Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PPH PASAL 22
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Perpajakan
Dosen Pengampu : Muhammad Orinaldi, S.E., M.S.Ak

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. VINTA DELIYANI HARAHAP ( 504210099 )

2. YULISTIANI ( 504210101 )

3. REDY KURNIAWAN ( 504210087 )

4. RIZKI NANDA SAPUTRA ( 504210094 )

KELAS 5C
PRODI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PPH PASAL 22”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang pph pasal 22 seperti definisi, objek ,
tarif, cara pemungutan, serta cara perhitungan dari pph pasal 22 bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami sangat menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini

Dan kami juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih cukup jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kami sangat berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat positif bagi semua
pembaca. Saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan, sehingga kedepannya
makalah ini dapat tersaji menjadi lebih baik lagi.

Jambi, 13 Oktober 2023


Tim Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Definisi Pph Pasal 22 ............................................................................... 2


B. Sistem Pemungutan Pph Pasal 22 ............................................................ 3
C. Perhitungan Pph pasal 22 ......................................................................... 5

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 7

A. Kesimpulan................................................................................................ 7
B. Saran .......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya. Pada
saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk melakukan
perubahan di segala sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas Negara guna membiayai
pembangunan dan biaya-biaya Negara. Dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut,
pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut berasal dari APBN dan APBD,
dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam hal ini menjelaskan bahwa
pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan oleh sebab itu Indonesia memiliki
potensi dakam membangun pertumbuhan ekonomi untuk menunjang segala kebutuhan.
Namun, kenyataannya Indonesia pada saat ini hanya mampu menjadi penonton ditengah
persaingan global yang begitu selektif. Dalam hal ini kedewasaan sangtlah diperlukan dalam
melakukan suatu kebijakan karena besar atau kecilnya pendapatan pajak penghasilan atau Pph
pasal 22, tergantung pada kebijakan yang diambil oleh peraturan pemerintah. Pajak
penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan-badan tertentu
yang berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Untuk lebih
memhamai secara mendalam dan kompeherensif mengenai pajak penghasilan (Pph) pasal 22,
maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Pph pasal 22.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya

yaitu sebagai berikut :

1. Apa definisi dari manajemen keuangan syariah?

2. Bagaimana cara pemungutan dana tata cara penyetoran Pph pasal 22?

3. Bagaimana menghitung Pph pasal 22?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pph pasal 22

Pawoko, menyatakan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat . Sedangkan pajak penghasilan menurut
Resmi, menyatakan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek
Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

Resmi (2011:271) menyatakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan


pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-
lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, atau badan-
badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Objek PPh pasal 22 meliputi transaksi atas impor
barang; penyerahan ke pemerintah atau BUMN/BUMD; atas penjualan hasil produksi dalam
negeri seperti rokok, otomotif, kertas, baja, semen; transaksi pembelian premium, premix,solar,
pelumas; minyak tanah; gas elpiji dari Pertamina Oleh penyalur/agen/grosir/dealer/kepada
pembeli lainnya (misal: pabrikan); terakhir ada-lah transaksi pembelian dari BULOG atas gula
pasir, tepung terigu yang dilakukan oleh penyalur/grosir/pembeli lainnya. Mengenai tarif PPh
pasal 22 bervariasi sesuai dengan yang telah ditentukan.

2
B. Sistem Pemungutan Pph pasal 22

Sebelum memahami sistem pemungutan pajak, akan dijelaskan terlebih dahulu asas dan
syarat dari pemungutan pajak tersebut. Menurut Mardiasmo, asas pemungutan pajak adalah:
equility, certainy, convenience, dan economy. Sedangkan syarat pemungutan Ppajaknya adalah
diharuskan adil, mendasari perundang-undangan, tidak terkait dengan unsur ekonomi, tidak
melebihi biaya pungut dan sederhana.

