Kelompok 6
Disusun Oleh :
Amanda Yulia (210121084)
Intan Sari (210121041)
Muhamad A'izzudin (210121014)
Muhammad Bezus Dainuri (221121016)
Monica Dewi (190121112)
KELAS : AK21C
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUTANSI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Materialitas, Risiko
dan Audit awal.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Materialitas, Risiko dan Audit awal ini
bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulis ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Materialitas.........................................................................................................3
B. Pertimbangan Awal Tentang Materialitas........................................................................3
C. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit........................................................5
D. Risiko Audit.....................................................................................................................6
E. Model Risiko Audit..........................................................................................................6
F. Menilai Komponen Risiko Audit.....................................................................................7
G. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun......................8
H. Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Bukti Audit........................................................9
I. Strategi Audit Awal.........................................................................................................9
J. Strategi Audit Tambahan................................................................................................10
K. Hubungan Antara Strategi Dan Siklus Transaksi............................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaanlapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang
dihilangkan atausalah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapatmengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakankepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan
atau salah saji itu.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidakmemodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan
yangmengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya,semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Materialitas dan Bagaimana Konsep Materialitas itu ?
2. Apa saja Pertimbangan Awal Tentang Materialitas ?
3. Hubungan apa Saja Antara Materialitas Dengan Bukti Audit ?
4. Apa yang menjadi Risiko Audit ?
5. Seperti apa Model Risiko Audit ?
6. Bagaimana Menilai Komponen Risiko Audit ?
7. Apa Saja Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun ?
8. Apa Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Bukti Audit ?
9. Bagaimana Strategi Audit Awal ?
10. Bagaimana Strategi Audit Tambahan ?
11. Apa Hubungan Antara Strategi Dan Siklus Transaksi ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang Konsep Materialitas
2. Mengetahui tentang Pertimbangan Awal Tentang Materialitas
3. Mengetahui tentang Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
4. Mengetahui tentang Risiko Audit
5. Mengetahui tentang Model Risiko Audit
6. Mengetahui tentang Menilai Komponen Risiko Audit
7. Mengetahui tentang Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat
Saldo Akun
8. Mengetahui tentang Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Bukti Audit
9. Mengetahui tentang Strategi Audit Awal
10. Mengetahui tentang Strategi Audit Tambahan
11. Mengetahui tentang Hubungan Antara Strategi Dan Siklus Transaksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Materialitas
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini:
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
3
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan
atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian
signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai
akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
penyimpangan dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, setiap laporan
keuangan dapat memiliki dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitasnya dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat enam sampai dengan
sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh karena itu, pertimbangan tersebut dapat
didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif, pertimbangan
tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang telah lalu, yang
disesuaikan dengan perubahan terkini, seperti keadaan ekonomi umum dan trend
industri.Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikutini diberikan contoh
beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
4
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji 1 % dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji ½ % sampai 1 % dari pendapatan bruto.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo
akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keuangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji
( overstatement ) dalam akun tersebut. Oleh karena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih
kecil dibandingkan materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko
lebih saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan saldo tercatat
yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang kelihatannya
bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji ( understatement ) yang melampaui
materialitasnya.
5
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti
yang diperlukan. (hubungan terbalik). Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo
akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan.
D. Risiko Audit
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas
dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada
tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat
yang rendah.
AR = IR × CR × DR
Di mana :
6
Untuk menggambarkan penggunaan model tersebut, asumsikan bahwa auditor membuat
pertimbangan professional untuk asersi tertentu, seperti asersi penilaian atau asersi penilaian
atau alokasi untuk piutang usaha sebagai berikut :
Risiko deteksi dapat ditentukan dengan menyelesaikan model tersebut sebagai berikut :
DR = (AR)/(IR × CR)
= 0,05/(0,9 × 0,2)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait.Penilaian risiko bawaan merupakan
pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin memiliki dampak yang mendalam
terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun dan hal-hal yang hanya berkaitan
dengan asersi spesifik untuk suatu akun spesifik.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersi-asersi
lainnya. Risiko bawaan muncul secara independent dari audit laporan keuangan. Oleh
karena itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat aktual dari risiko bawaan. Akan tetapi,
auditor dapat mengubah tingkat risiko bawaan yang dinilai.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian
intern entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
7
Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur analitis
dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus
mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan.
Dalam perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat
diterima untuk prosedur analitis dan pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang
signifikan dengan menggunakan model risiko audit.
G. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan
baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit
keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung
oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
8
H. Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit, Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach). Strategi audit awal dibagi
menjadi dua macam :
1. Pendekatan Terutama Substantif. Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua
atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor
sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Pada
dasarnya ada tiga alasan mengapa auditor menggunakan pendekatan ini :
a. Hanya terdapat sedikit ( jika ada ) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang
relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
b. Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun
dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
9
c. Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantive lebih efisien untuk
asersi tertentu.
2. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan
kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan
sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
empat unsur berikut ini :
10
g. Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit sebagai
akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko yang diberikan
prosedur analitis.
11
K. Hubungan Antara Strategi Dan Siklus Transaksi
Seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada sekelompok asersi yang
dipengaruhi oleh golongan transaksi dalam suatu siklus transaksi. Logikanya adalah bahwa
banyak pengendalian intern berfokus pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam satu siklus.
Meskipun, kantor akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk golongan transaksi, dan
dalam beberapa kasus bahkan berbeda dalam menspesifikasikan golongan transaksi mana
yang masuk dalam siklus tertentu.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
dalam perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit
karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh
selama berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat memastikan
bahwa karena sumber pembelanjaan tersebut, solvabilitas klien dalam periode yang diaudit
telah mengalami peningkatan secara signifikan.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu
salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material,
karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara
materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus
tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti
yang diperlukan.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
13
apakah dalam sebuah hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
B. Saran
Dalam bab ini dijelaskan tiga langakah tambahan dalam perencanaan audit, setelah
mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang
auditing: Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal. Demikian yang dapat kami jabarkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangannya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.stekom.ac.id/assets/dokumen/ebook/
feb_d948d471674422ad54987a28b53b893a1167c2b1_1642060233.pdf
http://repository.upstegal.ac.id/3019/1/Auditing%20Dasar-Dasar%20Pemeriksaan
%20Laporan.pdf
https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/408622-auditing-1-dasar-dasar-
pemeriksaan-lapor-6ea07f4b.pdf
https://www.academia.edu/38499413/Makalah_Materialitas_Dan_Risiko_Audit_docx
15