Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

Dosen Pengampu:

Dra. Rasidah, S.E., M.Si., Ak., CA.

Prof. Dr. Fahmi Rizani, M.M., Ak., CA., CPA.

Disusun Oleh Kelompok 9:

Jou Genhard Agata Sibarani: 2210313310024

Muhammad Aufa Hibatullah Putra Arsyad: 2210313310011

Muhammad Naufal: 2210313310028

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko
Audit.

Makalah ini adalah tugas yang kami tujukan kepada Ibu Dra. Rasidah, S.E, M.Si, Ak.,
CA. dan Bapak Prof. Dr. Fahmi Rizani, M.M., Ak., CA., CPA. selaku dosen pengampu mata
kuliah Auditing I. Adapun tujuan dari penulisan makalah Materialitas dan Risiko Audit ini kami
susun untuk memenuhi kewajiban tugas pada mata kuliah Auditing I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Materialitas dan Risiko Audit bagi para
pembaca maupun kami sebagai penulis.

Pada kesempatan ini, kami selaku penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kami diberikan kesehatan sehingga

mampu menyelesaikan makalah ini.

2. Ibu Dra. Rasidah, S.E, M.Si, Ak., CA. dan Bapak Prof. Dr. Fahmi Rizani, M.M., Ak.,
CA., CPA. selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing I yang telah memberikan
serta mengajarkan kami terkait Materialitas dan Risiko Audit.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 31 Agustus 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4

1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5

BAB II .............................................................................................................................................. 6
2.1 Materialitas ............................................................................................................................ 6

2.2 Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Keseluhuran .............................................. 8

2.3 Menentukan Materialitas Kinerja ....................................................................................... 10

2.4 Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan Dengan Pertimbangan ............................ 10

2.5 Risiko Audit ......................................................................................................................... 11

2.6 Komponen Model Risiko Audit ........................................................................................... 12

2.7 Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima ......................................................................... 13

2.8 Menilai Risiko Inheren ........................................................................................................ 16

2.9 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko ........... 18

BAB III .......................................................................................................................................... 21


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku
umum,terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu, materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 4, Audit Risk and
Materiality in Conducting an Audit (AU 312.08), menyatakan agar auditor
mempertimbangkan materialitas dalam (1) merencanakan audit dan (2)
mengevaluasiapakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. ISA yang menjad acuan
dalam materi ini ialah ISA 320. Alinea 8 dari ISA 320 menyatakan bahwa: “Tujuan auditor
adalah menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan
melaksanakan audit”.

Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu langkah kunciyang
terlibat dalam melaksanakan audit. Konsep risiko audit adalah penting sebagaidasar untuk
mengekspresikan konsep keyakinan yang memadai. Ingat kembali bahwaauditor membuat
penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit seperti risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi untuk mengarahkan keputusan tentang sifat,waktu, dan
luasnya prosedur audit dan juga keputusan mengenai penetapan staf audit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah tinjauan umum dari materialitas itu?
2. Bagaimana meterialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan?
3. Bagaimana menentukan meterialitas kinerja?
4. Bagaimana mengestimasi kesalahan penyajian dan membandingkan dengan
pertimbangan awal?
5. Apa yang dimaksud dengan risiko audit?
6. Bagaimana komponen-komponen model risiko audit?
7. Bagaimana menetapkan risiko audit yang bisa diterima?
8. Bagaimana menilai risiko inheren?
9. Bagaimana hubungan risiko dengan bukti dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko?

4
1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar materialitas.


2. Memahami tentang meterialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.
3. Memahami bagaimana memperkirakan kesalahan penyajian dan membandingkan
dengan pertimbangan awal.
4. Menjelaskan secara jelas menentukan meterialitas pelaksanaan.
5. Mengetahui konsep dasar risiko audit dan komponen-komponen model risiko audit.
6. Memahami bagaimana menetapkan risiko audit yang bisa diterima dan menilai risiko
inheren.
7. Mengetahui hubungan risiko dengan bukti dan faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko serta risiko signifikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Materialitas

Materialitas menurut Alvin A. Arens dkk dalam buku Auditing dan Jasa Assurance
adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena
adanya penghilangan atau salah saji. Definisi Materialitas lainnya menurut FASB Concept
Statement 2 yaitu, besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang
mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.

Dalam konteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan seringkali membahas


materialitas. Konsep materialitas ini juga diterapkan oleh auditor pada saat pengevaluasian
dampak kesalahan penyajian yang dapat teridentifikasi. Walaupun kerangka laporan
keuangan mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda-
beda,kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa:

 Kesalahan penyajian, termasuk perhitungan, dianggap material apabila kesalahan


penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna
laporan keuangan tersebut.
 Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi
yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, atau
kombinasi keduanya, dan
 Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum diperlukan
oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak
kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan keuangan oleh individual tertentu,
yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan.

6
Pertimbangan yang profesional dibutuhkan oleh auditor untuk penentuan
materialitas, yang mana hal ini juga dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang informasi
keuangan oleh para pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal
bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan:

1. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat.
2. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu.
3. Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan
masa depan.
4. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.

Hal ini sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Audit (SA 320. A1)
“…….Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khususnya pada saat:

1. Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material.


2. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya.
3. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada,
terhadap laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.

Dalam menerapkan konsep materialitas pada laporan keuangan, auditor dapat


melakukan lima langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan materialitas untuk laporan keungan secara keseluruhan.


2. Menentukan materialitas kinerja.
3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen.
4. Mengestimasi salah saji gabungan
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas.

7
Pada langkah pertama dan kedua merupakan bagian perencanaan. Sedangkan pada
langkah ketiga sampai kelima merupakan bagian dari pengevaluasian hasil pengujian
audit.

2.2 Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Keseluhuran

Standar Auditing (SA 320. 10) menyatakan bahwa “pada saat menetapkan strategi

audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan

secara keseluruhan”. Hal ini disebut dengan pertimbangan awal materialitas, dimana
meskipun opini ditetapkan secara professional, namun hal itu bisa berubah ketika
pengauditan sedang berlangsung.

Pada tahap ini, pertimbangan pendahuluan materialitas untuk laporan keuangan


secara keseluruhan adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian tetapi tidak mempengaruhi untuk
pengambilan keputusan yang dilakukan pengguna laporan. Untuk membantu dalam
perencanaan pengumpulan bukti yang tepat, auditor perlu menetapkan pertimbangan awal
materialitas. Semakin rendah jumlah rupiah pada pertimbangan awal, semakin banyak juga
bukti yang diperlukan. Pengalaman auditor akan sangat berpengaruh pada penentuan
jumlah yang dipandang material sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

Selanjutnya, auditor dapat melakukan revisi selama pelaksanaan audit jika terdapat
perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan
pendahuluan karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar
atau terlalu kecil. Tahap ini bisa disebut dengan pertimbangan materialitas yang direvisi.

Berikut adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada kebijakan pendahuluan


materialitas yaitu:

a. Konsep Materialitas adalah Relatif, bukan Absolut

Bagi sebuah perusahaan kecil, sejumlah kesalahan penyajian bisa saja


material, tetapi jumlah sekian dapat saja tidak material bagi perusahaan lain
yang lebih besar. Oleh karena itu, tidaklah mungkin untuk membuat suatu
pedoman jumlah rupiah untuk menetapkan kebijakan awal materialitas yang
akan berlaku umum bagi semua klien audit.

8
b. Diperlukan Dasar Tertentu untuk Mengevaluasi Materialitas

Suatu dasar untuk menetapkan apakah kesalahan penyajian dipandang


material sangat diperlukan, mengingat bahwa materialitas itu bersifat relatif.
Standar auditing mewajibkan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang
digunakan untuk menetapkan kebijakan awal materialitas dalam kertas kerja
audit.

c. Faktor Kualitatif

Jenis-jenis kesalahan penyajian tertentu seringkali lebih berpengaruh


terhadap pengguna laporan keuangan daripada lainnya, walaupun jumlah
rupiahnya sama. Sebagai contoh:

 Kesalahan penyajian yang menyangkut kecurangan (fraud) dipandang lebih


serius daripada kekeliruan tidak disengaja walaupun jumlah rupiahnya
sama.
 Kesalahan penyajian yang jumlah rupiahnya kecil bisa menjadi material
apabila terkait dengan kewajiban kontraktual.
 Kesalahan penyajian yang kelihatannya tidak material, bisa menjadi
material apabila kesalahan penyajian tersebut memengaruhi tren laba.

Selain itu, dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara


keseluruhan, persentase tertentu seringkali diterapkan pada suatu tolak ukur
yang telah dipilih. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses identifikasi
suatu tolak ukur yang tepat mencakup:

 Unsur-unsur laporan keuangan (aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan


beban);
 Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna
laporan keuangan suatu entitas tertentu;
 Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta
lingkungan ekonomi yangdi dalamnya entitas tersebut beroperasi.
 Struktur kepemilikan dan pendanaaan entitas; dan
 Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut.

9
2.3 Menentukan Materialitas Kinerja

Standar Auditing (SA 320.9) merumuskan materialitas pelaksanaan sebagai berikut:

Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan


oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang secara agrerat
melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika berlaku,
materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah
daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu.

Penentuan materialitas kinerja diperlukan karena auditor perlu mengumpulkan bukti


per segmen bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, dan tingkat materialitas
pelaksanaan membantu auditor dalam menentukan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan. Materialitas pelaksanaan bisa berbeda-beda untuk golongan transaksi,saldo
akun, atau pengungkapan yang berbeda terutama bila terdapat fokus pada suatu bidang
tertentu. Penentuan pelaksanaan ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atassuatu entitas,
yang dimutahirkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko; dan sifatserta luasnya
kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya serta harapanauditor
berkaitan dengan kesalahan penyajian dalam periode berjalan.

Dalam hal lainnya, penentuan materialitas kinerja ini juga bisa disebut dengan proses
pengalokasian pertimbangan awal tentang materialitas ke segmen-segmen. Karena
menurut beberapa sumber kebanyakan prosedur audit berfokus pada akun-akun neraca,
maka materialitas harus dialokasikan hanya pada akun-akun neraca. Sebagai
kesimpulannya, tujuan pengalokasian kebijakan awal materialitas ke akun-akun neraca
adalah untuk membantu auditor dalam menentukan bukti yang tepat yang harus diperoleh
untuk setiap akun dalam neraca dan laporan laba-rugi.

2.4 Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan Dengan Pertimbangan

Pendahuluan ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit,


auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji
yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis:

10
1. Salah saji yang diketahui.

Salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Contoh ketika
mengaudit properti, pabrik, dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease
peralatan yang dikapitalisasi

2. Salah saji yang mungkin.

Terbagi menjadi 2 jenis:

1. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya perbedaan estimasi penyisihan
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi.
2. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.

Contohnya asumsikan auditor menemukan enam salah saji yang dilakukan oleh
kliendalam sampel yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan.
Auditor menggunakan salah saji tersebut untuk mengestimasi total salah saji yang
mungkin dalam persediaan.

Auditor menghitung salah saji yang mungkin untuk piutang usaha dan
persediaandengan menggunakan salah saji yang diketahui yang telah terdeteksi
dalam sampel-sampel itu.

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya


mengambilsampel dari sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak
secara akuratmewakili populasi.

2.5 Risiko Audit


Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan
fungsi audit. Contohnya auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketetapan
bukti, kepastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selesai
dilakukan. Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan
mcnangani risiko tersebut dengan cam yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi
auditor sulit diukur scrta mernbutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat
merespons dengan tepat. Merespon resiko-resiko ini dengan baik sangat menentukan
dalam mencapai audit yang bermutu tinggi.

11
Model Risiko Audit untuk Perencanaan
Auditor menangani masalah risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit
terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model risiko audit membantu auditor
memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang hams dikumpulkan dalam setiap
siklus nya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai berikut:
𝑨𝑨𝑹
𝑷𝑫𝑹 =
𝑰𝑹 ×𝑪𝑹
Dimana
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk)
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)

2.6 Komponen Model Risiko Audit

Risiko deteksi yang direncanakan yaitu risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan
audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Risiko deteksi
yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini
akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti audit substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi
yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu.
 Risiko Inheren
Mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material,
sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah
tinggi.
Hubungan risiko bawaan dengan risiko penemuan serta rencana penumpulan
Bahan bukti adalah risiko bawaan sifatnya berbanding terbalik dengan risiko deteksi,
dan berbanding lurus dengan bahan bukti.

12
 Risiko pengendalian
Mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material
akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal klien.
Risiko pengendalian mengandung unsur (1) penetapan apakah struktur
pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah
kekeliruan Dan (2) keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut dibawah
nilai maksimum (100%) dalam rencana audit. Seperti risiko inheren, hubungan
risiko pengendalian dengan risiko deteksi adalah berbanding terbalik, sementara
dengan bahan bukti adalah bebanding lurus.
Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih
kecil dari 100% ia harus melakukan 3 hal : harus memahami pengendalian intern
klien yang ada,mengevaluasi seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi serta
menguji keefektifannya. Hal pertama berhubungan dengan menumbukan
pemahaman terhadap perusahana klien yang diperlukan untuk keseluruhan audit.
Dua lainnya adalah langkah menetapkan risiko pengendalian harus diambil jika
auditor menginginkan untuk menetapkan angka risiko pengendalian dibawah
maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak menetapkan risiko pengendalian
dibawah nilai maksimumnya,risiko pengendalian harus dicatat 100% tanpa melihat
efektifitas actual struktur pengendalian internnya. (dengan asumsi risiko bawaan
tinggi) Risiko audit yang dapat diterima

2.7 Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima


2.7.1 Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit yang Dapat diterima
Resiko kontrak kerja adalah resiko dimana auditor atau KAP akan
mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan , meskipun laporan audit sudah
benar. Sangat penting bahwa auditor tidak menyetujui apakah risiko kontrak kerja
harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit. Para pihak yang menentang
dilakukannya modifikasi bukti dalam risiko kontrak kerja berpendapat bahwa
auditor tidak memberikan opini nya untuk berbagai tingkat keyakinan, sehingga
tidak dapat memberikan keyakinan yang lebih tinggi atau lebih rendah karena
adanya risiko kontrak kerja, para pendukung dilakukannya modifikasi berpendapat
bahwa sangat tepat bagi auditor untuk mengumpulkan bukti tambahan,
menggunakan staf yang lebih berpengalaman dan menelaah audit yang lebih

13
mendalam dalam pengauditan dimana kemungkinan dampak kewajiban hukumnya
tinggi atau adanya potensi tindakan berlawanan lainnya yang mempengaruhi
keberadaan auditor.

2.7.2 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Risiko Audit

1. Tingkat Ketergangtungan Pengguna Eksternal Laporan euangan


Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka
sangat tepat untuk menurunkan risiko audit yang dapat diterima. Ketika leporan
keuangan jadi sangat diandalkan, masalah sosial yang besar dapat terjadi jika
salah saji yang signifikan tetap tidak terdeteksi dalam laporan keuangan . auditor
dapat lebih mudah membenarkan biaya bukti tambahan ketika kerugian pada para
pengguna akibat dari salah saji material yang sangat besar. Berikut ini adalah
indikator yang baik untuk meningkatan ketergantungan para pengguna:
a. Skala Bisnis
Umumnya makin besar kegiatan operasi klien. Makin luas penggunaan laporan
keuangan. Ukuran clien yang diukur dengan aset total atau pendapatan total
akan berpengaruh pada risiko audit yang dapat diterima.
b. Distribusi Kepemilikan
Laporan keuangan perusahaan publik umumnya diandalkan oleh lebih banyak
pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup. Untuk perusahaan pub;ik
pihak yang berkepentingan adalah SEC, analisis keuangandan masyarakat
umum.
c. Sifat dan Jumlah Kewajiban
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu.
2. Teori Kemungkinan Klien Menghadapi Kesulitan Keuangan
Hal ini biasanya terjadi karena sulitnya seorang auditor memprediksi hal ini
ini setelah laporan hasil audit diterbitkan. Menurut Randal ET AL jika klien
terpaksa mengumumkan kebangkrutannya setelah audit selesai dilaksanakan.
Auditor akan menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk mempertahankan
kualitas auditnya dibandingkan jika tidak. sulit bagi seorang auditor untuk
memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi. Namun ada beberapa
faktor yang dapat menjadi indikator baik, yaitu diantaranya;

