Disusun oleh :
Rossy Febriani
2112120098
4 AK – S1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Perpajakan, dengan judul “PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22”.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna
bagi pembacanya, terutama mahasiswa, agar dapat memahami secara mendalam
mengenai PPh Pasal 22 secara lengkap.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iiii
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
2.1 Pengertian PPhPasal 22...............................................................................6
2.2 Pemungut PPh Pasal 22...............................................................................6
2.3 Objek PPh Pasal 22......................................................................................8
2.4 Kegiatan Yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 22...........................................9
2.5 Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22……………………………...11
2.6 Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 22...............................12
2.7 Tarif PPh Pasal 22…………………………………………………….…14
2.8 Cara Menghitung PPh Pasal 22………………………………………….17
BAB III...............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................19
3.2 Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
6
lembaga pemerintah , dan lembaga - lembaga negara lainnya atas
pembelian barang .
3. Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan ( UP ) .
4. Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA )
atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung ( LS ) .
5. Badan usaha tertentu , meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara , yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki negara melalui penyertaan langsung
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
b. Badan Usaha Milik Negara yang merupakan hasil restrukturisasi
oleh Pemerintah dan dilakukan melalui pengalihan saham milik
negara kepada BUMN lainnya.
c. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan
Usaha Milik Negara , meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang ,
PT Petrokimia Gresik , PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan
Timur , PT Pupuk Iskandar Muda , PT Bank BNI Syariah dll.
6. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen , industri
kertas , industri baja , industri otomotif , dan industri farmasi atas
penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri .
7. Agen Tunggal Pemegang Merek ( ATPM ) , Agen Pemegang Merek, dan
importir umum kendaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri.
8. Produsen atau importir bahan bakar minyak , bahan bakar gas , dan
pelumas.
9. Badan usaha industri atau eksportir yang melakukan pembelian bahan -
bahan berupa hasil kehutanan , perkebunan , pertanian , peternakan , dan
perikanan atas pembelian bahan - bahan untuk keperluan industrinya atau
ekspornya .
7
10. Badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara ,
mineral logam , dan mineral bukan logam , dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan atas pembelian komoditas tambang
batu bara , mineral logam , dan mineral bukan logam , dari badan atau
orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
11. Badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri.
12. Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah .
8
( KPA ) berkaitan dengan pembelian barang kepada pihak ketiga
melalui mekanisme pembayaran langsung ( LS ).
4. Pembelian barang dan / atau bahan - bahan untuk kegiatan usaha oleh
badan usaha tertentu , meliputi :
1. Badan Usaha Milik Negara
2. Badan - badan tertentu yaitu PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang,
PT.Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kujang, PT.Pupuk Kalimantan
Timur, PT.Pupuk Iskandar Muda. PT. Telekomunikasi Selular, dll.
5. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen , industri kertas ,
industri baja , industri otomotif , industri farmasi.
6. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek ( ATPM ) , Agen Pemegang Merek ( APM ) , dan
importir umum kendaraan bermotor tidak termasuk alat berat.
7. Penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak , bahan bakar gas , dan pelumas.
8. Pembelian bahan - bahan berupa hasil kehutanan , perkebunan , pertanian ,
peternakan , dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur
yang dilakukan oleh badan usaha industri atau eksportir .
9. Pembelian batubara , mineral logam , dan mineral bukan logam dari badan
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau
usaha.
10. Penjualan emas batangan oleh pengusaha yang melakukan penjualan.
11. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah oleh Wajib Pajak badan
yang melakukan penjualan barang tergolong sangat mewah.
9
3. Impor sementara , jika pada waktu impornya nyata - nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali .
4. Impor kembali ( re - import ) , yang meliputi barang - barang yang telah
diekspor kemudian diimpor kembali dengan kualitas yang sama atau
barang - barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan ,
pengerjaan , dan pengujian yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .
5. Pembayaran yang dilakukan oleh Pemungut Pajak berkenaan dengan hal -
hal berikut ini :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh Pemungut Pajak yang jumlahnya
paling banyak Rp10.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang
dipecah - pecah . Pemungut pajak ini meliputi badan usaha tertentu
yang terdiri atas BUMN dan badan - badan tertentu yang dimiliki
oleh BUMN .
b. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil
pengusahaan panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha
di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama
pengusahaan sumber daya panas bumi.
c. Pembelian batubara , mineral logam , dan mineral bukan logam
dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan
yang telah dipungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang dan atau
bahan - bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh badan usaha
tertentu.
6. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
7. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah.
8. 8.Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan
emas batangan kepada Bank Indonesia .
10
9. Pembelian gabah dan / atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik ( Perum BULOG ) atau BUMN lain yang mendapatkan
penugasan sesuai peraturan perundang – undangan.
11
industri semen , industri penjualan.
kertas , industri baja , industri
otomotif , industri farmasi.
6. Penjualan kendaraan bermotor Terutang dan dipungut pada saat
oleh ATPM , APM , dan penjualan.
importir kendaraan bermotor .
7. Penjualan bahan bakar Terutang dan dipungut pada saat
minyak , bahan bakar gas , dan penerbitan surat perintah
pelumas . pengeluaran barang.
8. Pembelian bahan - bahan hasil Terutang dan dipungut pada saat
kehutanan , perkebunan , pembelian.
pertanian , peternakan oleh
badan industri .
9. Pembelian batubara , mineral , Terutang dan dipungut pada saat
logam , dari badan atau orang pembelian.
pribadi pemegang iizin usaha
pertambangan.
Penjualan emas batangan oleh Terutang dan dipungut pada saat
badan usaha yang melakukan penjualan.
penjualan emas batangan di
dalam negeri .
11. Penjualan barang yang Terutang dan dipungut pada saat
tergolong sangat mewah penjualan.
12
Divisa Persepsi atau Bank Persepsi
menggunakan SSP , Surat Setoran
Pabean , Cukai dan Pajak
( SSPCP ) yang berfungsi sebagai
bukti pemungutan pajak.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas PPh disetor oleh eksportir yang
ekspor komoditas tambang bersangkutan melalui Pos Persepsi ,
batubara , mineral logam , dan Bank Divisa Persepsi atau Bank
mineral bukan logam. Persepsi menggunakan SSP , Surat
Setoran Pabean , Cukai dan Pajak
( SSPCP ) yang berfungsi sebagai
bukti pemungutan pajak .
3 Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Wajib disetor oleh pemungut ke
Pemungut Pajak ( Bendahara Kas Negara melalui Pos Persepsi ,
Pemerintah , Kuasa Pengguna bank Devisa , atau bank yang
Anggaran ( KPA ) , Bendahara ditunjuk oleh Menteri Keuangan
dar Pengeluaran , Pejabat menggunakan surat setoran pajak .
Penerbit Surat Perintah Pemungut pajak wajib menerbitkan
Membayar atas delegasi KPA ) bukti pemungutan pajak rangkap
. tiga ( lembar pertama untuk Wajib
Pajak , lembar kedua untuk KPP
sebagai lampiran SPT , lembar
ketiga sebagai arsip pemungut yang
bersangkutan ) .
4 PPh Pasal 22 oleh : PPh wajib disetor oleh pemungut
- Badan usaha tertentu melalui Pos Persepsi , Bank Divisa
meliputi BUMN dan badan Persepsi atau Bank Persepsi
usaha tertentu yang dimiliki menggunakan SSP . Pemungut
secara langsung ( PT Pupuk pajak wajib menerbitkan Bukti
Sriwidjaja Palembang PT Pemungutan PPh Pasal 22 dalam
Petrokimia Gresik , PT
13
Pupuk Kujang , PT Pupuk rangkap tiga
Kalimantan Timur , dan
yang lain ).
- Badan usaha industri
tertentu ( industri semen ,
industri kertas , industri
baja , industri otomotif ,
industri farmasi )
- ATPM , APM , dan
importir kendaraan
bermotor .
14
menggunakan API.
4. Barang pada huruf c
dan d tidak 7,5% Harga jual 7,5% x Nilai
15
oleh Badan usaha tertentu tidak termasuk termasuk PPN)
meliputi BUMN dan badan PPN
usaha tertentu yang dimiliki
secara langsung (PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang, dan
lain)
Penjualan hasil produksi /
impor bahan bakar minyak ,
gas , dan pelumas oleh
produsen atau importir :
0,25% Nilai 0,25% x nilai
1. Penjualan bahan bakar
penjualan penjualan (tidak
minyak kepada SPBU (
tidak termasuk termasuk PPN)
yang dibeli dari
PPN
Pertamina atau anak
perusahaan Pertamina )
0,3% Nilai 0,3% x nilai
2. Penjualan bahan bakar
penjualan penjualan (tidak
minyak kepada SPBU (
tidak termasuk termasuk PPN)
yang dibeli selain dari
PPN
Pertamina atau anak
perusahaan Pertamina )
Penjualan hasil produksi
kepada distributor di dalam
negeri oleh badan usaha yang
bergerak di dalam bidang :
0,25% Dasar 0,25% x Dasar
1. Industri semen
pengenaan pengenaan PPN
( penjualan semua
PPN
jenis semen )
0,1% Dasar 0,1% x Dasar
2. Industri kertas
pengenaan pengenaan PPN
PPN
Penjualan kendaraan 0,45% Dasar 0,45% x Dasar
16
bermotor di dalam negeri pengenaan pengenaan PPN
oleh ATPM , APM , dan PPN
importir umum kendaraan
bermotor , tidak termasuk
alat berat .
Pembelian bahan - bahan 0,25% Harga 0,25% x Harga
hasil kehutanan , pembelian pembelian tidak
perkebunan , pertanian , tidak termasuk termasuk PPN
peternakan , dan perikanan PPN
yang belum melalui proses
industri manufaktur oleh
badan usaha industri
Pembelian batubara , mineral 1,5% Harga 1,5% x Harga
logam , dari badan atau orang pembelian pembelian tidak
pribadi pemegang izin usaha tidak termasuk termasuk PPN
pertambangan . PPN
Penjualan barang tergolong 5% Harga barang 5% x Harga
sangat mewah oleh Wajib barang
Pajak yang melakukan
penjualan
17
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dari
Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost) US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) US$ 4,000.00
Harga Pabean US$ 25,000.00
Pungutan :
- Bea Masuk 20 US$ 5,000.00
- Bea Masuk Tambahan 10% US$ 2,500.00
NILAI IMPOR US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor : pemberitahuan
impor barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
- Dasar pengenaan PPh Pasal 22 :
US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00 = Rp 325.000.000,-
- PPh Pasal 22 yang harus dipungut :
Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp 8.125.000,00
Note : Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang
digunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar
Cost Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+ Pungutan pabean lainnya
BAB III
PENUTUP
18
2.1 Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh:
1. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan
dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
3.2 Saran
Setelah penulis memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan PPh pasal
22, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayaran pajak guna membantu meningkatkan APBN dan APBD
khususnya pada PPh pasal 22.
DAFTAR PUSTAKA
19
2016)
20