Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERPAJAKAN

“ PPh PASAL 22 ”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Ayu Hartawati B1C119078

2. Binti Siti Fatimah B1C119080

3. Bisma Poli B1C119081

4. Cantika Nur Imaningsih B1C119082

5. Chorina Grace Pabutungan B1C119083

6. Dafitra B1C119084

7. Dewi Wulandari B1C119087

8. Dian Napsah Natiqah B1C119088

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya-lah maka saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 22", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna
lebih mengetahui ruang lingkup yang terdapat pada Pajak Penghasilan Pasal 22.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Kendari, 14 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7
2.1 Pengertian PPh 22..........................................................................................................................................7
2.2 Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Pemungut PPh Pasal 22..............................................................................7
2.3 Kebijakan Tarif PPh Pasal 22.........................................................................................................................8
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22........................................................................................................9
2.5 Saat Terutang Dan Pelunasan/ Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22......................................................9
2.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22.......................................10
2.6 Cara Menghitung PPh Pasal 22....................................................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................12
3.1 Simpulan......................................................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran


serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai amanat undang-
undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan
hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Hal tersebut sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.
Pajak bagi kelangsungan pembangunan Negara sangatlah penting. Karena itu
pemerintah terus berupaya menggali berbagai potensi tax coverage ( lingkup/cakupan
pajak) sekaligus menekankan tax compliance (kepatuhan pajak) masyarakat. Namun,
kepatuhan pajak yang bersumber dari kesadaran masyarakat terhadap penunaian
kewajiban membayar pajak itu tentu bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Berbagai
persoalan perpajakan yang kerap muncul, baik yang bersumber dari wajib pajak
(masyarakat), aparatur pajak (fiscus), maupun yang bersumber dari sistem perpajakan itu
sendiri menunjukkan bahwa persoalan pajak merupakan hal yang kompleks.
Pemungutan PPh 22 dilakukan untuk untuk menjaring pajak penghasilan seperti
impor barang hal ini karena dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi
(perorangan atau badan usaha), karena beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan barang baik
itu bahan baku maupun barang jadi sering kali harus mendatangkan barang tersebut dari luar
negeri (impor). Selain itu setiap aktivitas penjualan atau penyerahan barang kepada suatu
instansi pemerintah, BUMN atau BUMD dikenakan pengumungutan PPh Pasal 22 oleh
Bendaharawan. Kemudian pajak PPh 22 diberlakukan juga untuk penjualan hasil produksi
atau penyerahan barang, serta penjualan hasil produksi dan penjualan barang mewah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari PPh Pasal 22?
2. Bagaimana Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Pemungut PPh Pasal 22?
3. Bagaimana Kebijakan Tarif PPh Pasal 22?
4. Bagaimana Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22?
5. Bagaimana Saat Terutang dan Pelunasan / Pemungutan PPh Pasal 22?
6. Bagaimana Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan, Pelaporan PPh Pasal 22?
7. Bagaimana Cara Menghitung PPh Pasal 22?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari PPh Pasal 22.
2. Untuk mengetahui Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Pemungut PPh Pasal 22.
3. Untuk mengetahui Kebijakan Tarif PPh Pasal 22.
4. Untuk mengetahui Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22.
5. Untuk mengetahui Saat Terutang dan Pelunasan / Pemungutan PPh Pasal 22.
6. Untuk mengetahui Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan, Pelaporan PPh Pasal 22.
7. Untuk mengetahui Cara Menghitung PPh Pasal 22.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh 22


PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada badan-badan
usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan perdagangan
ekspor, impor dan re-impor.
Melalui publikasi Peraturan Menteri Keuangan RI No. 92 / PMK.03 / 2019
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253 / PMK.03 /
2008 tentang Wajib Pajak Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pemberi
atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah, pemerintah melebarkan badan-
badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 adalah menjadi wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak
Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan
pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan
perdagangan barang.
Mengingat sangat bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya,
ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti
PPh 21 atau pun PPh 23.
Pada umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang
"menguntungkan", sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima
keuntungan dari perdagangan tersebut.
Karena kerugian, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun
pembelian.

2.2 Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Pemungut PPh Pasal 22

Landasan hukum PPh Pasal 22 adalah UU No. 36 Tahun 2008. Undang-undang


menyebutkan objek pajak PPh Pasal 22 adalah barang yang dianggap “menguntungkan”.
Menguntungkan di sini maksudnya adalah baik penjual maupun pembeli sama-sama bisa
mengambil keuntungan dari transaksi perdagangan tersebut. Secara spesifik, subjek pajak
PPh Pasal 22 meliputi Badan Usaha (industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi),
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen atau importir bahan bakar minyak, badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja, dan pedagang pengumpul (pengumpul
hasil hutan, perkebunan, pertanian, dsb).
Selain itu, penjualan barang mewah, seperti pesawat udara pribadi dengan harga jual
lebih dari Rp20.000.000.000, penjualan kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih
dari Rp10.000.000.000, dan penjualan rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000, juga dikenakan PPh Pasal 22 ini.
Yang berwenang menjadi pemungut PPh Pasal 22 adalah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC) dan Bank Devisa yang mengurusi pemungutan PPh Pasal 22 untuk objek pajak
terkait impor serta Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Dan Bendahara Pemerintah yang
melakukan pemungutan PPh Pasal 22 pada Pemerintah, baik pusat maupun daerah, instansi,
serta lembaga negara lainnya, terkait dengan pembayaran serta pembelian barang. Dari
penjelasan tersebut, bisa diketahui bahwa PPh Pasal 22 memiliki subjek dan objek pajak yang
beragam yang telah ditentukan Pemerintah sebagaimana dalam penjelasan tadi.

2.3 Kebijakan Tarif PPh Pasal 22

Mengingat bervariasinya objek pajak PPh Pasal 22, perlu dipahami secara mendalam
penentuan tarif dan besaran tarifnya. Berikut adalah besaran tarif serta penghitungan tarif PPh
Pasal 22.

1. Untuk Impor
Jika menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif yang dikenakan adalah 2,5%
x nilai impor. Sementara untuk non-API, tarifnya sama dengan 7,5% x nilai impor dan untuk
impor yang tidak dikuasai dikenakan tarif 7,5% x harga jual lelang.

2. Untuk Pembelian Barang


Jika pembelian barang dilakukan Bendahara Pemerintah, DJPB, dan BUMN/BUMD,
tarif yang dikenakan adalah 1,5% x harga pembelian belum termasuk Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan tidak final.

3. Untuk Penjualan Hasil Produksi


Sebagaimana ditetapkan lewat Keputusan Direktur Jenderal Pajak, barang yang kena
Pajak PPh Pasal 22 meliputi: semen (tarif 0,25% x DPP PPN), kertas (tarif 0,1% x DPP
PPN), produk baja (0,3% x DPP PPN), dan produk otomotif (0,45% x DPP PPN). Semua
tarif tersebut bersifat tidak final.

4. Untuk Pembelian Bahan-Bahan Untuk Keperluan Industri


Jenis ini juga dikenakan kepada eksportir dan pedagang pengumpul dengan tarif
0,25% x harga pembelian dan ini tidak termasuk PPN.

5. Untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu


Jika menggunakan API, tarif yang dikenakan sebesar 0,5% x nilai impor.

2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

Besarnya lingkup objek pajak yang diatur dalam PPh Pasal 22 menyisakan beberapa
pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal 22, yaitu:
Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh berdasarkan Surat Keterangan Bebas PPh
Pasal 22 yang diterbitkan Direktur Jenderal Pajak.
Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk termasuk impor yang
dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut
dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor
(EPTE).
Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan pada belanja negara/daerah
yang meliputi jumlah kurang dari Rp2.000.000 (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah).
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM,
benda-benda pos, dan telepon.

2.5 Saat Terutang Dan Pelunasan/ Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Saat terutang dan pelunasan/ pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah sebagai berikut:

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal
22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB);
2. Atas pembelian barang (angka II butir 2,3, dan 4) terutang dan dipungut pada saat
pembayaran;
3. Atas penjualan hasil produksi (angka II butir 5) terutang dan dipungut pada saat
penjualan;
4. Atas penjualan hasil produksi (angka II butir 6) dipungut pada saat penerbitan Surat
Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);
5. Atas pembelian bahan-bahan (angka II butir 7) terutang dan dipungut pada saat
pembelian.

2.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
22

Berikut tatacara pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22:

1. PPh Pasal 22 atas impor barang (angka II butir 1) disetor oleh importir dengan
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP).PPh Pasal 22
atas impor barang yang dipungut oleh DJBC harus disetor ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro dalam jangka waktu 1(satu) hari setelah pemu-ngutan pajak dan
dilaporkan ke KPP secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu
penyetoran pajak berakhir.
2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (angka II butir 2 dan 3) disetor oleh pemungut
atas nama dan NPWP Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro secara
kolektif pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan
barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu: - lembar pertama
untuk pembeli; - lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan
Pajak; - lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan dilaporkan
ke KPP paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa pajak berakhir.
3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (angka II butir 4) disetor oleh pemungut atas
nama Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal
10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan
menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa
pajak berakhir.
4. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (angka II butir 5 dan 7) disetor oleh
pemungut atas nama wajib pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir
SSP. Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah masa pajak berakhir.
5. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (angka II butir6) disetor sendiri oleh Wajib
Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran
Barang (delivery order) ditebus dengan menggunakan SSP. Pemungut wajib
menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu: - lembar pertama untuk
pembeli; - lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan
Pajak; - lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan. Pelaporan
dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling lambat 20
(dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

2.6 Cara Menghitung PPh Pasal 22

Tanggal 22 April 2020, PT XYZ menawarkan produk elektronik senilai $ 10.000,


dengan biaya kirim $ 500, dan asuransi $ 25. Kurs dari Kemenkau pada waktu tersebut, Rp
8000/1 USD.

Maka:
PPh Impor (Pasal 22) = ($ 10.000 + 500 + 25 + 1.578,75) x 7,5% = $ 907,78.

Ketika dirupiahkan, maka:


PPh Impor (Pasal 22) = $ 907,78 x Rp 8000 = Rp 7.262.250.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa PPh 22 harus dibayar dan disetorkan oleh
subjek pajak yang menjalankan kegiatan impor, sedangkan tarifnya tergantung barang yang
diperjualbelikan dengan dasar hukum UU Perpajakan PPh Pasal 22.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal
22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu
pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Secara spesifik, subjek pajak PPh Pasal 22 meliputi Badan Usaha (industri semen,
kertas, baja, otomotif, dan farmasi), Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen atau
importir bahan bakar minyak, badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja,
dan pedagang pengumpul (pengumpul hasil hutan, perkebunan, pertanian, dsb).
Yang berwenang menjadi pemungut PPh Pasal 22 adalah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC) dan Bank Devisa yang mengurusi pemungutan PPh Pasal 22 untuk objek pajak
terkait impor serta Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Dan Bendahara Pemerintah yang
melakukan pemungutan PPh Pasal 22 pada Pemerintah, baik pusat maupun daerah, instansi,
serta lembaga negara lainnya, terkait dengan pembayaran serta pembelian barang.
Besaran tarif pajak PPh 22 terdiri dari ; 1) Tarif untuk impor, 2) Tarif untuk
pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD, 3)
Tarif untuk penjualan hasil produksi, 4) Tarif untuk pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri, 5) Tarif untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu.

3.2 Saran

Pembayaran pajak penghasilan pasal 22 dapat berguna untuk pembangunan bangsa


Indonesia karena pajak berfungsi sebagai alat demokrasi pembangunan yang akan dirasakan
manfaatnya kembali oleh masyarakat secara luas.
DAFTAR PUSTAKA

Cermati.com, “Tarif dan Prthitungan PPh Pasal 22 yang Pengusaha Wajib Tahu”, 28 Oktober
2016, <https://www.cermati.com/artikel/amp/tarif-dan-perhitungan-pph-pasal-
22-yang-pengusaha-wajib-tahu> [Diakses pada 15 April 2021]

ONLINEPAJAK, “Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)”, 29 November 2016,


<https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pph-pajak-penghasilan-
pasal-22>[Diakses pada 15 April 2021]

RUSDIONO.CONSULTING, “PPh Pasal 22, Pajak Ekspor Impor yang Wajib Diketahui”, 10
Oktober 2020, <https://www.rusdionoconsulting.com/pph-pasal-22-pajak-
ekspor-impor-yang-wajib-diketahui/> [Diakses pada 15 April 2021]

Anda mungkin juga menyukai