Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT.

UNILEVER

INDONESIA TBK

DISUSUN OLEH:

R. Alif Haykal Al Haq 211100083

Rasela Salsabila 211100084

Yusup Nugraha 211100095

Ahmad Thoriq Amran Zauqy 211100099

Resti Fauziyah 211100110

PROGRAM STUDI MANAJEMEN-S1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

“YASA ANGGANA”

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. kepada

keluarganya, para sahabat nya serta pengikut nya himgga akhir zaman, sehingga

kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Analisi Kinerja Keuangan PT

Unilever Indonesia Tbk ".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak

akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai

penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.

Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga

makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk

pembaca.

Garut, 12 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
2.1 Manajemen.......................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Manajemen............................................................................6
2.1.2 Fungsi Manajemen...................................................................................8
2.1.3 Unsur Manajemen..................................................................................11
2.2 Manajemen Keuangan...................................................................................14
2.2. 1 Pengertian Manajemen Keuangan........................................................14
2.2. 2 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan................................................15
2.2. 3 Fungsi Manajemen Keuangan...............................................................17
2.2. 4 Tujuan Manajemen Keuangan..............................................................19
2.3 Laporan Keuangan.........................................................................................22
2.4 Rasio Keuangan..............................................................................................25
2.4. 1 Rasio Likuiditas......................................................................................26
2.4. 2 Rasio Solvabilitas...................................................................................28
2.4. 3 Rasio Aktifitas.........................................................................................30
2.4. 4 Rasio Profitabilitas.................................................................................33
BAB III...........................................................................................................................36
PEMBAHASAN.............................................................................................................36
3.1 Rasio Likuiditas..............................................................................................36
3.2 Rasio Solvabilitas............................................................................................39
3.3 Rasio Aktifitas.................................................................................................45

ii
3.4 Rasio Profitabilitas.........................................................................................53
BAB IV............................................................................................................................59
KESIMPULAN & SARAN............................................................................................59
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................59
4.2 Saran...............................................................................................................60

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Unilever Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan terkemuka di

Indonesia yang bergerak dalam industri Fast Moving Consumer Goods

(FMCG). Sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial, Unilever

menerapkan program keberlanjutan atau Sustainability berdasarkan prinsip

Unilever Sustainable Living Plan (USLP). USLP memiliki tiga pilar utama,

yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi dampak

lingkungan, dan meningkatkan mata pencarian. Oleh karena itu, kinerja

keuangan perusahaan menjadi aspek yang penting untuk dipertimbangkan

dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut.

Secara umum, tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk maksimalkan

nilai perusahaan. Tujuan ini bersifat mutlak dan berlaku untuk berbagai jenis

usaha tanpa memandang sektor industri. Oleh karena itu, perusahaan

diharapkan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dengan efektif dan

efisien. Kemampuan mengelola aset secara efektif dan efisien akan membawa

perusahaan menuju pencapaian yang lebih baik. Dengan pertumbuhan

perusahaan, terbuka peluang untuk berkembang dan menyesuaikan diri

dengan perubahan serta memenuhi tuntutan pasar yang dinamis, serta

bersaing untuk mendapatkan manajemen yang kompeten dan terbaik.

Kesehatan finansial dan perkembangan yang positif dalam suatu

perusahaan mencerminkan efisiensi kinerja, menjadi keharusan agar dapat

1
bersaing dengan perusahaan lainnya. Setiap perusahaan yang terdaftar di

bursa saham diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan tahunan. Bagi

perusahaan, laporan keuangan menjadi alat komunikasi penting antara

manajemen dan para investor eksternal. Dalam konteks ini, laporan keuangan

juga menjadi mekanisme akuntabilitas manajemen kepada pemilik

perusahaan. Laporan keuangan umumnya mencakup neraca, laporan laba

rugi, dan laporan sumber daya serta penggunaan dana. Analisis terhadap

laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk menilai

tingkat profitabilitas dan kesehatan keuangan perusahaan.

Keuntungan perusahaan dapat dioptimalkan ketika manajer keuangan

memahami faktor-faktor yang signifikan dalam memengaruhi profitabilitas.

Dengan memahami dampak yang dimiliki oleh setiap faktor terhadap

profitabilitas, perusahaan dapat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah

dan mengurangi dampak negatif yang mungkin muncul.

Manajemen juga perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan per

periode untuk memahami perkembangan perusahaan. Penilaian ini penting

agar manajemen dapat memahami kemajuan atau kemunduran perusahaan,

yang akan menjadi informasi berharga untuk perencanaan masa depan. Dalam

menjalankan kegiatan operasional, perusahaan memerlukan dana yang

memadai untuk memastikan kelancaran operasionalnya. (Sarinah, 2017)

Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan yang

2
go public diharuskan membuat laporan keuangan setiap periodenya. Laporan

keuangan tersebut mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka. (Seto, 2023)

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dan dilihat melalui

laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan menggunakan

metode rasio keuangan. (Harahap, 2018)

PT Unilever Indonesia Tbk


Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2022 dan 2021

(dalam jutaan rupiah)

2022 2021
ASET
Aset Lancar
Kas Dan Setara Kas 502.882 325.197
Piutang Usaha
- Pihak Ketiga 3.507.072 4.136.690
- Pihak Berelasi 417.427 379.865
Uang Muka dan Piutang Lain-Lain
- Pihak Ketiga 212.065 52.939
- Pihak Berelasi 74.246 68.645
Persediaan 2.625.116 2.453.871
Beban Dibayar di Muka 23.750 21.691
Pajak Dibayar di Muka 205.210 159.413
Klaim Pengembalian Pajak - 43.897

3
Jumlah Aset Lancar 7.567.768 7.642.208

Aset Tidak Lancar


Aset Tetap 9.536.027 10.102.086
Goodwill 61.925 61.925
Aset Tak Berwujud 447.059 474.825
Aset Hak Guna 627.048 719.196
Aset Tidak Lancar Lainnya 78.287 68.292
Jumlah Aset Tidak Lancar 10.750.346 11.426.324

JUMLAH ASET 18.318.114 19.068.532

2022 2021
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pinjaman Bank 600.000 1.850.000
Utang Usaha
- Pihak Ketiga 4.508.015 4.364.070
- Pihak Berelasi 191.959 207.282
Utang Pajak
- Pajak Penghasilan Badan 439.770 535.042
- Pajak Lain-lain 219.181 194.871
Akrual 3.998,399 2.631.420
Utang Lain-Lain
- Pihak Ketiga 1.454.252 1.670.045
- Pihak Berelasi 850.657 786.534
Liabilitas imbalan kerja jangka panjang- bagian jangka pendek 144.369 122.639
Liabilitas sewa- bagian jangka pendek 35.621 83.249
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 12.442.223 12.445.152

Liabilitas Jangka Panjang


Liabilitas Pajak Tangguhan 253.601 258.638
Liabilitas imbalan kerja jangka panjang- bagian jangka panjang 976.629 1.239.856
Liabilitas sewa- bagian jangka panjang 648.405 803.617
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 1.878.635 2.302.111

JUMLAH LIABILITAS 14.320.858 14.747.263

4
EKUITAS
Modal Saham
(Modal dasar, seluruhnya ditempatkan dan disetor penuh :
76.300 76.300
38.150.000.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp. 2 (nilai
penuh) per saham
Tambahan Modal Disetor 96.000 96.000
Saldo Laba yang Dicandangkan 15.260 15.260
Saldo Laba yang Belum Dicadangkan 3.809.696 4.133.709
Jumlah Ekuitas 3.997.256 4.321.269

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 18.318.114 19.068.532

PT Unilever Indonesia Tbk


Laporan Laba Rugi
31 Desember 2022 dan 2021
(dalam jutaan rupiah)
2022 2021
Penjualan Bersih 41.218.881 39.545.959
Harga Pokok Penjualan (22.153.944) (19.919.572)
LABA BRUTO 19.064.937 19.626.387

Beban Pemasaran dan Penjualan (8.451.104) (7.864.452)


Beban Umum dan Administrasi (3.544.052) (4.084.012)
(Beban)/ Penghasilan Lain-lain, Neto (973) (1.528)
LABA USAHA 7.068.808 7.679.451

Pengahasilan Keuangan 10.206 2.017


Biaya Keuangan (85.211) (184.876)
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 6.993.803 7.496.592

Beban Pajak Penghasilan (1.629.042) (1.738.444)


LABA 5.364.761 5.758.148

Penghasilan (rugi) Komprehensif lain


Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi :
Pengukuran kembali liabilitas imbalan kerja 189.970 (53.009)
Pajak terkait atas penghasilan komprehensif lain (41.794) 11.662

5
Jumlah Penghasilan (rugi) Komprehensif lain, neto 148.176 (41.347)

JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF 5.512.937 5.716.801

Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan & amortisasi


8.122.793 8.756.359
(EBITDA)
LABA PER SAHAM DASAR
141 151
(dinyatakan dalam nilai penuh Rupiah per saham)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Memaparkan kinerja keuangan Perusahaan berdasarkan Rasio

Likuiditas.

2. Memaparkan kinerja keuangan Perusahaan berdasarkan Rasio

Solvabilitas.

3. Memaparkan kinerja keuangan Perusahaan berdasarkan Rasio

Aktifitas.

4. Memaparkan kinerja keuangan Perusahaan berdasarkan Rasio

Profitabilitas.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Perancis yaitu

“menegement” yang berarti seni untuk mengatur atau mengelola

sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata manage‘ berarti mengendalikan

atau mengelola. Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah

proses yang mengatur kegiatan atau perilaku sehingga menimbulkan

efek yang baik. Secara etimologi, definisi manajemen adalah sebuah

seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama sebuah

organisasi atau bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

pengelolaan, dan pengawasan sumber daya dengan cara yang efektif

dan efisien. Untuk mengetahui pengertian manajemen yang lebih

dalam, berikut ini adalah definisi manajemen menurut para ahli:

1. Pengertian Manajemen Menurut George R. Terry, 1997

Dikenal sebagai Bapak Ilmu Manajemen, George R. Terry

dalam bukunya Principle of Manajemen menyebutkan

pengertian manajemen. Manajemen adalah sebuah proses yang

terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dari definisi inilah yang kemudian dikenal

dengan fungsi manajemen. (Sarinah, 2017)

7
2. Pengertian Manajemen Menurut Oey Liang Lee

Pengertian manajemen menurut profesor Oey Liang Lee

adalah ilmu dan seni untuk merencanakan, mengorganisasikan,

mengarahkan, mengkoordinasi serta mengawasi manusia

dengan bantuan alat-alat sehingga dapat mencapai tujuan.

(Sarinah, 2017)

3. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Foleot

Mary mendefinisikan manajemen sebagai sebuah seni untuk

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini bisa

berarti tugas seorang manajer adalah mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Namun definisi ini bisa juga disalah artikan oleh beberapa

orang yang mencari-cari kesalahan, karena ada orang lain yang

membantu menyelesaikan pekerjaan. (Sarinah, 2017)

4. Pengertian Manajemen Menurut Henry Fayol

Menurut Henry Fayol manajemen hampir sama dengan para

ahli lain, yaitu sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

dan pengawasan terhadap sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan yang efektif dan efisien. (Sarinah, 2017)

5. Pengertian Manajemen Menurut Lawrence A. Aplley

Menurut Lawrence A. Appley, definisi manajemen adalah

sebuah keahlian yang dimiliki oleh seseorang untuk

8
menggerakkan orang lain agar mau menyelesaikan sesuatu.

(Sarinah, 2017)

2.1.2 Fungsi Manajemen

Peran manajemen sebagai komponen mendasar yang harus

ada dalam kerangka manajemen sebagai panduan bagi manajer

(individu yang mengelola kegiatan manajemen) saat menjalankan

tugas untuk mencapai tujuan, melibatkan proses perencanaan,

organisasi, koordinasi, dan pengendalian. (Harahap, 2018)

Mengacu pada pengertian manajemen di atas, terdapat lima (5) fungsi

utama manajemen dalam perusahaan, yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Signifikansi manajemen dalam konteks perusahaan

terletak pada kemampuannya untuk merencanakan dan

mengevaluasi setiap langkah yang telah diambil atau belum

diambil dalam perusahaan. Perencanaan menjadi elemen kunci

dalam menetapkan tujuan keseluruhan perusahaan dan usaha

untuk mencapainya. Manajer berperan sebagai pencari

alternatif untuk mencapai tujuan akhir, termasuk dalam

perencanaan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Tanpa perencanaan yang tepat, perkembangan perusahaan

dapat mengalami hambatan, menyebabkan ketidaksesuaian

dalam operasional perusahaan. Kesalahan ini dapat

9
mengakibatkan ketidakstabilan bahkan kebangkrutan

perusahaan. (Harahap, 2018)

b. Pengorganisasian (Organizing)

Melalui pengorganisasian, suatu perusahaan dapat

mengurai kegiatan yang besar menjadi serangkaian kegiatan

kecil. Tujuannya adalah untuk memudahkan manajer dalam

melakukan pengawasan yang lebih efektif dan untuk

menetapkan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk setiap

kegiatan yang telah dibagi menjadi unit yang lebih efisien.

Pengorganisasian dapat dilakukan dengan lebih mudah melalui

penetapan tugas dan metode pelaksanaannya. Hal ini bertujuan

untuk mencapai tujuan perusahaan dengan melibatkan proses

yang lebih terstruktur dan terorganisir. (Harahap, 2018)

c. Penempatan (Staffing)

Meskipun mirip dengan pengorganisasian, staffing

memiliki cakupan yang lebih luas. Jika pengorganisasian

berfokus pada manajemen sumber daya manusia, staffing lebih

berfokus pada pengelolaan sumber daya secara umum.

Beberapa aspek sumber daya yang menjadi perhatian dalam

staffing mencakup peralatan, perlengkapan, dan inventaris

yang dimiliki oleh perusahaan. (Harahap, 2018)

10
d. Pengarahan (Directing)

Fungsi manajemen terakhir dalam konteks bisnis

adalah sebagai suatu upaya untuk memastikan bahwa setiap

perusahaan atau kelompok dapat mencapai tujuan dan target

sesuai dengan prosedur manajerial yang telah direncanakan.

Seorang manajer akan mengambil tindakan pengarahan

apabila terjadi ketidaksesuaian antara pekerjaan yang

dilaksanakan dengan rencana yang telah ditetapkan. (Harahap,

2018)

e. Pengawasan (controlling)

Dari rangkaian rencana dan tindakan yang telah

dilaksanakan, pengawasan atau controlling menjadi hal yang

penting. Fungsi manajemen bisnis dalam hal ini adalah

melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja sumber daya

perusahaan. Manajer secara proaktif melakukan pengawasan

terhadap sumber daya yang telah diorganisasi sebelumnya,

memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Kesalahan atau penyimpangan

dalam pelaksanaan tugas dapat diidentifikasi dan dikoreksi,

memberikan pelajaran berharga untuk perencanaan tahap

berikutnya. (Harahap, 2018)

11
2.1.3 Unsur Manajemen

Setiap unsur manajemen saling terkait dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu dari mereka tidak ada atau

tidak berfungsi dengan baik, hal tersebut akan berdampak pada

pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain, integrasi yang kokoh

antara rencana, organisasi, pengarahan, dan pengawasan sangat

penting untuk menjaga kelangsungan dan keberhasilan perusahaan.

Keberhasilan satu fungsi manajemen juga tergantung pada kinerja

yang efektif dari fungsi-fungsi lainnya, menciptakan suatu sistem

yang seimbang untuk mencapai sasaran perusahaan dengan efisien.

Unsur-unsur tersebut adalah:

a. Man (Manusia)

Sumber daya manusia memang menjadi unsur

paling utama dalam menjalankan fungsi manajemen, karena

semua kegiatan dalam suatu organisasi dilaksanakan oleh

manusia. Dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan,

keterlibatan manusia sangat krusial. Oleh karena itu, jika

kebutuhan akan unsur manusia tidak terpenuhi, maka aktivitas

dalam organisasi atau perusahaan tidak dapat berjalan atau

berkembang. Sumber daya manusia menjadi tulang punggung

dalam menjamin efektivitas dan efisiensi dari setiap langkah

dalam fungsi manajemen.

12
b. Money (Uang)

Uang tidak hanya berperan sebagai alat tukar,

melainkan juga sebagai alat ukur nilai. Besar kecilnya sebuah

kegiatan dalam perusahaan dapat diukur melalui seberapa

besar nilai uang yang dikeluarkan untuk menanggung

biayanya. Ketersediaan uang sebagai modal memberikan

manajemen keleluasaan yang lebih besar dalam mencapai

tujuan akhir perusahaan. Oleh karena itu, uang dianggap

sebagai alat yang krusial untuk mencapai tujuan, karena segala

keputusan dan langkah harus diperhitungkan secara rasional.

Hal ini melibatkan penentuan jumlah uang yang diperlukan

untuk membiayai berbagai aspek, seperti gaji tenaga kerja,

akuisisi alat-alat yang diperlukan, dan estimasi hasil yang akan

dicapai oleh organisasi.

c. Material

Selain ketersediaan Sumber Daya Manusia, fungsi

manajemen juga memerlukan material sebagai elemen penting

untuk mencapai tujuan. Material ini dapat berupa bahan baku,

barang jadi, atau barang setengah jadi yang digunakan dalam

berbagai kegiatan operasional perusahaan. Keberadaan dan

pengelolaan material menjadi faktor kunci dalam efisiensi dan

efektivitas proses produksi dan penyediaan layanan. Dengan

13
memastikan ketersediaan material yang memadai, manajemen

dapat mendukung kelancaran pelaksanaan rencana dan

tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.

d. Machine

Adanya mesin meningkatkan efektivitas dan

efisiensi proses pekerjaan, sehingga mesin dan tenaga manusia

menjadi tidak terpisahkan selama perusahaan beroperasi.

e. Metode

Untuk memudahkan jalannya tugas, diperlukan

suatu prosedur operasional standar yang dikenal dengan SOP.

Pendekatan ini digunakan untuk pelaksanaan tugas dengan

memperhitungkan aspek tujuan, waktu, biaya, dan fasilitas

yang tersedia, bertujuan agar pelaksanaan tugas dapat

berlangsung lebih efektif dan efisien.

f. Pasar

Pasar berperan sebagai penentu apakah produk atau

layanan yang dipersembahkan oleh perusahaan diminati oleh

konsumen. Untuk menilai pasar dengan baik, diperlukan studi

mendalam agar produk dapat memenuhi kebutuhan yang

sesuai. Dalam usaha untuk mendominasi pasar, perusahaan

perlu menyajikan produk berkualitas yang sesuai dengan daya

beli konsumen. Dengan penerapan manajemen yang efektif,

semua kegiatan perusahaan dapat diatur secara teratur dan

14
dapat dipantau. Pemasaran produk menjadi sangat vital, karena

kegagalan dalam penjualan dapat menghentikan proses

produksi. Oleh karena itu, kendali pasar, yang berarti

menyebarluaskan hasil produksi, menjadi faktor penentu

kesuksesan perusahaan. Untuk mencapai dominasi pasar,

kualitas dan harga barang harus sesuai dengan preferensi dan

kemampuan beli konsumen.

1.2 Manajemen Keuangan

2.2. 1 Pengertian Manajemen Keuangan

Aktivitas manajemen keuangan merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh organisasi dalam merencanakan keuangan, mengelola

aset, menyimpan dana serta mengendalikan aset atau dana perusahaan.

Berdasarkan fungsinya, manajemen keuangan merupakan kegiatan

mengelola keuangan yang dimulai dari perencanaan sampai pada

pengendalian aset. Beberapa ahli mendefinisikan manajemen keuangan

sebagai berikut:

a. Irfani (2020) mendefinisikan manajemen keuangan “sebagai

aktivitas pengelolaan keuangan perusahaan yang berhubungan

dengan upaya mencari dan menggunakan dana secara efisien

dan efektif untuk mewujudkan tujuan perusahaan”.

b. Utari, Purwanti and Prawironegoro (2014), memberikan

pengertian tentang manajemen keuangan yaitu” aktivitas

pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal

15
yang semurah-murahnya dan menggunakan secara efektif,

efisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba”

c. Kasmir (2015) menjelaskan bahwa manajemen keuangan

dapat diartikan ke dalam tiga kegiatan utama, yaitu:

a) Memperoleh dana untuk membiayai usaha.

b) Mengelola dana seefisien mungkin untuk mencapai

tujuan perusahaan.

c) Mengelola aset perusahaan secara efektif dan efisien.

d. Husnan & Pudjiastuti (1998) mengungkapkan bahwa

Manajemen Keuangan merupakan “kegiatan organisasi dalam

mengatur keuangan yang menyangkut seperti Perencanaan,

Analisis, dan Pengendalian kegiatan keuangan”.

e. Riyanto (2008), mendefinisikan manajemen keuangan sebagai

“seluruh aktivitas usaha dalam mendapatkan pendanaan

dengan biaya seminimal mungkin dengan syarat yang paling

menguntungkan dan menggunakan dana tersebut seefisien

mungkin”.

2.2. 2 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan

Ruang lingkup Manajemen keuangan memiliki empat komponen yang

penting bagi sebuah perusahaan yaitu:

1. Keputusan Investasi

Untuk memajukan perusahaan, salah satu langkah

yang dapat diambil adalah melakukan investasi. Meskipun

16
demikian, melibatkan diri dalam investasi bukanlah tugas yang

sederhana. Diperlukan suatu rencana yang matang, karena

investasi memiliki tingkat risiko yang signifikan dan

memerlukan pertimbangan rinci sebelum membuat keputusan.

Keberhasilan investasi akan memberikan keuntungan bagi

perusahaan jika semua perhitungan dilakukan sesuai dengan

rencana. Sebaliknya, ketidaksesuaian perhitungan dapat

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

2. Pendanaan

Keputusan pendanaan atau pembiayaan adalah

keputusan yang diambil oleh sebuah perusahaan yang terkait

dengan struktur keuangannya. Keputusan ini mencakup

pemilihan sumber pendanaan, baik itu melalui utang jangka

pendek, utang jangka panjang, maupun modal perusahaan.

Penting untuk membuat keputusan ini dengan cermat, karena

ketidakhati-hatian dalam pengambilan keputusan dapat

menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

3. Pembagian Saham

Pembagian dividen saham terkait dengan keputusan

perusahaan untuk membagikan saham kepada para pemegang

saham. Distribusi keuntungan dapat dilakukan dalam bentuk

dana, saham, atau investasi.

17
4. Modal Kerja

Keputusan modal kerja merujuk pada kebijakan

perusahaan terkait aset lancar dan kewajiban lancar. Aset

lancar mencakup aset yang dimanfaatkan dalam jangka

pendek, umumnya kurang dari satu tahun, seperti kas, surat

berharga, dan utang. Di sisi lain, utang lancar merupakan

kewajiban finansial yang harus segera diselesaikan, seperti

pinjaman jangka pendek dari bank.

2.2. 3 Fungsi Manajemen Keuangan

Kesehatan sumber daya keuangan merupakan elemen kunci

untuk memastikan keberlanjutan perusahaan, memungkinkannya

bertahan dan terus berkembang. Keuangan perusahaan yang berada

dalam kondisi baik merupakan aspirasi bagi setiap pelaku bisnis. Oleh

karena itu, manajemen keuangan perlu dijalankan dengan cermat dan

efisien oleh perusahaan. (Darmawan, 2020). Hal ini menunjukkan

bahwa bagian keuangan memiliki tanggung jawab untuk memastikan

stabilitas dana perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen keuangan

adalah:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen

yang memiliki kepentingan besar. Dengan manajemen

perencanaan yang efektif, sebuah perusahaan dapat merinci

prospek masa depannya. Perusahaan dapat mengembangkan

18
perencanaan atau proyeksi mengenai pendapatan dan

pengeluaran yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan,

baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

(Darmawan, 2020)

2. Pengontrol

Fungsi kontrol adalah salah satu aspek lain dari

manajemen keuangan. Umumnya, setelah menjalankan fungsi

ini, langkah selanjutnya melibatkan kegiatan evaluasi.

Perusahaan dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan

perlu diperbaiki serta ditingkatkan. Melalui fungsi kontrol,

perusahaan dapat mendeteksi ketidaknormalan dalam

pengelolaan keuangan yang perlu segera diatasi. (Darmawan,

2020)

3. Audit

Pelaksanaan audit internal bertujuan untuk

memvalidasi dan memastikan bahwa manajemen atau

pengelolaan keuangan perusahaan berjalan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan, tanpa adanya penyimpangan

dari aturan yang berlaku. Melalui kegiatan audit yang

dilakukan secara teratur, risiko kerugian akibat kelalaian yang

mungkin dilakukan oleh karyawan dapat diminimalkan.

(Darmawan, 2020)

19
4. Anggaran

Penganggaran merupakan salah satu fungsi dalam

manajemen keuangan yang terkait dengan alokasi dana untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan. Dengan melakukan

pengalokasian dana atau menyusun anggaran secara efisien,

perusahaan dapat mencapai hasil yang maksimal. Alokasi dana

tersebut dapat mencakup berbagai kebutuhan perusahaan,

seperti gaji karyawan, biaya operasional gedung, dan

kebutuhan lainnya. (Darmawan, 2020)

5. Laporan

Melalui manajemen keuangan, perusahaan dapat

memantau kondisi keuangan yang dimilikinya. Fungsi

manajemen keuangan ini memberikan kemudahan bagi

perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis di masa depan,

karena perusahaan dapat melakukan analisis terhadap kinerja

bisnis yang sedang dijalankannya. Pelaporan keuangan

umumnya dilakukan secara berkala, mulai dari triwulanan,

triwulanan hingga tahunan, memberikan gambaran yang

teratur tentang performa keuangan perusahaan. (Darmawan,

2020)

2.2. 4 Tujuan Manajemen Keuangan

20
Pada umumnya manajemen keuangan memiliki lima tujuan,

diantaranya:

a) Memaksimalkan Laba Keuntungan

Keuntungan perusahaan yang masuk secara

konsisten namun tidak dikelola dengan baik dapat

menyebabkan stagnasi dan kurangnya perkembangan. Tujuan

pertama ini secara erat terkait dengan fungsi manajemen

keuangan yang berkaitan dengan anggaran. Perusahaan dapat

mencapai maksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya

anggaran, melakukan manajemen uang yang efisien, dan

melakukan investasi yang bijaksana.

b) Pengawasan

Manajemen keuangan tidak hanya terkait dengan

perencanaan, pengelolaan, dan penggunaan dana, tetapi juga

mencakup aspek pengendalian. Melalui pengawasan, evaluasi

dilakukan untuk memberikan dasar bagi perbaikan perusahaan

di masa depan. Pengawasan juga diperlukan untuk memastikan

bahwa setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan sistem

yang telah diimplementasikan.

c) Menjaga Arus Kas Perusahaan

Tujuan ini sebenarnya termasuk dalam kategori

tujuan klasik atau prinsip dasar dalam ilmu bisnis. Melalui

21
manajemen keuangan, perusahaan dapat menghindari

ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran, karena

perusahaan memiliki kemampuan untuk melihat dan

mengontrol arus kas secara transparan. Ini membantu

perusahaan dalam menjaga kestabilan keuangan dan

memastikan kelangsungan operasional yang sehat.

d) Mengurangi Risiko

Mengurangi risiko adalah salah satu tujuan utama

dalam manajemen keuangan yang perlu dilakukan oleh

perusahaan sejak awal. Dengan memiliki manajemen

keuangan yang terorganisir dengan baik, perusahaan dapat

membuat keputusan strategis yang lebih terukur. Dengan pasti,

strategi yang dipilih akan memiliki risiko kerugian yang

minimal, membantu perusahaan untuk menjaga stabilitas dan

keberlanjutan dalam operasionalnya.

e) Pengembalian Dana Pemegang Saham

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk

pengembangan, dan sumber dana tersebut seringkali berasal

dari individu yang dikenal sebagai pemegang saham. Setelah

perusahaan mendapatkan modal, kewajiban untuk

mengembalikan dana tersebut timbul berdasarkan kesepakatan

yang telah dicapai. Dengan manajemen keuangan yang efektif,

perusahaan yang terstruktur mampu membagi keuntungan

22
secara adil antara perusahaan dan pemegang saham sesuai

dengan kondisi yang telah ditentukan sebelumnya.

1.3 Laporan Keuangan

Menurut Toto Prihadi (2020:8) “Laporan keuangan adalah hasil

dari kegiatan pencatatan seluruh transaksi keuangan di perusahaan”. Laporan

keuangan menggambarkan transaksi yang diklasifikasikan dalam beberapa

kelompok besar menurut karateristik ekonominya. Kelompok besar ini

merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan langsung dengan

pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas, sedangkan

unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi

adalah pengahasilan dan beban. Laporan perubahaan posisi keuangan

biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan

dalam berbagai unsur neraca. (Darmawan, 2020). Secara rinci Kasmir

(2018:11), mengungkapkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

23
e. Memberikan informasi tentang perubahaan – perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentnang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode.

g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

Menurut Sujarweni (2016: 80-89) jenis laporan keuangan meliputi:

a. Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari

suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada

suatu saat tertentu. (Seto, 2023)

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang disusun secara sistematis,

isinya penghasilan yang diperoleh perusahaan dikurangi beban-beban

yang terjadi dalam perusahaan selama periode tertentu. (Seto, 2023)

Prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan dalam penyusunan laporan

laba rugi adalah:

1. Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh

dari usaha pokok perusahaan atau lembaga yang diikuti

dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual,

sehingga diperoleh laba kotor.

2. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional yang

terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum.

24
3. Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh dari

operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya

yang terdiri diluar usaha pokok perusahaan.

4. Bagian keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil

sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak

pendapatan.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan modal adalah laporan yang beriisi seberapa

banyak modal awal telah bertambah ataupun berkurang selama

periode tertentu. Perubahan modal ini terjadi dapat karena adanya laba

atau rugi usaha, pengambilan pribadi dari pemilik maupun

penambahan modal pemilik. (Seto, 2023)

d. Laporan Arus Kas

Yaitu laporan yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran

kas selama satu periode tertentu. Laporan arus kas memberi gambaran

penggunaan kas pada tiga aktivitas dari sebuah perusahaan yang

berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran kas. Laporan arus

kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan

diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan

aktivitas pendanaan. (Seto, 2023)

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah sebuah informasi maupun

catatan tambahan yang ditambahkan untuk memberi penjelasan

25
kepada pembaca atas laporan keuangan. Hal terkandung dalam catatan

atas laporan keuangan adalah penyusutan laporan keuangan yang

dipilih dan dipakai terhadap peristiwa dan transaksi yang diwajibkan

tetapi tidak disajikan, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan

perubahan ekuitas. Informasi diperlukan dalam rangka penyajian

secara wajar. (Seto, 2023)

1.4 Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah perhitungan angka-angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan secara horizontal antara satu pos laporan keuangan

dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan

signifikan. Rasio keuangan membantu para manajer perusahaan ataupun

pengguna laporan keuangan lainnya dalam menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya dalam

menilai kinerja keuangan perusahaan. (Kartomo, 2019)

Analisis rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu

hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah

tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan dengan

menggunakan alat analisis berupa rasio yang menjelaskan gambaran kepada

penganalisis tentang baik atau buruk keadaan keuangan perusahaan terutama

apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding

yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2006). Analisis laporan keuangan

juga dapat diartikan sebagai kegiatan membandingkan angka angka yang ada

di dalam laporan keuangan perusahaan dengan cara membagi angka yang satu

26
dengan angka lainnya dalam satu komponen laporan keuangan berdasarkan

periode waktu.

2.4. 1 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

dengan periode kurang dari satu tahun. Rasio ini menunjukan besar

kecilnya aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai hutang jangka

pendek perusahaan atau dengan kata lain rasio ini menunjukan seberapa

cepat aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dapat dikonversikan

kedalam kas untuk membiayai kewajiban jangka pendek Perusahaan.

(Kartomo, 2019). Rasio Likuiditas memiliki rata-rata standar industri

menurut Kasmir sebagai berikut:

Rasio Likuiditas Standar Rata-Rata Industri


Current Ratio 2 kali
Quick Ratio 1,5 kali
Cash Ratio 50%
Cash Turn Over 10%
Inventory to Net Working Capital 12%

A. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio atau rasio lancar adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo

pada saat penagihan (Kasmir, 2019). Dapat disimpulkan bahwa

27
rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara aset lancar

(kas, bank, piutang, persediaan) dan hutang lancar (hutang

dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang pajak). (Kartomo,

2019). Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut:

Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar

B. Quick Ratio (Rasio Sangat Lancar)

Quick ratio atau rasio cepat adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam 46 memenuhi dan membayar

hutang lancar dengan menggunakan aset lancar perusahaan tanpa

memperhitungkan persediaan (Kasmir, 2019).

Dapat disimpulkan bahwa quick ratio dihitung menggunakan

aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, bank, piutang.

Sedangkan aktiva lancar lainnya seperti persediaan tidak

digunakan dalam perhitungan rasio cepat karena persediaan

dianggap sebagai aktiva yang kurang likuid sebab memerlukan

waktu yang lama untuk diuangkan apabila perusahaan

membutuhkan dana cepat untuk membayar hutang. (Kartomo,

2019). Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut:

Rumus 1:

Kas+Sekuritas Jangka Pendek + Piutang


Rasio Sangat Lancar =
Hutang Lancar

Rumus 2:

28
Aktiva Lancar−Persediaan
Rasio Sangat Lancar =
Hutang Lancar

C. Cash Ratio (Rasio Kas)

Cash ratio atau rasio kas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar jumlah uang kas dan bank tersedia untuk

membayar hutang. Rasio kas dihitung dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

Kas dan Setara Kas


Rasio Kas =
Kewajiban Lancar

2.4. 2 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang secara

keseluruhan baik itu hutang jangka pendek maupun jangka panjang

dengan menggunakan aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan.

(Kartomo, 2019). Rasio Aktifitas memiliki rata-rata standar industri

menurut Kasmir sebagai berikut:

Rasio Solvabilitas Standar Rata-Rata Industri


Debt to Asset Ratio 35%
Debt to Equity Ratio 90%
Long Term Debt to Equity 10 kali
Times Interest Earned Ratio 10 kali
Operating Income to Liabilities 10 kali

A. Debt to Asset Ratio (Rasio Utang Terhadap Aset)

29
Debt to Total Asset Ratio (DAR) atau rasio hutang terhadap

total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total hutang dengan total aset (Kasmir,

2019). Dengan menggunakan rasio DAR perusahaan dapat

mengetahui perbandingan aset perusahaan yang dibiayai hutang

lancar dan hutang jangka panjang. Atau, dengan kata laindapat

disimpulkan

bahwa rasio DAR ini digunakan untuk mengukur seberapa besar

dana yang bersumber dari hutang jangka panjang dan hutang

lancar yang digunakanuntuk membiayai asset perusahaan. Rasio

DAR dihitung dengan formula sebagai berikut:

Total Utang
Rasio Utang Terhadap Aset =
Total Aset
B. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang Terhadap Modal)

Debt Equity Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan

ekuitas (Kasmir, 2019). Dengan menggunakan rasio DER,

perusahaan dapat mengetahui perbandingan antara hutang dan

modal dalam pendanaan perusahaan serta seberapa besar

kemampuan modal sendiri yang dimiliki perusahaan untuk

memenuh seluruh kewajibannya. Rasio DER dapat dihitung

dengan formula sebagai berikut:

Total Utang
Rasio Utang Terhadap Modal =
Total Modal

30
C. Long Term Debt to Equity (Rasio Utang Jangka Panjang

Terhadap Modal)

Long Term Debt to Equity Ratio (LDR) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara hutang

jangka panjang dan modal sendiri (Kasmir, 2019). Dengan

menggunakan rasio LDR, perusahaan dapat mengetahui seberapa

besar modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka

panjang perusahaan. Rasio LDR dapat dihitung dengan formula

sebagai berikut:

Utang Jangka Panjang


LDR =
Total Modal

D. Times Interest Earned Ratio (Rasio Kelipatan Bunga Yang

Dihasilkan)

Times interest earned ratio (TIER) memberikan gambaran

kemampuan bagi perusahaan dalam menyatakan sanggup untuk

menyelesaikan beban bunga yang dimiliki dengan menggunakan

perbandingan laba sebelum bunga dan pajak dengan beban

bunga. Jadi semakin besar nilai time interest earned maka

perusahaan semakin bagus. Rasio TIER dapat dihitung dengan

formula sebagai berikut:

Laba Sebelum Bunga∧Pajak


TIER =
Beban Bunga

31
E. Operating Income to Liabilities Ratio (Rasio Laba

Operasional Terhadap Kewajiban)

Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio

yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan

perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Kemampuan

perusahaan di sini diukur dari jumlah laba operasional. Rasio ini

dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

LabaOpersional
Rasio Laba Opersional terhadap Kewajiban =
Total Kewajiban

2.4. 3 Rasio Aktifitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva

perusahaan secara efektif (Kartomo, 2019). Rasio Aktifitas memiliki

rata-rata standar industri menurut Kasmir sebagai berikut:

Rasio Aktifitas Standar Rata-Rata Industri


Accounts Receivable Turn Over 15 kali
Inventory Turn Over 20 kali
Working Capital Turn Over 6 kali
Fixed Assets Turn Over 5 kali
Total Assets Turn Over 2 kali

A. Accounts Receivable Turn Over (Perputaran Piutang Usaha)

Receivable Turn Over (RTO) atau perputaran piutang

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran

piutang dalam satu periode, atau dengan katalain rasio ini

32
digunakan untuk mengukur seberapa cepat penagihan piutang

dalam satu periode yang dilakukan perusahaan. Rasio ini

dihitung dengan formula sebagai berikut:

Rasio Perputaran Piutang Usaha =


Penjualan Kredit
Rata−rata PiutangUsaha

B. Inventory Turn Over (Perputaran Persediaan)

Inventory Turn Over (ITO) atau perputaran persediaan

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali

perputaran persediaan dalam satuperiode. Dengan menggunakan

rasio ini, perusahaan dapat mengukur berapa kali jumlah barang

persediaan yang akan diganti dalam satu tahun. Rasio ini dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
Rata−rata Persediaan
HPP
Rasio Perputaran Persediaan =
Rata−rata Persediaan

C. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja)

Perputaran modal kerja adalah rasio yang mengukur

seberapa efisien perusahaan menggunakan modal kerjanya untuk

mendukung penjualan dan pertumbuhan. Juga dikenal sebagai

penjualan bersih terhadap modal kerja, perputaran modal kerja

mengukur hubungan antara dana yang digunakan untuk

33
membiayai operasi perusahaan dan pendapatan yang dihasilkan

perusahaan untuk melanjutkan operasi dan menghasilkan

keuntungan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan formula

sebagai berikut:

Penjualan
Rasio Perputaran Modal Kerja = Rata−rata Aset Lancar

D. Fixed Assets Turn Over (Perputaran Aset Tetap)

Fixed assets turnover atau rasio perputaran aktiva tetap

merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh mana aset tetap yang

dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya

yang efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan.

Rasio Fixed Assets Turn Over dihitung dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap = Rata Rata Aset Tetap

E. Total Assets Turn Over (Perputaran Total Aset)

Total Asset Turn Over (TATO) atau perputaran total aset

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran dana

yang ada di dalam 49 aktiva perusahaan. Selain itu, rasio ini juga

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

melakukan aktivitas penjualan atas aset perusahaan yang

34
digunakan. Rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai

berikut:

Penjualan
Rasio Perputaran Total Aset =
Rata−rata PerputaranTotal Aset

2.4. 4 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan dalam mengukur

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

atau profit. Rasio ini digunakan untuk menunjukan bagaimana gambaran

tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Selainitu, rasio ini juga digunakan sebagai ukuran bagi para investor

untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan berinvestasi

(Kartomo, 2019). Rasio profitabilitas memiliki rata-rata standar industri

menurut Kasmir sebagai berikut:

Rasio Profitabilitas Standar Rata-Rata Industri


Gross Profit Margin 30%
Net Profit Margin 20%
Return on Investment 30%
Return on Equity 40%
Operating Profit Margin 30%

A. Return On Assets (Hasil Pengambilan Aset)

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang diperoleh dari

pengelolaan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini

dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

35
Laba Bersih
Hasil Pengambilan Aset =
Total Aset

B. Return On Equity (Hasil Pengembalian Atas Ekuitas)

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

bersih berdasarkan modal tertentu. Rasio ini dihitung dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

Laba Bersih
Hasil Pengambilan atas Equity =
Total Ekuitas

C. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross Profit Margin (GPM) atau biasa disebut margin laba

kotor merupakan cara yang digunakan dalam penentuan harga

pokok penjualan. Rasio inimenggambarkan laba kotor yang

diperoleh dari jumlah penjualan perusahaan. GPM dapat dihitung

dengan formula sebagai berikut:

Laba Kotor
Margin Laba Kotor =
Penjualan Bersih

D. Operating Profit Margin (Margin Laba Operasional)

Operating Profit Margin

Operating Profit Margin (OPM) merupakan salah satu rasio

keuangan yang digunakanuntuk mengukur efisiensi perusahaan

dalam menghasilkan laba dari operasi intinya. Rasio

36
inimenunjukkan berapa persen pendapatan operasional yang

menjadi laba sebelum dipotongdengan beban bunga dan pajak.

OPM dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai

berikut:

LabaOperasional
Margin Laba Operasional =
Penjualan Bersih

E. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin (NPM) atau biasa disebut marginlaba

bersih merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur

seberapa besar pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan atas

aktivitas penjualan yang telah dilakukan. Margin laba bersih

merupakan perbandingan antara laba setelah bunga dan pajak

dibandingkan dengan volume penjualan. NPM dapat dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Laba Bersih
Margin Laba Operasional =
Penjualan Bersih

37
BAB III

PEMBAHASAN

1.5 Rasio Likuiditas

A. Current Rasio / Rasio Lancar

Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar

 Untuk Tahun 2022

Rp . 7.567 .768.000 .000


Rasio Lancar = = 0,608
Rp . 12.442.223 .000 .000

Artinya Perusahaan memiliki aset lancar sebanyak 0,608 kali dari total
kewajiban (0,608:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,608 Aset lancar.

 Untuk Tahun 2021

Rp . 7.642 .208.000 .000


Rasio Lancar = = 0,614
Rp . 12.445 .152.000 .000

38
Artinya Perusahaan memiliki aset lancar sebanyak 0,614 kali dari total
kewajiban (0,614:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,614 Aset lancar.

Interpretasi:

Rasio Lancar tahun 2021 cenderung kurang baik jika dibandingkan


dengan rasio lancar tahun 2022. Sebagai pembandng lainnya, jika rata-
rata industri untuk rasio lancar adalah 2, maka tingkat likuiditas di
perusahaan tahun 2022 dan 2021 dapat disimpulkan cenderung kurang
baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya karena
besaran rasionya (0,608 dan 0,614) keduanya berada dibawah rata-rata
industri (2).

B. Quick Rasio/ Rasio Sangat Lancar

Rumus I:

Kas+Sekuritas jangka pendek + Piutang


Rasio Sangat Lancar =
Kewajiban Lancar

 Untuk Tahun 2022


Rp . 502.882.000 .000+ Rp . 3.924 .499 .000 .000
Rasio Sangat Lancar =
Rp .12 .442.223 .000 .000
= 0,355

Artinya Perusahaan memiliki aset sangat lancar sebanyak 0,355 kali


dari total kewajiban (0,355:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,355 Aset sangat lancar.

 Untuk Tahun 2021


Rp . 325.197 .000 .000+ Rp.4 .571.352 .000 .000
Rasio Sangat Lancar =
Rp . 12.445.152 .000 .000
= 0,393

Artinya Perusahaan memiliki aset sangat lancar sebanyak 0.393 kali


dari total kewajiban (0, 393: 1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp.
1 kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,393 Aset sangat lancar.

39
Interpretasi:

Rasio Sangat Lancar tahun 2021 cenderung kurang baik jika


dibandingkan dengan rasio sangat lancar tahun 2022. Sebagai
pembandng lainnya, jika ratarata industri untuk rasio sangat lancar
adalah 1,5, maka tingkat likuiditas diperusahaan tahun 2022 dan 2021
dapat disimpulkan cenderung kurang baik jika dibandingkan dengan
perusahaan sejenis lainnya karena besaran rasionya (0,355dan 0,393)
keduanya berada dibawah rata-rata industri (1,5).

Rumus II:
Aktiva Lancar−Persediaan
Rasio Sangat Lancar =
Hutang Lancar
 Untuk Tahun 2022

Rasio Sangat Lancar =


Rp . 7.567 .768 .000.000−Rp .2.625 .116.000 .000
Rp .12.442 .223 .000 .000
= 0,397
Artinya Perusahaan memiliki aset sangat lancar sebanyak 0,397 kali
dari total kewajiban (0,397:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,397 Aset sangat lancer.

 Untuk Tahun 2021

Rasio Sangat Lancar =


Rp . 7.642.208 .000 .000−Rp.2 .453 .871.000 .000
Rp .12.445 .152 .000 .000
= 0,416
Artinya Perusahaan memiliki aset sangat lancar sebanyak 0,416 kali
dari total kewajiban (0,416:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,416 Aset sangat lancar.

Interpretasi:

Rasio Sangat Lancar tahun 2021 lebih baik jika dibandingkan dengan
rasio sangat lancar tahun 2022. Sebagai pembandng lainnya, jika rata-
rata industri untuk rasio sangat lancar adalah 1,5, maka tingkat
likuiditas diperusahaan tahun 2022 dan 2021 dapat disimpulkan
cenderung kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis

40
lainnya karena besaran rasionya (0,397 dan 0,416) keduanya berada
dibawah rata-rata industri (1,5).

C. Cash Rasio/ Rasio Kas

Kas dan Setara Kas


Rasio Kas =
Kewajiban Lancar

 Untuk Tahun 2022

Rp . 502.882.000 .000
Rasio Kas = = 0,040
Rp . 12.442.223 .000 .000

Artinya Perusahaan memiliki Kas sebanyak 0,040 kali dari total


kewajiban (0,040:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,040 Kas.

 Untuk Tahun 2021

Rp . 325.197 .000.000
Rasio Kas = = 0,026
Rp . 12.445 .152.000 .000

Artinya Perusahaan memiliki Kas sebanyak 0,026 kali dari total


kewajiban (0,026:1) atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 0,026 Kas.

Interpretasi:

Rasio Kas tahun 2022 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio kas
tahun 2021. Sebagai pembandng lainnya, jika rata-rata industri untuk
rasio kas adalah 0,5, maka tingkat likuiditas diperusahaan tahun 2022
dan 2021 dapat disimpulkan cenderung kurang baik jika dibandingkan
dengan perusahaan sejenis lainnya karena besaran rasionya (0,040 dan
0,026) keduanya berada dibawah rata-rata industri (0,5).

1.6 Rasio Solvabilitas

41
A. Rasio Utang Terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)

Total Utang
Rasio Utang =
Total Aset

2022 2021
Total Aset Rp. 18.318.114.000.000 Rp. 19.068.532.000.000
Total Kewajiban Rp. 14.320.858.000.000 Rp. 14.747.263.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rp .14 .320 .858 .000 .000


Rasio Utang = = 0,78
Rp .18.318 .114 .000.000
ASET Rp.18.318.114.000.00 UTANG Rp.14.320.858.000.000
0
MODAL Rp. 3.997.256.000.000
Rp.18.318.114.000.000 Rp.18.318.114.000.000

ASET 1 UTANG 0,78


MODAL 0,22
1 1

Artinya, 78% asset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya


sebanyak 22% oleh modal atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
aset, Rp.0,78 dibiayai oleh utang dan Rp. 0,22 nya oleh modal. Rasio
ini juga menunjukan bahwa setiap Rp. 1 aset, Rp. 0,78 nya untuk
menjamin utang (kewajiban kepada kreditur) dan Rp. 0,22 nya
menjamin modal (kewajiban kepada pemilik atau pemegang saham).
 Untuk Tahun 2021

Rp . 14.747 .263 .000.000


Rasio Utang = = 0,77
Rp. 19.068 .532.000 .000
ASET Rp.19.068.532.000.000 UTANG Rp.14.747.263.000.000
MODAL Rp.
4.321.269.000.000
Rp. 19.068.532.000.000 Rp. 19.068.532.000.000

42
ASET 1 UTANG 0,77
MODAL 0,23
1 1

Artinya, 77% asset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya


sebanyak 23% oleh modal atau dengan kata lain bahwa setiap Rp. 1
aset, Rp.0,77 dibiayai oleh utang dan Rp. 0,23 nya oleh modal. Rasio
ini juga menunjukan bahwa setiap Rp. 1 aset, Rp. 0,77 nya untuk
menjamin utang (kewajiban kepada kreditur) dan Rp.0,23 nya
menjamin modal (kewajiban kepada pemilik atau pemegang saham).
Interpretasi:

Rasio utang tahun 2021 (0,77) sedikit lebih baik jika dibandingkan
dengan rasio utang pada tahun 2022 (0,78). Sebagai pembanding lainnya,
jika rata-rata industri untuk utang adalah 0,35 , maka dapat disimpulkan
bahwa rasio utang perusahaan untuk kedua tahun ini berada diatas rata-
rata industri sehingga hal ini masih akan cukup menyulitkan perusahaan
untuk memperoleh pinjaman. Jika peruasahaan ingin menambah jumlah
utangnya dan agar tetap memenuhi batas tingkat rasio utang teretentu
maka perusahaan harus terlebih dahulu menambah modal atau asetnya
dengan jumlah besar diatas jumlah tambahan pinjaman itu sendiri.

