Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu : Tomi Mulyana, SH., MH., M.Kom

Disusun Oleh:
R. Alif Haykal Al Haq 211100083
Repi Mariska 211100086
Fajar Ridwan 211100093
Najmu Ramadhan 211100100
Resti Fauziah 211100110
Septi Amanda Ramadhan 211100117

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


“YASA ANGGANA“
GARUT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

"Makalah Perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 22” ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tomi Mulyana,

SH., MH., M.Kom selaku dosen mata kuliah Perilaku Keorganisasian yang telah

memberikan tugas ini. Dan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang

telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan

dalam penyusunan kata. Oleh karena itu, kami membuka dan menerima kritik dan

saran bagi seluruh pembaca.

Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan

memberi inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar

makalah ini bisa menjadi sumber informasi terhadap pembaca mengenai Pajak

Penghasilan Pasal 22.

Garut, 01 Desember 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PPH PASAL 22

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak

Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau

pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan

berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Pasal Penghasilan Pasal 22 Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan

dalam tahun berjalan yang dipungut oleh:

 Bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan

lembaga- lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran

atas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara

adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi

yang sama;

 Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,

berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di

bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antara

lain otomotif dan semen; dan

 Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli

atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutan

pajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan terhadap
pembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang

yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya

maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,

apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan

sangat mewah.

Pajak Penghasilan Pasal 22, selanjutnya disingkat menjadi

PPh Pasal 22, dibayar dalam tahun berjalan melalui pemotongan

atau pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. Pemungutan PPh Pasal

22 ada yang bersifat final dan tidak final. Jika pemungutan PPh

Pasal 22 bersifat final maka jumlah pajak yang telah dibayar dalam

tahun berjalan tersebut dapat dikreditkan dari total PPh terutang

pada akhir tahun saat pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan.

Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap

Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) lebih tinggi 100% (seratus persen) daripadak tarif yang

diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

2.2 DASAR HUKUM PPH PASAL 22

Dasar hukum PPh Pasal 22 adalah Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali

diubah dan berakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU

PPh).
Ketentuan PPh Pasal 22 juga diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan

Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang

Lain (PMK 34/2017)

2.3 PEMUNGUT PPH PASAL 22

a) Pasal 22 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa Menteri

Keuangan dapat menetapkan:

1) Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan

pembayaran atas penyerahan barang;

2) Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang

melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang

lain;

3) Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas

penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

b) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010,

Pemungut PPh Pasal 22 adalah:

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor

barang;

b. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai

pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi


atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya

berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;

c. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan

mekanisme uang persediaan (UP);

d. Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah

Membayar yang diberi delegasi oleh KPA untuk pembayaran kepada

pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung

(LS);

e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,

industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh

Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di

dalam negeri;

f. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas

penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas;

g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,

perkebunan pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala

Kantor Pelayanan Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan

industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh

Pasal 22 saat penjualan adalah:

a Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen,

industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi,

atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;


b Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek

(APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan

kendaraan bermotor di dalam negeri;

c Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan

pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan

pelumas;

d Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang

merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi

dengan industri antara dan industri hilir.

e Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015,

pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak

badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat

mewah.

2.4 OBJEK PEMUNGUTAN PPH PASAL 22

Yang merupakan objek pemungutan PPh pasal 22 adalah:

1) Impor barang,

2) Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pusat

maupun Pemerintah Daerah.

3) Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan Badan Usaha Milik

Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang dananya dari belanja

negara dan atau belanja daerah.


4) Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan

usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok, industri

kertas, industri baja dan industri otomotif.

5) Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan

usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak

jenis premix dan gas.

6) Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri

dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,

pertanian, dan perikanan dari pedagang pengumpul.

7) Penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Yang dimaksud

barang yang tergolong sangat mewah adalah:

a) Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp

20.000.000.000, 00 (dua puluh miliar rupiah);

b) Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp

10.000.000.000, 00 (sepuluh miliar rupiah);

c) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga

pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m2 (lima ratus meter

persegi);

d) Departemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual

atau pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000, 00 (sepuluh

miliar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2 (empat

ratus meter persegi); kendaraan bermotor roda empat


pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep,

sport utility vehicle (SUV), Multi Purpose Vehicle (MPV),

minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp

5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas

silinder lebih dari 3.000 cc.

2.5 DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22

Adapun yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah sebagai

berikut:

1) Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.

Pengecualian ini harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas

(SKB) Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur

Jenderal Pajak.

2) Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk

a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang

bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan

terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang

bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia.

c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,

atau kebudayaan.
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain

semacam itu yang terbuka untuk umum.

e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

f. barang untuk keperluan khusus tuna netra dan penyandang cacat

lainnya.

g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.

h. barang pindahan.

i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas

batas, dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan atau

jumlah tertentu.

j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum.

k. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku

cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan

keamanan negara.

l. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang

bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.

m. vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi

Nasional (PIN).

n. buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran

agama.
o. kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal

angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal

penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat

keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang

diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional

atau perusahaan penangkapan ikan nasional.

p. pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan

atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau

pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan

Angkutan Udara Niaga Nasional.

q. kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau

pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT

Kereta Api Indonesia.

r. peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto

udara wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia

3) Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata

dimaksudkan untuk diekspor kembali.

4) Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

5) Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air

minum/PDAM dan benda-benda pos.


6) Atas impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan

barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor. Pengecualian ini

harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak

Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

7) Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor

Perbendaharaan dan Kas Negara.

8) Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah

diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau

barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,

pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

9) Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG

2.6 TARIF PPH PASAL 22

Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut:

1) Atas Impor

1a. Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% × nilai

impor;

1b. Non-API = 7,5% × nilai impor

1c. Yang tidak dikuasai = 7,5% harga jual lelang.

2) Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,

BUMN/BUMD = 1,5% × harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak

final)
3) Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak, yaitu:

3a. Kertas = 0,1% × DPP PPN (Tidak Final)

3b. Semen = 0,25% × DPP PPN (Tidak Final)

3c. Baja = 0,3% × DPP PPN (Tidak Final)

3d. Otomotif = 0,45% × DPP PPN (Tidak Final)

4) Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau

importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

4a. Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen bersifat final.

4b. Selain penyalur/agen bersifat tidak final.

5) Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari

pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25% × harga pembelian (tidak

termasuk PPN)

6) Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang

menggunakan API = 0,5% × nilai impor.

7) Atas penjualan:

7a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp

20.000.000.000,-

7b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp

10.000.000.000,-

7c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga

pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,-


7d. Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau

harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas

bangunan lebih dari 400 m2.

7e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari

10 oranng berupan Sedan, Jeep, Sport Utility vehicle (SUV), Multi

purpose vehicle (MPV), Minibus dan sejenisnya dengan harga jual

lebih dari Rp 5.000.000.000.- (lima miliar rupiah) dan dengan

kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual

tidak termasuk PPN dan PPnBM.

Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea

Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan

pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang –

undangan kepabeanan di bidang impor.

Besarnya tarif pemungutan sebagaimana dimaksud di atas yang diterapkan

terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib

Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Ketentuan ini berlaku

untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang bersifat tidak final.

2.7 CARA MENGHITUNG PPH PASAL 22

2.7.1 Perhitungan PPh Pasal 22 Berdasarkan Buku Perpajakan Edisi Revisi Prof.

Dr. Mardiasmo, MBA., Ak adalah sebagai berikut:

a) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Kegiatan Impor Barang


Besarnya PPh pasal 22 atas impor:

1) Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif

pemungutannya sebesar 2,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22=2,5 % × Nilai Impor

2) Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif

pemungutannya sebesar 7,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22=7,5 % × Nilai Impor

3) Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari

harga jual lelang.

PPh Pasal 22=7,5 % × Harga Jual Lelang

Catatan: Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa

uang yang digunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai

impor dihitung sebesar Cost Insurance and Freight (CIF) + bea

masuk + pungutan pabean lainnya.

b) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang yang Dibiayai

dengan APBN/APBD
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja negara

atau belanja daerah dikenakan pemungutan PPh pasal 22 sebesar

1,5% dari harga pembelian.

PPh Pasal 22=1,5 % × Harga Pembelian

Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan pemungutan PPh

pasal 22 adalah:

a Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan

jumlah yang di pecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang

dari Rp 1.000.000,00.

b Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik,

gas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.

c Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

c) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri

Otomotif di Dalam Negeri

Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis

kendaraan bermotor beroda dua atau lebih di dalam negeri adalah

sebesar 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP) Pajak

Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22=0,45 % × DPP PPN


Penjualan kendaraan bermotor yang dikecualikan dari

pemungutan PPh Pasal 22 atas industri otomotif ini adalah

kendaraan bermotor kepada:

a Instansi Pemerintah

b Korps Diplomatik

c Bukan Subjek Pajak

d) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri

Rokok di Dalam Negeri

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri

rokok pada saat penjualan rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari

harga banderol (pita cukai) dan bersifat final.

PPh Pasal 22 ( Final )=0,15 % × Harga Bandrol

e) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri

Kertas di Dalam Negeri

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri

kertas pada saat penjualan kertas di dalam negeri adalah 0,1% dari

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal22=0,1 % × DPP PPN


f) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri

Semen di Dalam Negeri

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri

semen pada saat penjualan semen di dalam negeri adalah 0,25%

dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22=0,25 % × DPP PPN

Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah

penjualan semen dalam negeri oleh PT Indocement, PT Semen

Cibinong, dan PT Semen Nusantara kepada distributor utamanya.

g) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri

Baja di Dalam Negeri

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri

baja pada saat penjualan semen di dalam negeri adalah 0,3% dari

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22=0,3 % × DPP PPN

h) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian Bahan-bahan untuk

Keperluan Industri atau Ekspor oleh Industri yang Bergerak Dalam

Sektor Perhutanan, Perkebunan, Pertanian dan Perikanan dari

Pedagang Pengumpul
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri atau

eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,

pertanian, dan perikanan yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak

adalah sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai.

PPh Pasal 22=0,25 % × Harga Pembelian

i) Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan

Badan Usaha Selain Pertamina

Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina

dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar

minyak jenis premi, super TT dan gas atas penjualan hasil

produksinya di dalam negeri adalah sebagai berikut:

a Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU

swastanisasi adalah 0,3% dari penjualan.

PPh Pasal 22=0,3 % × Penjualan

b Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBU

Pertamina adalah 0,25% dari penjualan.

PPh Pasal 22=0,25 % × Penjualan


c Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah

0,3% dari penjualan.

PPh Pasal 22=0,3 % × Penjualan

Catatan: Pemungutan PPh Pasal 22 ini bersifat final atas

penyerahan/penjualan hasil produksi kepada penyalurnya.

Sedangkan penjualan kepada pembeli lainnya pemungutannya

tidak bersifat final, sehingga PPh pasal 22 dapat diperhitungkan

sebagai kredit pajak.

j) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Barang yang Tergolong

Sangat Mewah

Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang

tergolong sangat mewah adalah sebesar 5% dari harga jual tidak

termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

PPh Pasal 22=5 % × harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM

Besarnya tarif pemungutan sebagaimana dimaksud di atas yang diterapkan

terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Ketentuan ini berlaku

untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang bersifat tidak final.

