Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERPAJAKAN II

“PPh Pasal 22”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

- Yunita Massora (0117101257)


- Liza Hilmia (0117101261)
- Besti Sonia Purba (0117101262)
- Ridwan Triyanto (0117101265)
- Hudan Imam Muttaqien (0117101267)
- Dinda Dewi Puspasari (0117101286)
- Zara Syita Kamilia (0117101287)
- Zalfa Nanda Azzhra (0119121003)

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Atas kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat dan
pertolongan-Nya, Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Alhamdulillah makalah yang berjudul “PPh Pasal 22” ini dapat di
selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan
evaluasi kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua
menjadikan cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di
masa yang akan datang.

Bandung, 23 September 2019


 

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1 Pengertian PPh Pasal 22.........................................................................................................5
2.2 Objek PPh Pasal 22................................................................................................................6
2.3 Kegiatan yang Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22................................................8
2.4 Objek PPh Pasal 22..............................................................................................................10
2.5 Tarif PPh Pasal 22...............................................................................................................11
2.6 Pembayaran PPh Pasal 22....................................................................................................12
2.7 Kewajiban Membuat Bukti Pungut.....................................................................................12
2.8 e-Filing PPh Pasal 22...........................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pajak Penghasilan Pasal 22 atau disingkat PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk
pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap
Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang.
Titik pengenaannya ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat
pembelian. Pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan
barang yang dianggap “menguntungkan” sehingga penjual atau pembelinya kemungkinan
besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian, pantaslah atas Wajib Pajak
tersebut dikenakan cicilan pembayaran Pajak Penghasilan.

2.      RUMUSAN MASALAH
1.    Jelaskan Pengertian PPh 22 ?
2.    Siapa saja yang menjadi Obyek PPh 22 ?
3.    Jelaskan kegiatan yang Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22
4.    Jelaskan Pemungut PPh Pasal 22?
5.    Berapa Tarif PPh 22 ?

 3.    MANFAAT
1.    Untuk dapat memahami mengenai pengertian PPh 22
2.    Untuk dapat mengerti tentang siapa saja yang menjadi subjek PPh 22
3.    Untuk dapat mengerti tentang siapa saja yang menjadi objek PPh 22
4.    Untuk dapat memahami siapa saja para pemungut pajak PPh 22
5.    Untuk dapat menjelaskan bagaimana mekanisme pemungutan PPh 22
6.    Untuk dapat mengerti berapa tarif PPh 22

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 22


Menurut Lubis, (2018) Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) pajak yang
dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain yang
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu, baik
badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain. PPh Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui
pemotongan atau pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. Selanjutnya
pemotong/pemungut akan menyetor dan melaporkan pajak yang telah dipotong/dipungut.
Lalu siapa sajakah pemotong pajak tersebut?

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983,
menetapkan :

Pasal 22 ayat (1) Menteri Keuangan dapat menetapkan :

a. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran


atas penyerahan barang;
b. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.

Berdasarkan ketentuan ini, yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah:

a. Bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat, Pemerintah


Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga Negara lainnya,
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalam

5
pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang mennjalankan
fungsi yang sama;
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain, seperti kegiatan
usaha produksi barang tertentu antara lain otomotif dan semen; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak oleh Wajib Pajak badan
tertentu ini akan dikenakan terhadap pembeli barang yang memenuhi kriteria
tertentu sebagai bawang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis
barangnya maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat mewah.

2.2 Objek PPh Pasal 22


Objek Pajak PPh Pasal 22 adalah suatu kegiatan yang meliputi impor barang,
ekspor barang tertentu, penjualan barang tertentu, atau penjualan kepada pembeli
tertentu. Kegiatan-Kegiatan yang dikenakan PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :

1. Impor barang dan ekspor komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan
mineral bukan logan yang dilakukan oleh eksportir kecuali yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerja sama pengusahaan pertambangan
dan Kontrak Karya.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah
dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dialkukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA).

6
5. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau badang-badan untuk keperluan
kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu, meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki Negara melalui penyertaan langsung dari kekayaan Negara
yang dipisah.
b. Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah
setelah berlakunya pengalihan saham milik Negara kepada BUMN lainnya.
c. Badan Usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik
Negara, meliputi PT Pupuk Sriwijaya Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT
Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT
Telekomunikasi Seluler, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali,
PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk., PT Krakatau
Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk., PT Kimia
Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural
Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia
Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI, dan PT Bank BNI
Syariah.
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industry semen, industry kertas, industry baja,
industry otomotif, dan industry farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importer
umum kendaraan bermotor Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), dan importer umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
9. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspornya oleh industry
atau eksportir yang bergerak dalam sector kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
10. Pembelian komoditas tambang batu bara, mineral logam, dan mineral bukan
logam, dari badan atau orang pribadi oemegang izin usaha pertambangan oleh
industry atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batu

7
bara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan.
11. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas batangan.
12. Penjualan barang yang tergolong mewah oleh Wajib Pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong mewah.

2.3 Kegiatan yang Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22


1. Importir barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terhutang pajak penghasilan. Pengecualian
ini harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk:
a. Barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik.
b. Barang untuk keperluan badan internasional yagn diakui dan terdaftar pada
Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak
memegang paspor Indonesia
c. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal social, atau
kebudayaan.
d. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam
itu yang terbuka untuk umum.

PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada badan-badan


usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

Melalui penerbitan peraturan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan


badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak
badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 

2.4 Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian
adalah:

8
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang;
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)  atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada
pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS);
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang
meliputi:
o PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya
(Persero), PT Krakatau Steel (Persero);
o Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-
bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau
ekspornya.

9
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan. 
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22
saat penjualan adalah:

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri


kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan
hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan
kendaraan bermotor di dalam negeri;
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas; 
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang
merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:
o mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan; dan
o menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir
yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.  90/PMK.03/2015,
pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak
badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 
 e-Filing PPh Pasal 22 gratis di OnlinePajak, Coba Sekarang di Sini

Objek PPh Pasal 22

10
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2016, lihat lampiran
berikut ini mengenai objek PPh Pasal 22 berupa impor barang-barang mewah
tertentu. 

2.5 Tarif PPh Pasal 22

1. Atas impor:
o yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai
impor;
o non-API = 7,5% x nilai impor;
o yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara
Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk
PPN dan tidak final.)
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
o Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
o Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
o Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
o Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai
berikut:
o Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak
termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan API = 0,5% x nilai impor.
7. Atas penjualan

11
o Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20.000.000.000,-
o Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
10.000.000.000,-
o Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan
lebih dari 500 m2.
o Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas
bangunan lebih dari 400 m2.
o Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari
10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi
purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual
lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual
tidak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
PPh Pasal 22.

Pembayaran PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan.

Pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau
PPh orang pribadi.

PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar langsung ke
bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat transaksi.

Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor dan
bendahara.

Kewajiban Membuat Bukti Pungut

12
Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor PPh
yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.

Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan pada akhir
tahun di SPT Tahunan. 

Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh bersifat
final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib lapor
SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong. 

e-Filing PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setiap bulannya.

Melalui e-Filing di OnlinePajak, caranya mudah dan cepat, serta tak perlu antri lagi.

CONTOH SOAL

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG

CONTOH 1---PT KIA Motors mengimpor barang dari Korea. PT KIA adalah importir
mobil yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil,
dengan harga faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan
dengan impor mobil tersebut masing-masing adalah $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang
dibayar oleh PT KIA Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20%
dari CIF. Kurs pada saat itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000.
Berapa PPh pasal 22 yang harus dibayar?
Harga faktur : 50 unit x $10.000                                $500.000
Biaya asuransi                                                             $    3.000
Biaya angkut                                                               $    7.000 +
CIF                                                                              $ 510.000
Bea masuk: 5% x $510.000                                        $   25.500

13
Bea masuk tambahan:20% x $510.000                       $ 102.000 +
Nilai Impor                                                                  $ 637.500
Nilai Impor dalam rupiah:
$637.500 x Rp 9.000 =  Rp   5.737.500.000

PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)


2,5% x Rp 5.737.500.000 = Rp  143.437.500

CONTOH 2---PT Cipta Mandiri Bangsa mengimpor barang dari Jepang. PT Cipta
Mandiri Bangsa tidak memilki Angka pengenal Impor, adalah perusahaan percetakan
yang mengimpor mesin Fotokopi dari Jepang sebanyak 20 unit barang. Harga faktur per
unit sebesar US$500. Biaya asuransi dan biaya angkut antar daerah pabean masing-
masing 5% dan 10% dari harga faktur. Pungutan pabean lain yang sah adalah Rp
22.500.000,-. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada waktu itu adalah Rp
9.000. Berapa PPh 22 yang harus dibayar?
Harga faktur 20 x $500                                               $10.000
Biaya asuransi 5% x $10.000                                      $     500
Biaya angkut 10% x $10.000                                      $  1.000 +
CIF                                                                              $11.500
CIF dalam Rupiah $11.500 x Rp 9.000                      Rp 103.500.000
Pungutan pabean lainnya                                            Rp   22.500.000 +
Nilai Impor                                                                  Rp 126.000.000
PPh 22 yang harus dipungut (tidak memiliki API):
Rp 126.000.000 x 7,5% = Rp 9.450.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PEMBELIAN OLEH INSTANSI


PEMERINTAH, BUMN/BUMD, DAN INSTANSI TERTENTU
CONTOH 1---Dinas Pendidikan Nasional Kota Yogyakarta membeli mebel dan
peralatan kantor lain dari PT Furniture senilai Rp 220.000.000 (termasuk PPN 10%). PPh

14
22 yang harus dipungut oleh bendaharawan Dinas Pendidikan Nasional kota Yogyakarta
adalah sebagai berikut:
DPP PPN = (100/110) x Rp 220.000.000 = Rp 220.000.000
PPh pasal 22 = Rp 220.000.000 x 1,5% = Rp  3.000.000,-

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan


tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan
Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan
yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 
 PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian. 
 Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar antara
0,25%-1,5%.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai PPh pasal 22 ini, diharapkan kepada para
pembaca sekalian untuk dapat lebih mengerti dan memahami mengenai pengertian dan
sistem perhitungan di dalam PPh pasal 22 itu sendiri. Sehingga kedepannya kita dapat
menerapkan segala ilmu yang terkandung di dalam penulisan makalah ini ke dalam dunia
nyata yakni dunia kerja yang syarat akan prinsip profesionalitas dan efektifitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Rahmat Hidayat. 2018. Pajak Penghasilan. Yogyakarta : ANDI

Muljono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak – Pajak Penghasilan. Yogyakarta : ANDI

Sari, Diana. 2017. Perpajakan & Rekonsilisasi Fiskal. Bandung

https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-22

17

Anda mungkin juga menyukai