Anda di halaman 1dari 36

ESTIMASI AKUNTANSI DAN PIHAK-PIHAK YANG BERELASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Auditing”

Dosen Pengampu :

Selvia Eka Eristantia, S.A, M.A

Disusun Oleh :

1. Ana Lukman Sari (G02218004)


2. Hajar Aqilah T A (G02218009)
3. Emi Dwi Rachmawati (G72218034)
4. Nurul Nadiroh (G72218050)
5. Fitri Nur Jannah (G92218075)
6. Novita Iswindah K (G92218086)

PROGAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., sebab karena rahmat dan nikmatNya
kamidapatmenyelesaikan tugas makalah Auditing ini, yang diberikan oleh Ibu Selvia selaku
Dosen Pengampu Auditing.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku
yang membahas tentang materi yang berkaitan juga dari beberapa jurnal-jurnal. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada dosen yang bersangkutan, karena
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah dan kepada penyedia sumber walau tidak
dapat secara langsung kami sebutkan.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu juga kami yang
masih belajar pada proses ini. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali
kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesarnya.
Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, 10 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Estimasi Akuntansi...........................................................................................................6
2.2.1 Cakupan dan ISA Acuan.................................................................................................6
2.1.2 Selayang Pandang............................................................................................................8
2.1.3 Penilaian Resiko............................................................................................................10
2.1.4 Tanggapan atas Risiko...................................................................................................14
2.1.5 Pelaporan.......................................................................................................................19
2.1.6 Reresentasi Tertulis.......................................................................................................20
2.2 Pihak-Pihak Yang Berelasi..................................................................................................20
2.2.1 Cakupan dan ISA Acuan...............................................................................................20
2.2.2 Selayang Padang............................................................................................................23
2.2.3 Tahap 1 – Menilai Risiko..............................................................................................26
2.2.4 Tahap 2-Menanggapi Risiko.........................................................................................30
2.2.5 Tahap 3-Pelaporan.........................................................................................................33
BAB III..........................................................................................................................................36
PENUTUP.....................................................................................................................................36
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................36
3.2 Saran................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah bisnis maupun perekonomian, suatu audit menjadi sebuah hal yang sangat
penting sekali, hal ini dikarenakan audit dapat memberikan kepercayaan yang lebih kepada
para pihak yang berkepentingan, misalkan saja di dalam suatu perusahaan, suatu audit akan
sangat dibutuhkan oleh para pemegang saham untuk melihat kondisi ataupun memantau
perkembangan perusahaan yang menjadi hak milik para pemegang saham tanpa intervensi
dari pihak pihak manajemen atau karyawaan perusahaan.
Standar Audit mengenai Estimasi Akuntansi berkaitan dengan tanggung jawab auditor
atas estimasi akuntansi, termasuk akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutan dalam suatu audit atas laporan keuangan. Tujuan pengukuran estimasi
akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
unsur keuangan yang dilaporkan.
Standar Audit mengenai pihak-pihak berkaitan yaitu menjelaskan tentang tanggung
jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan
keuangan. Standar Audit mengenai peristiwa kemudian dipengaruhi oleh peristiwa tertentu
yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Banyak kerangka pelaporan khusus yang
merujuk pada peristiwa tersebut.
Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak berelasi dapat melakukan transaksi yang
tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Sebagai
contoh, anak perusahaan yang bermaksud mempertahankan tanahnya sebagai properti
investasi, mungkin harus menjual tanahnya ke induk perusahaan atas instruksi dari induk
perusahaan tersebut.
Hubungan dengan pihak-pihak yang istimewa merupakan suatu karakteristik normal dari
perdagangan dan bisnis. Suatu hubungan dengan pihak-pihak yang istimewa dapat
berpengaruh terhadap laba atau rugi dan posisi keuangan entitas. Begitu pula sebaliknya, laba
atau rugi dan posisi keuangan entitas dapat juga dipengaruhi oleh pihak yang istimewa.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana estimasi akuntansi pada auditing?
2. Bagaimana pihak-pihak yang berelasi dalam auditing?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui estimasi akuntansi pada auditing.
2. Untuk mengetahui pihak-pihak yang berelasi dalam auditing.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Estimasi Akuntansi

2.2.1 Cakupan dan ISA Acuan


Audit atas estimasi akuntansi tersebar di ketiga tahap dalam proses audit

Audit atas Estimasi Akuntansi

Tahap Risk Assessment (Penilaian Risiko)


 Estimasi akuntansi apa saja yang diperlukan dalam laporan keuangan?
 Bagaimana estimasi ini dibuat?
 Berapa signifikannya estimasi ini?
 Apakah auditor memerlukan bantuan tenaga ahli?
 Berapa akuratnya estimasi di tahun lalu?
 Apakah ada bukti mengenai biasnya manajemen dalam proses estimasi?
 Berapa besarnya ketidakpastian proses estimasi ini?

Tahap Risk Response (Menanggapi Risiko)


 Apakah estimasi dibuat dengan cara yang benar, dengan metodologi yang
konsisten?
 Pakah bukti pendukung untuk melakukan estimasi dapat diandalkan?
 Apakah ada bukti terjadinya kecurangan?

Tahap Reporting (Pelaporan)


 Apakah pengungkapan mengenai estimasi akuntansi dalam laporan keuangan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan?
 Jika hal ini merupakan risiko yang signifikan, apakah ketidakpastian proses
estimasi diungkapkan dalam laporan keuangan?

6
 Peroleh representasi manajemen.

Berkenaan dengan estimasi akuntansi. tujuan auditor ditegasakan dalam ISA 540 Alinea 6.

Tujuan Auditor – Estimasi Akuntansi

Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
apakah:
a) Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi dengan nilai wajar, dalam laporan
keuangan, baik yang diakui atau yang diungkapkan, adalah wajar
b) Pengungkapan (yang berkaitan dengan estimasi akuntansi) dalam laporan
keuangan (sudah) cukup, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

Ada istilah tertentu yang digunakan dalam ISA sehubungan dengan estimasi akuntansi.
ISA 540.7 memberikan definisi terhadap istilah-istilah tersebut.

Estimasi Akuntansi – Definisi Istilah:

a) Accounting estimate – Nilai yang mendekati suatu nilai uang, (yang digunakan)
dalam ketiadaan pengukuran yang tepat. Istilah ini digunakan untuk jumlah (uang)
yang diukur dengan nilai wajar di mana ada ketidakpastian dalam estimasi,
maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi.
b) Auditor’s point estimate atau auditor’s range – Jumlah, atau rentang jumlah, yang
diambil dari bukti audit untuk digunakan dalam mengevaluasi management’s point
estimate.
c) Estimation certainty – Kerentanan estimasi akuntansi dan pengungkapan terkait
(dengan estimasi akuntansi itu) karena ketiadaan presisi yang melekat dalam
pungukuran (pada setiap estimasi).
d) Management bias – Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan
informasi.
e) Management’s point estimate – Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan
(terhadap) atau pengungkapan (mengenai) estimasi akuntansi.

