Disusun Oleh:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis masih diberi kesempatan bekerjasama dalam menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pajak Penghasilan Pasal 22, 23, dan 26”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Perpajakan.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Boyke Nugrahanto, M.Ak. selaku dosen
mata kuliah Perpajakan. Tugas yang telah diberikannya dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin. Demikian yang dapat Penulis
paparkan kalau ada kata yang kurang mohon di maafkan sekian dan terimakasih.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-
sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.
Pemungutan pajak dilaksanakan untuk kepentingan rakyat, maka pemungutan
pajak tersebut haruslah terlebih dahulu disetujui oleh rakyatnya sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang telah diamandemenkan dalam
Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang”. Hal ini
memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang-Undang
sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi pengumpul pajak maupun bagi
wajib pajak itu sendiri.
Penghasilan menjadi salah satu objek pajak. Pajak penghasilan dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Pajak penghasilan tergolong pajak subjektif, yaitu pajak yang mempertimbangkan
keadaan pribadi wajib pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak
Pajak Pasal 22, 23 dan 26 adalah jenis pajak penghasilan (PPh) yang dikenakan
pada penghasilan yang diterima oleh wajib pajak. PPh Pasal 22 dikenakan pada
penghasilan yang diterima dari penyerahan barang dan jasa oleh pihak yang bukan
wajib pajak. PPh Pasal 23 dikenakan pada penghasilan yang diterima dari usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak. Dan PPh Pasal 26 dikenakan pada
penghasilan yang diterima dari hibah atau warisan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui tarif PPh Pasal 22, 23 dan 26 ?
2. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 22, 23 dan 26 ?
3. Bagaimana cara mengetahui pemotongan pada PPh Pasal 26 ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas terdapat tujuan yang harus tersampaikan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tarif yang dikenakan pada PPh Pasal 22, 23 dan 26
2. Mengetahui cara perhitungan PPh Pasal 22, 23 dan 26
3. Mengetahui pemotongan yang ada pada PPh 22, 23 dan 26
BAB II
PEMBAHASAN
No Objek Pemungut
1 Pembelian barang oleh Pihak yang membayar/membeli:
Bendaharawan pemerintah dan - Bendaharawan pemerintah
Direktorat Jenderal Anggaran. - DJA
2 Pembelian barang oleh - BUMN
BUMN/BUMD yang bersumber - BUMD
darri dana APBN dan/atau APBD.
3 Pembelian barang oleh badan Badan tertentu
tertentu yang bersumber dari dana
APBN maupun non APBN.
4 Impor Barang dilakukan oleh: - Direktorat Jenderal Beta dan
- Importer yang memiliki Cukai (DJBC)
atau tidak memiliki Angka - Bank Devisa
Pengenal Impor (API).
2
- Yang tidak dikuasai
(lelang).
5 Pembelian bahan untuk industri Industri tertentu yang bergerak di
tertentu atau eksportir dari bidang pertanian, perkebunan dan
pedagang pengumpul. perikanan.
6 Penjualan bahan bakar minyak, Produsen atau importer bahan bakar
gas, dan pelumas. minyak, gas, dan pelumas.
7 Penjulana barang yang tergolong Wajib Pajak Badan yang melakukan
mewah penjualan tersebut
8 Penjualan hasil industru tertentu: Industri tertentu yang menjual
Kertas, baja, otomotif, semen,
rokok.
3
- Yang tidak mengenal API 7,5%
- Yang tidak dikuasai (lelang) 7,5%
- Yang menggunakan API untuk impor gandum,
0,5%
kedelai, dan tepung terigu.
3 Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri/ekspor
2,5%
dari pedagang pengumpul.
4 Penjualan oleh Pertamina:
- Premium, solar, premix, super TT 0,25%
- Minyak tanah, LPG, pelumas 0,3%
5 Penjualan oleh selain Pertamina:
- Premium, solar, premix, super TT 0,3%
- Minyak tanah, LPG, pelumas 0,3%
6 Penjualan hasil industri tertentu:
- Kertas 0,1%
- Baja 0,3%
- Otomotif 0,45%
- Semen 0,25%
- Rokok 0,25%
7 Penjualan motor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek 0,45%
(APM), dan importir kendaraan bermotor.
8 Pembelian keperluan industri atau eksportir bidang
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan 0,25%
perikanan.
9 Penjualan barang yang tergolong sangat mewah 5%
4
5. Saat Terhutang dan Pelunasan PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 saat terutang dan pelunasan yaitu:
a. PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk.
b. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak
Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
c. PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak terutang dan dipungut
pada saat pembayaran.
d. PPh Pasal 22 penjualan hasil produksi industri semen, kertas, baja, otomotif
terutang dan dipungut pada saat penjualan.
e. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang.
f. PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul terutang
dan dipungut pada saat pembelian.
5
- Semen 0,25% x DPP PPN
- Rokok 0,25% x harga bandrol
7 Penjualan motor di dalam negeri
oleh Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang 0,45% x DPP PPN
Merek (APM), dan importir
kendaraan bermotor.
8 Pembelian keperluan industri atau
eksportir bidang kehutanan,
0,25% x pembelian
perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.
9 Penjualan barang yang tergolong
5% x DPP PPN dan PnBM
sangat mewah
6
PPh Pasal 22 dari pembelian printer oleh bendahara pemerintah sebesar
Rp.330.000,00
Pada umumnya, penghasilan yang diterima adanya transaksi antara dua pihak,
yaitu:
• Pihak penerima penghasilan (pemberi jasa) akan dikenakan PPh Pasal 23
• Pihak pemberi penghasilan (penerima jasa) akan memotong, membayar,
dan melaporkan PPh Pasal 23 tersebut ke kantor pajak.
7
Bunga dalam UU PPh diperluas dengan menambah premium, diskonto,
dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. Pengenaan pajak dari
pendapatan bunga yang diterima oleh orang pribadi maupun badan yang ber-
NPWP dikenai PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto bunga yang
diterima. Jika WP belum ber-NPWP maka dikenai PPh Pasal 23 sebesar 30%
dari jumlah bruto bunga yang diterima.
b. Dividen
Sesuai dengan UU PPh, dividen didefinisikan secara luas dalam
penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf b sebagai brikut:
“Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi”.
• Tarif deviden yang diterima oleh wajib pajak badan dalam negeri ber-
NPWP dikenai PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.
• Apabila wajib pajak belum ber-NPWP maka dikenai PPh Pasal 23
sebesar 30% dari jumlah bruto.
c. Royalti
Royalti didefinisikan sebagai imbalan yang diberikan sehubungan dengan
penggunaan hak atas harta tak berwujud, hak atas harta berwujud, dan informasi
menurut UU PPh pasal 4 ayat (1) huruf h. Royalti dikenai PPh Pasal 23 sebesar:
• 15% dari jumlah bruto bagi wajib pajak ber-NPWP.
• 205 dari jumlah bruto bagi wajib pajak yang belum ber-NPWP.
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain telah dipotong PPh Pasal 21.
e. Sewa
Sesuai dengan PPh Pasal 23, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta
yang dikenai PPh Final Pasal 4(2) dikenai PPh Pasal 23 sebesar:
• 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN bagi WP yang ber-NPWP
• 4% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN bagi WP yang belum ber-
NPWP.
f. Jasa lain
Objek PPh Pasal 23 mengenai jasa lain telah ditambahkan oleh pemerintah
hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum dalam PMK No.
141/PMK.03/2015. Berikut ini adalah daftar lengkap objek PPh Pasal 23 terkai
jasa lainnya:
1) Jasa Penilai (appraisal);
2) Jasa Aktuaris;
3) Jasa Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4) Jasa Hukum;
5) Jasa Arsitektur;
6) Jasa Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7) Jasa Perancang (design);
8) Jasa Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
9) Jasa Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas);
8
10) Jasa Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
11) Jasa Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12) Jasa Penebangan hutan;
13) Jasa Pengolahan limbah;
14) Jasa Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
15) Jasa Perantara dan/atau keagenan;
16) Jasa Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KSEI);
17) JasaKustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI;
18) Jasa Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19) Jasa Mixing film;
20) Jasa Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
21) Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer,
termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
22) Jasa Pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23) Jasa Internet termasuk sambungannya;
24) Jasa Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi,
dan/atau program;
25) Jasa Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC
dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
26) Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
27) Jasa Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.
28) Jasa Maklon;
29) Jasa Penyelidikan dan keamanan;
30) Jasa Penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31) Jasa Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa
periklanan;
32) Jasa Pembasmian hama;
33) Jasa Kebersihan atau cleaning service
34) Jasa Sedot septic tank;
35) Jasa Pemeliharaan kolam;
36) Jasa Katering atau tata boga;
37) Jasa Freight forwarding;
38) Jasa Logistik;
39) Jasa Pengurusan dokumen;
40) Jasa Pengepakan;
9
41) Jasa Loading dan unloading;
42) Jasa Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
43) Jasa Pengelolaan parkir;
44) Jasa Penyondiran tanah;
45) Jasa Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
46) Jasa Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47) Jasa Pemeliharaan tanaman;
48) Jasa Permanenan;
49) Jasa Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan/atau perhutanan;
50) Jasa Dekorasi;
51) Jasa Pencetakan/penerbitan;
52) Jasa Penerjemahan;
53) Jasa Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Pajak Penghasilan;
54) Jasa Pelayanan pelabuhan;
55) Jasa Pengangkutan melalui jalur pipa;
56) Jasa Pengelolaan penitipan anak;
57) Jasa Pelatihan dan/atau kursus;
58) Jasa Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59) Jasa Sertifikasi;
60) Jasa Survey;
61) Jasa Tester;
62) Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan
pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
10
g. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada anggotanya.
h. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang terdiri
dari:
1) Perusahaan pembiayaan yang mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.