2.7.2 Perhitungan PPh Pasal 22 Berdasarkan buku Perpajakan karya Dra. Siti

Resmi, M.M., Ak Adalah sebagai berikut:

a) Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor yang menggunakan API

PPh Pasal 22=2,5 % × Nilai Impor

b) Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor kedelai, gandum, dan tepung

terigu yang menggunakan API

PPh Pasal 22=0,5 % × Nilai Impor

c) Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor yang tidak menggunakan

Angka Pengenal Impor (API);

PPh Pasal 22=7,5 % × Nilai Impor

d) Penghitungan PPh Pasal 22 atas impor yang tidak dikuasai

PPh Pasal 22=7,5 % ×harga jual lelang


e) Penghitungan PPh Pasal 22 atas pembelian barang yang dilakukan oleh

bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, Kuasa Pengguna

Anggaran, dan pejabat penerbit Surat Perintah Membayar

PPh Pasal 22=1,25 % ×harga pembelian tidak termasuk PPN ∧PPnBM

f) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak kepada

SPBU Pertamina

PPh Pasal 22=0,25 % × penjualan tidak termasuk PPN

g) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak kepada

SPBU bukan Pertamina dan Non SPBU

PPh Pasal 22=0,3 % × penjualan tidak termasuk PPN

h) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar gas

PPh Pasal 22=0,3 % × penjualan tidak termasuk PPN

i) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan pelumas

PPh Pasal 22=0,3 % × penjualan tidak termasuk PPN


j) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan kertas hasil produksi di

dalam negeri

PPh Pasal 22=0,1 %× DPP PPN

k) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis semen hasil

produksi di dalam negeri

PPh Pasal 22=0,25 % × DPP PPN

l) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan

bermotor beroda dua atau lebih hasil produksi di dalam negeri

PPh Pasal 22=0,45 % × DPP PPN

m) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan baja hasil produksi di

dalam negeri

PPh Pasal 22=0,3 % × DPP PPN

n) Penghitungan PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk

keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir

yang bergerak dalam sektor kehutanan perkebunan, pertanian, dan

perikanan
PPh Pasal 22=0,25 % × penjualan tidak termasuk PPN

o) Penghitungan PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong

sangat mewah

PPh Pasal 22=5 % × harga jual

2.8 CONTOH SOAL PERHITUNGAN PPH PASAL 22

1) Menghitung PPh Pasal 22 atas kegiatan Impor

PT Mencari Cinta Sejati adalah importir barang-barang elektronik yang

mempunyai API. Pada bulan Mei 2019 melakukan impor barang dari

Jepang dengan harga faktur US $2000.00 Biaya asuransi yang dibayar di

luar negeri dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam

daerah Garut (Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga

faktur. Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar

20% dan 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

pada saat itu adalah US $1.00 = Rp15.428.

Jawab:

a. Menentukan Nilai Impor

 Harga Faktur (Cost) US $ 2000.00

 Biaya Asuransi (Insurance): 2% × US 2000.00 US $ 40.00

 Biaya Angkut (Freight): 5% × US 2000.00 US $ 100.00


CIF(Cost Insurance Freight) US $ 2.140.00

Kurs US$ 1 = Rp. 15.428

CIF(dalam rupiah):US$ 2.140.00 × Rp. 15.428 Rp 33.015.920

Ditambah:

- Bea masuk : 20% × 33.015.920 Rp 6.603.184

- Bea masuk tambahan : 10% × 33.015.920 Rp 3.301.592

Nilai Impor Rp 42.920.696

b. Menghitung PPh Pasal 22-Impor

= 2,5% x 42.920.696 Rp1.073.017,4

Jika Importir Yang Bersangkutan Tidak Mempunyai API, besarnya PPh

Pasal 22 adalah :

= 7,5% x 42.940.696 Rp3.219.052,2

2) Menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara

Instansi Pemerintah

PT Mencari Cinta Sejati melakukan penjualan lemari arsip kepada

Departemen Dalam Negeri senilai Rp 440.000.000,00. Pembayaran

dilakukan oleh Bendaharawan Departemen Dalam Negeri. Dalam kontrak

penjualan dengas pemerintah yang didanai dari APBN/APBD, biasanya

harga jual sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.

Jawab:

Dasar Pengenaan PPh Pasal 22:


= (100/110 × Rp 440.000.000, 00)

= Rp 400.000.000, 00

PPh pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari transaksi

pembayaran:

= 1,5% × Rp. 400.000.000, 00

= Rp 6.000.000, 00

3) Menghitung PPh Pasal 22 atas pembayaran barang oleh Bendahara

Pengeluaran

Bendahara pengeluaran pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada

tanggal 10 Juli 2011 membayar sejumlah Rp7.150.000 (termasuk PPN).

Pembayaran dilakukan menggunakan uang persediaan. PPh Pasal 22 yang

dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kab. Sleman.

Jawab:

= DPP: (100 : 110) x Rp7.150.000

= Rp 6.500.000

PPh Pasal 22 :

= 1,5% x Rp6.500.000

= Rp 97.500

4) Menghitung PPh Pasal 22 atas pembayaran dengan mekanisme

langsung oleh Kuasa Pengguna Anggaran


Pada tanggal 20 juli 2011, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sleman membeli

alat berat senilai Rp.962.500.000 (termasuk PPN) dari PT Nagata. Sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian

seniali diatas Rp 100.000.000 dilakukan dengan cara mekanisme langsung

yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini

DPPKD Kab. Sleman langsung kepada PT Nagata.

Jawab:

PPh pasal 22 dihitung sebagai berikut:

DPP atau harga di luar PPN adalah:

= (100 : 110) x Rp 962.500.000

= Rp 875.000.000

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DPPKD Kab. Sleman:

= 1,5% x Rp 875.000.000

= Rp 13.125.000

5) Menghitung PPh Pasal 22 atas pejalan hasil produksi industri tertentu

PT Indah Kiat Paper dalam bulan Mei 2011 menjual beberapa jenis kertas

hasil produksinya dengan total harga sebesar Rp88.000.000 kepada

Penerbit Perdana Putra di Yogyakarta. Harga tersebut sudah termasuk PPN

sebesar 10%. Besarnya DPP PPN adalah:

Jawab:

= (100 : 110) × Rp 88.000.000

= Rp80.000.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Indah Kiat Paper adalah:

= 0,10% Rp 80.000.000

= Rp 80.000

6) Menghitung PPh Pasal 22 atas pejalan hasil produksi oleh produsen

atau importir bahan bakar dan pelumas

PT Pertamina adalah produsen dan importir bahan bakar minyak, gas, dan

pelumas. Pada bulan Agustus 2011 melekukan penyerahan sebagai

berikut:

a Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp816.000.000 kepada SPBU

Pertamina;

b Penyerahan bahan bakar minyak senilai Rp523.000.000 kepada Non

SPBU;

c Penyerahan bahan bakar gas senilai Rp179.800.000 kepada Blue Gas

Distrubutor:

d Penyerahan pelumas senilai Rp278.900.000 kepada PT Oli.

Catatan: setiap harga tersebut tidak termasuk PPN. Besarnya PPh Pasal 22

yang dipungut oleh PT Pertamina atas penyerahan tersebut adalah:

Jawab:

a. Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada SPBU:

= 0,25% x Rp 816.000.000

= Rp 2.040.000

b. Atas penyerahan bahan bakar minyak kepada Non SPBU:


= 0,3% x Rp523.000.000

= Rp 1.569.000

c. Atas penyerahan bahan bakar gas kepada Blue Gas Distributor:

= 0,3% x Rp 179.800.000

= Rp 539.400

d. Atas penyerahan pelumas kepada PT Oli:

= 0,3% x Rp278.900.000

= Rp 836.700

7) Menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk industri

atau ekspor oleh badan usaha sektor tertentu

PT Dua Saudara merupakan perusahaan yang pengolahan hasil-hasil

pertanian. Pada bulan Juli 2011, membeli bahan-bahan untuk keperluan in

dustri tersebut dari UD Petani sebagai pedagang pengumpul. Nilai

pembelian sebesar Rp326.000.000.

Besarnya PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut adalah:

Jawab:

= 0,25% x Rp326.000.000

= Rp.815.000

2.8 CONTOH KASUS PPH PASAL 22


PT. Kertasindo merupakan perusahaan yang memproduksi kertas. Didirikan

pada tahun 2005 beralamat di Jl. Diponegoro No. 28 Semarang NPWP

01.999.888.7.508.000. Berikut adalah transaksi penjualan hasil industri pada

bulan November 2011:

02 November : Menjual hasil industri kepada CV Cetak senilai

Rp 110.000.000 (termasuk PPN 10%). CV Cetak

beralamat di Jl. Alamanda No. 12 Semarang,

NPWP 01.333.111.4.508.000.

14 November : Menjual hasil industri kepada Noval Pratama

senilai Rp 165.000.000 (termasuk PPN 10%).

Noval Pratama beralamat di Jl. Elang No. 10

Magelang.

20 November : Menjual hasil industri kepada Penerbit Jaya

Terus senilai Rp 825.000.000 (termasuk PPN

10%). Penerbit Jaya Terus beralamat di Jl.

Kotalama No. 14 Yogyakarta, NPWP

01.555.333.6.541.000.

Diminta:

 Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut pada saat penjualan dari hasil

industri kertas

Penyelesaian:

Nama Dasar Pengenaan PPh yang Tambahan PPH Total PPh


Pembeli Pajak Dipungut karena Tidak yang Dipungut

Ber-NPWP

CV Cetak (100 : 110) × Rp 0,1% × Rp - Rp 100.000

110.000.000 100.000.000

= Rp 100.000.000 = Rp 100.000

Noval (100 : 110) × Rp 0,1% × Rp 100% × Rp Rp 300.000

Pratama 165.000.000 150.000.000 150.000.000

= Rp 150.000.000 = Rp 150.000 = Rp 150.000

Penerbit (100 : 110) × Rp 0,1% × Rp - Rp 750.000

Jaya Terus 825.000.000 750.000.000

= Rp 750.000.000 = Rp 750.000

TOTAL Rp 1.150.000

2.9 SAAT TERUTANG DAN PEMBAYARAN PPH PASAL 22

PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan

dengan saat pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk

ditunda atau dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian dari

pemungutan PPh Pasal 22, Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat

penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor.

PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah

dan KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat Perintah

Membayar, dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan


kegiatan usaha oleh BUMN tertentu dan Bank BUMN, terutang dan

dipungut pada saat pembayaran.

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Badan usaha yang

bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,

industri otomotif, dan industri farmasi dan atas penjualan kendaraan

bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh ATPM, APM dan importir

umum kendaraan bermotor terutang dan dipungut pada saat penjualan. PPh

Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan

pelumas terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah

pengeluaran barang (delivery order).

2.10 CARA PENYETORAN PPH PASAL 22

Semua Pemungutan PPh Pasal 22 bersifat tidak final dan dapat

diperhitungkan sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib

Pajak yang dipungut, kecuali atas penjualan bahan bakar minyak, bahan

bakar gas, dan pelumas oleh Produsen atau importir bahan bakar minyak,

bahan bakar gas, dan pelumas kepada penyalur/agen.

Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan

cara penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank

yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penyetoran dilakukan dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak.


Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara

Pemerintah dan KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat

Perintah Membayar, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui

Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan,

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama

rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

a Surat Setoran Pajak tersebut berlaku juga sebagai Bukti Pemungutan Pajak

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak selain, wajib

disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau

bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak. Pemungut wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal

22.

b Kewajiban Pelaporan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak wajib

melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan Surat

Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai