Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

RANGKUMAN MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN III

OLEH :

MUHAMMAD RAMLAN (A031191017)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
Pendapatan keuangan sebelum pajak (pretax financial income) adalah istilah pelaporan
keuangan. Hal ini juga sering disebut sebagai laba sebelum pajak, laba untuk tujuan pelaporan
keuangan, atau laba untuk tujuan pembukuan. Perusahaan menentukan laba sebelum pajak
menurut IFRS.
Laba kena pajak (taxable-income)-laba untuk tujuan pajak-adalah istilah akuntansi pajak.
Ini menunjukkan jumlah yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang terutang.
Perusahaan menentukan laba kena pajak sesuai dengan peraturan perpajakan.
1. Jumlah Kena Pajak Masa Depan dan Pajak Tangguhan
Utang pajak penghasilan dapat berbeda dengan beban pajak penghasilan bila ada perbedaan
temporer. Perbedaan temporer (temporary difference) adalah selisih antara dasar
pengenaan pajak atas aset atau liabilitas dan jumlah yang dilaporkan (jumlah tercatat atau
nilai buku) dalam laporan keuangan, yang akan menimbulkan jumlah kena pajak atau
jumlah yang dapat dikurangkan di tahun-tahun depan. Jumlah kena pajak (taxable
amounts) meningkatkan laba kena pajak di tahun-tahun depan. Jumlah yang dapat
dikurangkan (deductible amounts) akan mengurangi laba kena pajak di tahun-tahun depan.
a) Liabilitas Pajak Tangguhan
Liabilitas pajak tangguhan (deferred tax liability) merupakan konsekuensi pajak
tangguhan yang terkait dengan perbedaan temporer kena pajak. Dengan kata lain,
liabilitas pajak tangguhan merupakan kenaikan pajak yang harus dibayar pada tahun-
tahun depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak yang terjadi pada
akhir tahun berjalan.

Perhitungan Liabilitas Pajak Tangguhan, Akhir Tahun 2011


Dasar buku piutang usaha $ 30,000
Dasar pengenaan pajak piutang 0
Perbedaan temporer kumulatif pada akhir tahun 2011 30000
Tarif pajak x 40%
iabilitas pajak tangguhan pada akhir tahun 2011 $ 12,000

b) Tujuan Akuntansi Pajak Penghasilan


Tujuan pertama akuntansi pajak penghasilan adalah dengan mengakui jumlah pajak
yang harus dibayar atau dapat dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah
untuk mengakui liabilitas dan aset pajak tangguhan atas konsekuensi pajak di masa
depan dari kejadian yang telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak.
2. Jumlah Dapat Dikurangkan Masa Depan dan Pajak Tangguhan
Jumlah yang dapat dikurangkan terjadi dari pengembalian pajak di masa depan.
Jumlah dikurangkan masa depan ini menyebabkan laba kena pajak kurang dari laba
sebelum pajak di masa depan akan sebagai akibat adanya perbedaan temporer.
a) Aset Pajak Tangguhan (Pengakuan)
Aset pajak tangguhan (deferred tax asset) merupakan konsekuensi pajak tangguhkan
yang timbul dari perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Dengan kata lain, aset
pajak tangguhan merupakan kenaikan pajak yang dapat dikembalikan (atau disimpan)
pada tahun depan sebagai akibat perbedaan temporer yang dapat dikurangkan yang
terjadi pada akhir tahun berjalan.

Perhitungan Aset Pajak Tangguhan, Akhir Tahun 2011


Dasar pembukuan atas liabilitas litigasi $ 50,000
Dasar pengenaan pajak atas liabilitas litigasi 0
Perbedaan temporer kumulatif pada akhir tahun 2011 50000
Tarif pajak x 40%
Aset pajak tangguhan pada akhir tahun 2011 $ 20,000

b) Aset Pajak Tangguhan (Non-pengakuan)


Perusahaan mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer yang
dapat dikurangkan. Namun, berdasarkan bukti yang ada, perusahaan harus mengurangi
aset pajak tangguhan jika besar kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak akan
merealisasi sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan. “Besar kemungkinan
(probable)” berarti tingkat kemungkinan setidaknya paling sedikit lebih dari 50 persen.
Contoh:
Jensen Co. Memiliki perbedaan temporer yang dapat dikurangkan sebesar €1.000.000
pada akhir tahun pertama operasinya. Tarif pajaknya adalah 40 persen, yang berarti
bahwa Jensen mencatat aset pajak tangguhan sebesar €400.000 (€1.000.000 × 40%).
Dengan asumsi utang pajak penghasilan sebesar €900.000, Jensen mencatat beban
pajak penghasilan, aset pajak tangguhan, dan utang pajak penghasilan sebagai berikut.

Beban Pajak Penghasilan 500.000


Aset Pajak Tangguhan 400.000

Utang Pajak Penghasilan 900.000

3. Penyajian Laporan Laba Rugi

4. Perbedaan Spesifik
a) Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan
temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak pada tahun-tahun depan ketika aset
yang bersangkutan dipulihkan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible
temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang
dapat dikurangkan pada tahun-tahun depan ketika jumlah tercatat liablitas terkait
diselesaikan.
b) Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen timbul dari item yang (1) masuk ke dalam laba sebelum pajak,
tetapi tidak pernah masuk ke dalam laba kena pajak; atau (2) masuk ke dalam laba
kena pajak, tetapi tidak pernah masuk ke dalam laba sebelum pajak.
5. Pertimbangan Tarif Pajak
a) Tarif Pajak Masa Depan
Perusahaan harus menggunakan tarif pajak yang berlaku secara substansial
(substantially enacted tax rate) yang diharapkan berlaku oleh karena itu perusahaan
harus mempertimbangkan perubahan tarif pajak yang akan berlaku efektif untuk
tahun depan ketika menentukan tarif pajak yang akan digunakan untuk menghitung
perbedaan temporer.
b) Revisi Tarif Pajak Masa Depan
Jika terjadi perubahan tarif pajak yang berlaku, perusahaan harus mencatat
pengaruhnya terhadap akun pajak penghasilan tangguhan yang ada dengan segera.
Perusahaan harus melaporkan masalah pengaruh tersebut sebagai penyesuaian
terhadap beban pajak penghasilan pada periode perubahan tersebut.
B. Akuntansi untuk Rugi Operasi Neto
Rugi operasi neto (net operating loss-NOL) untuk tujuan perpajakan terjadi ketika biaya
yang dapat dikurangkan dari pajak melebihi laba kena pajak. Beban pajak yang tidak adil akan
terjadi jika perusahaan dikenai pajak selama periode yang menguntungkan tanpa menerima
keringanan pajak selama periode rugi operasi neto.
a. Kerugian Carryback
Dengan menggunakan kerugian carryback (loss carryback), perusahaan dapat “membawa”
(carry) rugi operasi neto dua tahun ke belakang dan menerima pengembalian pajak
penghasilan yang dibayarkan pada tahun-tahun tersebut. Contoh :

b. Kerugian Carryforward
Perusahaan dapat melepaskan kerugian carryback dan hanya menggunakan opsi kerugian
carryforward (loss carryforward), untuk menyaling hapus (offset) laba kena pajak di masa
depan sampai 20 tahun.
a) Carryforward (Pengakuan)
Pada tahun 2010, perusahaan mencatat pengaruh pajak atas kerugian belum
dikompensasi sebesar $200.000 sebagai aset pajak tangguhan sebesar $80.000
($200.000 × 40%), dengan asumsi bahwa tarif pajak masa depan yang diberlakukan
adalah 40 persen.
Groh mencatat manfaat carryback dan carryforward pada tahun 2010 sebagai
berikut.
Untuk mengakui manfaat dari kerugian carryback

Piutang Pengembalian Pajak Penghasilan 110.000

Manfaat akibat kerugiian carryback (beban pajak penghasilan) 110.000

Untuk mengakui manfaat dari kerugian carryforward

Aset Pajak Tangguhan 80.000


Manfaat akibat kerugian carryforward (beban pajak penghasilan) 80.000

b) Carryforward (Non pengakuan)


Pada tahun 2011, asumsikan Groh memiliki laba kena pajak sebesar $250.000 (sebelum
mempertimbangkan carryforward), dengan tarif pajak 40 persen. Groh merealisasi aset
pajak tangguhan dan mencatat jurnal sebagai berikut.