2) BUMN atau BUMD yang khusus didirikan sebagai sarana pembiayaan
bagi UMKM.
11
Berikut ini adalah daftar lengkap objek PPh Pasal 23 terkai jasa lainnya:
✓ Jasa Penilai (appraisal);
✓ Jasa Aktuaris;
✓ Jasa Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
✓ Jasa Hukum;
✓ Jasa Arsitektur;
✓ Jasa Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
✓ Jasa Perancang (design);
✓ Jasa Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap
(BUT);
✓ Jasa Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan
minyak dan gas bumi (migas);
✓ Jasa Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi
dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
✓ Jasa Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
✓ Jasa Penebangan hutan;
✓ Jasa Pengolahan limbah;
✓ Jasa Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing
services);
✓ Jasa Perantara dan/atau keagenan;
✓ Jasa Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KSEI);
✓ JasaKustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI;
✓ Jasa Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
✓ Jasa Mixing film;
✓ Jasa Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
✓ Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
✓ Jasa Pembuatan dan/atau pengelolaan website;
✓ Jasa Internet termasuk sambungannya;
✓ Jasa Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi,
dan/atau program;
✓ Jasa Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
✓ Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
✓ Jasa Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.
✓ Jasa Maklon;
12
✓ Jasa Penyelidikan dan keamanan;
✓ Jasa Penyelenggara kegiatan atau event organizer;
✓ Jasa Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau
jasa periklanan;
✓ Jasa Pembasmian hama;
✓ Jasa Kebersihan atau cleaning service
✓ Jasa Sedot septic tank;
✓ Jasa Pemeliharaan kolam;
✓ Jasa Katering atau tata boga;
✓ Jasa Freight forwarding;
✓ Jasa Logistik;
✓ Jasa Pengurusan dokumen;
✓ Jasa Pengepakan;
✓ Jasa Loading dan unloading;
✓ Jasa Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis;
✓ Jasa Pengelolaan parkir;
✓ Jasa Penyondiran tanah;
✓ Jasa Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
✓ Jasa Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
✓ Jasa Pemeliharaan tanaman;
✓ Jasa Permanenan;
✓ Jasa Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan/atau perhutanan;
✓ Jasa Dekorasi;
✓ Jasa Pencetakan/penerbitan;
✓ Jasa Penerjemahan;
✓ Jasa Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal
15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
✓ Jasa Pelayanan pelabuhan;
✓ Jasa Pengangkutan melalui jalur pipa;
✓ Jasa Pengelolaan penitipan anak;
✓ Jasa Pelatihan dan/atau kursus;
✓ Jasa Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
✓ Jasa Sertifikasi;
✓ Jasa Survey;
✓ Jasa Tester;
✓ Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
13
7. Tahap Pemungutan PPh Pasal 23
a. Pembayaran PPh Pasal 23
Direktorat Jenderal Pajak menetapkan pembayaran pajak mulai 1 Juli
2016 hanya dapat dilakukan secara elektronik. Pembayaran di potong oleh
pihak Kas Negara menggunakan aplikasi e-Billing dengan cara membuat ID
Billing terlebih dahulu, lalu membayarnya melalui Bank Persepsi (ATM, Teller
Bank, Internet Banking) yang disetujui oleh Menteri Keuangan. Jatuh tempo
pembayaran PPh Pasal 23 adalah tanggal 10 bulan berikutnya. Setelah
melakukan pembayaran maka akan mendapatkan NTPN (Nomor Transaksi
Penerima Negara) sebagai bukti pembayaran.
b. Pelaporan PPh Pasal 23
Sesuai dengan Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.94 tahun
2010, setiap pemotongan PPH Pasal 23 akan diterbitkan bukti potongan kepada
wajib pajak pada akhir bulan saat:
• Dibayarkannya penghasilan
• Disediakan untuk dibayarkan penghasilan
• Jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih sahulu.
Penerbitan bukti potong dibuat dalam 3 rangkap yaitu:
• Lembar ke-1 : untuk wajib pajak yang dipotong PPh Pasal 23
• Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak
• Lembar ke-3 : untuk Pemotong Pajak.