Pemungut PPh Pasal 22 adalah bendahara & badan-badan yang diantaranya sebagai
berikut :

1. Bank Devisa serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk objek PPh Pasal
22 impor barang;
2. Bendaharawan Pemerintahan serta KPA layaknya pemungut pajak pada Pemerintahan
Pusat, Pemerintahan Daerah, Instansi serta Lembaga Pemerintahan serta lembaga
negara lain, yang berkenaan serta membayar atas pembelian barang;
3. Bendaharawan pengeluaran setuju untuk membayar pembelian barang dibuat oleh
mekanis uang kesediaan.
4. Kuasa Pengguna Anggaran dan pejabat pembuat Surat Perintah Membayar untuk
dikhuskan delegasi untuk Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenan untuk
pembayaran agar pembayaran barang untuk pihak ketiga dibuat seperti mekanis
pembayaran secara langsung (LS);
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), adalah badan usaha untuk menyeluruh serta
beberapa banyak modal yang dipunyai dari negara mendasari penyertaan sesuai dan
bermula oleh kepunyaan negeri;
6. Industri serta eksportir bergelut untuk sektor hutan, kebun, tani, ternak, dan ikan, untuk
pembayaran bahan-bahan oleh penjual dikumpul agar kebutuhan industri atau ekspor.
Industri serta badan usaha yang dibuat pembayaran komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, dan badan serta OP pemegang izin usaha
pertambangan.

Untuk tata cara pemungutan dan penyetoran pph pasal 22 atas pembelian barang yang
dibiayai dengan APBN/APBD berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No.
210/PMK.03/2008, Direktorat Jenderal Pajak mengatur bahwa :

3
a. PPh Pasal 22 dipungut Atas pembelian barang sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari
harga pembelian pada setiap pelaksanaan pembayaran langsung (LS) oleh KPPN atau
Bendahara atas penyerahan barang oleh Wajib Pajak (Rekanan).
b. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran,
Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun di tingkat
Pemerintah Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang, Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang
dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah
(APBD).
c. Penyetoran dilakukan ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro, atau pemungutan
langsung (LS) oleh KPPN dengan menggunakan SSP yang telah diisi oleh dan atas
nama rekanan serta ditandatangani oleh Pemungut.
d. Dalam hal rekanan belum mempunyai NPWP, maka kolom NPWP pada Surat Setoran
Pajak (SSP) harus : 1) Dua digit pertama diisi angka 04 jika rekanan Wajib Pajak Orang
Pribadi, 01 jika rekanan Wajib Pajak Badan; 2) Tujuh digit berikutnya diisi angka 0
(nol). 3) Tiga digit berikutnya diisi dengan kode KPP tempat domisli pembayar pajak /
rekanan terdaftar. 4) Tiga digit terakhir diisi dengan angka 0 (nol).

Contoh pengisian NPWP pada SSP bagi rekanan yang tidak memiliki NPWP:
04.000.000.0-512.000.

Tarif Pph pasal 22 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Atas Impor
• Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% dikali nilai impor;
• Non-(API) Angka Pengenal Impor = 7,5% dikali nilai impor; -
• Yang tidak dikuasai = 7,5% dikali harga jual lelang.
2. Untuk barang yang dibeli dibuat oleh DJPB, Bendahara Pemerintahan, BUMN/BUMD
= 1,5% dikali harga yang akan dibeli (tidak termasuk PPN serta bukan final.)
3. Untuk hasil produksi yang dujual tetap mendasari Keputusan DJP, yakni:
• Kertas = 0.1% dikali DPP PPN (Tidak Final)
• Semen = 0.25% dikali DPP PPN (Tidak Final)
• Baja = 0.3% dikali DPP PPN (Tidak Final)
• Otomotif = 0.45% dikali DPP PPN (Tidak Final)

4
4. Untuk hasil produksi yang dijual atau barang yang diserahklan oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas ialah: Pungutan PPh Pasal 22 untuk
penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final.
5. Atas dibelinya bahan agar kepentingan industry atau ekspor untuk perdagangan
pengumpulan menetapkan = 0,25 % dikali harga beli (tidak termasuk PPN)
6. Untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu dari importir yang dituju API = 0,5%
dikali nilai impor.
7. Untuk penjualan
• Pesawat udara pribadi serta harga jual melebihi Rp 20.000.000.000,-
• Kapal pesiar serta sejenisnya untuk harga jual melebihi Rp 10.000.000.000,-
• Rumah dan tanah dengan harga jual serta harga pengalihan mencapai Rp
10.000.000.000,- serta luas bangunan melebihi 500 m2.
• Apartemen, kondominium, atau sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya
melebihi Rp 10.000.000.000,- atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan
sejenisnya dengan harga jual mencapai Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan
dengan kapasitas silinder melebihi dari 3.000 cc. Sebanyak 5% oleh harga jual
tidak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

C. Perhitungan Pph Pasal 22


Mardiasmo menyatakan atas pembelian barang yang dananya dari belanja negara atau
belanja daerah dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian yang
telah memiliki NPWP. PPhPasal 22 = 1,5% x Harga Pembelian. Dan dikenakan PPh Pasal 22
sebesar 3% dari harga pembelian jika tidak memiliki NPWP. PPh Pasal 22 = 3% x Harga
Pembelian.
Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah)
meliputi jumlah kurang dari Rp. 1.000.000,00
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

5
3. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan
Kas Negara.
Contoh perhitungan Pph pasal 22
PT. Endra merupakan eksportir komoditas tambang batubara. Pada Januari 2019
melakukan ekspor bubuk mika ke Negara Y dengan nilai ekspor sebesar USD. 200.000.
Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah USD1 – Rp. 13, 570,
sedangkan kurs BI adalah USD1 = Rp 14.553. Hitung Pph pasal 22 yang harus dibayar
oleh PT. Endra.

Dasar Penganaan Pajak = Nilai ekspor USD 200.000


Nilai impor (dalam rupiah): USD 200.000 x Rp 13.570 Rp. 2.714.000.000
Besarnya Pph pasal 22 adalah: 1,5 x Rp. 2.714.000.000 Rp. 40.710.000

Dalam membuat perjanjian/akad atau kontrak syariah, maka ada beberapa landasan
yang harus diperhatikan oleh para pihak agar akad muamalah tersebut sah dan tidak
batal demi hukum, di antaranya adalah sebagai berikut:

Contoh 2

PT AAA selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas, menyerahkan bahan
bakar minyak senilai Rp900.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada PT BBB yang
merupakan bukan perusahaan SPBU. Maka PPh Pasal 22 yang dipungut adalah:

Pajak penghasilan Pasal 22 atas penyerahan hasil produksi migas:


= (Tarif Pph pasal 22 hasil produksi migas x Nilai jual)
= 0,3% x Rp. 900.000.000
= Rp. 2.700.000

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam


tahun berjalan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, atau badan-badan tertentu, baik badan pemerintah
maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Mengenai objek PPh pasal 22 meliputi transaksi atas impor barang dan penyerahan ke
pemerintah atau BUMN/BUMD atas penjualan hasil produksi dalam negeri. Untuk tarif PPh
pasal 22 bervariasi sesuai dengan yang telah ditentukan.

Badan yang memungut pajak pph pasal 22 adalah Bank Devisa dan DJBC, serta
Bendaharawan pemerintah. Untuk tata cara pemungutan dan penyetoran pph pasal 22 atas
pembelian barang yang dibiayai dengan APBN/APBD berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan No. 210/PMK.03/2008, Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan dalm sistem
perhitungan pajak pph pasal 22 Mardiasmo menyatakan atas pembelian barang yang dananya
dari belanja negara atau belanja daerah dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
harga pembelian yang telah memiliki NPWP. PPhPasal 22 = 1,5% x Harga Pembelian. Dan
dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 3% dari harga pembelian jika tidak memiliki NPWP. PPh Pasal
22 = 3% x Harga Pembelian.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat memahami dan
menerapkan manajemen keuangan syariah. Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang konstruktif yang ingin
disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami karena hal tersebut sangat kami harapkan.
agar kedepannya makalah ini dapat tersaji menjadi lebih baik lagi. Apabila ada terdapat
kesalahan baik dari segi penulisan maupun penyampaian kami mohon maaf dengan sebesar
besarnya. Atas segala perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anastalina, dkk. (2014). Pajak Penghasilan 22. Universitas Madura : Madura

Febby, Asnizonia dkk.. Pajak Penghasilan Pasal 22. 2020. Universitas Riau : Riau

Fitriya. 2023. PPh Pasal 22 : Tarif, Cara Hitung, dan Lapor SPT Masa Pph 22.

https://klikpajak.id/blog/pph-pasal-22-dan-lapor-spt-pph-22/ Diakses pada


tanggal 13 oktober 2023, pukul 09.15 WIB.

Mita, Gladys dkk. 2018. Analisis Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penghasilan Pasal

22 Pada PT. Makmur Auto Mandiri. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern.
Vol. 4 No. 13.

Thomas, Clifvan Sorongan. 2014. Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal

22 Atas Pengadaan Barang Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara


Kota Bitung. Jurnal EMBA. Vol 2 No. 1

Anda mungkin juga menyukai