Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

RASIO RENTABILITAS

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu:

Puspita Indria Mei Susilowati.S.E.,M.S.A.Ak.

Saprudin.S.E.,M.Si.Ak.

Dibuat Oleh: Kelompok 7

Dewi Amillina Qamara Sari 1910313320004

Fatimah Azzahra 1910313120026

Iffah Adilah 1910313320040

Noor Syfa Aulia 1910313220070

Yoananda Syarafina 1910313220028

Program Studi S1Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lambung Mangkurat

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat-Nya berupa kesehatan dan pengetahuan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Analisis Laporan Keuangan dengan judul “Rasio Rentabilitas” ini dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada kami.


2. Ibu Puspita Indria Mei Susilowati.S.E.,M.S.A.Ak. dan Bapak Saprudin.S.E.,M.Si.Ak. selaku
dosen mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
3. Teman-teman yang telah aktif berpartisipasi dalam memberikan bantuan baik berupa tenaga
maupun pikiran demi terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kami
bermaksud meminta kritik dan saran dari pembaca agar makalah-makalah selanjutnya dapat
menjadi lebih baik lagi. Kemudian kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Terima Kasih.

Banjarmasin, 24 Agustus 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. Rasio Operating Income dengan Operating Activities.........................................................2

B. Turnover Dari Operating Assets...........................................................................................3

C. Return On Invesment............................................................................................................4

D. Keuntungan dan Beban Tetap...............................................................................................8

E. Keuntungan Perlembar Saham Biasa..................................................................................10

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

1. Kesimpulan.........................................................................................................................12

2. Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

1
BAB II

PEMBAHASAN

Rasio Pengukur Rentabilitas

Rasio-rasio yang di pelajari terdahulu pada dasarnya adalah untuk mempelajari bagian relatif
antara modal pinjaman yang diberikan oleh kreditor dan modal sendiri oleh pemegang saham,
dan berikut ini diberikan beberapa rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal modal
yang dipergunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau mengukur kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan.

A. Rasio Operating Income dengan Operating Activities


Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan
atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau aset yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating asset). yang dimaksud
dengan operating assest adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktif
aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang
rutin atau usaha pokok perusahaan. Contoh perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR HAL 87

Rasio ini akan mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat darimana
sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi
sehari-hari.

Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih
yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan
yang sama untuk dua periode yang berbeda, karena dengan demikian akan diketahui
ea1rning power atau return on investment (ROI) dari perusahaan yang bersangkutan atau
dari periode ke periode lainnya. Rasio yang rendah menunjukkan kemungkinan
kemungkinan sebagai berikut:

1) Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam
hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut
2
2) Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos
yang diperlukan

3) Adanya inefisiensi baik dalam produksi pembelian maupun pemasaran

4) Adanya kegiatan ekonomi yang menurun

Untuk mempertajam hasil analisa maka sebaiknya angka rasio ini dibandingkan dengan
tingkat perputaran turnover dari aktiva yang digunakan tersebut serta operating margin
ratio.

B. Turnover Dari Operating Assets


Merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (operating assets)
terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Rasio ini merupakan
ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan
perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode
tertentu, biasanya satu tahun. Dalam menganalisa dengan rasio ini sebaiknya
diperbandingkan selama beberapa tahun sehingga diketahui tren daripada penggunaan
operating asset suatu trend angka rasio yang cenderung naik memberikan gambaran bahwa
perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva.

Dalam menafsirkan rasio ini harus hati-hati karena rasio ini mempunyai beberapa
kelemahan antara lain:

1) Rasio ini hanya menunjukkan hubungan antara penghasilan (sales revenue) dengan aktiva
yang dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang laba yang diperoleh

2) Penjualan adalah untuk satu periode, sedang total operating assets adalah merupakan
akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode. Mungkin adanya ekspansi
yang tidak segera dapat menghasilkan tambahan penjualan sehingga rasio pada tahun
pertama adanya ekspansi menunjukkan peristiwa yang rendah.

3) Bahwa tingkat penjualan yang diperoleh mungkin sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor
di luar kemampuan perusahaan untuk diatasi (uncontrollable).

3
Untuk menghindari kelemahan-kelemahan turnover operating assets ini (kadang-
kadang turnover ini dihitung untuk seluruh aktiva yang dimiliki tidak hanya operating assets
saja) sering turnover ini dihubungkan dengan tingkat profit yang diperoleh atau profit
marginnya, yang diperoleh dengan cara membagi profit yang diperoleh dengan total
penjualan netto. Turnover yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif tetapi juga
turnover yang tinggi disebabkan aktivitas perusahaan yang sudah tua dan sudah habis
disusut. Jadi, turnover yang tinggi ini karena keadaan perusahaan. Sehingga turnover ratio
saja tidak dapat memberikan gambaran yang pasti tentang keefektifan kegiatan perusahaan
dan harus dihubungkan dengan profit marginnya sehingga diperoleh rate of returnnya
(return on investment).

C. Return On Invesment
Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang
sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh
pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Return on investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. dengan demikian, rasio ini menghubungkan Keuntungan yang diperoleh dari
operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan
lain untuk rasio ini adalah net operating profit rate of return atau operating earning power.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor

1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi)

2) Profit margin, yaitu besarnya keuntungan koperasi yang dinyatakan dalam presentasi dan
jumlah penjualan bersih. profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat
dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau assets turnover,
baik masing-masing atau keduanya. Dengan demikian maka pimpinan perusahaan dapat

4
menggunakan salah satu atau keduanya dalam rangka usaha untuk memperbesar ROI. Usaha
mempertinggi ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha
untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Usaha
mempertinggi ROI dengan memperbesar assets turnover adalah kebijaksanaan investasi
dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Besarnya ROI dapat diketahui dengan mengalikan antara turnover operating asset
dengan profit marginnya, atau dengan rumus:

Operating assets turnover x profit margin atau (penjualan/operating assets) x (laba


usaha/penjualan)

Hubungan antara berbagai faktor yang mempengaruhi besarnya ROI dapat dilihat pada
skema atas dasar data keuangan di bawah ini:

TABEL PERUSAHAAN HARIUN (HAL 90 DAN 91)

Kegunaan dan kelemahan analisis ROI

Kegunaan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. apabila
perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dengan
menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
bekerja, efisiensi produk dan efisiensi bagian penjualan. apabila suatu perusahaan pada
suatu periode telah mencapai "operasi asset turnover" sesuai dengan standard atau target
yang telah ditetapkan, tetapi ternyata ROI masih di bawah standar target, maka perhatian
manajemen dapat dicurahkan pada usaha peningkatan efisiensi di sektor produksi dan
penjualan. Sebaliknya apabila profit margin telah mencapai target atau standar yang telah
ditetapkan, sedangkan operating asset turnover masih dibawah target, maka perhatian
manajemen dapat dicurahkan untuk perbaikan kebijaksanaan investasi baik dalam modal
kerja maupun dalam aktiva tetap. rendahnya operating assets turnover ini mungkin
disebabkan karena kesalahan dalam politik pembelian bahan mentah, sehingga jumlah
bahan mentah yang dibeli terlalu besar menumpuk di gudang. mungkin kesalahan terletak
dalam politik penjualan kredit nya dimana banyak piutang yang belum dapat diterima.
5
2) Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rafia
industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal
pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui
apakah perusahaan yang berada di bawah, sama, atau di atas rata-rata. Dengan demikian
akan dapat diketahui di mana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan
tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

3) Analisa ROI pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan
oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam
bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian
adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di
dalam perusahaan yang bersangkutan.

4) Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. dengan menggunakan "product cost system"
yang baik, modal dan biasa dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat menghitung
profitabilitas dari masing-masing produk. dengan demikian maka manajemen akan dapat
mengetahui produk mana yang mempunyai produk potensial di dalam long-run.

5) ROI selain berguna untuk keperluan kontrol juga berguna untuk keperluan perencanaan.
misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau
perusahaan akan mengadakan ekspansi misalnya perusahaan dapat menentukan bahwa
ROI sebesar 30% sebagai target yang harus dicapai oleh perlengkapan atau mesin-mesin
baru. dengan memproyeksikan penjualan dan biaya, perusahaan akan dapat
mengestimasikan besarnya ROI yang akan dapat dicapai dengan ekspansi yang akan
dijalankan.

Di samping kegunaan dari analisa ROI terdapat pula kelemahan-kelemahannya, yaitu:

1) Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam membandingkan rate of
return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-
kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut
adalah berbeda-beda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktif antara perusahaan
6
yang satu dengan perusahaan yang lain. Perbandingan tersebut akan dapat memberikan
gambaran yang salah. Ada berbagai metode penilaian inventory (fifo, lifo, average, the
lower cost of market valuation) yang digunakan akan berpengaruh terhadap besarnya
nilai inventory, dan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah aktiva. Demikian
pula adanya berbagai metode depresiasi akan berpengaruh terhadap jumlah aktivanya.

2) Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari
uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan
inflasi nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan
berpengaruh dalam menghitung investment turnover dan profit margin.

3) Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak akan
dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih
dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan, misalnya kita akan membandingkan
perusahaan ABC dengan perusahaan XYZ dengan data sebagai berikut:

GAMBAR TABEL HAL 93

Rate of return diperoleh dari dua rasio yang masing-masing mengandung unsur
penjualan, dimana menganalisa tidak mengetahui sebab terjadinya perubahan dalam
penjualan tersebut dan Apa akibat adanya perubahan tersebut, misalnya:

 Kalau penjualan naik, apakah profit margin dan juga akan naik?

 Untuk menaikkan tingkat penjualan apakah aktivanya juga harus dinaikkan?

 Masalah lain yang dihadapi dalam menganalisa return on investment ini adalah mengenai
profit (apakah laba sebelum dikurangi pajak ataukah sesudah pajak?) Dan mengenai
pengertian aktiva (apakah aktiva yang digunakan untuk operasi saja, apakah seluruh
aktiva yang dimiliki perusahaan, nilai bukunya ataukah harga perolehannya dan lain
sebagainya).

Kelemahan dari angka rasio ini tidak dapat memberikan gambaran atau mencerminkan
struktur modal maupun perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur modal (debt to
equity) yang digunakan untuk membiayai aktiva tersebut

7
D. Keuntungan dan Beban Tetap
Pengukuran terhadap tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat pula dilakukan dengan
menghubungkan keuntungan tersebut dari berbagai faktor, misalnya:

1) Hubungan antara keuntungan tersebut dengan beban bunga tetap yang harus dibayar oleh
perusahaan

2) Hubungan keuntungan dengan deviden yang harus dibayar perusahaan untuk para
pemegang saham prioritas (preferred stock).

3) Masih tersedianya keuntungan untuk para pemegang saham umum (tingkat keuntungan
yang diperoleh untuk pemegang saham umum)

Perhitungan jumlah keuntungan yang tersedia untuk menutup beban bunga tetap
diperoleh dengan membagi keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebelum dikurangi
beban bunga dengan beban bunga yang harus dibayar perusahaan, hasil perhitungan ini akan
menunjukkan berapa kali jumlah keuntungan yang sesungguhnya dihasilkan oleh
perusahaan dibandingkan dengan beban bunga yang tetap (bunga modal pinjaman). Hasil
perhitungan ini juga akan dapat menunjukkan margin of safety yang dimiliki oleh kreditor
sebagian besar kelipatan ini berarti margin of safety para kreditor, semakin tinggi dan
semakin kuatnya keuntungan perusahaan.

Ada dua pendapat mengenai keuntungan yang digunakan sebagai dasar perhitungan:
pendapat pertama menganggap keuntungan sesudah dikurangi pajak tetapi sebelum
dikurangi beban bunga itu sendiri, dengan alasan bahwa keuntungan sesudah dikurangi
pajak adalah menentukan keuntungan yang sebenarnya atau yang real dari suatu perusahaan
atau dengan kata lain margin of safety yang real untuk menutup beban bunga adalah jumlah
keuntungan yang diperoleh oleh pemilik perusahaan.

Keuntungan sebelum pajak dan bunga Rp.100.000

Bunga modal pinjaman Rp 25.000 +

Keuntungan sebelum pajak Rp. 75.000

Pajak pendapatan 50% Rp. 37.500 -


8
Keuntungan untuk pemilik Rp. 37.500

Kelipatan keuntungan terhadap beban bunga (interest coverage) = 2,5x, yaitu (37.500 +
25.00) : 25.000

Pendapat kedua menganggap keuntungan sebelum dikurangi pajak dan bunga yang
digunakan sebagai dasar perhitungan interest coverage dengan alasan bahwa beban pajak
baru diperhitungkan sesudah bunga pada pihak ketiga diperhitungkan atau dikurangkan, jadi
jumlah keuntungan yang tersedia untuk membayar bunga adalah jumlah keuntungan
seluruhnya, dengan data pada contoh diatas maka menurut pendapat kedua ini interest
coverage nya sebanyak 4 kali.

Beban tetap yang lain selain bunga modal pinjaman adalah dividend untuk para
pemegang saham prioritas, dengan menghubungkan keuntungan perusahaan dengan saham
prioritas dapat pula ditentukan tingkat kelipatan jumlah keuntungan yang sesungguhnya
dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan saham prioritas yang dimiliki perusahaan
(preferred stock average) dengan yaitu dengan cara membagi keuntungan setelah dikurangi
pajak pendapatan dengan jumlah dividen yang diperlukan untuk saham prioritas. Hal ini
memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan sekian kali
daripada deviden untuk saham prioritas yang harus dibayar.