Untuk mengakui aset pajak tangguhan dan kerugian carryforward

Aset Pajak Tangguhan 80.000

Manfaat akibat kerugian carryforward (beban pajak penghasilan) 80.000

Untuk mencatat pajak penghasilan kini dan tangguhan

Beban Pajak Penghasilan 100.000

Aset Pajak Tangguhan 80.000

Utang Pajak Penghasilan 20.000

c) Meninjau Kembali Non-pengakuan


Apabila laba kena pajak tidak memungkinkan untuk dihasilkan oleh perusahaan selama
rugi pajak yang tidak digunakan atau kredit pajak yang tidak digunakan dapat
dimanfaatkan, maka aset pajak tangguhan tidak diakui. Sulit bagi perusahaan untuk
mencapai kesimpulan bahwa pengakuan kerugian carryforward adalah kemungkinan
bula ternyata ada bukti negatif (seperti kerugian kumulatif dalam beberapa tahun
terakhir).
C. Penyajian Laporan Keuangan
a. Laporan Laba Rugi
Perusahaan mengalokasikan beban (atau manfaat) pajak penghasilan ke operasi yang
dilanjutkan, operasi yang dihentikan, penghasilan komprehensif lain, dan penyesuaian
periode sebelumnya. Pendekatan ini disebut alokasi pajak antarperiode (intraperiod tax
allocation). Selain itu, komponen beban (manfaat) pajak dapat mencakup:
1. Beban (manfaat) pajak kini
2. Setiap penyesuaian yang diakui dalam periode pajak kini pada periode sebelumnya.
3. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan originasi dan pembalikan
perbedaan temporer.
4. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan perubahan tarif pajak
atau pengenaan pajak baru.
5. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak (rugi fiskal), kredit pajak, atau perbedaan
temporer yang sebelumnya tidak diakui pada periode sebelumnya, yang digunakan
untuk mengurangi beban pajak kini dan tangguhan.
b. Rekonsiliasi Pajak
Pengungkapan penting lainnya adalah rekonsiliasi antara beban pajak aktual dan tarif pajak
yang berlaku. Perusahaan dapat menyajikan:
• Rekonsiliasi numerik antara beban (manfaat) pajak dan hasil laba akuntansi dikalikan
dengan tarif pajak yang berlaku, yang juga mengungkapkan dasar tarif pajak yang
berlaku; atau
• Rekonsiliasi numerik antara rata-rata tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku,
yang juga mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak yang berlaku. Dalam
menjelaskan hubungan antara beban (manfaat) pajak dan laba akuntansi, perusahaan
menggunakan tarif pajak yang berlaku yang memberikan informasi paling berarti bagi
pengguna laporan keuangannnya.

Pengungkapan pajak penghasilan ini diperlukan karena beberapa alasan:

1. Menilai kualitas laba


2. Membuat prediksi arus kas masa depan yang lebih baik.
3. Memprediksi arus kas masa depan untuk rugi operasi yang belum dikompensasi.
D. Tinjauan Metode Aset-Liabilitas
IASB percaya bahwa metode aset liablitas (asset-liablity method) (kadang-kadang disebut
sebagai pendekatan liablitas) adalah metode yang paling konsisten untuk menghitung pajak
penghasilan. Salah satu tujuan pendekatan ini adalah untuk mengetahui jumlah pajak yang
harus dibayar atau dapat dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk
mengakui liabilitas dan aset pajak tangguhan untuk konsekuensi pajak masa depan atas
kejadian yang telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak.

Anda mungkin juga menyukai