SPT masa PPh Pasal 23 dan/atau PPh 26 terdiri dari:
• Induk SPT
• Dftar bukti pemotongan
• Daftar surat setoran pajak (SSP), Bukti Penerimaan Negara (BPN)
• Pemindah bukuan untuk penyetoran PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26.
• Penggunaan e-SPT diwajibkan bagi pemotong pajak yang memenuhi
persyaratan berikut:
✓ Menerbitkan lebih dari 20 bukti pemotongan PPh Pasal 23
dan/atau PPh Pasal 26.
✓ 1 masa pajak: dan/atau Jumlah Penghasilan Bruto yang menjadi
dasar pengenaan PPh lebih dari Rp. 100.000.000,00 dalam satu
bukti pemotongan.
c. Pemotong PPh Pasal 23
1) Badan pemerintah;
2) Subjek pajak badan dalam negeri;
3) Penyelenggara kegiatan;
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT);
5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
6) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk sebagai
pemotong PPh pasal 23 adalah:
• Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah
(PPAT) kecuali PPAT tersebut camat, pengacara, dan konsultan
yang melakukan pekerjaan bebas.
14
• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelanggarakan
pembukuan.
15
2. Wajib PPh Pasal 26
Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak luar negeri
(orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau
memperoleh penghasilan.
16
4. Tarif Pajak dan penerapannya
Besarnya tarif PPh Pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh Pasal 26
seperti berikut:
a. Atas penghasilan yang berupa:
1) Dividen.
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang.
3) Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
4) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5) Hadiah dan penghargaan.
6) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
7) Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya.
8) Keuntungan karena pembebasan utang.
Dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20%
dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25% dari
harga jual. Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan
premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri
adalah sebagai berikut:
a) Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan
asuransidiluarnegeri baik secara langsung maupun melalui pialang,
sebesar 50% dari jumlah premi yang dibayar.
b) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan
di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang
dibayar.
c) Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan
di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang
dibayar.
3) Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong
PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
17
PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x
20%
Catatan:
Untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 26, penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs
yang ditetapkan oleh menter. keuangan yang berlaku pada saat
pembayaran atau dibebankan.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah penulis memaparkan terkait pajak penghasilan pasal 22, 23, dan 26,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih mentaati peraturan pembayaran
pajak guna meningkatkan APBN dan APBD. Jika semua Wajib Pajak bertanggung
jawab akan kewajibannya maka dampaknya juga dapat dirasakan kembali oleh Wajib
Pajak itu sendiri.
20
DAFTAR PUSTAKA
Addy, Z. d. (2021). Secreening Your Tax Case & Measure Your Position Persiapan Sebelum
Membawa Kasus Pajak Ke Pengadilan Pajak Jilid 2 PPH Pasal 21 Dan 22. Sleman:
Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA.
Addy, Z. d. (2021). Secreening Your Tax Case & Measure Your Position Persiapan Sebelum
Membawa Kasus Pajak Ke Pengadilan Pajak Jilid 3 PPH Pasal 23. Sleman: Grup
Penerbitan CV BUDI UTAMA.
Addy, Z. d. (2021). Secreening Your Tax Case & Measure Your Position Persiapan Sebelum
Membawa Kasus Pajak Ke Pengadilan Pajak Jilid 4 PPH Pasal 26. Sleman: Grup
Penerbitan CV BUDI UTAMA.
Fitriya. (2023, Mei 14). PPh Pasal 22: Tarif, Cara Hitung dan Lapor SPT Masa PPh 22. Diambil
kembali dari Mekari Klik Pajak: https://klikpajak.id/blog/pph-pasal-22-dan-lapor-spt-
pph-22/. Diakses pada 12 Juni 2023.
Forethought. (2012). Menguasai Penghitungan dan Pengisian SPT Masa PPh 21 dan/atau 26.
Yogyakarta: ANDI .
Pajak, O. (2022, Oktober 20). Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23). Diambil kembali dari
Online Pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-bukti-potong/pph-pajak-
penghasilan-pasal-23. Diakses pada 12 Juni 2023.
Pajak, O. (2023, Mei 2). Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22). Diambil
kembali dari Online Pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pph-
pajak-penghasilan-pasal-22. Diakses pada 12 Juni 2023
Prof. Dr. Mardiasmo, M. (2019). Perpajakan. Yogyakarta: ANDI.
Rahmat Hidayat Lubis, R. s. (2017). Mudah Menghitung dan Mengisi E-SPT Pajak
Penghasilan Pasal 21/26: PPh Pasal 21/26. Medan: PT CITRA ADITYA BAKTI.
Salman, K. R. (2017). Perpajakan PPh dan PPN. Jakarta: Indeks.
21