GAMBAR 95.

Alternatif lain dalam menentukan hubungan antara keuntungan dengan saham prioritas
adalah menentukan tingkat keuntungan untuk tiap lembar saham prioritas, yaitu dengan cara
membagi jumlah keuntungan jurnal jumlah lembar saham prioritas yang beredar. Hal ini
akan memberikan gambaran kepada pemegang saham prioritas tentang keuntungan yang
akan diperoleh seandainya tidak ada saham umum yang beredar.

Keuntungan per lembar saham biasanya, merupakan indikator laba yang diperhatikan
oleh para investor (peranan modal) yang merupakan angka dasar yang diperlukan dalam
menentukan harga saham.

GAMBAR 96

9
Jika saham prioritas yang beredar dengan bunga 60% nilai nominal Rp10.000 per
lembar, maka keuntungan yang diperlukan untuk menutup deviden saham prioritas hanya
Rp.600 tetapi perusahaan mampu memperoleh keuntungan 3 ⅓ kali dan 5 kali untuk
masing-masing tahun 1977 dan 1978.

E. Keuntungan Perlembar Saham Biasa


Jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah
dikurangi pajak pendapatan. Keuntungan netto ini setelah dikurangi dengan deviden dan
hak-hak lainnya untuk pemegang saham prioritas, merupakan keuntungan yang tersedia
untuk pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar akan
diketahui jumlah keuntungan untuk setiap lembar saham tersebut (earning per share of
common stock)

GAMBAR 96

Jika yang beredar terdiri dari saham prioritas dan saham biasa maka langkah pertama
adalah menentukan keuntungan yang menjadi hak saham prioritas dan hak tersebut
dikurangkan pada laba yang diperoleh, baru kemudian menghitung laba perlembar masing-
masing saham tersebut. Walaupun dalam keadaan rugi, jika saham prioritas mempunyai hak
atau prioritas dalam pembayaran deviden dengan persentase yang tetap maka hak saham
prioritas tersebut harus ditambahkan pada rugi tahun tersebut, sehingga diketahui rugi per
lembar saham biasa.

Saham prioritas mungkin di samping mempunyai kelebihan-kelebihan dalam deviden


mungkin pula mempunyai kelebihan dalam pembelian aktiva pada saat likuidasi. kelebihan
dalam hal pembagian adalah bahwa dividen yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk
saham prioritas, jika ada kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. kelebihan
dalam pembagian deviden ini mungkin bersifat kumulatif, yaitu apabila dalam suatu tahun
deviden tidak dapat dibayarkan maka pada tahun-tahun berikutnya dividen yang belum
dibayar tersebut harus dilunasi dahulu (termasuk deviden periode sekarang) sebelum
mengadakan pembagian untuk saham biasa.

10
Di samping bersifat kumulatif mungkin pula masih mempunyai hak untuk berpartisipasi
(penuh atau sebagian) terhadap pembagian deviden. Dikatakan berpartisipasi penuh apabila
saham prioritas berhak atas dividen dengan jumlah yang sama dengan saham biasa sesudah
saham biasa mendapat dividen sebesar presentasi deviden saham prioritas. berpartisipasi
sebagian apabila saham prioritas berhak mendapat deviden sampai persentase tertentu
sesudah saham biasa mendapat dividen dengan presentasi yang sama dengan saham
prioritas.

Apabila saham prioritas mempunyai hak terhadap deviden yang bersifat kumulatif
dan atau berpartisipasi, maka hak saham prioritas tersebut harus diperhitungkan terlebih
dahulu sebelum menentukan laba yang menjadi hak saham biasa. Misalnya PT ABC pada
akhir tahun 1997 mempunyai data yang berhubungan dengan modelnya adalah sebagai
berikut:

DITARUH FOTO HAL 98 (yang saham biasa 500 lembar)

6% saham prioritas adalah kumulatif dan 8% saham prioritas tidak kumulatif, kedua
saham tersebut berpartisipasi penuh sesudah adanya deviden untuk saham biasa sebesar 6%,
apabila dividen tahun 1978 dan 1979 belum dibayar maka keuntungan per lembar saham
adalah sebagai berikut:

DITARUH FOTO HAL 98 dan 99 (laba 160.000)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai