UNIVERSITAS KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini guna untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Auditing 1 dengan judul “Materialitas dan Resiko Audit”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dan memberikan saran terhadap materi yang diambil. Bagi kami,semua itu masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu,dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
teman-teman dan Dosen pengampu Mata Kuliah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca,terutama bagi teman-teman semua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Kuningan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
BAB IV PENUTUP............................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin
rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertimbangan awal materealitas adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin
bahwa laporan keuangan akan salah saji tetap tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang
bijaksana, langka pertama adalah menetapkan pertibangan pendahuluan tentang materalitas,
kedua, mengnalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materealitas ke segmen-segmen,
ketiga, Mengistimasi total salah saji dalam segmen, keempat, memperkirakan salah saji
gabungan, kelima, membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau
yang direvisi tentang materealitas.
1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut. Salah saji dalam
jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak
material bagi perusahaan besar.
2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas bersifat relative, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu
material. Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk menentukan berapa
jumlah material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item
informasi yang penting bagi para pemakai.
3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas, contoh :
- Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada kekeliruan yang tidak disengaja
karena ketidakberesan mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak manajemen
atau pihak yang terlibat.
- Kekeliruan yang kecil dianggap material jika berhubungan dengan kewajiban
kontrak.
- Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material kalau mempengaruhi
kecenderungan laba.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut
ini :
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
1) Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi bukti-bukti
audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang
dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan. Jadi auditor harus mempertimbangkan dengan baik
penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Jika auditor menentukan jumlah
materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak
diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi auditor
akan mengabaikan salah saji yang signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya berisi salahsaji material.
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam perencanaan audit,
auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan
dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap laporan keuangan dapat memiliki lebih
dari satu materialitas.
2) Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena saldo akun
material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keungangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun
tersebut.
Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan keuangan.
Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji
yang kemungkinan tidak material secara individual namun, jika digabungkan dengan salah saji
dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
1. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan di klasifikasikan,
penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan
materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan baik
untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun, karena hampir semua salah saji laporan laba
rugi mempengeruhi neraca dan karena akun neraca lebih sedikit banyak auditor melakuan alokasi
atas dasar akun neraca.
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.
IR x CR
AAR = Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk )
Evaluasi Hasil
Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-hasilnya dapat
juga dinyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit. Model resiko audit dalam untuk
mengevaluasi hasil-hasil audit dinyatakan dalam SAS 107 sebagai :
AcRC = IR x CR x AcDR
dimana:
Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi resiko audit yang dicapai ke tingkat
yang dapat diterima:
1) Mengurangi resiko inheren. Karena resiko inheren dinilai oleh auditor berdasarkan keadaan
klien, penilain dilakukan selama tahap perencanaan dan biasanya tidak diubah kecuali
terungkap fakta-fakta baru selama berlangsungnya audit.
2) Mengurangi resiko pengendalian. Penilain resiko pengendalian dipengaruhi oleh
pengendalian internal klien serta pengujian yang dilakukan auditor terhadap pengendalian
tersebut.
3) Mengurangi resiko deteksi yang dicapai dengan meningkatkan pengujian audit substantif.
Auditor mengurangi resiko deteksi yang dicapai dengan mengumpulkan bukti dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas
rincian saldo.
2.8 Hubungan antar komponen-komponen risiko audit
Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat
risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan untuk suatu asersi, dengan
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor untuk asersi tersebut. Artinya, semakin
rendah risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungan, semakin tinggi tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan
erat dengan keadaan klien, sedangkan risiko deteksi dapat dikendalikan oleh auditor.
Pemahaman tentang hubungan yang dinyatakan dalam model risiko audit sangat
penting dalam menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat diterima.
Komponen risiko audit terdiri dari risiko bawaan,risiko pengendalian, dan risiko deteksi.
Hubungan antar komponen risiko audit dapat dirumuskan dalam suatu model sebagai
berikut:
Resiko deteksi yang direncanakan : adalah resiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan
gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang ditoleransi.
BAB III
ARTIKEL TERKAIT
MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT
Judul : Pengaruh Risiko Audit Materialitas Kompleksitas Audit dan Pengendalian Internal
yang Relevan terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit
3.2 Fenomena/Permasalahan
International standard on auditing (ISA) 200 meminta auditor untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan matang, hati-hati dan cermat agar risiko tipe satu tidak terjadi atau
berkurang sampai ke level terendah yang dapat diterima. Risiko tipe satu diumpamakan seperti
investor yang cenderung berinvestasi pada sebuah perusahaan yang mendapat opini baik
walaupun sesungguhnya keliru, ketika kebenaran tentang perusahaan terungkap investor
menyadari bahwa nilai perusahaan tersebut berada dibawah harapannya atau lebih kecil dari
yang diperkirakannya
Risiko salah saji material di tingkat asersi terdiri atas risiko bawaan dan risiko kontrol
namun dalam ISA tidak menyebut kedua risiko tersebut terpisah melainkan gabungan
(combined) atau istilahnya combined assessment (penilaian gabungan) terhadap risiko salah saji
material (risk of material misstatement).
Risiko bawaan dan risiko kontrol mengartikan laporan keuangan berpotensi mengandung
salah saji material. Risiko deteksi mengartikan auditor gagal mendeteksi salah saji material
dalam laporan keuangan.
Risiko audit terdiri dari dua unsur utama, combined assessment dan detection risk. Salah
saji material bisa terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Contoh, laporan keuangan
mencantumkan pabrik senilai 10 milyar rupiah, pabrik itu tidak pernah dibangun atau dibeli,
laporan keuangan mengandung suatu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat juga
berisi beberapa salah saji yang secara agregat atau tergabung berjumlah material. Salah saji
material bisa berupa salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatement) misalnya yang
ditemukan oleh auditor dan dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan (chief
accountant) dan diakui sebagai salah saji namun kepala bagian tidak bersedia mengoreksinya.
Salah saji material bisa berupa pengungkapan yang menyesatkan (misleading disclosures) atau
pengungkapan yang tidak dicantumkan (missing disclosures) dalam laporan keuangan. Ini
merupakan salah saji material secara kualitatif (bukan angka), berbeda dengan dua bentuk
sebelumnya yang merupakan salah saji material secara kuantitiatif (berupa angka-angka). Salah
saji material bisa berupa kesalahan (error) disebut risiko bisnis atau bisa berupa kecurangan
(fraud) disebut risiko kecurangan. Risiko bawaan berisi semua faktor risiko bisnis dan
kecurangan contoh, sistem akuntansi yang baru diimplementasi, berpotensi terjadi kesalahan (ini
adalah risiko bisnis) bisa juga berpeluang dimanipulasi untuk mencuri uang entitas (ini adalah
risiko kecurangan). Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali
auditor. Auditor harus melakukan penilaian risiko (risk assessment) melalui suatu prosedur
penilaian risiko untuk menentukan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tahap
penilaian risiko ini merupakan tahap pertama dari tiga tahap audit berbasis risiko. Pertanyaan
utama dalam tahap ini adalah peristiwa apa yang jika terjadi bisa berpotensi mengakibatkan salah
saji material dalam laporan keuangan. Langkah berikutnya auditor merancang dan melaksanakan
prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai,
baik pada tingkat laporan keuangan maupun pada tingkat asersi. Kalimat tersebut merupakan
istilah dari menekan risiko. Tahap menanggapi risiko ini merupakan tahap kedua dalam tiga
tahap audit berbasis risiko. Pertanyaan utama dalam tahap ini adalah apakah peristiwa yang
diidentifikasi dalam tahap pertama memang terjadi dan mengakibatkan salah saji material dalam
laporan keuangan. Tahap ketiga (tahap terakhir) dalam tiga tahap audit berbasis risiko adalah
reporting (pelaporan), tahap melaporkan meliputi merumuskan pendapat atau opini audit yang
tepat berdasarkan bukti audit yang diperoleh serta membuat dan menebitkan laporan yang tepat
sesuai kesimpulan yang ditarik.
ISA 315 alinea 16 menyatakan jika entitas memiliki proses penilaian risiko entitas (PPRE),
auditor wajib mengevaluasi apakah ada jenis risiko yang diduga auditor seharusnya dapat
ditemukan PPRE. Istilah risk assessment atau penilaian risiko dapat dilihat dari sisi entitas dan
auditor. Entitas menilai risiko dari sudut pandang ancaman terhadap pencapaian tujuan entitas
diantaranya ialah menghasilkan laporan keuangan bebas dari salah saji material. Untuk itulah
entitas wajib merancang, mengimplementasi dan memelihara pengendalian internal. Dipihak lain
auditor menilai risiko sebagai bagian dari proses auditnya. Penilaian risiko merupakan komponen
kedua dari pengendalian internal. Disinilah akan terlihat persinggungan antara kepentingan
entitas dan auditor. Jika PPRE tepat atau sesuai dengan situasi yang dihadapi entitas itu maka
PPRE mendukung upaya auditor untuk menilai seberapa besarnya risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan yang diauditnya. ISA 315 alinea 20 mengemukakan Auditor wajib
memperoleh pemahaman mengenai kegiatan pengendalian (prevent, detect, correct) yang relevan
untuk auditnya, yakni pengendalian yang dipandang auditor adalah penting untuk menilai risiko
salah saji yang material ditingkat asersi dan merancang prosedur audit lanjutan untuk
menanggapi risiko tersebut. Suatu audit tidak mewajibkan pemahaman semua kegiatan
pengendalian yang berkenaan dengan jenis transaksi, saldo akun dan disclosure (asersi/tingkat
transaksional). Pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur pervasif pengendalian intern
ditingkat entitas memberikan dasar yang kokoh untuk menilai pengendalian yang relevan
terhadap pelaporan keuangan ditingkat transaksional (tingkat proses bisnis). Contoh, jika
pengendalian atas data integritas ditingkat entitas lemah, kelemahan ini mempengaruhi
keandalan informasi yang dihasilkan sistem seperti informasi penjualan, pembelian, dan gaji.
Transaksi rutin seperti penjualan, pembelian dan gaji; transaksi non-rutin seperti pembelian
peralatan kantor, menjajaki bisnis baru. Didalam transaksi-transaksi tersebut terdapat faktor-
faktor risiko (risk factors) yang jika tidak dimitigasi/ditangkal oleh kegiatan pengendalian yang
dipelihara oleh organisasi menyebabkan salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Jelista (2015) menyetujui bahwa kompleksitas audit adalah persepsi auditor tentang
kesulitan suatu tugas audit yang disebabkan terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta
kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki auditor. Hal tersebut ditunjukkan
dalam penelitiannya terhadap auditor yang berada pada KAP di Pekan Baru, Medan dan Padang
sebagai responden. Hasil penelitian Jelista menunjukkan bahwa kompleksitas audit berpengaruh
terhadap kualitas audit, sehingga Jelista mendukung pernyataan bahwa peningkatan kompleksitas
dalam suatu tugas atau sistem akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Sama halnya
dengan Prasita dan Adi (2007) yang menyatakan bahwa kompleksitas audit yang muncul karena
semakin tinggi variabilitas dan ambiguitas dalam tugas pengauditan menjadi penyebab turunnya
kualitas audit, auditor cenderung berperilaku disfungsional dan lebih mengutamakan kepentingan
klien dari pada obyektivitas hasil pengauditan itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko audit, materialitas, kompleksitas
dokumen audit dan pengendalian internal yang relevan terhadap pertimbangan auditor atas
prosedur audit. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian verifikatif. Unit analisis pada
kantor akuntan public wilayah Bandung yang terdaftar di Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI).
Hasil penghitungan uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson terhadap risiko audit, materialitas, kompleksitas audit, pengendalian
internal yang relevan, pertimbangan auditor atas prosedur audit menunjukkan bahwa seluruh
butir pernyataan dinyatakan valid karena rhitung untuk semua item pernyataan pada setiap
variabel lebih besar dari rtabel pada tingkat signifikansi 0,05. Maka seluruh butir pernyataan
dinyatakan sahih atau valid.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel risiko audit berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Rachmawati, et al. (2013), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh risiko audit
terhadap pertimbangan auditor. Audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung
salah saji yang tidak terdeteksi dan tidak terkoreksi (undetected and uncorrected). Dengan
demikian dalam perencanaan pekerjaannya, auditor harus mempertimbangkan risiko audit
tersebut.
Pengaruh Risiko Audit, Materialitas, Kompleksitas Audit dan Pengendalian Internal yang
relevan Terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko audit, materialitas, kompleksitas audit dan
pengendalian internal yang relevan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertimbangan
auditor atas prosedur audit. Luasnya prosedur audit ditentukan sesudah mempertimbangkan;
performance materiality, risiko yang dinilai (assessed risk) dan tingkat asurans yang
direncanakan auditor. Secara umum, luasnya prosedur audit (seperti banyaknya sampel untuk uji
rincian atau; seberapa rinci prosedur analitikal substantif) akan meningkat dengan meningkatnya
risiko salah saji material. Namun, peningkatan luasnya prosedur audit hanyalah efektif jika
prosedur audit itu sendiri memang relevan untuk risiko yang dihadapi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
(1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksiterhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait,
(2) risiko pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatuasersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern
entitas,
(3) risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksisalah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.Adanya hubungan antara tingkat materialitas,
risiko audit dan bukti audit, auditordapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan
audit atas asersi individual ataukelompok asersi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38499413/Makalah_Materialitas_Dan_Risiko_Audit_docx
file:///C:/Users/Acer/Downloads/MATERI%20PERTEMUAN%205%20PENGERTIAN
%20DAN%20FUNGSI%20KERTAS%20KERJA.pdf
https://www.coursehero.com/file/50641650/HUBUNGAN-ANTAR-KOMPONEN-RESIKO-
AUDITdocx/#:~:text=Hubungan%20antarkomponen%20risiko%20audit,dapat%20dikendalikan
%20oleh%20auditor.%20Oleh
https://www.academia.edu/19499737/presentasi_audit
file:///C:/Users/Asus/Downloads/637-1808-3-PB.pdf