B. Rasio Utang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Total Utang
Rasio Utang Terhadap Modal =
Total Modal

2022 2021
Total Modal Rp Rp. 4.321.269.000.000
3.997.256.000.000
Total Kewajban Rp. 14.320.858.000.000 Rp. 14.747.263.000.000

 Untuk Tahun 2022


Rp . 14.320 .858 .000.000
Rasio Utang Terhadap Modal = = 3,58
Rp . 3.997 .256 .000.000

Artinya, perusahaan memiliki utang sebanyak 3,58 kali dari total


modal (3,58:1)
 Untuk Tahun 2021

43
Rp . 14.747 .263 .000.000
Rasio Utang Terhadap Modal = = 3,41
Rp . 4.321 .269 .000.000

Artinya, perusahaan memiliki utang sebanyak 3,41 kali dari total


modal
(3,41:1)

Interpretasi:

Debt to Equity tahun 2021 (3,41) lebih baik jika dibandingkan dengan
tahun 2022 (3,58) karena jumlah modal pemilik ditahun 2021 yang
dijadikan sebagai jaminan utang lebih besar jika dibandingkan dengan
jumlah modal pemilik tahun 2022. Sebagai pembanding lainnya, jika
rata-rata industri untuk utang terhadap modal adalah 0,9 maka dapat
disimpulkan bahwa rasio utang terhadap modal perusahaan untuk
kedua tahun ini berada diatas rata-rata industri dan struktur
pembiayaan perusahaan lebih banyak menggunakan pinjaman
dibandingkan dengan modal. Dengan kondisi seperti itu tentu saja akan
menyulitkan bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman
yang baru dari kreditur, apalagi jika melihat besarnya proporsi utang
terhadap modal tahun 2022.

C. Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt to

Equity Ratio)

Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal =


Utang Jangka Panjang
Total Modal

2022 2021
Total modal Rp 3.997.256.000.000 Rp. 4.321.269.000.000
Utang Jangka Panjang Rp. 1.878.635.000.000 Rp. 2.302.111.000.000

 Untuk Tahun 2022


Rp . 1.878 .635.000 .000
Utang Jangka Panjang Terhadap Modal =
Rp 3.997 .256 .000 .000
= 0,46

44
Artinya Perusahaan memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,46
kali dari total modal (0,46:1).

 Untuk Tahun 2021


Rp . 2.302.111 .000 .000
Utang Jangka Panjang Terhadap Modal =
Rp . 4.321 .269 .000 .000
= 0,53
Artinya Perusahaan memiliki Utang jangka panjang sebanyak 0,53
kali dari total modal (0,53:1).
Interpretasi:

Rasio Utang Jangka Panjang terhadap modal pada tahun 2022 (0,46)
lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2021 (0,53), Sebagai
pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk utang jangka
panjang adalah 10 kali , maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2022 dan tahun 2021 sudah berada pada posisi baik yang memenuhi
stndar karena berada dibawah rata-rata industri .

D. Rasio Kelipatan Bunga Yang Dihasilkan (Times Interest Earned

Ratio)

Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan =


Laba Sebelum Bunga∧Pajak
Beban Bunga

2022 2021
Ebit Rp. 8.122.793.000.000 Rp. 8.756.359.000.000
Beban Bunga Rp. 12.071.134.000.000 Rp. 12.129.759.000.000

 Untuk Tahun 2022

45
Rasio Kelipatan Bunga Yang Dihasilkan =
Rp. 8.122 .793 .000.000
Rp . 12.071.134 .000.000
= 0,67
Artinya, beban bunga dapat ditutup dengan 0,64 kali dari laba
sebelum bunga dan pajak, atau dengan kata lain bahwa perusahaan
memiliki kemampuan dari laba sebelum pajak untuk membayar bunga
0,67 kali.

 Untuk Tahun 2021

Rp . 8.756 .359 .000.000


Rasio Kelipatan Bunga Yang Dihasilkan =
Rp . 12.129 .759.000 .000
= 0,72
Artinya, beban bunga dapat ditutup dengan 0,72 kali dari laba
sebelum bunga dan pajak, atau dengan kata lain bahwa perusahaan
memiliki kemampuan dari laba sebelum pajak untuk membayar bunga
0,72 kali.
Interpretasi:
Kemampuan laba sebelum bunga dan pajak dalam membayar beban bunga
pada tahun 2021 jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2022.
Sebagai pembanding lainnya jika rata-rata industri untuk rasio kelipatan
bunga yang dihasilkan 10 kali , maka dapat disimpulkan bahwa kedua
tahun tersebut belum memenuhi nilai standar

E. Rasio Laba Opersional Terhadap Kewajiban (Operating Income To

Lialibities Ratio)

LabaOpersional
Rasio Laba Opersional Terhadap Kewajiban =
Total Kewajiban

2022 2021
Laba Operasional Rp 7.068.808.000.000 Rp. 7.679.451.000.000
Total Kewajiban Rp. Rp. 14.747.263.000.000
14.320.858.000.000

46
 Untuk Tahun 2022

Rasio Laba Opersional Terhadap Kewajiban =


Rp . 7.068 .808,000,000
Rp . 14.320 .858 .000.000
= 0,49

Artinya setiap Rp. 1 kewajiban hanya mampu ditutupi oleh Rp.


0,49 Laba operasional, atau dengan kata lain bahwa besarnya laba
operasional hanyalah 0,49 kali kewajiban.
 Untuk Tahun 2021

Rasio Laba Opersional Terhadap Kewajiban =


Rp . 7.679 . 451. 000.000
Rp . 14.747 .263 .000.000
= 0,52

Artinya setiap Rp. 1 kewajiban hanya mampu ditutuoi oleh Rp.


0,52 Laba operasional, atau dengan kata lain bahwa besarnya laba
operasional hanyalah 0,52 kali kewajiban.
Interpretasi:
Kemampuan laba operasional untuk membayar kewajiban pada tahun
2021 lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan laba
operasional untuk membayar kewajiban tahun 2022. Sebagai
pembanding lainnya adalah jika rata-rata industri untuk rasio laba
operasional terhadap kewajiban adalah 10, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan laba operasional dalam membayar kewajiban di
kedua tahun tersebut cenderung sangat kurang jika dibandingkan
perusahaan sejenisnya karena berada dibawah rata-rata standar
industri. Dalam hal ini penting bagi perusahaan untuk melakukan
efesiensi atas beban operasional yang terlalu besar.

1.7 Rasio Aktifitas

A. Rasio Perputaran Piutang Usaha (Accountable Receivable Turn

Over)

Rasio Perputaran Piutang Usaha

47
2022 2021
Penjualan Kredit Rp. 41.218.881.000.000 Rp. 39.545.959.000.000
Rata Rata Piutang Rp. 4.220.527.000.000 Rp. 4.905.921.500.000

Bahwa besarnya piutang usaha pada akhir tahun 2020


adalah Rp.5.295.288.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Piutang Usaha


Rp .41 .218 .881.000 .000
= = 10 kali
( Rp .4 .516 .555 .000 .000+ Rp .3.924 .499.000 .000 ) :2
Lama rata rata penagihan piutang usaha adalah = 365/10 = 36 hari
Artinya, Jika persayaratan kredit (credit term) yang berlaku adalah
/10, n/30 maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa lamanya rata-rata penagihan piutang usaha 36 hari
masih berada diluar batas waktu neto kredit 30 hari (net credit period)
sehingga aktifitas penagihan hutang usaha dapat dilakukan oleh
menejemen dapat dikatakan tidak berjalan efektif. Dengan kata lain
bahwa seluruh piutang usaha belum mampu tertagih dengan baik
sebelum melewati batas jatuh tempo kredit.

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Piutang Usaha


Rp . 39.545.959 .000 .000
= = 8 kali
( Rp . 5.295 .288 .000.000+ Rp .4 .516 .555 .000 .000 ) :2
Lama rata rata penagihan piutang usaha adalah = 365/8 = 45 hari
Artinya, Jika persayaratan kredit (credit term) yang berlaku adalah
/10, n/30 maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa lamanya rata-rata penagihan piutang usaha 45 hari
masih berada diluar batas waktu neto kredit 30 hari (net credit period)
sehingga aktifitas penagihan hutang usaha dapat dilakukan oleh
menejemen dapat dikatakan tidak berjalan efektif. Dengan kata lain
bahwa seluruh piutang usaha belum mampu tertagih dengan baik
sebelum melewati batas jatuh tempo kredit.

48
Interpretasi:

Meskipun keduanya belum efektif, aktivitas penagihan piutang


usaha yang dilakukan manajemen pada tahun 2022 dapat dikatakan lebih
efektif (dengan lama rata-rata penagihan piutang usaha lebih cepat 9 hari)
jika dibandingkan dengan efektiftas penagihan piutang uasaha yang
dilakukan manajemen tahun 2021. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-
rata industri untuk lamanya penagihan piutang usaha adalah 15 hari maka
dapat disimpulkan bahwa efektifitas penagihan piutang usaha yang
dilakukan oleh manajemen pada tahun 2021 cenderung lebih buruk jika
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya karena rasionya (45
hari) berada di atas standar industri (15 hari). Dengan kata lain bahwa
lamanya penagihan piutang usaha adalah lebih lambat 30 hari jika
dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

B. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Rasio Perputaran Persediaan


Penjualan
=
( Piutang Usaha Awal Tahun+ PiutangUsaha Akhir Tahun ) :2

2022 2021
Penjualan Rp Rp. 39.545.959.000.000
41.218.881.000.000
Rata Rata Persediaan Rp. Rp.
2.539.493.500.000 2.458.487.500.000
BBahwa besarnya persediaan pada akhir tahun 2020 adalah
Rp. 2.463.104.000.000
 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Persediaan


Rp . 41.218 .881.000 .000
= = 16 kali
( Rp . 2.453.871 .000 .000+ Rp.2 .625 .116.000 .000): 2

365 hari
Lamanya Rata-Rata Persediaan = = 23 hari
16 kali
Artinya, Jika persyaratan rata-rata persediaan yang berlaku adalah 20
hari maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa lamanya rata-rata persediaan selama 23 hari melebihi batas

49
waktu, sehingga aktifitas persediaan barang usaha dapat dilakukan oleh
manajemen dapat dikatakan belum berjalan dengan efektif. Dengan
kata lain bahwa seluruh persediaan belum dapat berhasil dijual dengan
baik dalam batas waktu yang ditetapkan.

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Persediaan


Rp .39.545 .959 .000 .000
= = 16 kali
( Rp . 2.463 .104 .000 .000+ Rp .2.453 .871.000 .000 ) :2

365 hari
Lamanya Rata-Rata Persediaan = = 23 hari
16 kali

Artinya, Jika persyaratan rata-rata persediaan yang berlaku adalah 20


hari maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa lamanya rata-rata persediaan selama 23 hari melebihi batas
waktu, sehingga aktifitas persediaan barang usaha dapat dilakukan oleh
manajemen dapat dikatakan belum berjalan dengan efektif. Dengan
kata lain bahwa seluruh persediaan belum dapat berhasil dijual dengan
baik dalam batas waktu yang ditetapkan

Interpretasi:

Aktifitas penjualan persediaan barang dagang yang dilakukan


manajemen pada periode 2022 dan 2021 keduanya sama. Sebagai
perbandingan lainnya, jika rata-rata industri persediaan terjual adalah
20 hari. Maka, dapat disimpulkan bahwa aktifitas penjualan persediaan
barang dagang yang dilakukan manajemen pada tahun 2022 dan tahun
2019 keduanya cenderung kurang baik, karena berada diatas rata-rata
industri, berarti pada kedua periode tersebut perusahaan masih belum
efektif dalam melakukan penjualan terhadap persediaan.

Rumus lainnya :

Rasio Perputaran Persediaan


HPP
=
( Persediaan Awal Tahun+ Persediaan Akhir Tahun):2

2022 2021

50
HPP Rp Rp.
22.153.944.000.000 19.919.572.000.000
Rata Rata Rp. Rp.
Persediaan 2.539.493.500.000 2.458.487.500.000

Bahwa besarnya persediaan pada akhir tahun 2020 adalah


Rp. 2.463.104.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Persediaan


Rp .22.153 .944 .000 .000
= = 9 kali
( Rp . 2.453.871 .000 .000+ Rp.2 .625 .116.000 .000): 2

365 hari
Lamanya Rata-Rata Persediaan = = 40 hari
9 kali
Artinya, Jika persyaratan rata-rata persediaan yang berlaku adalah 20
hari maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa lamanya rata-rata persediaan selama 40 hari melebihi batas
waktu, sehingga aktifitas persediaan barang usaha dapat dilakukan oleh
manajemen dapat dikatakan belum berjalan dengan efektif. Dengan
kata lain bahwa seluruh persediaan belum dapat berhasil dijual dengan
baik dalam batas waktu yang ditetapkan.

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Persediaan


Rp .19.919 .572 .000.000
= = 8 kali
( RRp . 2.463 .104 .000 .000+ Rp.2 .453 .871.000 .000 ) :2

365 hari
Lamanya Rata-Rata Persediaan = = 45 hari
8 kali

Artinya, Jika persyaratan rata-rata persediaan yang berlaku adalah 20


hari maka berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa lamanya rata-rata persediaan selama 45 hari melebihi batas
waktu, sehingga aktifitas persediaan barang usaha dapat dilakukan oleh
manajemen dapat dikatakan belum berjalan dengan efektif. Dengan

51
kata lain bahwa seluruh persediaan belum dapat berhasil dijual dengan
baik dalam batas waktu yang ditetapkan.

Interpretasi :

Aktifitas penjualan persediaan barang dagang yang dilakukan


manajemen pada periode 2022 lebih efektif (dengan lamanya
persediaan terjual lebih cepat 5 hari) jika dibandingkan dengan
aktivitas penjualan persediaan barang dagang yang dilakukan
manajemen pada periode 2021. Sebagai perbandingan lainnya, jika
rata-rata industri persediaan terjual adalah 20 hari. Maka, dapat
disimpulkan bahwa aktifitas penjualan persediaan barang dagang yang
dilakukan manajemen pada tahun 2022 dan 2021 cenderung kurang
baik, Karena berada diatas rata-rata industri, berarti pada kedua
periode tersebut perusahaan masih belum efektif dalam melakukan
penjualan terhadap persediaan.

C. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Rasio Perputaran Modal Kerja


Penjualan
=
( Aset Lancar Awal Tahun+ Aset Lancar Akhir Tahun ) :2

2022 2021
Penjualan Rp 41.218.881.000.000 Rp. 39.545.959.000.000
Rata Rata Aset Lancar Rp. 7.604.988.000.000 Rp. 8.235.284.000.000

Bahwa Aset Lancar pada akhir tahun 2020 adalah


Rp. 8.828.360.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Modal Kerja

52
Rp . 41.218 .881.000 .000
= = 5,41 kali
( Rp 7.642 .208 .000.000+ Rp .7 .567 .768 .000 .000 ) :2

Artinya, setiap Rp.1 aset lancar turut berkontribusi menciptakan


Rp.5,41 Penjualan

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Modal Kerja


Rp .39.545 .959 .000 .000
= = 4,80
( Rp . 8.828 .360 .000 .000+ Rp.7 .642 .208 .000.000 ) :2
kali

Artinya, setiap Rp.1 Aset Lancar turut berkontribusi menciptakan


Rp. 4,80 Penjualan

Interpretasi:

Rasio Perputaran Modal Kerja pada tahun 2022 lebih baik daripada
tahun 2021 karena kontribusi asset lancar terhadap pernjualan di tahun
2022 lebih besar jika dibandingkan kontribusi asset lancar terhadap
penjualan tahun 2021. Sebagai pembanding lainnya, jika rata rata
industry untuk rasio perputaran modal kerja adalah 6 kali, maka dapat
disimpulkan bahwa kontribusi kedua tahun tersebut cenderung kurang
baik jika dibandingkan perusahaan sejenis karena nilainya lebih kecil
dari rata rata nilai industri.

D. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turn Over)

Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap =
Rata Rata Aset Tetap

2022 2021
Penjualan Rp. Rp.
41.218.881.000.000 39.545.959.000.000
Rata Rata Aset Tetap Rp. Rp.
9.819.056.500.000 10.260.994.000.000

53
Bahwa, Aset Tetap pada akhir tahun 2020 adalah Rp. 10.419.902.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Aset Tetap


Rp . 41.218 .881.000 .000
= = 4,19 kali
( Rp . 10.102.086 .000 .000+ Rp .9 .536 .027 .000.000 ) :2

Artinya, setiap Aset Tetap turut berkontribusi menciptakan Rp. 4,19


Penjualan

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Aset Tetap


Rp .39.545 .959 .000 .000
= = 3,85 kali
( Rp . 10.419 .902.000 .000+ Rp .10 .102.086 .000 .000 ) :2

Artinya, setiap Aset Tetap turut berkontribusi menciptakan Rp. 3,85


Penjualan.
Interpretasi:

Rasio Perputaran Aset Tetap pada tahun 2022 lebih baik daripada tahun
2021 karena kontribusi asset tetap terhadap pernjualan di tahun 2022 lebih
besar jika dibandingkan kontribusi asset tetap terhadap penjualan tahun
2021. Sebagai pembanding lainnya, jika rata rata industry untuk rasio
perputaran modal kerja adalah 5 kali, maka dapat disimpulkan bahwa
kontribusi kedua tahun tersebut cenderung kurang baik jika dibandingkan
perusahaan sejenis karena nilainya lebih kecil dari rata rata nilai industry.
Dalam hal ini penting bagi perusahaan untuk meninjau ulang keberadaan
asset tetap yang dimilikinya, apakah terlalu kebesaran nilainya atau
memang belum dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan
pendapatan perusahaan.

E. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turn Over)

54
Rasio Perputaran Total Aset
Penjualan
=
(Total Aset Awal Tahun+Total Aset Akhir Tahun): 2

Bahwa 2022 2021


Aset Penjualan Rp Rp. 39.545.959.000.000
pada 41.218.881.000.000
akhir Rata Rata Aset Rp. Rp. 19.801.582.000.000
tahun 18.693.323.000.000
2020 adalah Rp. 20.534.632.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rasio Perputaran Total Aset


Rp . 41.218 .881,000,000
= = 2,20 kali
( Rp . 18.318 .114.000 .000+ Rp .19 .068.532 .000 .000 ) :2

Artinya setiap Rp. 1 total asset turut berkontribusi menciptakan


Rp.2,20 penjualan

 Untuk Tahun 2021

Rasio Perputaran Total Aset


Rp .39.545 .959 . 000.000
= = 2 kali
( Rp . 19.068 .532.000 .000+ Rp .20 .534 .632.000 .000 ) :2

Artinya setiap Rp. 1 total asset turut berkontribusi menciptakan


Rp.2 penjualan
Interpretasi:

Rasio Perputaran Total Aset pada tahun 2022 lebih baik daripada tahun
2021 karena kontribusi asset terhadap pernjualan di tahun 2022 lebih
besar jika dibandingkan kontribusi asset terhadap penjualan tahun
2021. Sebagai pembanding lainnya, jika rata - rata industry untuk rasio
perputaran modal kerja adalah 2 kali, maka dapat disimpulkan bahwa
kontribusi kedua tahun tersebut cenderung lebih baik jika dibandingkan
perusahaan sejenis karena nilainya sama dan lebih besar dari rata rata
nilai industry.

55
1.8 Rasio Profitabilitas

A. Hasil Pengambilan Aset (Return On Assets)

Laba Bersih
Hasil Pengambilan Aset =
Total Aset

2022 2021
Laba Bersih Rp. 5.364.761.000.000 Rp. 5.758.148.000.000
Total Aset Rp. 18.318.114.000.000 Rp. 19.068.532.000.000

 Untuk Tahun 2022


Rp . 5.364 .761.000 .000
Rasio Perputaran Piutang Usaha (ROA) =
Rp . 18.318 .114 .000 .000

= 29,2%
Setiap Rp.1 total asset turut berkontribusi menciptakan Rp.0,292
laba bersih

 Untuk Tahun 2021

Rp . 5.758 .148.000 .000


Rasio Perputaran Piutang Usaha (ROA) =
Rp . 19.068 .532.000 .000

= 30,1%
Setiap Rp.1 total asset turut berkontribusi menciptakan Rp. 0,301
laba bersih

Interpretasi:

Hasil pengembalian atas aset tahun 2021 lebih baik jika


dibandingkan dengan hasil pengembalian aset tahun 2022 karena
kontribusi total aset terhadap laba bersih tahun 2021 lebih besar jika
dibandingkan dengan kontribusi total aset terhadap laba bersih tahun
2022. Dengan demikian terjadi penurunan kinerja manajemen dalam
menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika

56
rata-rata industri untuk hasil pengembalian atas aset adalah 20% maka
dapat disimpulkan bahwa kontribusi total aset terhadap laba bersih pada
kedua tahun tersebut cenderung cukup baik karena berada diatas rata-rata
industri dibandingkan perusahaan sejenis.

B. Hasil Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity)

Laba Bersih
Hasil Pengambilan atas Equity =
Total Ekuitas

2022 2021
Laba Bersih Rp 5.364.761.000.000 Rp.
5.758.148.000.000
Total Ekuitas Rp. 3.997.256.000.000 Rp.
4.321.269.000.000

 Untuk Tahun 2022

Rp. 5.364 .761 .000 .000


Returm on Equity (ROE) = = 134%
Rp . 3.997 .256 .000 .000

Setiap Rp.1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp. 1,34 laba


bersih

 Untuk Tahun 2021

Rp. 5.758 .148 .000.000


Returm on Equity (ROE) = = 133%
Rp . 4.321 .269 .000 .000

Setiap Rp.1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp. 1,33 laba


bersih

Interpretasi:

Hasil pengembalian atas aset tahun 2022 lebih baik jika dibandingkan
dengan hasil pengembalian aset tahun 2021 karena kontribusi total aset
terhadap laba bersih tahun 2022 lebih besar jika dibandingkan dengan
kontribusi total aset terhadap laba bersih tahun 2021, Sebagai
pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk hasil pengembalian
atas aset adalah 40% maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi total
aset terhadap laba bersih pada kedua tahun tersebut cenderung cukup

57
baik karena berada diatas rata-rata industri dibandingkan perusahaan
sejenis.
C. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Laba Kotor
Margin Laba Kotor =
Penjualan Bersih

2022 2021
Pendapatan Penjualan Rp 41.218.881.000.000 Rp. 39.545.959.000.000
HPP (Rp. (Rp. 19.919.572.000.000)
22.153.944.000.000)
Laba Kotor Rp. Rp.
19.064.937.000.000 19.626.387.000.000

 Untuk Tahun 2022


Rp . 19.064 .937 .000 .000
Gross Profit Margin (GPM) = = 46,2%
Rp. 41.218.881 .000 .000
Besarnya laba kotor 46,2% dari total penjualan bersih dan
besarnya HPP 53,8%. Setiap Rp. 1 penjualan bersih memuat Rp.
0,538 HPP dan menciptakan Rp. 0,462 laba kotor.

 Untuk Tahun 2021


Rp . 19.626 .387 .000 .000
Gross Profit Margin (GPM) = = 49,6%
Rp. 39.545 .959 .000.000
Besarnya laba kotor 49,6% dari total penjualan bersih dan
besarnya HPP 50,4%. Setiap Rp.1 penjualan bersih memuat Rp.
0,504 HPP dan menciptakan Rp. 0,496 laba kotor.

Interpretasi:

Margin laba kotor tahun 2021 lebih baik jika dibanding dengan margin
laba kotor tahun 2022 karena kontribusi penjualan bersih terhadap laba
kotor di tahun 2021 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi

58
penjualan bersih terhadap laba kotor tahun 2022. dengan demikian,
terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk
margin laba kotor adalah 30 % maka dapat disimpulkan bahwa
kontribusi penjulan bersih terhadap laba kotor di kedua tahun
cenderung cukup baik karena mampu mencapai nilai standar industri.
Penting bagi perusahaan meningkatkan harga jual dengan menekan
biaya produksi.

D. Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin)

2022 2021
Pendapatan Rp 41.218.881.000.000 Rp. 39.545.959.000.000
Penjualan
HPP (Rp. (Rp.19.919.572.000.000)
22.153.944.000.000)
Laba Kotor Rp. 19.064.937.000.000 Rp.
19.626.387.000.000
Beban Operasional (Rp.11.996.129.000.000) (Rp.11.949.992.000.000)
Laba Operasional Rp. 7.068.808.000.000 Rp. 7.679.451.000.000
LabaOperasional
Margin LaLaba Operasional =
Penjualan Bersih

 Untuk Tahun 2022

Rp. 7.068 .808 .000.000


Margin Laba Operasional = = 17,1%
Rp . 41.218 .881 .000 .000

Besarnya laba operasional 17,1% dari total penjualan bersih,


setiap Rp.1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp.
0,171 laba opersional.

59
 Untuk Tahun 2021

Rp. 7.679 .451.000 .000


Margin Laba Operasional = = 19,4%
Rp . 39.545 .959.000 .000

Besarnya laba operasional 19,4% dari total penjualan bersih,


setiap Rp.1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp.
0,194 laba opersional.

Interpretasi:

Margin laba operasional tahun 2019 lebih baik jika dibandingkan margin
laba operasional tahun 2020. dengan kata lain terdapat penurunan kinerja
manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.Sebagai
pembanding jika rata-rata standar industri 30% maka dapat disimpulkan
bahwa kontribusi pada kedua tahun tersebut cenderung kurang baik
dibandingan perusahaan sejenis. Penting bagi perusahaan untuk
melakukan efesiensi atas beban operasional yang terlalu besar.

E. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Laba Bersih
Margin Laba Operasional =
Penjualan Bersih

2022 2021
Pendapatan Rp 41.218.881.000.000 Rp. 39.545.959.000.000
Penjualan
HPP (Rp. (Rp. .919.572.000.000)
22.153.944.000.000)
Laba Kotor Rp. 19.064.937.000.000 Rp.
19.626.387.000.000
Beban Operasional (Rp.11.996.129.000.000) (Rp.11.949.992.000.000)
Laba Operasional Rp. 7.068.808.000.000 Rp.
7.679.451.000.000
Pendapatan Lain Rp. 10.206.000.000 Rp.
2.017.000.000
Beban & Rugi lain (Rp. (Rp.
85.211.000.000) 184.876.000.000)
Laba Sebelum Pajak Rp. 6.993.803.000.000 Rp.
7.496.592.000.000
Pajak Penghasilan (Rp. (Rp.
1.629.042.000.000) 1.738.444.000.000)
Laba Bersih Rp. 60 5.364.761.000.000 Rp.
5.758.148.000.000
 Untuk Tahun 20 U Untuk Tahun 2021

Rp. 5.364 .761 .000 .000


Margin Laba Bersih = = 13%
Rp . 41.218 .881 .000 .000

Besarnya laba bersih 13% dari total penjualan bersih, setiap Rp.1
penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp. 0,13 laba bersih.

Untuk Tahun 2021

Rp . 5.758 .148.000 .000


Margin Laba Bersih = = 14.5%
Rp . 39.545 .959.000 .000

Besarnya laba bersih 14,5% dari total penjualan bersih, setiap Rp.1
penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp.0,145 laba bersih.

Interpretasi:

Margin laba operasional tahun 2019 lebih baik jika dibandingkan


margin laba operasional tahun 2020. dengan kata lain terdapat
penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan.Sebagai pembanding lainnya jika rata-rata standar industri
20% maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi pada kedua tahun
tersebut cenderung kurang baik karena belum mencapai rata-rata
industri dibandingkan perusahaan sejenis. Penting bagi perusahaan
untuk melakukan efesiensi atas beban operasional yang terlalu besar.

61
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

1.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan PT Unilever Indonesia Tbk.,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Rasio Likuiditas

Berdasarkan hasil perhitungan rasio likuiditas pada PT

Unilever Indonesia Tbk, tingkat likuiditas pada perusahaan tersebut

cenderung kurang baik karena Current Ratio, Quick Ratio dan

Cash Ratio di kedua tahunnya berada dibawah rata rata industri.

2. Rasio Solvabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan rasio solvabilitas pada PT

Unilever Indonesia Tbk, tingkat kemampuan perusahaan dalam

membayar hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek dapat

dikatakan baik dan stabil dalam memenuhi kewajiban perusahaan

karena 5 indikator perhitungan rasio solvabilitas berada di atas

rata-rata industri. Dapat dilihat dari nilai Debt to Asset Ratio dan

Debt to Equity Ratio yang berada di atas rata-rata industry dan

mengalami peningkatan yang signifikan.

3. Rasio Aktifitas

Berdasarkan hasil perhitungan rasio aktifitas pada PT

Unilever Indonesia Tbk, tingkat kemampuan perusahaan dalam

menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan dapat dikatakan

62
belum efektif, karena dari kelima perhitungan rasio aktifitas

semuanya berada dibawah rata-rata industri, meskipun mengalami

fluktuasi namun tidak stabil mengalami peningkatan. Hal ini

ditandai dengan RTO (Receivable Turn Over) dan ITO (Inventory

Turn Over) yang mengalami penurunan.

4. Rasio Profitabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan rasio profitabilitas pada PT

Unilever Indonesia Tbk, tingkat kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dapat dikatakan baik dan mengalami fluktuasi

pada kedua periodenya yang ditandai dengan ROA yang berada

diatas rata-rata industri dan GPM yang konsisten tanpa mengalami

penurunan.

1.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, PT Unilever Indonesia Tbk. perlu fokus pada

peningkatan kinerja keuangannya dalam hal likuiditas dan aktivitas. Berikut

adalah beberapa saran yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

meningkatkan kinerja keuangannya:

a. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan meningkatkan penjualan,

mengurangi biaya, atau menunda pembayaran kewajiban lancrr.

b. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan meningkatkan

pengelolaan kas dan setara kasnya. Pastikan bahwa aset perusahaan

selalu lebih besar dari kewajibannya.

63
c. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan meningkatkan penjualan,

mengurangi biaya, atau menerbitkan saham baru.

d. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan mengurangi hutang

jangka panjangnya, atau meningkatkan modal sendirinya.

Tingkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Perusahaan dapat

melakukan hal ini dengan melakukan otomatisasi, restrukturisasi, atau

outsourcing. Lakukan inovasi produk dan pemasaran untuk meningkatkan

penjualan. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan mengembangkan

produk baru, meningkatkan kualitas produk, atau meningkatkan promosi.

64
DAFTAR PUSTAKA

Atul, U. N. (2022). ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR


KINERJA KEUANGAN. E-JURNAL AKUNTANSI TSM, 89.
Darmawan. (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UNY Press.
Harahap, D. A. (2018). PENGANTAR MANAJEMEN. Bandung: Alfabeta.
Kartomo. (2019). DASAR DASAR AKUNTANSI. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Samudra, R. A. (2023). Analisis Kinerja Saham dan Rasio Keuangan Pada Japfa
Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Jurnal Sosial Terapan, 52.
Sarinah. (2017). Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deepublisher CV. Budi
Utama.
Seto, A. A. (2023). ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Padang, Sumatra Barat:
PT GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI.

65

Anda mungkin juga menyukai