Dana Anda dikelola oleh satu tim ekonomi yang handal nan profesional.
Biaya yang harus Anda tanggung relatif murah.
Adanya transaparasi informasi.
Ada bagian dari keuntungan hasil usaha.
Di negri kita, Dewan syariah Nasional (DSN) telah menerbitkan fatwa no: 20/DSN-
MUI/IV/2001, tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah. Fatwa
DSN ini menjadi pedoman utama bagi pelaksanaan reksadana umat.
Masyarakat pemodal
Sebagai pemilik dana. Mereka berhak mendapatkan dua hal: bukti kepemilikan yang
berupa unit penyertaan reksadana syariah dan bagian dari hasil investasi.
Manajer Investasi
Mewakili masyarakat pemodal dalam pengelolaan dana mereka. Atas perannya ini,
manejer investasi berhak mendapatkan fee, dengan persentase tertentu dari nilai
aktiva bersih reksadana. Sebaliknya bila terjadi kerugian atau gagal usaha, maka
manejer investasi tidak menanggung resiko kerugian, selama bukan karena kelalaian
atau kesengajaan.
Emiten
Pihak yang menerbitkan efek dan sekaligus pengguna investasi masyarakat pemodal
dalam berbagai usaha halal yang ia jalankan. Penggunaan dana masyarakat pemodal
ini dilakukan dengan skema bagi hasil atau mudharabah.
Bank Kustodian
Pihak yang bertugas melayani penitipan, menghitung, menerima dan melakukan
pembayaran berbagai pembiayaan terkait. Dengan peran ini, bank kustodian
mendapatkan fee yang dengan persentase tertentu dari nilai aktiva bersih reksadana.
Adapun bukti unit penyertaan modal Reksadana yang diterima oleh masyarakat
pemodal, sejatinya hanyalah bukti pengakuan wakalah yang diterbitkan oleh manejer
investasi. Dan tentunya Anda memahami bedanya dengan bukti kepemilikan atas unit
usaha yang dijalankan oleh emiten dengan dana mereka.
Pada kasus Reksadana telah terjadi ketidak-adilan, karena masyarakat pemodal harus
menanggung kewajiban yang melebihi batas kewajaran. Hak kepemilikannya
dipindahkan kepada emiten, tanpa ada alasan yang dibenarkan secara syariat pula.
Dengan demikian praktek semacam ini adalah bentuk memakan harta orang lain
dengan cara-cara yang tidak benar. Allah berfirman, yang artinya,
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil.” (QS. Al Baqarah: 188)
Kedua, Hak Manejer Investasi
Atas jasanya, manejer investasi yang berperan ‘mewakili’ masyarakat pemodal, berhak
mendapatkan bagian dari nilai aktiva bersih yang dihitung dalam persentase. Akad ini,
dalam disiplin ilmu fiqih disebut dengan akad ijarah (jual jasa) atau
akad ju’alah (upah).
Kemudian, ulama fiqih telah menjelaskan bahwa upah dalam kedua jenis akad itu
haruslah ditentukan dalam bentuk nominal, dan bukan dalam persentase. Penentuan
hak manejer investasi dalam persentase semacam ini termasuk bentuk gharar yang
diharamkan dalam syariat.
Referensi: https://konsultasisyariah.com/10705-reksadana-syariat-dalam-sorotan.html