Anda di halaman 1dari 17

PPH Pasal 22

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan Lanjutan
Dosen Pengampu :
Siti Nurlatifah, SE. M.Si

Disusun oleh :
Yulius Willibard Guta
2134031010
Siti Fatimah
2134031075

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 22 yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita guna lebih mengetahui ruang lingkup yang terdapat pada Pajak
Penghasilan Pasal 22.
Kami penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan baik pada penulisan dan isinya.

Jakarta, 01 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Pajak Penghasilan Pasal 22......................................................................... 3
B. Pemungut Pajak.......................................................................................... 3
C. Objek Pajak Pasal 22................................................................................... 4
D. Saat Terutangnya PPh Pasal 22................................................................... 6
E. Dapat Dikreditkan........................................................................................ 6
F. Menghitung PPh Pasal 22............................................................................ 6
G. Contoh Penghitungan................................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber daya
alamnya. Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang
mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor demi
meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai pembangunan
dan biaya-biaya negara. Dalam rangka menyelenggarakan perubahan
tersebut, pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal
dari APBN dan APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan
pajak. Dalam hal ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran untuk
meningkatkan pembangunan.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan yang sangat kuat oleh
sebab itu sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
membangun pertumbuhan ekonomi untuk menunjang segala kebutuhan
dalam negeri. Namun, pada kenyataannya Indonesia pada saat ini hanya
mampu menjadi penonton di tengah persaingan global yang begitu selektif.
Kebijakan kontroversial yang diambil pemerintah Indonesia yang tergabung
dalam pembebasan PPh Pasal 22 dengan negara China, pada konteks
tersebut kebijakan yang diambil sangat menggiurkan karena penduduk China
yang begitu banyak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan dapat
menjadi sasaran empuk bagi para produsen dalam negeri. Akan tetapi para
produsen dalam negeri belum mampu bersaing dengan produk-produk yang
dihasilkan oleh negeri tirai bambu tersebut. Dalam hal ini kedewasaan
sangatlah diperlukan dalam melakukan suatu kebijakan karena besar atau
kecilnya pendapatan dari PPh Pasal 22 bergantung pada kebijakan yang
diambil oleh peraturan pemerintah.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan – badan tertentu yang
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang
lain. Dasar hukum PPh Pasal 22 adalah UU Pajak Penghasilan nomor 36 tahun
2008, pasal 22. Untuk memahami secara mendalam dan komprehensif
mengenai pajak penghasilan (PPh Pasal 22), maka yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah paparan mengenai PPh Pasal 22.

1
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan maksud sebagai berikut:
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan Lanjutan
- Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai PPh Pasal 22

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 atau PPh Pasal 22, merupakan pajak yang
dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah;instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lain yang berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang; dan
badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Pajak Penghasilan Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui
pemotongan atau pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. Selanjutnya,
pemotong/pemungut akan menyetor dan melaporkan pajak yang telah
dipotong/dipungut.
B. PEMUNGUT PAJAK
Pasal 22 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa Menteri Keuangan dapat
menetapkan hal-hal berikut ini:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
2. Badan-badan tertentu yang memungut pajak dari wajib pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 16/PMK.010/2016,
berikut ini daftar pemungut PPh Pasal 22.
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang dan
ekspor komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang terikat dalam perjanjian kerja sama pengusahaan pertambangan dan
Kontrak Karya.
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya atas pembelian
barang.
3. Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas
3
pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung.
5. Badan usaha tertentu, meliputi: BUMN, BUMN yang dilakukan restrukturisasi
oleh Pemerintah setelah berlakunya pengalihan saham milik negara kepada
BUMN lainnya, Badan usaha tertentu yang dimiliki langsung oleh BUMN
seperti PT Telekomunikasi Seluler, PT Kimia Farma Apotek, PT Semen Padang,
PT Petrokimia Gresik dll.
6. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif dan industri farmasi atas penjualan
hasil produksi kepada distributor di dalam negeri.
7. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merk (ATM), dan
importir umum kendaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
atas penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri.
9. Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, perternakan, dan perikanan atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspornya.
10. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batu bara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan atas pembelian komoditas
tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
11. Badan usaha yang memproduksi emas batangan atas penjualan emas
batangan oleh produsen emas batangan.
12. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

C. OBJEK PAJAK PASAL 22


Berikut kegiatan-kegiatan yang dikenakan PPh Pasal 22 (Objek PPh Pasal 22):
1. Impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang dilakukan eksportir, kecuali yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerja sama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya.

4
3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
5. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu, meliputi:
a. BUMN, yaitu badan usaha yang seluruh atau Sebagian modalnya dimiliki
negara melalui penyertaan langsung dari kekayaan negara yang
dipisahkan;
b. BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah setelah berlakunya
pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
c. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja, industri otomotif, dan industri farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, ATM, dan
importir umum kendaraan bermotor Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM),
Agen Pemegang Merk (APM), dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
9. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspornya oleh
industry atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, perternakan, dan perikanan.
10. Pembelian komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan mineral bukan
logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan
atas pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan.
11. Penjualan emas batangan oleh produsen emas batangan.
12. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah oleh Wajib Pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong mewah.

5
D. SAAT TERUTANGNYA PPh PASAL 22
No. Jenis Kegiatan Saat Terutang PPh Pasal 22
1 PPh Pasal 22 atas impor barang Terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.
Jika pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22
terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan
Impor Barang (IPB)
2 PPh Pasal 22 atas pembelian barang Terutang dan dipungut pada saat pembayaran
oleh Pemungut Pajak pada nomor
2,3, dan 4 (bendahara pemerintah,
KPA, bendahara pengeluaran, pejabat
penerbit SPM), BUMN tertentu, dan
bank-bank BUMN
3 PPh Pasal 22 atas penjualan hasil Terutang dan dipungut pada saat penjualan
produksi industri semen,
industri kertas, industri baja, industri
otomotif, industri farmasi, dan
penjualan kendaraan bermotor oleh
ATPM, APM, dan importirnya
4 PPh Pasal 22 atas penjualan bahan Terutang dan dipungut pada saat penerbitan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan Surat Perintah
pelumas Pengeluaran Barang (Delivery Order)
5 PPh Pasal 22 atas pembelian bahan- Terutang dan dipungut pada saat pembelian
bahan dari pedagang pengumpul

E. DAPAT DIKREDITKAN
Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak final. Untuk PPh Pasal
22 yang bersifat tidak final dapat dikreditkan dari total PPh terutang pada akhir
tahun saat pengisian surat pemberitahuan (SPT) tahunan.
F. MENGHITUNG PPh PASAL 22
PPh Pasal 22 dihitung dengan mengalikan tarif dan dasar pengenaan pajak. Dasar
pengenaan pajak dalam PPh Pasal 22 meliputi impor, nilai ekspor, dan harga beli
atas pembelian barang oleh instansi tertentu atau harga jual atas penjualan hasil
produksi oleh usaha bidang tertentu.
PPh Pasal 22 = Tarif X Dasar Pengenaan Pajak

Keterangan:

a) Nilai impor; nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk,
yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan
pungutan lainnyayang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepabeanan di bidang impor.

b) Nilai ekspor adalah nilai Free on board (FoB).

c) Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai (DPP PPN): dapat berupa harga
pembelian atau harga penjualan, merupakan nilai atau harga tertentu yang
menjadi hak pengusaha kena pajak atau penjual.

Besarnya DPP PPN ditentukan sebagai berikut.

6
1. Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dan/atau Pajak Penjualan atas barang mewah (PPnBM), besarnya DPP PPN
sama dengan harga pembelian/penjualan.

2. Jika harga pembelian/penjualan termasuk Pajak Pertambahan Nilai,


besarnya DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan dibagi 110.
DPP PPN = (100 / 110) X Harga pembelian/penjualan

3. Jika harga pembelian/penjualan termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan


Pajak Penjualan atas Barang Mewah, besarnya DPP PPN sama dengan harga
pembelian/penjualan dibagi 110 ditambah tarif PPnBM.
DPP PPN = (100 / (110 + tarif PPnBM)) x Harga pembelian/penjualan

Jika tarif PPnBM sebesar 20%,


DPP PPN = (100 / (110 + 20)) x Harga pembelian/penjualan
DPP PPN = (100 / 130 ) x Harga pembelian/penjualan

d) Besarnya tarif pemungutan dinaikkan 100% apabila wajib pajak tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak. Hal ini berlaku untuk pemungutan PPh Pasal 22 yang
bersifat tidak final.

7
Tarif dasar pengenaan pajak PPh Pasal 22 dijelaskan dalam tabel berikut:
No. Objek Pajak (Kegiatan) Tarif Dasar Pengenaan PPh Pasal 22
1. Impor barang
a) Barang tertentu (Lampiran I 10,0% Nilai impor 10% x Nilai Impor
PMK No. 107 tahun 2015)
b) Barang tertentu lainnya 7,5% Nilai impor 7,5% x Nilai Impor
(Lampiran II PMK No. 107
tahun 2015)
c) Selain huruf a dan b 2,5% Nilai impor 2,5% x Nilai Impor
d) Kedelai, gandum, tepung 0,5% Nilai impor 0,5% x Nilai Impor
terigu
e) Selain huruf a, b, dan c, dan 7,5% Nilai impor 7,5% x Nilai Impor
tidak mempunyai API
f) Barang tidak dkuasai 7,5% Harga jual lelang 7,5% x Nilai Impor
2. Ekspor komoditas tambang 1,5% Nilai ekspor 1,5% x Nilai ekspor
batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang
dilakukan eksportir, kecuali
yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang terikat dalam perjanjian
kerja sama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya
3. Pembelian barang oleh 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
bendahara pemerintah dan KPA termasuk PPN
4. Pembelian barang yang 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
dilakukan dengan mekanisme
uang persediaan (UP) oleh
bendahara pengeluaran
5. Pembelian barang kepada 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) oleh
KPA atau pejabat SPM
6. Pembelian barang dan/atau 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya oleh badan
usaha tertentu
7. Penjualan hasil produksi kepada
distributor di dalam negeri oleh
industri yang bersangkutan
a. Penjualan semua jenis semen 0,25% Dasar pengenaan PPN 0,25% x DPP PPN
b. Penjualan kertas 0,1% Dasar pengenaan PPN 0,1% x DPP PPN
c. Penjualan baja 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% x DPP PPN
d. Penjualan semua jenis semen 0,5% Dasar pengenaan PPN 0,5% x DPP PPN
kendaraan bermotor beroda
dua atau lebih
e. Penjualan semua jenis obat 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% x DPP PPN
8. Penjualan kendaraan bermotor 0,45% Dasar pengenaan PPN 0,45% x DPP PPN
di dalam negeri oleh ATPM,
APM, dan importir umum
kendaraan bermotor
9. Penjualan hasil produksi kepada
disributor dalam negeri oleh
produsen atau importirnya:
a. Penjualan bahan bakar 0,25% Penjualan tidak 0,25% X Nilai penjualan
minyak kepada SPBU termasuk PPN
Pertamina
b. Penjualan bahan bakar 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
minyak kepada SPBU bukan termasuk PPN
Pertamina
c. Penjualan bahan bakar 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
minyak kepada pihak selain termasuk PPN
a dan b diatas
d. Penjualan bahan bakar gas 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
termasuk PPN
e. Penjualan pelumas 0,3% Penjualan tidak 0,3% X Nilai penjualan
termasuk PPN
10. Pembelian bahan-bahan 0,25% Harga Pembelian tidak 0,25% X Nilai pembelian
untuk keperluan industri atau termasuk PPN
ekspornya oleh industri atau
eksportirnya
11. Pembelian komoditas 1,5% Harga Pembelian tidak 1,5% X Nilai pembelian
tambang batubara, mineral termasuk PPN
logam, dan mineral bukan
logam dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri
atau badan usaha yang
melakukannya
12. Penjualan emas batangan 0,45% Harga Pembelian tidak 0,45% X Nilai pembelian
oleh produsen emas batangan termasuk PPN
termasuk yang melalui pihak
ketiga
13. Penjualan barang tergolong 8
5,0% Harga barang 5% x harga barang
sangat mewah oleh Wajib Pajak
yang melakukannya
G. CONTOH PENGHITUNGAN
Contoh 1
a. PT Perdana adalah importir barang-barang elektronika. Perusahaan sudah
memiliki API. Pada September 2022, PT Perdana melakukan impor barang
dari Jepang dengan harga faktur USD 100.000. Biaya asuransi dan biaya
angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam daerah pabean (Indonesia)
masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut
dibayar oleh PT Perdana. Tarif bea masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD 1 = Rp 15.195. Hitung PPh
Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Perdana.

PPh Pasal 22 dihitung sebagai berikut.


1) Menentukan nilai impor
- Harga faktur (cost) USD 100.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD 100.000 USD 500
- Biaya angkut (freight): 10% x USD 100.000 USD 10.000
CIF (cost, insurance, freight) USD 110.500
Bea masuk: 10% X USD 100.000 USD 11.050
Nilai impor USD 121.550
Nilai impor (dalam rupiah): USD 121.550 X Rp 15.195
Rp 1.846.952.250
2) Menghitung PPh Pasal 22 impor
Besarnya PPh Pasal 22 adalah:
7,5% X Rp 1.846.952.250 Rp 138.521.418,75

b. Pada September 2022 PT. Ananda melakukan impor kedelai dari Amerika
Serikat senilai USD 30.000. Biaya asuransi dan angkut barang dari Amerika ke
Indonesia masing-masing sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Tarif bea
masuk sebesar 15% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
saat itu adalah USD 1 = Rp 15.195. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar
oleh PT Ananda.

PPh Pasal 22 dihitung sebagai berikut.


1) Menentukan nilai impor
- Harga faktur (cost) USD 30.000
- Biaya asuransi (insurance): 0,5% x USD 30.000 USD 150
- Biaya angkut (freight): 15% x USD 30.000 USD 4.500
CIF (cost, insurance, freight) USD 34.650
Bea masuk: 15% X USD 34.650 USD 5.197,50
Nilai impor USD 39.847,50
Nilai impor (dalam rupiah): USD 39.847,50 X Rp 15.195 Rp 605.482.762,5

9
2) Menghitung PPh Pasal 22 Impor
0,5% X Rp 605.482.762,5 Rp 3.027.413,8125

Contoh 2
Pada 1 April 2016, Dinas Pendidikan dan Pengajaran A membeli mebel dan
peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai Rp 220.000.000
(termasuk PPN 10%)

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut dihitung


sebagai berikut.
DPP : (100/110) x Rp 220.000.000 Rp
200.000.000
PPh Pasal 22 : 1,5% x Rp 200.000.000 Rp 3.000.000

Contoh 3
Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kabupaten A pada 10 Juli 2016
melakukan pembayaran atas pembelian alat tulis kantor dari Toko Kuning senilai
Rp 2.100.000 (termasuk PPN 10%). Pembayaran dilakukan menggunakan uang
persediaan.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut dihitung


sebagai berikut.
DPP : (100/110) x Rp 2.100.000 Rp 1.909.090
Pembayaran tersebut tidak dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya kurang dari
Rp 2.000.000

Contoh 4
Pada 20 Juli 2016, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten C membeli alat berat
senilai Rp 962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT Nagata. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nilai di atas
Rp 200.000.000 dilakukan dengan cara mekanisme langsung, yaitu pembayaran
dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini Dinas Pengelolaan
Keuangan Kabupaten C langsung kepada PT Nagata.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut dihitung


sebagai berikut.
DPP : (100/110) x Rp 962.500.000 Rp
875.000.000
PPh Pasal 22 : 1,5% x Rp 875.000.000 Rp 13.125.000

Contoh 5

10
Pada Maret 2016, PT Indonesia Power melakukan pembayaran kepada CV Aneka
Warna atas pembelian barang senilai Rp 10.500.000 (termasuk PPN 10%).

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Indonesia Power dihitung sebagai


berikut.
DPP : (100/110) x Rp 10.500.000 Rp 9.545.455

Atas pembayaran tersebut tidak dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya


kurang dari Rp 10.000.000

Contoh 6
Bank Negara Indonesia merupakan salah satu BUMN. Pada Juni 2016, pihak bank
melakukan pembayaran kepada PT Bahtera Motor atas pengadaan barang
sebanyak 20 unit dengan harga Rp 198.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN
10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bank Negara Indonesia dihitung sebagai
berikut.
DPP : (100/110) x 20 X Rp 198.000.000 Rp3.600.000.000
PPh Pasal 22 : 1,5% x Rp 3.600.000.000 Rp 54.000.000

Contoh 7
PT Cahaya Dunia Paper pada Mei 2016 menjual kertas hasil produksi kertas
kepada CV Merah Jaya (salah satu distributor) dengan total harga sebesar Rp
380.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Cahaya Dunia Paper dihitung sebagai
berikut.
DPP : (100/110) X Rp 880.000.000 Rp 800.000.000
PPh Pasal 22 : 0,10% x Rp 800.000.000 Rp 800.000

Contoh 8
Pada Mei 2016, PT Semen Indonesia menjual semen hasil produksi semen
kepada PT Bangunan Nusantara (salah satu distributor). Total harga termasuk
PPN sebesar Rp 1.650.000.000.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Semen Indonesia dihitung sebagai


berikut.
DPP : (100/110) X Rp 1.650.000.000 Rp 1.500.000.000
PPh Pasal 22 : 0,25% x Rp 1.500.000.000 Rp 3.750.000

Contoh 9

11
PT New Ratna Motor adalah salah satu ATPM mobil Toyota. Pada Juli 2016,
perusahaan tersebut menjual kendaraan senilai Rp 41.800.000.000 (termasuk
PPN).
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT New Ratna Motor dihitung sebagai
berikut.
DPP : (100/110) X Rp 41.800.000.000 Rp 38.000.000.000
PPh Pasal 22 : 0,45% x Rp 38.000.000.000 Rp 171.000.000

Contoh 10
Pada Maret 2016, PT Herbal Indonesia menjual hasil produksi obat kepada PT
Sehat Sentosa (salah satu distributor). Nilai penjualan Rp 110.000.000 (termasuk
PPN).

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Herbal Indonesia dihitung sebagai


berikut.
DPP : (100/110) X Rp110.000.000 Rp 100.000.000
PPh Pasal 22 : 0,3% x Rp 100.000.000 Rp 300.000

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PPh Pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh:
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha
lainnya.
c. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
B. Saran
Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan PPh Pasal 22,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayaran pajak guna meningkatkan APBN dan APBD khususnya PPh Pasal
22.

13
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585
 http://dedijayadiborneo.wordpress.com/2013/01/14/pajak-penghasilan-
pasal-22/
 Siti Resmi. 2019. Perpajakan:Teori dan Kasus.Edisi 11-Buku 1.
Jakarta:Penerbit Erlangga
 Neneng Hartati.2015. Pengantar Perpajakan.Bandung:CV Pustaka Setia

14

Anda mungkin juga menyukai