7
f) Outcome of an accounting estimate – Jumlah/nilai uang sebenarnya dari
penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi yang mendasari estimasi akuntansi.

2.1.2 Selayang Pandang


Beberapa item dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat dan karenanya, harus
diestimasi atau diperkirakan jumlahnya. Estimasi akuntansi beraneka ragam tingkat
kerumitannya dan berkisar dari yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks. Estimasi
sering kali melibatkan banyak analisis data historis dan data tahun berjalan, dan prakiraan
mengenai peristiwa di kemudian hari seperti transaksi penjualan.

Pengukuran estimasi akuntansi bisa berbeda-beda tergantung persyaratan atau kewajiban


dalam kerangka pelaporan keuangan yang belaku dan item dalam laporan keuangan. Tujuan
pengukuran dari suatu estimasi bisa untuk:

1. Membuat prakiraan mengenai outcome satu atau lebih transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang menyebabkan estimasi akuntansi perlu dibuat
2. Menentukan nilai dari transaksi berjalan atau item laporan keuangan berdasarkan kondisi
yang ada pada tanggal pengukuran, seperti taksiran harga pasar dari suatu jenis aset atau
kewajiban tertentu. Ini dapat meliputi pengukuran nilai wajar.

Risiko salah saji yang material karena estimasi sering kali didasarkan pada tingkat
ketidakpastian estimasi dalam membuat estimasi. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan menggunakan singkatan RMM, dari risk of material misstatements atau
risiko salah saji yang material.

TINGKAT KETIDAKPASTIAN ESTIMASI


Tingkat Ketidakpastian Rendah (RMM Tingkat Ketidakpastian Tinggi (RMM Tinggi)
Rendah)
Aktivitas bisnis tidak kompleks. Sangat bergantung pada judgment, misalnya
putusan majelis hakim dalam perkara tuntutan
atau timing dari arus kas di kemudian hari,
menyangkut ketidakpastian mengenai

8
peristiwa di periode yang akan datang.
Berhubungan dengan transaksi rutin. Tidak dihitung dengan teknik pengukuran
yang diakui.
Diambil dari data yang tersedia, seperti Telaahan auditor terhadap estimasi serupa di
data mengenai tingkat bunga yang tahun yang lalu menunjukkan perbedaan yang
dipublikasi atau harga saham di bursa. besar antara estimasi akuntansi dan hasil
sebenarnya.
Metode pengukuran menurut kerangka Estimasi akuntansi nilai wajar untuk
pelaporan keuangan yang berlaku adalah instrument keuangan derivatif yang tidak
sederhana dan mudah diterapkan. diperdagangkan secara umum.
Estimasi akuntansi nilai wajar yang Estimasi akuntansi nilai wajar yang
menggunakan model yang popular atau menggunakan model dari entitas yang
telah diterima umum, di mana asumsi berspesialisasi dalam bidang itu, atau yang
atau input untuk model itu dapat diamati mnggunakan asumsi atau input untuk model
di pasar. itu yang tidak dapat diamati dan diterima di
pasar.

Ketika bukti audit sudah diperoleh, kewajaran estimasi dievaluasi dan luasnya salah saji
diidentifikasi:

1. Dalam hal bukti mendukung suati point estimate, perbedaan antara auditor’s estimate dan
management’s point estimate merupakan suatu salah saji
2. Dalam hal auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan auditor’s range of
reasonableness memberikan bukti auditor yang cukup dan tepat, maka management’s
point estimate di luar kisaran tersebut tidaklah didukung oleh bukti audit. Dalam hal itu,
salah saji tidak lebih kecil dari perbedaan antara management’s point estimate dan titik
terdekat dari kisaran perkiraan auditor.

Perbedaan antara hasil aksir dari suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui dan
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak serta-merta merupakan salah saji. Ini sering
terjadi dalam fair value accounting estimate, di mana outcome dipengaruhi oleh peristiwa
atau kondisi sesudah tanggal pengukuran untuk tujuan penyajian laporan keuangan.

9
2.1.3 Penilaian Resiko
Kotak 10-5 ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Penilaian Risiko

PENJELASAN ISA 540 UNTUK ALENIA


ISA POKOK BAHASAN
YANG BERSANGKUTAN
540.8 Pemahaman auditor Sewaktu melaksanakan prosedur penilaian risiko
mengenai entitas dan dan kegiatan terkait untuk memperoleh
lingkungannya pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian intern entitas
sebagaimana disyaratkan oleh ISA 315, auditor
wajib memperoleh pemahaman mengenai hal-hal
berikut sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko salah saji material berkenaan
dengan estimasi akuntansi :
a) Persyaratan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku yang relevan dengan
estimasi akuntansi, termasuk disclosures
(yang berkaitan dengan estimasi
akuntansi)
b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi
transaksi, peristiwa, dan kondisi yang
menimbulkan kebutuhan akan estimasi
akuntansi yang harus diakui/ dinyatakan
atau diungkapkan dalam laporan
keuangan. Dalam memperoleh
pemahaman ini, auditor wajib
menanyakan kepada manajemen
mengenai perubahan dalam situasi yang
menimbulkan kebutuhan akan estimasi
akuntansi tersebut, termasuk :
1. Metode, termasuk model, jika ada,
yang digunakan untuk membuat

10
estimasi akuntansi
2. Pengendalian yang relevan
(dengan estimasi akuntansi)
3. Apakah manajemen menggunakan
manajemen expert
4. Asumsi yang mendasari estimasi
akuntansi
5. Apakah ada atau seharusnya ada
perubahan dalam metode untuk
membuat estimasi akuntansi, dari
yang digunakan tahun lalu
6. Apakah ada ketidakpastian
estimasi, dan jika ada, bagaimana
manajemen menilai dampak
ketidakpastian tersebut
540.9 Reviu hasil akhir (outcome) Auditor wajib mereviu hasil akhir (outcome)
estimasi akuntansi estimasi akuntansi dalam laporan keuangan tahun
lalu, atau jika ada, estimasi ulang kemudian
(subasequent re-estimation) untuk tujuan tahun
berjalan. Sifat dan luasnya reviu auditor
memperhitungkan sifat estimasi akuntansi, dan
apakah informasi yang diperoleh dari reviu ini
akan relevan untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji material akibat estimasi
akuntansi yang dibuat dalam laporan keuangan
tahun berjalan. Namun, reviu ini tidak
dimaksudkan untuk mempertanyakan judgment
yang dibuat tahun lalu berdasarkan informasi
yang ada pada waktu itu
540.1 Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko salah
0 saji material, sebagaimana disyaratkan ISA 315,
auditor wajib mengevaluasi tingkat

11
ketidakpastian estimasi terkait dengan estimasi
akuntansi.
540.1 Auditor wajib menentukan apakah, dalam
1 pandangannya, semua estimasi yang telah
diidentifikasi mempunyai ketidakpastian estimasi
yang tinggi, menimbulkan risiko yang signifikan.