14
1. Posisi likuiditas
2. Labarugi ditahun sebelumnya
3. Metode pertumbuhan dan pembiayaan
4. Sifat kegiatan operasional
5. Kompetensi manajemen
Jadi kesimpulan yang diambil adalah tingkat ketergantungan pengguna
eksternal laporan keuangan sangat tinggi karena saat ini laporan keuangan apalagi
hasil audit oleh auditor sangat diandalkan untuk pengambilan keputusan
ekonomi.
Karena kebutuhan arus kas yang berjumlah besar dalam jangka pendek dan
dapat membuat perusahaan pailit.
 Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih
besar dari yang lainnya. Sebagai contoh, jika semua kondisi lainnya sama,
perusahaan teknologi canggih yang hanya mengandalkan satu produk lebih
besar kemungkinannnya akan pailit ketimbang produsen makanan yang
terdiverifikasi.
 Kompentensi manajemen. Manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode
operasinya untuk meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor
harus menilai kemampuan manajemen sabagaian bagian dari evaluasi atas
kemungkinan terjadinya kepalitan.

3. Teori Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen


Proses audit tahapan paling awal adalah menerima klien, apakah
melanjutkan klien yang baru atau masih tetep dengan klien lama. Hal ini
berhubungan dengan integritas manajemen. Apabila klien baru ataupun lama
yang akan di audit setelah dievaluasi oleh auditor memiliki tingkat integritas yang
rendah atau tinggi, maka biasanya perusahaan dengan intregitas rendah akan
menimbulkan konflik begitupun sebaliknya.
Manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2009, 22)
adalah: “Management involves coordination and overseeing the work activities of
others so that their activities are completed efficiently and effectively”.

15
Dalam pengertian diatas berarti manajemen melibatkan koordinasi dan
mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara
efisien dan efektif.
Adapun The Lynchpin a GAAS Audit (2011) mengatakan bahwa
“Management integrity is the individual process of repeated alignment of moral
awareness, judgement, character and conduct that demonstrates balanced
judgment and promotes sustained moral development at all level of managerial
practice”.
Yang dalam pengertian diatas berarti integritas manajemen adalah proses
penyelarasan individu berulang kesadaran moral, penilaian, karakter dan perilaku
yang menunjukkan penilaian yang seimbang dan mempromosikan perkembangan
moral berkelanjutan pada semua tingkat praktek manajerial.
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) yaitu badan yang
menyusun standar akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat dalam artikel
mengenai Management Integrity: The Lynchpin a GAAS Audit (2011) megatakan
bahwa “Management as including those individu as who are responsible for
setting the objective”, yang dalam pengertian berarti manajemen sebagai
termasuk individu sebagai yang bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan.
Jadi kesimpulan menurut teori diatas adalah integritas manajemen sesuai
dengan prilaku, norma dan kompetensi auditor dalam melakukan penilaian
tingkat risiko. Apabila seorang auditor tidak memiliki kompetensi yang baik
didukung dengan sifat individu maka akan sulit juga untuk mengukur tingkar
risiko yang akan diterima.
2.8 Menilai Risiko Inheren
Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep
terpenting dalam audit. Hal tersebut menyiratkan bahwa auditor harus berupaya
memprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil mungkin terjadi dalam
segmen-segmen laporan keuangan. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang
harus dikumpulkan auditor, penugasan staf dan review atas dokumentasi audit.

Audit harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan


memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor tersebut. Auditor harus
memperhitungkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko inheren:

16
A. Sifat bisnis klien
B. Hasil audit sebelumnya
C. Penugasan awal versus penugasan ulang
D. Pihak pihak yang terkait
E. Teransaksi norutin atau kompleks
F. Unsur unsur populasi
G. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
H. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan teransaksi
I. Faktor faktor yang berkaitan dengan misapropisasi asset
A. Sifat Bisnis Klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat bisnis klien
tidak mempunyai dampak terhadap risiko inheren untuk akun seperti kas, utang wesel,
dan utang hipotik
B. Hasil dari Audit Sebelumnya
Kesalahan penyajian yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya memililki
kemungkinan besar untuk terjadi lagi dalam audit tahun ini, karena banyak tipe
kesalahan penyajian yang sifatnya sistematik.
C. Penugasan Baru atau Penugasan Berulang
Kebanyakan auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada audit tahun pertama
dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya sejalan dengan diperolehnya
pengetahuan tentang klien yang lebih banyak.
D. Pihak-Pihak yang Berelasi
Contoh transaksi dengan pihak yang berelasi adalah transaksi antara perusahaan induk
dengan perusahaan anak. Hal tersebut memiliki kemungkinan bahwa transaksi di
rekayasa yang menyebabkan naiknya risiko inheren.
E. Transaksi Nonrutin
Transaksi yang tidak biasa terjadi mempunyai kemungkinan dicatat secara salah
dibandingkan dengan transaksi rutin, karena klien tidak berpengalaman dalam
mencatat nya.
F. Pertimbangan yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi Dengan
Benar
Banyak saldo akun yang memerlukan estimasi dan pertimbangan tertentu, maka
kemungkinan kesalahan penyajian cukup tinggi dan akibatnya auditor biasanya
menetapkan risiko inheren yang tinggi.

17
G. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kecurangan Pelaporan Keuangan dan
Penyalahgunaan Aset
Untuk risiko kecurangan pelaporan keuangan dan risiko penyalahgunaan aset, auditor
fokus pada bidang yang berisiko kecurangan tinggi dan merancang prosedur audit atau
mengubah keseluruhan tindakan audit untuk menanggapi risiko tersebut. Tanggapan
khusus terhadap risiko kecurangan yang teridentifikasi bisa berupa revisi atas
penetapan risiko direksi bisa diterima, risiko inheren, dan risiko pengendalian.
H. Menetapkan Risiko Inheren
Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren dan
menetapkan tingkat risiko inheren untuk setiap siklus, dan untuk setiap tujuan audit.
Dalam standar audit (SA200. A38) disebutkan bahwa risiko inheren dapat lebih tinggi
untuk beberapa asersi dan golongan transaksi, saldo akun, serta pengungkapan
tertentu. Risiko bawaan lebih tinggi untuk perhitungan yang kompleks atau untuk akun
yang terdiri angka yang berasal dari estimasi akuntansi yang tergantung pada
ketidakpastian estimasi signifikan.
I. Mendapatkan Informasi untuk Menetapkan Risiko Inheren
Auditor memulai penetapan risiko inheren pada tahap perencanaan dan memutahirkan
penetapan tersebut selama audit berlangsung. Mengingat bahwa pengujian dilakukan
saat audit berlangsung, auditor bisa memperoleh informasi tambahan yang
mempengaruhi penilaian awal risiko inheren.

2.9 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko pengujian dan jenis prosedur audit termasuk memasukkan
unsur ketakterdugaaan dalam prosedur audit yang digunakan. Terutama dengan mengubah
Selain dengan memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat mengubah auditor
untuk menanggapi risiko:

1) Penegasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman kantor akuntan akan
menunjuk staf yang lebih berkualitas untuk setiap penugasan.Untuk klien dengan audit
risiko dapat diterima dengan rendah, diperlukan staf yang lebih berpengalaman.
2) Penugasan harus di review lebih cermat dan saksama daripada biasanya.
Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan
rencana auditor, bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah masalah lain
dalam audit, di review dengan memadai.

18
 Risiko Audit Per Segmen
Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai
keseluruhan,melainkan ditetapkan untuk setiap siklus, akun dan tujuan. Risiko audit
bisa diterima biasanya ditetapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan tidak bisa
berubah untuk setiap siklus dan akun. Sejumlah auditor menggunakan risiko audit bisa
diterima yang sama untuk semua segmen berdasarkan keyakinan bahwa pada akhir
audit, pengguna laporan keuangan akan mempunyai tingkat keyakinan dan sama untuk
semua segmen laporan keuangan. Seperti halnya risiko pengendalian dan risiko inheren,
risiko deteksi direncanakan dan bukti audit yang diperlukan bisa berbeda-beda untuk
setiap siklus, setiap akun dan setiap tujuan.
 Mengaitkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko dengan Tujuan Audit atas Saldo
Dalam praktik, lazim untuk menetapkan risiko inheren dan risiko pengendalian untuk
setiap tujuan audit saldo akun, namun tidak lazim untuk mengalokasikan materiallitas
pada tujuan tersebut. Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan risiko yang
berbeda-beda untuk tujuan yang berbeda dan biasanya tidaklah sulit untuk
menghubungkan risiko dengan satu atau dua tujuan.
 Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen-komponen dalam model. Dalam menerapkan
model risiko audit, auditor biasanya lebih khawatir akan terjadinya “kurang
audit”dibandingkan dengan “lebih audit” karena auditor mungkin akan berhadapan
dengan tuntutan hukum dan kehilangan reputasi profesionalnya. Maka auditor pada
umumnya akan menetapkan risiko secara konservatif.
 Hubungan antara Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit
Konsep materialitas dan risiko dalam pengauditan berhubungan erat satu sama lain dan
tidak bisa dipisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas
adalah pengukuran besarnya atau ukurannya. Namun apabila keduanya digabungkan
akan mengukur besaran ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu. Kesalahan dalam
penyajian bisa ditoleransi bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi
perpaduan antara kesalahan penyajian bisaditoleransi dan faktor-faktor model risiko
audit menentukan bukti audit direncanakan.

19
 Merevisi Penilaian Risiko dan Audit
Menegaskan bahwa penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan pengajian material
dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan diperolehnya bukti audit
tambahan. Auditor harus cermat dalam memutuskan, berdasarkan bukti yang
terkumpul,apakah penetapan awal risiko pengendalian dan risiko inheren telah
dilakukan terlalu rendah, atau risiko audit bisa diterima telah ditetapkan terlalu tinggi.
Dalam situasi demikian, auditor dapat melakukan dua tahap pendekatan, yaitu:
a) Auditor harus merevisi penetapan awal risiko.
b) Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap bukti yang diperlukan,
tanpa menggunakan model risiko audit.
 Risiko Signifikan
Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
dan dinilai yang, dalam pertimbangan auditor, memerlukan pertimbangan audit khusus
(SA 315. 4 (e)). Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk
transaksi non rutin yang signifikan yang disebabkan oleh hal-hal seperti:
a) Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi.
b) Inversi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data.
c) Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko signifikan,
auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal-hal seperti apakah risiko tersebut
merupakan suatu risiko kecurangan, kompleksitas transaksi, dll. Jika auditor telah
menentukan bahwa terdapatsuaturisiko signifikan, auditor harus memperoleh
pemahaman tentang pengendalian entitas, termasukaktivitas pengendalian yang relevan
dengan risiko tersebut.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Materialitas dan risiko adalah konsep dasar yang amat penting dalam perencanaan
audit. Materialitas dibilang penting karena auditor memberikan keyakinan kepada pemakai
laporan keuangan bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Oleh
karenaitu,auditor harus mengembangkan pertimbangan awal tentang materialitas yang
bisa digunakanuntuk merancang perencanaan audit yang bisa menjadi dasar keyakinan
tersebut. Selain itu karena auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian dalam
melaksanakan fungsi audit, maka pertimbangan risiko sebagaimana yang dirumuskan oleh
model risiko audit sangat perlu bagi auditor tersebut secara efektif dengan cara yang tepat.
Pemahaman auditor tentang entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian internal
memberikan dasar bagi auditor untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material.
Dengan menggunakan model risiko audit dan kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk
setiap akun,auditor menentukan bukti audit yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko
audit bisa diterima untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan.

21
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2015). Auditing dan Jasa Assurance
(edisi kelimabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga

Indonesia, I. A. (2021). Standar Audit (SA) 320 Tentang Materialitas dalam Tahap
Perencanaan dan Pelaksanaan Audit. Jakarta
Ratna Candradewi. Menilai Risiko Inheren. Diakses pada 30 Agustus 2023, dari
https://id.scribd.com/document/390087920/Menilai-Risiko-Inheren
Santhi Yanthi. (2019). Hubungan antara Risiko dengan Bukti dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Diakses pada 30 Agustus 2023, dari
https://www.coursehero.com/file/p5101gp8/I-HUBUNGAN-ANTARA-RISIKO-
DENGAN-BUKTI-DAN-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI/

22

Anda mungkin juga menyukai