Dosen Pengampu :
AKUNTANSI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat-Nya berupa kesehatan dan pengetahuan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Auditing I dengan judul
“Materialitas Audit dan Risiko Audit” ini dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kami
bermaksud meminta kritik dan saran dari pembaca agar makalah-makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima Kasih.
Banjarmasin, 21 Februari
2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Materialitas.........................................................................................................3
2.1.1 Materialitas Dalam Konteks Audit.................................................................3
2.1.2 Tahapan Dalam Penerapan Materialitas.........................................................4
2.2 Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Keseluruhan.............................5
2.2.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kebijakan Awal Materialitas...........6
2.2.2 Penggunaan Tolok Ukur Dalam Menentukan Materialitas Untuk..................9
Laporan Keuangan Secara Keseluruhan..................................................................9
Contoh Pendoman Penentuan Materialitas.....................................................10
Penerapan Materialitas Pada PT ABC............................................................11
2.3 Menentukan Materialitas Pelaksanaan.............................................................12
2.3.1 Contoh Pengalokasian...................................................................................14
2.4 Memperkirakan Kesalahan Penyajian Dan Membandingkan Dengan............17
Kebijakan Awal......................................................................................................17
2.5 Risiko Audit.....................................................................................................18
2.6 Komponen-Komponen Model Risiko Audit....................................................19
2.7 Menetapkan Risiko Audit Bisa Diterima.........................................................20
2.8 Menilai Risiko Inheren.....................................................................................22
2.8.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Inheren.................................22
2.8.2 Menetapkan Risiko Inheren.......................................................................25
2.9 Hubungan Antara Risiko Dengan Bukti Dan Faktor-Faktor Yang..................26
Mempengaruhi Risiko............................................................................................26
2.9.1 Risiko Audit Per Segmen..........................................................................27
2.9.2 Mengaitkan Materialitas Pelaksanaan (Kesalahan Penyajian Bisa...........28
Ditoleransi) Dan Risiko Dengan Tujuan Audit Atas Saldo...............................28
ii
2.9.3 Keterbatasan Pengukuran..........................................................................28
2.9.4 Hubungan Antara Risiko dan Materialitas Dengan Bukti Audit...............29
2.9.5 Merevisi Penilaian Risiko dan Bukti.........................................................30
2.10 Risiko Signifikan............................................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
2.1 Materialitas
2.1.1 Materialitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan seringkali membahas materialitas dalam
konteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka
pelaporan keuangan mungkin membahas materialitas dengan menggunakan
istilah yang berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan
bahwa:
3
4
Jika dalam kondisi spesifik entitas, terdapat satu atau lebih golongan
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu yang mengandung
kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas
6
material bagi perusahaan lain yang lebih besar. Oleh karena itu, tidaklah
mungkin untuk membuat suatu pedoman jumlah rupiah untuk
menetapkan kebijakan awal materialitas yang akan berlaku umum bagi
semua klien audit. Sebagai contoh, total kesalahan penyajian sebesar
Rp1.000.000,00 akan dipandang sangat material bagi perusahaan X yang
memiliki total aset sebesar Rp60.000.000.000,00 dan laba bersih kurang
dari Rp5.000.000.000,00. Jumlah yang sama tidak dipandang material
bagi perusahaan multinasional Y yang memiliki laba bersih puluhan
trilyun rupiah.
Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan indrusti serta
lingkungan ekonimi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi
Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas(sebagai contoh, jika
pendanaan sebuah entitas hanya dari utang dan bukan dari ekuitas, maka
pengguna laporan keuangan akan lebih menekankan pada asset dan klaim
atas asset asset tersebut daripada pendapatan entitas);dan
Fluktusi relative tolok ukur tersebut.
pertimbangan tertentu karena ada dua ketentuan yang ditetapkan oleh Kantor
Akuntan “Santoso & Rekan”, yaitu:
Kesalahan penyajian untuk setiap akun tibak boleh lebih besar dari 60%
dari kebijakan awal (60% dari Rp.442.00,00 = Rp265.000,00 dibulatkan)
Jumlah total seluruh kesalahan penyajian bisa ditoleransi tidak boleh lebih
besar dari dua kali kebijakan awal materialitas (2 x
Rp.442.000,00=Rp.884.000,00)
Suatu lebih saji dari suatu akun aset akan mempunyai pengaruh yang sama
terhadap laporan laba-rugi,
AR
AR = IR x CR x DR Atau DR =
IR x CR
Keterangan:
AR = Risiko Audit
IR = Risiko Inheren
CR = Risiko Pengendalian
DR = Risiko Deteksi
Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena bukti audit tidak berhasil
mendeteksi kesalahan penyajian yang bisa ditoleransi (atau disebut juga
materialitas pelaksanaan). Ada dua hal yang perlu diketahui tentang risiko
deteksi, yaitu:
20
a) Risiko deteksi merupakan dependen dari tiga faktor lain yang tercakup
dalam model. Risiko ini akan berubah hanya apabila auditor mengubah
salah satu (atau lebih) faktor lain dalam model risiko.
b) Risiko deteksi menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan
akan dikumpulkan auditor yang berkebalikan dengan ukuran risiko
deteksi. Apabila risiko deteksi berkurang, auditor harus mengumpulkan
bukti yang lebih banyak untuk mencapai risiko deteksi yang telah
berkurang tersebut.
Risiko Inheren
Risiko Pengendalian
Risiko Audit
21
Risiko audit adalah ukuran tentang seberapa besar auditor bersedia untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung kesalahan
penyajian material setelah audit selesai dikerjakan dan memberinya
pendapat wajar tanpa pengecualian. Apabila auditor memutuskan uintuk
menurunkan risiko audit, hal itu berarti bahwa auditor ingin lebih pasti
bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian material.
Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk suatu
audit, terutama pada tahap perencanaan audit. Pertama-tama auditor harus
menetapkan risiko penugasan dan selanjutnya menggunakan risiko penugasan
untuk menetapkan risiko audit.
Risiko penugasan adalah risiko yang harus ditanggung auditor atau kantor
akuntan setelah suatu audit diselesaikan, walaupun laporan audit yang dibuat
sudah benar. Risiko penugasan berkaitan erat dengan risiko bisnis klien.
Sebagai contoh, apabila klien dinyatakan bangkrut oleh pengadilan setelah
perusahaan tersebut diaudit, kemungkinan besar kantor akuntan akan dituntut,
meskipun audit yang dilakukan auditor telah dilaksanakan dengan baik.
5. Transaksi-transaksi Non-Rutin
24
7. Pembentuk Populasi
Terkadang unsur individual tertentu yang membentuk populasi juga
berpengaruh terhadap ekspetasi auditor tentang kesalahan material.
Auditor biasanya akan menggunakan risiko inheren yang lebih tinggi
untuk piutang usaha apabila sebagian besar tagihan telah lewat waktu
dibandingkan dengan apabila sebagian besar belum jatuh tempo. Contoh
unsur-unsur yang membutuhkan risiko inheren yang lebih tinggi seperti
transaksi dengan perusahaan afiliasi, piutang kepada jajaran pimpinan
perusahaan, dan piutang yang belum tertagih selama berbulan-bulan.
akun yang satu dengan akun lainnya. Oleh sebab itu, merupakan hal yang
normal apabila risiko inheren berbeda untuk berbagai akun pada audit yang
sama.
Risiko audit bisa diterima biasanya ditetapkan oleh auditor pada tahap
perencanaan dan tidak berubah untuk setiap siklus dan akun. Sejumlah
auditor menggunakan risiko audit bisa diterima yang sama untuk semua
segmen berdasarkan keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan
keuangan akan mempunyai tingkat keyakinan yang sama untuk semua
segmen laporan keuangan. Auditor yang lain menggunakan tingkat keyakinan
yang berbeda untuk segmen yang berbeda berdasarkan keyakinan bahwa
pengguna laporan keuangan mungkin akan lebih berkepentingan pada saldo
akun-akun tertentu.
Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit yang diperlukan bisa berbeda-
beda untuk setiap siklus, setiap akun atau setiap tujuan. Karena keadaan
setiap penugasan berbeda-beda, banyaknya dan sifat bukti yang diperlukan
akan sangat tergantung pada keadaan yang unik dari setiap audit.
rendah, medium, dan tinggi. Seperti table dibawah ini, auditor bisa
menggunakan informasi tersebut untuk menetapkan jumlah dan jenis bukti
yang tepat yang harus dikumpulkan.
Tabel Hubungan antara Risiko dengan Bukti
3.1 Kesimpulan
34
DAFTAR PUSTAKA
35