
melaksanakan fungsi audit, maka pertimbangan risiko sebagaimana yang dirumuskan oleh
model risiko audit sangat perlu bagi auditor tersebut secara efektif dengan cara yang tepat.
Pemahaman auditor tentang entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian internal
memberikan dasar bagi auditor untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material.
Dengan menggunakan model risiko audit dan kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk
setiap akun,auditor menentukan bukti audit yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko
audit bisa diterima untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2015). Auditing dan Jasa Assurance
(edisi kelimabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga
Indonesia, I. A. (2021). Standar Audit (SA) 320 Tentang Materialitas dalam Tahap
Perencanaan dan Pelaksanaan Audit. Jakarta
Ratna Candradewi. Menilai Risiko Inheren. Diakses pada 30 Agustus 2023, dari
https://id.scribd.com/document/390087920/Menilai-Risiko-Inheren
Santhi Yanthi. (2019). Hubungan antara Risiko dengan Bukti dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Diakses pada 30 Agustus 2023, dari
https://www.coursehero.com/file/p5101gp8/I-HUBUNGAN-ANTARA-RISIKO-
DENGAN-BUKTI-DAN-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI/
22