Anda di halaman 1dari 10

MATERIALITAS 

DAN RESIKO AUDIT
Diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah
P E M E R I K S A A N A K U N T A N S I

Kelompok 6:
1. Nafila duila 2020-128
2. Fatihatul Farah 2020-133
3. Anggun pirdayanti 2020-154
4. Amelia Anggriani 2020-156

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa padaakhirnya dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Materialitas dan RisikoAudit” ini dengan baik 
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugasmata kuliah Pemeriksaan akuntansi.
penulis menyadari bahwa dalam penulisanlaporan Makalah ini terdapat kekurangan baik
dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
masukan dan kritik sertasaran yang membangun untuk kekurangan yang ada.Penulis tak
henti-hentinya mengucapkan terima kasih dan semogaTuhan Yang Maha Esa memberikan
kebaikan dan rakhmat bagi kita semua.Segala kesalahan, keterbatasan dan kekurangan
dalam bentuk apapun yangmungkin ada dalam laporan tugas ini, penulis memohon maaf,
kiranya dapatdimaklumi dengan bijaksana.

 Malang , 9 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. KONSEP MATERIALITAS................................................................................2
B. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN...................................................................................................2
C. RISIKO AUDIT................................................................................................3
D. STRATEGI AUDIT AWAL.................................................................................3
E. KASUS RISIKO AUDIT.....................................................................................4
1. Contoh kasus pertama.............................................................................4
2. Contoh kasus kedua.................................................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................................6
KESIMPULAN......................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................7
ii

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkanseiring
dengan semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasiyang terkandung
dalam laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut menuntut penyajian laporankeuangan
yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat dipercaya.Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihakyang secara independen
memberikan penilaian terhadap laporan keuangan yangakan dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secaraindependen
terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntutmelakukan pekerjaannya
seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinyakesalahan dalam penilaian. Karena
apabila terdapat kesalahan dalam penilaian,maka akan berampak pada pihak-pihak yang
menggunakan hasil penilaian auditorsebagai dasar pengambilan keputusan.
Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskanmelakukan perencanaan
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahamiseluk beluk perusahaan yang akan
diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar
dari kesalahan-kesalahan yangdapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.
Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai
dasar perencanaan audit. Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas danrisiko
termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalammerencanakan dan
melakukan kegiatan audit. Konsep materialitas merupakandasar penerapan standar auditing
terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor
menentukan standar hal-hal yang tergolongmaterial atau tidak material. Hal ini menjadi
sangat penting karena pendapat yangdiberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-
hal yang bersifat materialsaja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat
yang akandiberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap nilai-
nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material.
Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam halauditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
 
1
BAB II PEMBAHASAN

A.KONSEP MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutamastandar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitasmempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporankeuangan. Dalam SA
Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalamPelaksanaan Audit mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan materialitasdalam perencanaan audit, dan penilaian
terhadap kewajaran laporan keuangansecara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atausalah
saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orangyang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

B.PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATASLAPORAN KEUANGAN


Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat
memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporanke
uangan auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidakmemeriksa setiap
transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua
transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,digolongkan, dan dikompilasi secara
semestinya ke dalam laporan keuangan. Olehkarena itu, dalam audit atas laporan keuangan,
auditor memberikan keyakinan(assurance) sebagai berikut:
Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yangdisajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat,diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan buktiaudit kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan.
Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (ataumemberikan
informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporankeuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapatsalah saji material karena kekeliruan dan
ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yangdiberikan oleh
auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besarsalah sajinya dan
konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalanauditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
2
c.RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risikoaudit. Menurut
SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam PelaksanaanAudit, risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporankeuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor
bersediauntuk menanggungnya.Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan
keuangan sebagaikeseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang
berkaitandengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya
adalahuntuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa
sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporankeua
ngan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

D. STRATEGI AWAL AUDIT


Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit,
dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan auditatas
asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadidua macam,
yaitu pendekatan terutama substantif (primarily substantiveapproach), dan pendekatan
tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lowerassessed level of control risk approach).
1. Unsur Strategi Audit AwalDalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu
asersi, auditormenetapkan empat unsur berikut ini :
 Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan.
 
 Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harusdiperoleh.

 
 Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir
risiko pengendalian.
 
 Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risikoaudit ke
tingkat yang cukup rendah.

2.Pendekatan Terutama Substantif


Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir
semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikitmel
etakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatanini
biasanya mengakibatkan penaksiran risiko pengendalian pada tingkat ataumendekati
maksimum.

3.Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah


Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau
padatingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya
auditorhanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

3
KASUS RESIKO AUDIT :
Contoh Kasus Pertama
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farmamelaporkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta dan
Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar danmengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada
3 Oktober 2002laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telahditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang
baru,keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendahsebesar Rp
32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itutimbul pada unit
Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualansebesar Rp 2,7 miliar,
pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupaoversta
ted persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp10,7 miliar.
 
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti
sebagai berikut Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT.Kimia Farma,ada
pun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp.32,7 milyar yang merupakan 2,3% dari
penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT.Kimia Farma Tbk. Selain itu kesalahan juga terdapat
pada Unit industri bahan baku,
kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp.2,7 milyar. Unit logistik sentral,kes
alahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp.23,9 miliar.
Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan barang se
besar Rp.8,1 milyar. Kesalahan berupa overstated pada penjualansebesar Rp.10,7 milyar.
 
Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi periode1998 – juni
2002 dengan cara Membuat dua daftar harga persediaan yang berbedamasing-masing
diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002,dimana keduanya merupakan
master price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur
Produksi PT.Kimia Farma. Master price per 3 Februari2002 merupakan master price yang
telah disesuaikan nilainya (mark up) dandijadikan dasar sebagai penentuan nilai persediaan
pada unit distribusi PT.KimiaFarma per 31 Desember 2001.Melakukan pencatatan ganda
atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku.Pencatatan ganda dilakukan pada unit-
unit yang tidak disampling oleh akuntan.

4
Contoh Kasus Kedua
PT Kreta Api Indonesia (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian
laporan keuangan. Ini merupakan suatu betuk penipuan yang dapat menyesatkan
investor dan stakeholder lainnya. Berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen
dan Komisaris, khususnya ketua komite audit dimana komisaris menolak menyetejui dan
menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Diduga
terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN
itu dicatat meraih keuntungan sebesar RP.6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji
lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp.63 Miliar.
PT KAI dan komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan
dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Berikut beberapa
temuan yang berhasil ditemukan :
1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan
keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.
2. Kewajiban PT KAI untuk membayar saat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan
nilai (PNN) sebesar Rp.95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak pada
akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan
kepada beberapa pelanggan yang seharusnya memnanggung beban pajak itu.
Padahal berdasarkan Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih
itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan diresksi dalam
mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
3. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp.24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakhiri manajemen PT KAI
sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir 2005 masih tersisa
saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp.6 Miliar,
yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
4. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
komulatif sebesar Rp.674,5 Miliar dan penyertaan moodal negara sebesar Rp.70
Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai
bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan
penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
5. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhdap kemungkinan
tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada
pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

5
BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis laporan audit
yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalahmenentukan apakah laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian yangmaterial. Alasan penetapan suatu
pertimbangan awal tentang tingkat materialitasadalah untuk membantu auditor
merencanakan bukti-bukti audit yang memadaiyang harus dikumpulkan.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas padatingkat laporan
keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. SedangkanRisiko audit juga digolongkan
menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan danrisiko audit individual. Dalam hal ini risiko
audit terdiri dari tiga unsur (1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatusalah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedurstruktur pengendalian intern yang terkait, (2) risiko pengendalian,
yakni risikoterjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah
ataudideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas dan (3)risiko
deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah sajimaterial yang
terdapat dalam suatu asersi.
Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan buktiaudit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atasasersi individual atau
kelompok asersi.

 
 
 

6
DAFTAR PUSTAKA
Arens & Loebbecke. (1999).Auditing Pendekatan Terpadu, Buku 1, EdisiIndonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Boynton, Johnson, & Kell. (2002). Moderen Auditing,Edisi 7, Jilid 1, Jakarta:Erlangga
I Gusti Agung Rai. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik,Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai