Anda di halaman 1dari 11

MUHAMMAD RAMLAN

A031191017
RMK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT (SAPP)
A. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
Pemerintah Pusat. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) berlaku untuk seluruh
unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Sedangkan Yang tidak termasuk dalam
ruang lingkup SAPP adalah :
1) Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD)
2) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari :
 Perusahaan Perseroan, dan
 Perusahaan Umum.
 Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah

B. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk :
1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui
pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang
konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima
secara umum;
2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun
instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan
ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan
suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.

C. Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat memiliki beberapa dasar hukum
sebagai berikut:
1) UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2) UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3) PMK No.196/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain pada Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
4) PMK No.191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah
5) PMK No.230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah
D. PMK No. 225/ PMK.05/2019 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
E. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 234/PMK.05/2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/
PMK.05/2019 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat

F. Ciri-ciri Pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Sistem akuntansi pemerintah pusat memiliki ciri-ciri pokok, antara lain sebagai
berikut:
1) Basis Akuntansi
Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis Kas adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas ata setara kas diterima atau dibayar.
2) Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu :
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet
sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.
3) Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional.
Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah
dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.
4) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara
berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.
5) Bagan Perkiraan Standar
SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
6) Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam melakukan
pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi
keuangan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

G. SubSistem Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terbagi menjadi dua subsistem, yaitu :
1. Sistem akuntansi Pusat (SiAP)
Merupakan bagian SAPP yang dilaksanakan oleh Direktorat Informasi dan Akuntansi
(DIA) yang akan menghasilkan laporan keuangan pemerintah pusat untuk
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. SiAP sendiri terbagi menjadi 2 subsistem,
yaitu:
1) SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan
Laporan Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara (KUN).
2) SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca SAU.
2. Sistem akuntansi Instansi (SAI)
Merupakan bagian SAPP yang akan menghasilkan laporan keuangan untuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran instansi. SAI sendiri terbagi menjadi 2
subsistem, yaitu:
1) Sistem Akuntansi keuangan (SAK)
Merupakan subsistem dari SAI yang menghasilkan Laporan Realisasi Aanggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan keuangan, namun laporan keuangan yang
dihasilkan tersebut merupakan laporan keuangan pada tingkat kementrian/lembaga.
Dikarenakan dalam struktur organisasi kementrian/lembaga sangat berjenjang dimulai
dari kementrian/lembaga sampai dengan kantor/ satuan kerja, maka dalam
pelaksanaannya, dibentuk unit akuntansi keuangan pada jenjang-jenjang tersebut.
Proses akuntansi diawali dari unit terendah, yaitu unit akuntansi pada level kantor.
Laporan keuangan yang dihasilkan kemudian akan diberikan kepada unit akuntansi
diatasnya untuk digabung. Demikian seterusnya, sehingga pada akhirnya akan
diperoleh laporan keuangan pada tingkat kementrian/ lembaga.
Unit akuntansi keuangan yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya adalah:
 Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), yang berada pada level
Kementrian/ Lembaga
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 (UAPPA-E1), yang
berada pada level eselon 1.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W) yang
beradapada tingkat wilayah.
 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang berada pada
level Kuasa Pengguna Anggaran (Kantor).
2) Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan tertentu
yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ ditimbang, tidak termasuk uang dan surat
berharga. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, Barang Milik Negara adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah. Contoh perolehan lainnya yang sah adalah hibah atau
rampasan/sitaan.
Sedangkan yang tidak termasuk dalam pengertian Barang Milik Negara adalah
barang-barang yangdikuasai atau dimiliki oleh:
 Pemda (bersumber dari APBD)
 BUMN/ BUMD
 Bank pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah
Dalam akuntansi pemerintah pusat, SABMN sebagai subsistem dari Sistem Informasi
Akuntansi bertujuan menghasilkan neraca dan laporan barang milik negara. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Kementrian/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang
sebagai berikut:
 Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB), berada pada level Kementrian
/Lembaga. Penanggungjawabnya adalh menteri / pimpinan lembaga.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon 1 (UAPPB-E1), yang
berada pada level eselon 1. Penanggungjawabnya adalah pejabat eselon 1.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Wilayah (UAPPB-W) yang berada
pada tingkat wilayah. Penanggungjawabnya adalah kepala kantor wilayah atau
kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.
 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada pada level
Kuasa Pengguna Anggaran (kantor). Penanggungjawabnya adalah kepala
kantor /satuan kerja.
Unit Akuntansi Barang, selain melakukan proses terhadap dokumen sumber untuk
menghasilkan laporan barang milik negara, juga wajib berkoordinasi dengan Unit
Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca serta dalam pembuatan catatan atas
laporan keuangan khususnya catatan mengenai barang milik negara.
H. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Desentralisasi, Dekonsentrasi
dan Tugas Perbantuan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah menggunakan asas:
1. Desentralisasi, Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepadadaerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah
dalam sistemNegara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekosentrasi, Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepadaGubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di
wilayahtertentu.
3. Tugas pembantuan, Penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa
dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemkab/pemkot kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Dana yang terkait dengan desentralisasi merupakan dana yang bersumber dari APBN
dan dalam pelaksanaannya ditransfer langsung ke Kas Umum Daerah. Dana ini
berupa dana pertimbangan (dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan danabagi
hasil). Terhadap dana ini, pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan dimasing-
masing daerah. Namun untuk dana dekonsentrasi dan dana tugas perbantuan, satuan
kerja yang menerima melaporkan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana
tersebut K/L teknis yang terkait. Pertanggungjawaban dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan ini akan digabung dengan laporan keuangan dan laporan barang
milikNegara (yang telah dijelaskan SAI) sehingga menjadi laporan
keuanganKementerian/Lembaga dan laporan barang milik Negara
kementerian/lembaga.