Kotak 10-6 Perhatian Auditor dalam Tahap Penilaan Risiko

PERHATIAN
PENJELASAN
AUDITOR PADA
Bagaimana Bisa berasal dari kerangka akuntansi yang digunakan atau dari
mengidentifikasi transaksi, peristiwa, dan kondisi dimana entitas perlu membuat
kebutuhan entitas estimasi akuntansi yang kemudian diakui atau diungkapkan
melakukan estimasi? dalam laporan keuangan. Auditor juga bertanya kepada
manajemen tentang perubahan situasi yang memerlukan estimasi
akuntansi yang baru, atau perlunya revisi atas estimasi akuntansi
yang ada
Proses manajemen Reviu dan evaluasi proses manajemen, termasuk penyusunan
membuat estimasi asumsi yang menjadi dasar estimasi, keandalan data yang
digunakan, dan proses persetujuan atau reviu internal. Juga kalau
ada, reviu atas penggunaan management expert.
Kebutuhan akan manajemen expert timbul, misalnya karena :
1) Kekhususan masalah yang memerlukan estimasi
2) Sifat teknis dari model-modal yang digunakan untuk
memenuhi ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku (misalnya beberapa pengukuran yang
menggunakan fair value)
3) Transaksi, peristiwa, dan kondisi yang memerlukan
estimasi akuntansi, merupakan hal yang tidak biasa atau
jarang terjadi di entitas itu.
Hasil Reviu outcome dari estimasi yang dibuat tahun lalu. Pahami
akhir/realisasi/outcome alasan mengenai selisih antara estimasi tahun lalu dengan

12
dari estimasi yang realisasi (actual amount). Prosedur ini akan membantu
dibuat tahun lalu memahami :
1) Efektif/ tidaknya proses etimasi manajemen
2) Adanya kemungkinan manajemen bias (reviu atas
estimasi untuk melihat kemungkinan fraud, diharuskan
dalam ISA 240
3) Adanya bukti audit yang penting untuk estimasi tersebut,
dan
4) Luasnya ketidakpastian estimasi, yang mengkin perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan
Seberapa luasnya Pertimbangan hal-hal berikut
ketidakpastian estimasi 1) Luasnya manajement’s judgment yang digunakan
dalam proses estimasi 2) Sensitivitas asumsi-asumsi yang digunakan, terhadap
ini ? perubahan
3) Adanya teknik pengukuran yang diakui, yang dapat
mengurangi ketidakpastian
4) Panjangnya forecast period dan relevansi data yang
digunakan
5) Tersedianya data andal dari sumber eksternal
6) Seberapa banyaknya estimasi itu menggunakan masukan
yang dapat/tidak dapat diamati (observable/unobservable
inputs)
Catatan : tentukan apakah estimasi akuntansi dengan
ketidakpastian estimasi yang tinggi juga merupakan risiko
signifikan yang harus diperhatikan auditor.
Pentingnya estimasi Dalam menilai risiko salah saji material, pertimbangkan:
1) Hal-hal yang disajikan dalam kotak ini
2) Besarnya estimasi, baik yang berkenaan dengan besaran
outcome sesungguhnya maupun jumlah ekspektasi, dan
3) Apakah estimasi itu merupakan risiko signifikan, (lihat
pembahasan di atas)

13
2.1.4 Tanggapan atas Risiko
Dalam tahap ini auditor memberi tanggapan atas risiko yang dinilai (assessed risk) pada
tahap sebelumnya.
ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Menanggapi Risiko

ISA POKOK BAHASAN PENJELASAN ISA 540 UNTUK ALINEA YG


BERSANGKUTAN
540.1 Kewajiban auditor pasca Berdasarkan risiko salah saji material yang dinilai
2 tahap penilaian risiko (dalam tahap penilaian risiko), auditor wajib
menentukan:
a) Apakah manajemen sudah menerapkan dengan
tepat persyaratan (tentang estimasi akuntansi)
dalam kerangka pelaporan keuangan yg
berlaku;dan
b) Apakah metode untuk membuat estimasi
akuntansi sudah tepat dan telah diterapkan
secara konsisten, dan apakah perubahan, jika
ada, dalam estimasi akuntansi atau dalam
metode untuk membuat estimasi akuntansi di
tahun lalu masih tepat dalam situasi (tahun
berjalan).
540.1 Kewajiban auditor dalam Dalam menanggai risiko salah saji material yang
3 menanggapi risiko dinilai, sebagaimana ditetapkan ISA 330, auditor
wajib melaksanakan satu atau lebih hal di bawah,
dengan mempertimbangkan sifat estimasi
akuntansi.
a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi
sampai tanggal laporan auditor memberikan
bukti audit mengenai estimasi akuntansi.
b) Menguji bagaimana manajemen membuat
estimasi akuntansi dan menguji data yang
digunakan. Dengan demikina, auditor wajib

14
mengevaluasi apakah:
i. Metode pengukuran yang digunakan adalah
tepat untuk situasi yang dihadapi; dan
ii. Asumsi yang digunakan manajemen adalah
wajar sehubungan dengan tujuan
pengukuran menurut kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
c) Menguji efektifnya pengendalian mengenai
bagaimana manajemen membuat estimasi
akuntansi, bersama dengan prosedur substantif
yang tepat.
i. Metode pengukuran yang digunakan adalah
tepat untuk situasi yang dihadapi;dan
ii. Asumsi yang digunakan manajemen adalah
wajar sehubungan dengan tujuan
pengukuran menurut kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
d) Mengembangkan suatu point estimate atau suatu
kisaran (range) untuk mengevaluasi
management’s point estimate. Untuk tujuan ini:
i. Jika auditor menggunakan asumsi atau
metode yang berbeda dari manajemen,
auditor wajib memperoleh pemahaman
mengenai asumsi atau metode manajemen
yang cukup untuk memastikan bahwa
auditor’s point estimate atau kisarannya,
telah memperhitungkan perbedaan yang
signifikan dengan management’s point
estimate;
ii. Jika auditor menyimpulkan bahwa tepat
menggunakan suatu kisaran, auditor wajib

15
menyempitkan kisaran tersebut, berdasrkan
bukti audit yang tersedia, sampai semua
outcome di dalam kisaran itu dipandang
wajar.

540.1 Mempertimbangkan perluya Dalam menentukan hal-hal yang disebutkan dalam


4 keterampilan terspesialisasi alinea 12 atau dalam menanggapi risiko salah saji
(specialized skills) material yang dinilai, yang disebutkan dalam alinea
13, auditor wajib mempertimbangkan apakah
keterampilan terspesialisasi (specialized skills) atau
pengetahuan yang terkait dengan satu atau lebih
estimasi akuntans, diperlukan untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.
540.1 Kewajiban auditor dalam Untuk estimasi akuntansi yang merupakan risiko
5 menanggapi risiko signifikan, sebagai tambahan terhadap prosedur
signifikan substantif lain yang dilaksanakan untuk memenuhi
persyaratan ISA 330, auditor wajib mengevaluasi
hal-hal berikut:
a. Bagaimana manajemen mempertimbangkan
asumsi atau outcome lain, dan mengapa
manajemen menolaknya, atau bagaimana
manajemen menangani ketidakpastian
estimasi dalam membuat estimasi akuntansi.
b. Apakah asumsi signifikan yang digunakan
manajemen adalah wajar
c. Niat manajemen mengambil
tindakan/langkah tertentu dan
kemampuannya bertindak, dalam hal-hal
yang relevan untuk kewajiban asumsi
signifikan yang digunakan manajemen atau
penerapan yang tepat dari kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

16
540.1 Kewajiban auditor jika Jika menurut auditor, manajemen belum cukup
6 manajemen belum cukup memperhatikan dan menangani dampak dari
menangani risiko signifikan ketidakpastian estimasi terhadap estimasi akuntansi
yang merupakan risiko signifikan, auditor wajib,
jika perlu, mengembangkan suatu kisaran yang
digunakan untuk mengevaluasi kewajaran estimasi
akuntansi.

Dalam entitas yang lebih kecil, sangat boleh jadi manajemen aktif terlibat dalam proses
pelaporan, termasuk membuat estimasi akuntansi. Akibatnya, pengendalian atas proses
estimasi tidak ada, mungkin akan beroperasi secara informal. Oleh karena itu, tanggapan
auditor atas risiko yang dinilai bersifat substantif, dimana auditor melaksanakan satu atau
lebih tanggapan sebagai berikut (lihat kotak 10-8)

Tanggapan Auditor-Entitas yang lebih kecil

Perhatian auditor pada Penjelasan


Apakah estimasi dibuat 1. Uji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi
dengan benar? dan uji data yang digunakan. Evaluasi apakah:
a. Metode pengukuran yang digunakan, tepat untuk
situasi yang dihadapi
b. Asumsi yang digunakan manajemen adalah wajar
untuk tujuan pengukuran sesuai kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
2. Uji efektif pwngwndalian mengenai bagaimana
manajemen membuat entitas akuntansi, bersama dengan
prosedur substansi yang tepat
3. Kembangkan suatu point estimate atau suatu kisaran
(range) untuk mengevaluasi managemen’s point estimate.
Jika auditor menggunakan asumsi atau metode yang
berbeda dari manajemen, pahami asumsi atau metode
manajemen, untuk memastikan bahwa auditor’s point

17
estimate. Jika tepat, persempit kiaran berdasarkan bukti
aaudit yang tersedia, sampai semua aoutcome didalam
kisaran itu dipandang wajar
Berapa andalnya bukti Laksanakan satu atau lebih hal dibawah, dengan
pendukung? mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi, sifat bukti yang
diperoleh, dan risiko salah saji material yang dinilai.
a. Reviu peristiwa yang terjadi sampai tanggal laporan
auditor, untuk memastikan bahwa peristiwa kemudian itu
mendukung estimasi akuntansi yang dibuat manajemen.
Khususnya dalam entitas kecil yang dikelola pemiliknya,
dimana tidak ada prosedur pengendalian formal atas
entitas akuntansi.
b. Uji informasi, pengendalian, metode, dan asumsi yang
digunakan.
c. Berdasarkan bukti yang tersedia dan diskusi dengan
manajemen, kembangkan suatu point estimate atau suatu
kisaran (range) untuk menegvaluasi manajemen’s point
estimate atau taksiran diluar rentang/kisaran kewajaran,
merupakan salah saji.
d. Dalam hal periode antara tanggal laporan posisi keuangan
dan tanggal laporan auditor, lebih panjang, reviu auditor
atas peristiwa dalam periode ini bisa memberikan
tanggapan yang lebih efektif terhadap estimasi akuntansi,
dibandingkan dengan fair value accounting estimate.
Kemungkinan adanya Apakah ada indikator kemungkinan management bias? Ini
management bias? mungkin terlihat dari perubahan cara menghitung estimasi, atau
pemilihan point estimate yang berindikasi pola (tertentu) optimis
atau pesimis. Ini terjadi jika estimasi manajemen secara
konsisten berada diluar batas kisaran menurut kewajiban auditor,
atau ketika bias ini bergeser dari satu batas (misalnya batas
bawah) dalam satu kisaran, ke ekstrem lain (misalnya batas atas)
dalam periode berikutnya. Misalnya, ketika manajemen akan

18
menjual bisnisnya 9dan sasaran laba bergeser dari tax savings ke
laba maksimum). Pertimbangkan dampak kumulatif dari bias ini
ketika manajemen membuat akuntansi.

2.1.5 Pelaporan
Pembahasan mengenai estimasi akuntansi didalam bagian ini, masuk dalam tahap ketiga dari
proses audit, yakni tahap Reporting. Kotak 10-9 kutipan dari ISA 540 yang relevan untuk
pembahasan pada tahap ini.

ISA 540 Estimasi Akuntansi dalam Tahap Pelaporan

ISA Penjelasan ISA 540 untuk alinea yang bersangkutan


540.19 Auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
apakah pengungkapan dalam laporan keuangan mengenai estimasi
akuntansi sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku.
540.20 Untuk estimasi akuntansi yang beresiko signifikan, auditor juga wajib
mengevaluasi kecukupan dari pengungkapan menegnai ketidakpastian
estimasi dalam laporan keusngan, dalam konteks kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

Langkah terakhir adalah menentukan apakah:

1. Bukti atdit yang cukup dan tepat sudah diperoleh. Dalam hal bukti audit yang cukup dan
tepat tidak tersedia atau bukti yang ada justru bertentangan dengan manajement’s
estimates, auditor perlu membahas temuannya dengan manajemen dan
mempertimbangkan perlunya mengubah penilaian risiko dan melaksanakan prosedur
audit selanjutnya
2. Estimasi akuntansi adalah wajar dalam konteks kerangka peloporan keuangan yang
berlaku, atau disalahsajikan
3. Disclosures (pengungkapan) dalam pelaporan keuangan mengenai estimasi akuntansi
a. Sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

19
b. Ketidakpastian estimasi diungkapkan dengan cukup, jika ketidakpastian estimasi itu
berisiko signifikan

2.1.6 Reresentasi Tertulis


Auditor meminta (dan harus memperoleh) representasi tertulis (written representation)
dari manajemen mengenai kewajaran menegnai asumsi-asumsi signifikan yang digunakan.
Juga pertimbangan utnuk memperoleh representasi tertulis mengenai apakah asumsi-asumsi
itu mencerminkan niat dan kemampuan manajemen untuk mengambil tindakan yang relevan
untuk memperoleh fair value measurements dan menyajikan disclosures mengenai hal
tersebut.

2.2 Pihak-Pihak Yang Berelasi

2.2.1 Cakupan dan ISA Acuan


Bab ini memebahas prosedur audit atas pihak-pihak yang berelasi (related parties) dan
hubungan diantara mereka (related-party transaction). ISA yang menjadi acuan untuk
pembahasan dalam bab ini ialah ISA 550.

Dalam konteks ini, ISAs menggunakan beberapa istilah yang akan dibahas berikut ini
(ISA 550.10)

1. Arm’s length transaction – ini adalah transaksi diantara pihak-pihak (pembeli dan
penjual) yeng bebas, tidak saling terkait dan bertindak independen satu terhadap yang
lain. Oleh karena itu, transaksi ini dijalankan dengan syarat dan kondisi yang terbaik
untuk mereka masing-masing pihak (in their best interests).
2. Related-party – dalam mendefinisikan istilah ini, ISA 550.10 mengembalikannya kepada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (applicable financial reporting framework).
Namun, jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak mengaturnya (atau
menyebutnya secara sambil lalu, dan sangan minim), maka ISA memaknai related-party
sebagai:
a. Seseorang dan suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap estitas
pelapor

20
b. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruh, secara langsung atau tidak langsung
melalui satu atau lebih perantara oleh entitas pelapor
c. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melaui:
1. Pemilikan dibawag kendali bersama
2. Pemilik berdiri atas keluarga dan kerabat
3. Anggota manajemen kunci yang sama

Bagaimana dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dinegara kita? Apakah BUMN
merupakan pihak yang berelasi atau related-party dalam definisi ISAs? Menurut ISA 550.10
entitas dibawah pengendalian bersama pemerintan pusat (BUMD) tidak dianggap pihak
berelasi, kecuali jika mereka terlibat transaksi signifikan (diantara mereka) ataub saling
menggunakan sumber daya signifiikan diantara mereka.

Prosedur audit untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi tersebar diketiga tahap proses
audit. Dalam setiap tahap dari ketiga tahap dalam proses audit, yakni Risk assessment
(penilaian risiko), Risk Response (menanggapi risiko), dan Reporting (pelaporan) ada
sejumlah prosedur dan pertanyaan yang relevan dengan audit pihak-pihal yang berelasi dan
transaksi berelasi. Prosedur dan pertanyaan audit ini dirangkum dalam kotak 11-1

Kotak 11-1 Prosedur dan Pertanyaan Audit

Tahap Menilai Risiko


1. Identifikasi siapa pihak-pihak yang berelasi, apakah ada perubahan mengenai siapa
pihak-pihak yang berelasi sejak audit yang lalu
2. Pahami sifat, luasnya, dan tujuan transaksi dan hubungan diantara pihak-pihak yang
berelasi
3. Lihat potensi terjadinya kecurangan, misalnya karena adanya tekanan atau dominasi
pihak-pihak yang berelasi
4. Senantiasa waspada terhadap kemungkinan adanya transaksi dan hubungan diantara
pihak-pihak yang berelasi, selama audit berlangsung
5. Lihat kemungkinan ada atau terjadinya risiko signifikan

21
Tahap Menanggapi Risiko
1. Apakah situasi berisiko yang diidentifikasi auditor, memberi petunjuk keterlibatan
pihak-pihak yang berelasi?
2. Dapatkan bukti untuk mendukung atau menyangah asersi manajemen tentang sifat,
luas, dan tujuan transaksi hubungan pihak berelasi atau hubungan diantara pihak-
pihak yang berelasi
3. Jika berada diluar jalur bisnis normalnya entitas, lihat pentingnya transaksi
hubungan pihak berelasi ini dalam konteks seluruh bisnis, misalnya berapa %
transaksi hubungan pihak berelasi dari total penjualan
4. Perhatikan cara pengukuran/penilaian (misalnya adanya transfer princing) dan
pengakuan transaksi hubungan pihak berelasi
5. Lihat kemungkinan ada atau terjadinya kecurangan untuk merancang dan
mengimplementasikan prosedur audit yang tepat

Tahap Pelaporan
1. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
2. Apakah terjadi salah saji yang material karena adanya transaksi hubungan pihak
berelasi
3. Apakah pengungkapan dalam laporan keuangan benar dan cukup?
4. Dapatkan representasi/pernyataan manajemen
5. Laporkan temuan audit tentang pihak-pihak yang berelasi

ISA 550.9 menegaskan tujuan auditor dalam mengaudit pihak-pihak yang berelasi. Lepas
dari apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan mengenai
pihak berelasi, auditor wajib memahami hubungan diantara pihak-pihak yang berelasi
(hubungan pihak berelasi) dan transaksi hubungan pihak berelasi yang cukup untuk:

a. Mengenal faktor risiko kecurangan yang timbul dari hubungan pihak berelasi dan
transaksi hubungan pihak berelasi atau identifikasi dan penilaian risiko salah saji
material/karena kecurangan

22
b. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sepanjang dipengaruhi oleh hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak
berelasi:
i. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “oenyajian yang
layak”) atau
ii. Tidak menyesatkan (kerangka palaporan keuangan “kepatuhan”)

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan tentang pihak
berelasi, tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentanga pakag
hubungan pihak berelasi dan transaksi hubungan pihak berelasi sidah diidentifikasi,
dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan dengan tepat dalam lapiran keuangan sesuai
dengan kerangak pelaporan keuangan yang berlaku.

2.2.2 Selayang Padang


Pihak berelasi tidak independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu, risiko terjadinya
salah saji meterial melalui transaksi hubungan pihak berelasi umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan transaksi diantara pihak-pihak yang bebas (unrelated parties). Juga,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku seringkali menetapkan persyaratan akuntansu
dan pengungkapan mengenai transaksi hubungan pihak berelasi. Persyaratan ini
dimaksudkan agar pemakai laporan keuangan memahami sifat transaksi ini, sifat saldo
dalam laporan keuangan, dan dampak hubungan pihak berelasi. Dampak transksi hubungan
pihak berelasi, bisa berupa laba yang dinyatakan terlalu tinggi (overstated) atau terlalu
rendah (understated) karena harga yang “diatur” (transfer princing).

Kotak 11-2 menyajikan beberapa aktor risiko berkenaan dengan hubungan pihak berelasi
dan transaksi hubungan pihak berelasi.

Kotak 11-2 Faktor Risiko

Transaksi yang sangat rumit


Pihak-pihak yang berelasi beroperasi melalui jaringan dan struktur yang sangat ekstensif
dan rumit

Hubungan dan transaksi tidak terungkap

23
- Hubungan pihak berelasi ini sering disembunyikan, karena berpeluang digunakan
manajemen/pemilik untuk kolusi dan amnipulasi
- Sistem informasi entitas mungkin tidak berfungsi (atau sengaja dibuat tidak
berfungai) untuk mengidentifikasi dan melaporkan transaksi hubungan pihak
berelasi dan saldonya (hasil dari transaksi hubungan pihak berelasi)
- Manajemen mungkin tidak mengetahui adanya pihak-pihak yang berelasi dan
hubungan istimewa yang diatur pemilik

Diluar jalur bisnis normal


Sangat boleh jadi transaksi hubungan pihak berelasi tidak dilakukan dengan syarat dan
kondisi yang ada dipasar ebas, misalnya nilai transaksi ditetapkan dibawah atau diatas nilai
wajar (fail values)

Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengungkap pihak-pihak


yang berelasi dan akuntansi atas transaksi hubungan pihak berelasi. Tanggung jawab ini
mengharuskan manajemen mengimplementasikan pengendalian intern yang mampu
mengidentifikasi dan mencatat transaksi hubungan pihak berelasi dengan benar, dan
mengungkapkannya secara lengkap dan benar dalam laporan keuangan.

Auditor harus senantiasa waspada terhadap informasi pihak-pihak yang berelasi ketika
mereviu catatan atau dokumen selama audit berlangsung. Auditor menginspeksi dokumen
penting tertentu, tetapi bukan melakukan investigasi yang ekstensif terhadap catatan dan
dokumen yang secara khusus diarahkan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi.

Dalam entitas yang lebih kecil, prosedur ini tidak terlalu canggih dan bersifat informal.
Manajemen mungkin tidak mempunyai informasi mengenai pihak-pihak yang berelasi yang
siap tersedia. Sistem informasi juga tidak dirancang khusus untuk mengidentifikasi pihak-
pihak yang berelasi. Oleh karena itu, auditor perlu bertanya dan mewawancarai manajemen;
mereviu akun-akun dengan pihak-pihak tertentu; dan prosedur lain diluar catatan
pembukuan dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

24
Karena pihak-pihak yang berelasi tidak independen satu terhadap yang lain, banyak
kerangka pelaporan keuangan menetapkan persyaratan akuntansi dan pengungkapan yang
spesifik untuk hubungan pihak berelasi, serta transaksi dan saldo-saldonya. Hal ini
memungkinkan pemakai laporan keuangan memahami sifat transaksi pihak-pihak yang
berelasi serta dampak nyata dan potensial terhadap laporan keuangan.

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan tertentu
untuk akuntansi dan pengungkapan pihak-pihak yang berelasi, auditor bertanggung jawab
untuk melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi risiko
salah saji material karena entitas tidak membukukan dan mengungkapkan pihak-pihak yang
berelasi, transaksi, atau saldo-saldonya sesuai dengan persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan persyaratan


yangsangat minim atau bahkan tidak menetapkan persyaratan apapun tentang pihak-pihak
yang berelasi, auditor tetap harus memperoleh pemahaman yang cukup tentang hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi agar ia dapat menyimpulkan apakah laporan
keuangan, sepanjang dipengaruhi hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi :

1. Menyajikan secara layak (dalam hal kerangka pelaporan keuangan “penyajian yang
layak”); atau
2. Tidak menyesatkan (kerangka pelaporan keuangan “kepatuhan”)

Dalam hal diperolehnya informasi yang mengarah kepada adanya hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi (yang sebelumnya tidak diketahui atau diungkupkan oleh
manajemen), auditor harus memastikan kebenaran informasi tersebut.

ISA 550 memberikan petunjuk mengenai tanggung jawab auditor dan prosedur audit
mengenai pihak-pihak yang berelasi dan transaksi antar pihak-pihak yang berelasi. Ini akan
dibahas selanjutnya sesuai urut-urutan ketiga tahap dalam proses audit.

2.2.3 Tahap 1 – Menilai Risiko


ISA Terjemahan
550.11 Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait yang
diwajibkan oleh ISA 315 dan ISA 240 dilakukan auditor selama auditnya,

25
auditor wajib melaksanakan prosedur audit dan kegiatan seperti disebutkan
dalam alinea 12-17 untuk memperoleh informasi yang relevan dalam
mengidentifikasi risiko salah saji material terkait dengan hubungan pihak-pihak
yang berelasi dan transaksi-transaksinya.
550.12 Diskusi tim audit yang diwajibkan oleh ISA 315 dan ISA 240 meliputi
pertimbangan mengenai kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji
material karena kecurangan atas kesalahan yang mungkin terjadi karena
hubungan pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-transaksinya.
550.13 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen mengenai :
a) Identitas pihak-pihak yang berelasi, termasuk perubahan dari periode
yang lalu;
b) Sifat hubungan antara entitas dan pihak-pihak yang berelasi ini; dan
c) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi
dalam periode berjalan dan jika demikian, jenis dan tujuan transaksi.
550.14 Auditor wajib menanyakan kepada manajemen dan (pegawai) lain dalam
entitas, dan melaksanakan prosedur penilaian risiko lai yang dipandang tepat,
untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian yang dibangun
manajemen untuk :
a) Mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan, dan mengungkapkan
hubungan pihak-pihak yang berelasi dan transaksi-transaksinya sesuai
kerangka pelaporan kerugian yang berlaku;
b) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan dan pengaturan
dengan pihak-pihak yang berelsasi;
c) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di luar jalur bisnis
yang normal.
550.15 Selama audit, auditor wajib senantiasa waspada, ketika menginspeksi catatan
atau dokumen, menenai peraturan atau informasi lain yang bisa
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi
yang sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan manajemen kepada
auditor.
a) Konfirmasi bank dan pengacara/penasihat hukum yang diperoleh
sebagai bagian dari prosedur audit.

26
b) Risalah rapat umm/khusus pemegang saham dan TCWG (Those
Changed With Governance).
c) Catatan atau dokumen lain yang menurut auditor perlu (diinspeksi)
dalam situasi entitas itu.
550.16 Jika auditor mengidentifikasi transaksi transaksi signifikan di luar jalur bisnis
yang normal, ketika melaksanakan prosedur audit yang diwajibkan oleh alinea
15 atau melalui prosedur audit lain, auditor wajib menanyakan tentang :
a) Sifat transaksi-transaksi ini; dan
b) Apakah transaksi-transaksi ini melibatkan pihak-pihak yang berelasi.
550.17 Auditor wajib membagi informasi yang relevan yang diperolehnya mengenai
pihak-pihak yang berelasi entitas itu dengan anggota tim audit lainnya.
550.18 Dalam memenuhi kewajiban ISA 315 untuk mengidentifikasi dengan menilai
risiko salah saji material, auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material terkait dengan hubungan atau transaksi pihak-pihak yang
berelasi dan menentukan apakah masing-masing risiko tersebut adalah risiko
signifikan. Dalam menentukan hal ini, auditor wajib memperlakukan transaksi
pihak-pihak yang berelasi signifikan yang diidentifikasinya di luar jalur bisnis
yang normal, menyebabkan risiko signifikan.
550.19 Jika auditor mengidentifikasi faktor risiko kecurangan (termasuk situasi yang
berhubungan dengan pihak-pihak yang berelasi yang mempunyai pengaruh
dominan) ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait
mengenai pihak-pihak yang berelasi, auditor wajb mempertimbangkan
informasi tersebut ketika mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material
karena kecurangan sesuai dengan ISA 240.

Untuk mengidentifikasi dan menlai risiko salah saji material berkenaan dengan hubungan
dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal
yang disebutkan dalam kutipan ISA di atas.

Pertimbangan Mengenai Transaksi Pihak Berelasi :

Ketahui sifat dan Tanyakan :


dampak hubungan 1. Identitas pihak-pihak yang berelasi, termasuk perubahan

27
dan transaksi pihak- sejak tahun lalu.
pihak berelasi 2. Sifat hubungan antara entitas dan pihak-pihak yang
berelasi.
3. Pengendalian, jika ada, yang dibangun manajemen untuk :
a. Mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan (account
for), dan mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi sesuai kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku;
b. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan dan
pengaturan dengan pihak-pihak yang berelasi; dan
c. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan di
luar jalur bisnis yang normal.
Lihat kemungkinan 1. Diskusikan di antara anggota tim audit, kerentanan laporan
adanya kecurangan keuangan terhadap salah saji material karena kecurangan
atau kesalahan yang berasal dari hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi.
2. Perhatikan dominasi satu atau beberapa orang terhadap
manajemen, tanpa diimbangi pengendalian. Indikator
pengaruh yang mendominasi, antara lain :
a. Pihak-pihak yang berelasi memveto keputusan bisnis
yang signifikan, yang dibuat manajemen atau TCWG;
b. Transaksi yang signifikan diminta persetujuan final
dari pihak-pihak yang berelasi;
c. Tidak ada/hanya sedikit perdebatan/tukar pendapat di
antara manajemen dan TCWG mengenai proposal
bisnis yang “disponsori” pihak-pihak yang berelasi;
d. Transaksi yang melibatkan pihak-pihak yang berelasi
di antara keluarga dekat dan kerabat pihak-pihak
berelasi jarang/tidak pernah direviu secara independen
atau memerlukan persetujuan terlebih dahulu.
3. Pengaruh yang mendominasi sering terlihat dalam kasus

28
dimana pihak-pihak yang berelasi sangat berperan dalam
berdirinya entitas dan melanjutkan peran tersebut sebagai
pengelola entitas.
4. Jika faktor risiko kecurangan ditemukan, buatlah penilaian
risiko salah saji material. Jika risiko salah saji material bisa
terjadi kembangkanlah tanggapan audit yang tepat.
Waspada selama Selama audit, auditor harus senantiasa waspada terhadap
menginspeksi catatan informasi yang belum diungkapkan tentang adanya hubungan atau
atau dokumen transaksi pihak-pihak yang berelasi. Inspeksi dokumen berikut.
a) Konfirmasi bank dan pengacara/penasihat hukum yang
diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit.
b) Risalah rapat umum/khusus pemegang saham dan TCWG.
c) Catatan atau dokumen lain yang menurut auditor perlu
diinspeksi.
Identifikasi risiko Transaksi pihak-pihak yang berelasi yang signifikan diluar jalur
yang signifikan bisnis yang normal akan dapat menimbulkan risiko signifikan.

2.2.4 Tahap 2-Menanggapi Risiko


Setelah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material berkenaan dengan
hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi dalam tahap pertama, auditor menanggapi
risiko tersebut dalam tahap kedua dari proses audit. Kotak 11-5 menyajikan kutipan dari ISA
550 mengenai kewajiban auditor dalam menanggapi risiko yang diidentifikasi dan
dinilainya.

Kotak 11-5 Kewajiban Auditor dalam Tahap Menanggapi Risiko


ISA TERJEMAHAN
550.20 Sebagai bagian dari persyaratan/ketentuan dalam ISA 330 bahwa auditor
menanggapi risiko yang dinilainya, auditor merancang dan melaksanakan
prosedur audit selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mengenai risiko salah saji material yang dinilai terkait dengan hubungan atau
transaksi pihak-pihak yang berelasi. Prosedur audit ini wajib meliputi prosedur
wajib yang diharuskan dalam alinea 21-24.
550.21 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang

29
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi
yang sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada
auditor, auditor wajib menentukan apakah situasi yang mendasarinya
menegaskan adanya hubungan dan transaksi tersebut.
550.22 Jika auditor mengidentifikasi (adanya) pengaturan atau informasi yang
mengindikasikan adanya hubungan atau transaksi pihak-pihak yang berelasi
yang sebelumnya tidak diidentifikasi atau diungkapkan oleh manajemen kepada
auditor, auditor wajib:
a) Segera mengomunikasikan informasi yang relevan kepada anggota tim
audit yang lain;
b) Dalam hal kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan
ketentuan tentang pihak-pihak yang berelasi:
i. Minta manajemen mengidentifikasi semua pihak-pihak yang
berelasi yang baru diidentifikasi untuk dievaluasi selanjutnya oleh
auditor.
ii. Tanyakan mengapa pengendalian entitas atas hubungan transaksi
pihak-pihak berelasi gagal membantu amnajemen
mengidentifikasi atau mengungkapkan hubungan dan transaksi
pihak-pihak yang berelasi.
c) Laksanakan prosedur audit yang substantive berkenaan dengan hubungan
atau transaksi pihak-pihak yang baru diidentifikasi.
d) Pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi pihak-pihak yang
berelasi lain atau yang signifikan yang masih belum diidentifkasi atau
diungkapkan oleh manajemen kepada auditor, dan laksanakan prosedur
audit tambahan yang diperlukan; dan
e) Jika tidak diungkapkannya (hubungan atu pihak-pihak berelasi) oleh
manajemen agaknya merupakan kesengajaan dan karenanya merupakan
indikasi risiko salah saji material karena kecurangan), evaluasi
implikasinya terhadap audit
550.23 Untuk transaksi pihak-pihak yang berelasi signifikan di luar jalur bisnis normal,
yang diidentifikasi, auditor wajib:
a) Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang mendasari (transaksi pihak-

30
pihak yang berelasi) dan mengevaluasi apakah:
i. Alasan bisnis yang sehat (atau ketiadaan alasan bisnis yang sehat)
dari transaksi tersebut yang mengarah pada dugaan bahwa
transaksi itu dibuat (semata-mata) untuk pelaporan keuangan
yang mengandung kecurangan atau menyembunyikan penjarahan
aset.
ii. Syarat-syarat transaksi memang sesuai dengan penjelasan
manajemen; dan
iii. Transaksi sudah dicatat dan dilaporkan dengan benar dan
diungkapkan dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
dan
b) Memperoleh bukti audit bahwa transaksi (pihak-pihak yang berelasi)
telah diotorisasi dan disetujui dengan benar.
550.24 Jika manajemen membuat asersi dalam laporan keuangan bahwa transaksi pihak-
pihak yang berelasi dibuat dengan syarat-syarat yang setara dengan transaksi
bebas, auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi
tersebut.

Dalam menanggapi risiko salah saji material yang diidentifikasi berkenaan dengan
hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi, auditor perlu mempertimbangkan
beberap hal yang disebutkan dalam kutipan ISA di atas. Hal-hal ini dirangkum dalam kotak
11-6.

Kotak 11-6 Pertimbangan Mengenai Transaksi Pihak Berelasi


MASALAH PERTIMBANGAN UNTUK MELAKUKAN
Dugaan adanya 1. Pastikan bahwa dugaan itu benar, lihat situasi yang
kecurangan berkenaan mendasari dugaan itu.
dengan hubungan dan 2. Secepatnya komunikasikan kondisi ini pada tim audit.
transaksi pihak berelasi 3. Minta manajemen mengidentifikasi semua transaksi
dengan pihak berelasi.
4. Jika transaksi dengan pihak berelasi tidak berelasi
sebelumnya, tanyakan mengapa? Apakah pengendalian

31
untuk mengidentifikasi transaksi pihak-pihak berelasi,
tidak berfungsi? Atau amanjemen memang dengan
sengaja tidak ingin mengungkapkannya (potensi
kecurangan)?
5. Pertimbangkan kembali kemungkinan adanya transaksi
pihak-pihak yang berelasi lain atau yang signifikan yang
masih belum diidentifikasi atau diungkapkan oleh
manajemen kepada auditor.
6. Laksanakan prosedur audit tambahan yang diperlukan.
Transaksi pihak 1. Inspeksi kontrak atau perjanjian tentang transaksi pihak-
berelasi yang pihak berelasi. Evaluasi apakah mengarah pada dugaan
signifikan di luar jalur pelaporan keuangan yang curang atau menyembunyikan
bisnis normal penjarahan aset , syarat transaksi sesuai penjelasan
manajemen; dan transaksi sudah dicatat dan dilaporkan
serta diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
2. Pastikan bahwa transaksi pihak berelasi telah diotorisasi
dan disetujui.
Asersi manajemen 1. Peroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang asersi
tersebut, sifat dan luasnya transaksi berelasi.
2. Apakah konfirmasi eksternal memberikan bukti yang
andal?
3. Apakah piutang transaksi pihak berelasi dapat ditagih?

2.2.5 Tahap 3-Pelaporan


Tahap terakhir dalam proses audit ialah tahap pelaporan berkenaan dengan hasil audit
atas hubungan dan transaksi pihak-pihak yang berelasi. Kotak 11-7 menyajikan kutipan dari
ISA 550 mengenai kewajiban auditor dalam tahap ini.

32
Kotak 11-7 Kewajiban Auditor dalam Tahap Pelaporan
ISA TERJEMAHAN
550.25 Dalam merumuskan pendapat atas laporan keuangan sesuai dengan ISA 700,
auditor wajib mengevalusi apakah:
a) Hubungan dan transaksi pihak yang berelasi yang diidentifikasi sudah
dicatat dan diungkapakn dengan tepat sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku; dan
b) Dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
i. Mengahalangi laporan keuangan dalam mencapai penyajian
yang layak untuk (kerangka penyajian yang layak); atau
ii. Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk
kerangka kepatuhan).
550.26 Dalam hal kernagka pelaporan keuanganyang berlaku menetapkan ketentuan
mengenai pihak berelasi, auditor wajib memeproleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika tepat, TCWG, bahwa:
a) Mereka sudah mengungkapkan kepada auditor, identitas pihak-pihak
yang berelasi yang mereka ketahui; dan
b) Mereka sudah mencatat, melaporkan dan mengungkapkan hubungan dan
transaksi pihak-pihak yang berelasi sesuai kerangka pelaporan keuangan.
550.27 Kecuali jika semua TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib
mengkomunikasikan hal-hal yang timbul selama audit berkenaan dengan pihak-
pihak yang berelasi.
550.28 Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya, nama-nama dari pihak
yang berelasi yang diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-pihak yang berelasi
tersebut.

Dalam tahap audit terakhir berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihak yang
berelasi, auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal yang disebutkan dalam kutipan ISA
di atas. Hal-hal ini dirangkum dalam kotak 11-8.

Kotak 11-8 Pertimbangan Mengenai Transaksi Pihak Berelasi

33
MASALAH PERTIMBANGAN UNTUK MELAKUKAN
Dokumen dan laporan 1. Dokumentasikan nama-nama dari pihak-pihak yang
berelasi yang diidentifikasi dan sifat hubungan pihak-
pihak berelasi tersebut.
2. Komunikasikan kepada TCWG hal-hal signifikan yang
timbul selama audit berkenaan dengan pihak-pihak yang
berelasi
Representasi Peroleh representasi tertulis dari manajemen (dan TCWG),
manajemen bahwa:
1. Semua pihak berelasi dan transaksinya sudah
diungkapkan; dan
2. Hubungan dan transaksi pihak berelasi sudah dicatat,
dilaporkan, dan diungkapkan dalam laporan keuangan
dengan benar.
Tentukan apakah Modifikasi laporan auditor, jika:
laporan auditor harus 1. Tidak mungkin mendapatkan bukti audit yang cukup dan
dimodifikasi tepat mengenai pihak berelasi dan transaksi pihak berelasi;
atau
2. Pengungakapan manajemen dalam laporan keuangan
(seperti diharuskan dalam pelaporang keuangan yang
berlaku) tidak cukup

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Estimasi akuntansi memberikan panduan bagi audior dalam memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung estimasi akuntansi
signifikan dalam audit atas laporan keuangan. Pihak terkait tidak independen satu dengan
yang lain. Oleh karena itu, tidak terjadinya salah saji material melalui transaksi hubungan
istimewa umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi diantara pihak-pihak yang
bebas. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengungkap pihak-pihak
terkait dan akuntansi atas hubungan istimewa. Auditor harus senantiasa waspada terhadap
informasi pihak-pihak terkait ketika mereviu catatan atau dokumen selama audit
berlangsung.

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggapa


mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam
mengambil keputusan keuangan dan operasional. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha penetapan harga dan antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan
sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang
wajar.

3.2 Saran
Harapannya para pembaca dapat lebih memahami apa itu tema, topik, judul, dan
kerangkan karangan. Kami menyadari kekurangan dari penulisan makalah ini. Perlu adanya
penelitian lebih lanjut mengenai masalah Estimasi Akuntansi dan Pihak-pihak Yang
Berelasi. Agar makalah ini lebih baik lagi.

35
Daftar Pustaka

M. Tuanakotta, Theodorus. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat

36

Anda mungkin juga menyukai