I. Pembagian Fungsi
Menurut pasal UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaraan Negara pasal 51 :
 Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk
pembiayaan dan perhitungannya -> (SA-BUN)
 Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja -> (SAI)
 Akuntansi digunakan untuk menyusun LKPP sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan

J. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


Laporan Keuangan merupakan output yang dihasilkan dari suatu system akuntansi.
Untuk pemerintah pusat, laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan
keuangan konsolidasi dari laporan keuangan dua subsistemnya, yaitu: Laporan
keuangan yang dihasilkan SiAP dan SAI. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN.
Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut
diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri
dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga
yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.
2. Neraca Pemerintah
Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca
SAKUN(Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi
posisi keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada
tanggal/ tahun anggaran tertentu.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari
seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi,investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersajidi
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam
rangka pengungkapan yang memadai.

K. Mekanisme Pelaporan SAI (Sistem Akuntansi Instansi)


Laporan Keuangan BPKP dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang
terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yang dilaporkan secara berjenjang
dari tingkat terendah sampai tingkat puncak, yaitu :
1) Tingkat UAKPA/ UAKPB
2) Tingkat UAPPA-W/UAPPB-W
3) Tingkat UAPPA-E1/UAPPB-E1
4) Tingkat UAPA/UAPB

L. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/ PMK.05/2019 Tentang


Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah.
2. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat adalah pnnsipprinsip, dasar-dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat.
3. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan.
4. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaranjbarang dan
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan.
5. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara berupa laporan realisasi
anggaran, laporan arus kas, laporan operasional, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan.
Pasal 2
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri ini disusun berdasarkan SAP berbasis akrual.
Pasal 3
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat bertujuan untuk:
a. memberikan pedoman bagi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada
pemerintah pusat dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat,
Laporan Keuangan Bendahara U mum N egara, dan Laporan Keuangan
Kementerian NegarajLembaga dalam rangka meningkatkan keterbandingan
Laporan Keuangan baik antar periode maupun antar Entitas Pelaporan; dan
b. memberikan pedoman dalam pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi
pemerintah pusat.
Pasal 4
(1) Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat terdiri atas:
a. Pendahuluan kebijakan akuntansi;
b. Kebijakan pelaporan keuangan;
c. Kebijakan akuntansi kas dan setara kas;
d. Kebijakan akuntansi investasi;
e. Kebijakan akuntansi piutang;
f. Kebijakan akuntansi persediaan;
g. Kebijakan akuntansi aset tetap;
h. Kebijakan akuntansi aset lainnya;
i. Kebijakan akuntansi kewajiban utang;
j. Kebijakan akuntansi ekuitas;
k. Kebijakan akuntansi pendapatan;
l. Kebijakan akuntansi beban, belanja, dan transfer;
m. Kebijakan akuntansi pembiayaan;
n. Kebijakan akuntansi sisa lebih pembiayaan anggaran (silpa) i sisa kurang
pembiayaan anggaran (sikpa) i sal; dan
o. Kebijakan akuntansi transitoris.
(2) Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(1) Menteri/pimpinan lembaga dapat menyusun petunjuk teknis akuntansi di
lingkungan kementerian negaral lembaga masing-masing dengan mengacu
pada Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat berdasarkan Peraturan Menteri
ini.
(2) Petunjuk teknis akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan pertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perbendaharaan

M. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


234/PMK.05/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 225/ PMK.05/2019 Tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat
Pasal I
KEUANGAN NOMOR KEBIJAKAN AKUNTANSI Mengubah ketentuan dalam
Bab II Kebijakan Pelaporan Keuangan, Bab VIII Kebijakan Akuntansi Aset Lainnya,
dan Bab IX Kebijakan Akuntansi Kewajiban dan/ atau Utang dalam Lampiran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1729)
sehingga menjadi tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri lni.
Pasal II
1) Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini mulai digunakan untuk penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga, Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara, dan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2020.
2) Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai