Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DAN PASAL 23

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

KELAS : ALKS 3.A

NAMA ANGGOTA :

BINTANG DAFFA FATRIA 1961306071


JUHRATI M.H. TANJUNG 1961306007
NURIFAH SAFITRI 1961306006
SUKMA AULIANA 1961306036

Dosen pembimbing: M. ARIFAI, SE. M.Acc., CA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
JURUSAN TATA NIAGA 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)...........................................2
B. Pemungut dan Objek PPh Pasal 22.........................................................................2
C. Dikecualikan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22..........................................3
D. Pengurang Penghasilan Bruto.................................................................................5
E. Tarif PPh Pasal 22..................................................................................................5
F. Pemungutan PPh Pasal 22......................................................................................7
G. Pembayaran PPh Pasal 22....................................................................................11
H. Cara Penyetoran...................................................................................................11
I. Kewajiban Membuat Bukti Pungut.......................................................................11
J. e-Filing PPh Pasal 22.............................................................................................12
K. Saat Terutang dan Pembayaran...........................................................................12
L. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23).........................................13
M. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan:......................................................14
N. Tarif dan Objek PPh Pasal 23................................................................................14
O. Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas Jasa Teknik, Jasa................15
Manajemen, Dan Jasa Lain...........................................................................................15
P. Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Sewa (Kecuali Persewaan
Tanah/Bangunan) Dan Penggunaan Harta...................................................................17
Q. Bukan Objek Pajak................................................................................................17
R. Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan.............................................................18
R. Daftar Obyek Pemotongan PPh Pasal 23..............................................................19
Dividen............................................................................................................................19
Hadiah dan penghargaan..................................................................................................19
S. Dikenakan PPh Pasal 23........................................................................................22

ii
T. Tidak Dikenakan PPh Pasal 23..............................................................................23
U. Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)
23
BAB III PENUTUP..............................................................................................................26
Kesimpulan...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa


kita ucapkan. Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah
pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul “PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DAN


PAJAK PENGHASILAN PASAL 23” dibuat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Perpajakan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung


serta membantu penyelesaian makalah PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23. Penulis juga berharap agar isi
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan


penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Lhokseumawe, 30 Maret
2022

Penyusun

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber dana
alamnya. Pada saat ini, indonesia mengalami perkembangan yang
mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor demi
meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayain pembangunan dana
biaya-biaya negara dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah
memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN dan
APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. dalam hal ini
menjelaskan bahwa pajak memiliki peranaan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang ada untuk membiayai
pengeluaran termasuk pengeluaran untuk meningkatkan pembangunan.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang di pungut oleh bendaharawan
pemerintah  baik pemerintah pusat maupun  pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah atau lembaga lembaga negara lain berkenan dengan
pembayaran atas penyerahan barang. Badan-badan  tertentu yang berkenan
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya . Dasar
Hukum PPh Pasal 22  Adalah UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.
Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah  dipotong PPh pasal 21.

B. Rumusan Masalah
Pajak Pengahsilan Pasal 22
Pajak Penghasilan Pasal 23

C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan tentang Pajak Penghasilan baik itu Pasal 22 maupun Pajak
Penghasilan pasal 23.

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)


Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak
Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan
dengan kegiatan perdagangan barang.
Mengingat sangat bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya,
ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya,
seperti PPh 21 atau pun PPh 23.
Pada umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang
yang dianggap "menguntungkan", sehingga baik penjual maupun pembelinya
dapat menerima keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal
22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian.
Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah pajak yang dipungut
oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan
daerah , instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga tinggi lainnya.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap pembayaran atas penyerahan barang kepada
badan pemerintah atau kegiatan import atau kegiatan di bidang usaha tertentu.
Dalam Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 22 ada tiga hal yang menjadi focus pe-
mungutan pajak, yaitu
a. Bendaharawan Pemerintahan Pusat atau daerah, instansi atau lembaga
pemerintahan dan lembaga-lembaga Negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang biasa disebut sebagai PPh Pasal 22
Bendaharawan
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenan
dengan kegiatan dibidang import biasa disebut PPh Pasal 22 atas Import
c. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan
dengan kegiatan di bidang tertentu, yaitu industri semen, industri rokok kre-
tek atau putih, industri kertas, industri baja, industri otomotif, penjualan hasil
produksi pertamina, penyaluran oleh bulog.

3
B. Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 menyebutkan
pemungut PPh Pasal 22 adalah :
1. Bank Devisa dan Direktorat Jendal Bea dan Cukai atas impor barang.
2. Bendahara Pemerintahan dan Kuasa Penguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara mengeluarkan untuk pembayaran yang dilakukan dengan
mekanisme uang persedian (UP)
4. Kuasa Pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbitan surat perintah
membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif yang ditunjukkan oleh kepala
kantor pelayanan pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atau penjualan
bahan bakar minyak, gas dan pelumas
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh kepala kantor pelayanan pajak
atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 253/PMK.03/2008 menyebutkan
Pemungut PPh pasal 22 adalah Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan
barang tergolong sangat mewah yaitu :
1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp. 20.000.000.000,00
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp.10.000.000.000,00.
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp.10.000.000.000,00 dan luas bangunan lebih dari 500m2.
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv),
minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp.5.000.000.000,00 dan
dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.

4
C. Dikecualikan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai;
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor kembali;
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor
kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang
yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian,
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
5. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:
a. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (Bendahara
Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), bendahara
pengeluaran, KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), yang jumlahnya
paling banyak Rp2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah;
b. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (BUMN tertentu dan
Bank BUMN) yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00.
c. pembayaran untuk:
 pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-
benda pos;
 pemakaian air dan listrik.
d. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor;
e. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
barang impor sebagaimana dimaksud pada point 2 di atas, tetap berlaku
dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol
persen).
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 1 dan 6 dinyatakan
dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

5
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 4, 5, dan 7 di atas
dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).
Ketentuan Pengecualian pengenaan PPh Pasal 22 atas kegiatan Impor
barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN, atas impor
sementara dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tata
caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau Direktur
Jenderal Pajak.

D. Pengurang Penghasilan Bruto


Untuk mencari penghasilan neto, maka penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya-biaya yang berkaitan erat dengan penghasilan bruto. Lebih umum
biaya ini disebut "biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Sering disingkat 3 M. Prinsipnya, biaya yang diluar 3 M dan
natura tidak boleh dibiayakan. Diantaranya :
1. Penyusutan, amortisasi dan alokasi biaya
2. Piutang tak tertagih
3. Kegiatan usaha berbasis syariah
4. Penghapusan Piutang
5. Biaya Promosi
6. Zakat

E. Tarif PPh Pasal 22


Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut:
1. Atas impor:
a. Barang-barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.011/2013, sebesar 7,5%
(tujuh setengah persen) dari nilai impor;
b. selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1,
yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua
setengah persen) dari nilai impor, kecuali atas impor kedelai, gandum,
dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor;
c. selain barang-barang tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1,
yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5%
(tujuh setengah persen) dari nilai impor; dan/atau
d. yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga
jual lelang.
2. Atas pembelian barang bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,

6
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian
tidak termasuk PPN.
3. Atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP) oleh bendahara pengeluaran dan pembelian barang, sebesar 1,5% (satu
setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
4. berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), sebesar 1,5%
(satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
5. pembelian bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya oleh BUMN (PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero),
PT Krakatau Steel (Persero) dan Bank BUMN, sebesar 1,5% (satu setengah
persen) dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
6. Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
adalah sebagai berikut:
a. bahan bakar minyak sebesar:
 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun
pengisian bahan bakar umum Pertamina;
 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan
bakar umum bukan Pertamina;
 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada pihak-pihak selain di
atas;
b. bahan bakar gas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai;
c. pelumas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

7
7. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi.
8. Dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
a. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor sebesar 0,45% dari dasar pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai.
b. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh
badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, sebesar
0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

F. Pemungutan PPh Pasal 22


Tata cara Pajak Penghasilan Pasal 22 didasarkan atas suatu pemungutan ,
dalam arti setiap terjadi transaksi maka Wajib Pajak akan di pungut PPh Pasal 22
oleh bendaharawan pemerintah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga
tinggi lainnya. Selanjutnya pemungutan PPh Pasal 22 ini akan diserahkan pada
kas Negara. Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh :
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat
Pusat ataupun di tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas
pembelian barang;
c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)
dan/atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka
4;
d. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan
Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT
Krakatau Steel, PT Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan
pembelian barang yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN;
e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
f. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

8
g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.

PPh Pasal 22 PPh Pasal 22 PPh Pasal 22


Bendaharawan Import Usaha Tertentu

Dirjen anggaran, Bank Devisa, Badan Usaha yang


Bendaharawan, Dirjen Bea Cukai ditunjuk Dirjen
BUMN dan BUMD pajak

Besarnya pemungutan PPH Pasal 22 Bendaharawan adalah 1,5% dari


harga penjualan. Harga penjualan yang dimaksud adalah harga jual kepada
bendaharawan pemerintah. Apabila harga jual di dalamnya termasuk PPN dan
atau PPNBM maka PPN dan atau PPnBM ini harus dikeluarkan terlebih
dahulu dari perhitungan PPh Pasal 22 Bendaharawan. Hal yang dimaksudkan
untu menghindari pemungutan pajak terhadap paak tertentu (Pajak berganda).
Misalnya, PT Ady-Yuni melakukan penjualan kendaraan kepada Pemda
Salatiga dengan nilai transaksi sebesar Rp 130.000.000,00 dan dibayar melalui
bendaharawan dinas.
a. Jika nilai transaksi sebesar Rp130.000.000,00 tidak termasuk PPN dan PPn
BM, maka pasal 22 bendaharawan adalah Rp1.950.000,00 (1,5% x
Rp130.000.000,00)
Atas pemungutannya PPh Pasal 22 Bendaharawan ini, PT Ady-Yuni
hanya menerima kas sebesar Rp128.050.000,00 (Rp130.000.000,00 -
Rp1.950.000,00). Pemungutan PPh Pasal 22 ini selanjutnya oleh Pemda
Salatiga diserahkan ke kas Negara.
b. Jika nilai transaksi sebesar Rp130.000.000,00 termasuk PPN sebesar 10%
dan PPn BM sebesar 20% maka harus dihitung nilai jual di luar PPN dan
PPnBM yaitu sebesar Rp100.000.000,00 (100/130 x Rp130.000.000,00)
Pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan adalah sebesar
Rp1.500.000,00 (1,5% x Rp100.000.000,00). Objek pemungutan PPh Pasal 22
Import adalah penghasilan netto dari pemasukan barang ke dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh importir, importir di bagi menjadi dua yaitu:
a. Import yang memiliki angka pengenal import (API)
b. Import yang tidak memiliki angka pengenal import (Non-API)

9
Perbedaan Importir berdasarkan API ini akan mempengaruhi tarif yang
digunakan untuk pemungutan PPh Pasal 22 Import. Untuk import yang
memiliki API akan dikenakan Tarif PPh Pasal 22 sebesar 2,5 % sedangka
yang tidak memiliki API akan di pungut PPh Pasal 22 sebesar 7,5%. Angka
pengenal import adalah nomor identitas seorang importir yang dikeluarkan
oleh Dirjen Bea dan Cukai.
Dasar perhitungan PPh Pasal 22 adalah penghasilan netto dari pemasukan
barang atau biasa disebut sebagai nilai impor. Sebelum mempelajari tentang
nilai impor perlu dipahami istilah-istilah berikut di bawah ini.
a.Free On Board (FOB) yaitu harga perolehan barang berdasarkan nilai mata
uang pengekspor.
b. Cost (C) adalah harga perolehan harga barang yang telah disesuaikan
dengan mata uang Negara pengimport. Dihitung dari besarnya harga
perolehan dikalikan Kurs yang berlaku.
c.Freight (F) atau biaya tambang merupakan biaya pengiriman yang
dinyatakan dalam bentuk presentase. Dihitung dari presentase tertentu
dikalikan dengan cost.
d. Insurance (I) yaitu nilai asuransi barang yang import yang dinyatakan
dalam bentuk presentase. Asuransi akan diperhitungkan sebagai nilai impor
jika asuransi dibayar diluar negeri sedangkan jika asuransi di bayar di
dalam negeri asuransi tidak akan diperhitungkan dalam nilai import.
Besarnya Insurance dihitung dari presentase tertentu dikalikan Cost +
Freight
e.Bea masuk dan bea masuk tambahan dihitung dari presentase tertentu
dikalikan Cost + Insurance + Freight (CIF) atau Cost + Freight
Berdasarkan ketentuan ini yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak
adalah bendaharawan pemerintah dan badan-badan tertentu misalnya
Bendaharawan pemerintah.
Baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor, atau kegiatan usaha di bidang lain. Tarif pemungutan PPh Pasal
22 yang berkenaan dengan kegiatan impor ada dua, yaitu : 2,5% dari harga
impor untuk impor yang dilakukan importer yang memiliki Angka Pengenal
Impor (API). Dan, 7,5% dari harga impor untuk impor yang dilakukan importer
yang tidak memiliki Angka Pengenal Impor (Non API). Selain itu,tariff 7,5%
dari harga lelang juga dipungut PPh Pasal 22 untuk impor yang telantar atau
tidak dikuasai.Sedangkan badan-badan yang memiliki kegiatan usaha tertentu
yang diwajibkan memungut PPh Pasal 22 adalah:

10
a. Industri Semen, tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,25% dari penjualan
b. Industri Rokok, tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,15% dari harga banderol [final]
c. Industri Kertas, tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,1% dari penjualan
d. Industri Baja, tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,3% dari penjualan
e. Industri Otomotif, tarif PPh Pasal 22 sebesar 0,45% dari penjuala
f. Industri Migas, terdiri dari [final]
g. BBM jenis Premium, untuk SPBU swasta tarifnya 0,3% dan untuk SPBU
Pertamina tarifnya 0,25%;
h. BBM jenis Solar, untuk SPBU swasta tarifnya 0,3% dan untuk SPBU
Pertamina tarifnya 0,25%;
i. BBM jenis Pertamax / Pertamax plus, untuk SPBU swasta tarifnya 0,3% dan
untuk SPBU Pertamina tarifnya 0,25%;
j. BBM jenis Minyak Tanah, untuk SPBU Pertamina tarifnya 0,3%;
k. BBM jenis gas / LPG, untuk SPBU Pertamina tarifnya 0,3%;
l. Pelumas Pertamina di SPBU Pertamina, tarifnya 0,3%
Sebagai contoh pengenaan PPh Final untuk industri migas. Objek PPh
Pasal 22 usaha tertentu adalah penjualan hasil produksi atau penyerahan barang
yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di indusrtri semen, industri
rokok, industri kertas, industri baja, industri otomotif, industri perdagangan
minyak dan gas, usaha perdagangan gula pasir dan tepung terigu. Adapun
bentuk-bentuk Industri sebagai Objek PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
1. Indusrtri semen
Tariff PPh Pasal 22 untuk industry semen sebesar 0.25% dari dasar
pengenaan pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Industri rokok
Untuk industri rokok kretek/putih, tarif PPh Pasal 22 adalah sebesar 0,1%
dari harga bandrol dan bersifat final. Final yang dimaksud adalah bahwa PPh
Pasal 22 tidak bisa dikreditkan dalam surat pemberitahuan Pajak Penghasilan
yang terhutang.
3. Industri kertas
Tarif industry kertas sebesar 0,1% dari DPP PPN.
4. Industri baja
tarif pemungutan PPh pasal 22 untuk industri baja sebesar 0,3% dari DPP
PPN.
5. Industri Otomotif
Tarif PPh Pasal 22 untuk industri otomotif sebesar 0.45% dari DPP PPN.
6. Pertamina dan minyak

11
Atas penjualan hasil produksi Pertamina dan Badan usaha selain Pertamina
yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas kepada
penyalur dan atau agennya dipungut PPh pasal 22.
7. Penyerahan oleh Bulog
Tarif PPh pasal 22 atas penyerahan barang yang dilakukan oleh Bulog
berupa:
a. Gula pasir kepada penyalur, maka akan dipungut PPh Pasal 22 sebesar
Rp. 380,-/kuintal, jika kepada grosir maka akan dipungut PPh Pasal 22
sebesar Rp. 270,-/ kuintal. Untuk penjualan kepada pembeli lainnya
dipungut PPh Pasal 22 sebesar Rp.650.-/kuintal.
b. Tepung terigu kepada penyalur, maka akan dipungut PPh Pasal 22
sebesar Rp.53,-/zak, jika kepada grosir maka akan dipungut PPh Pasal
22 Rp.38,-/zak. Untuk Penjualan kepada Pembeli lainnya dipungut Pasal
PPh 22 sebesar Rp. 91,-/zak.

G. Pembayaran PPh Pasal 22


PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan.
Pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan
atau PPh orang pribadi. PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22
tersebut dibayar langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan
pada saat transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang
berkaitan dengan impor dan bendahara.

H. Cara Penyetoran
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah
dan KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
3. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak selain , wajib disetor oleh
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

I. Kewajiban Membuat Bukti Pungut


Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor
PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian

12
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22. Sedangkan pihak yang dipungut
mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan pada akhir tahun di SPT Tahunan. 

J. e-Filing PPh Pasal 22


PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setiap bulannya.Melalui e-
Filing di OnlinePajak, caranya mudah dan cepat, serta tak perlu antre lagi. Cukup
impor file CSV SPT Masa PPh Pasal 22 dari software e-SPT ke OnlinePajak.
Lalu lapor dan dapatkan bukti lapornya dalam 1 klik saja.

K. Saat Terutang dan Pembayaran


PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian dari pemungutan PPh Pasal
22, Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas impor.
PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah dan
KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat Perintah Membayar, dan
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh
BUMN tertentu dan Bank BUMN, terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi dan atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri yang dilakukan oleh ATPM, APM dan importir umum kendaraan
bermotor terutang dan dipungut pada saat penjualan.
Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah Pajak Penghasilan pasal 22
Contoh : pada tanggal 5 Agustus 2016 PT. ABC (produsen rokok dan telah
ditunjuk oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemungut PPh pasal 22) NPWP :
02.446.748.6-623.000, membeli tembakau dari Paijo, NPWP 08.445.546.8-
623.000 sebesar Rp. 400.000.000,- diketahui Paijo seorang pedagang dan tidak
mempunyai sawah atau ladang tembakau. Bagaimana kewajiban perpajakannya
atas transaksi tersebut:

Jawaban:
Pemungutan PPh 22 pasal 22 antara lain badanusaha industri atau eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, pertanian, perkanan dan perkebunan atas
pembelian bahan untuk keperluannya dan pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya
mengumpulkan hasil tersebut diatas.

13
Oleh karena paijo adalah peadang dan tidak memiliki sawah atau ladang
tembakau, maka paijo masuk kategori pedagang pengumpul yang membeli
tembakau dari para petani.
PT. ABC wajib memungut PPh Pasal 22 dan membuat bukti pemungutan PPh
pasal 22 kepada paijo pada tanggal 5 agustus 2016 dengan jumlah PPh pasal 22
sebesar 0,25% x Rp. 400.000.000,- = Rp. 1.000.000,-

L. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)


Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya.
Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal
23 adalah Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
1. Badan pemerintah;
2. Subjek pajak badan dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan
Pasal 23, yaitu :
a. akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
kecuali Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut adalah camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas; atau
b. orang pribadi yagn menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran beruapa sewa.

Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dari:


 Penyerahan jasa
 Penggunaan modal

14
M. Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan:
a. Terutang pada akhir bulan dilakukan pembayaran
b. Disetor paling lambat tgl 10 setelah Masa Pajak dilakukan pemotongan ber-
akhir
c. Pelaporan ke KPP paling lambat tgl 20 setelah Masa Pajak berakhir
d. Pihak pemotong wajib memberi tanda bukti pemotongan kepada Orang Pri-
badi atau Badan yang terbebani

N. Tarif dan Objek PPh Pasal 23


  1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
a. dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g"
Undang-undang PPh;
b. bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f";
c. royalti;
d. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21 Ayat (1) huruf "e" Undang-undang PPh.
Hadiah dan penghargaan yang dipotong  Pajak Penghasilan 21
adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan, misalkan
kegiatan olah raga, keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.
Adapun hadiah dan penghargaan yang dipotong  Pajak
Penghasilan 23 adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan.
Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan
2.
yang dibayarkan oleh koperasi.
3. Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan
tanah dan atau bangunan yang dikenakan PPh yang bersifat final
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996;
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konsultan hukum, jasa konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf "c" Undang-undang
Pajak Penghasilan, yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam

15
Negeri atau Bentuk Usaha Tetap selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan Pasal 21.

O. Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas Jasa Teknik,
Jasa

Manajemen, Dan Jasa Lain


  No. Perkiraan Jenis Jasa
Penghasilan Neto
1. 50% dari jumlah Jasa profesi, termasuk jasa konsultan hukum dan
bruto tidak termasuk jasa konsultasi pajak
PPN
2. 40% dari jumlah a. Jasa teknik dan jasa manajemen
bruto tidak termasuk b. Jasa perancang/desain :
PPN 1 Jasa perancang interior dan jasa perancang
pertamanan;
2 Jasa perancang mesin dan jasa perancang
peralatan;
3 Jasa perancang alat-alat
transportasi/kendaraan;
4 Jasa perancang iklan/logo;
5 Jasa perancang alat kemasan.
c. Jasa instalasi/pemasangan :
1 Jasa instalasi/pemasangan mesin dan jasa
instalasi/pemasangan peralatan;
2 Jasa instalasi/pemasangan
listrik/telepon/air/gas/TV kabel.
d. Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan :
1 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan
mesin dan jasa
perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;
2 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-
alat transportasi/kendaraan;
3 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan 
bangunan.
e. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, tidak
termasuk sewa gudang yang telah dikenakan

16
PPh Final berdasarkan PP Nomor 29 Tahun
1996.
f. Jasa di bidang perdagangan surat-surat
berharga.
g. Jasa pemanfaatan informasi di bidang
teknologi, termasuk jasa internet.
h. Jasa telekomunikasi yang bukan untuk umum.
i. Jasa akuntansi dan pembukuan.
j. Jasa pengolahan/pembuangan limbah.
k. Jasa penebangan hutan, termasuk land clearing.
l. Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang
penambangan minyak gas dan bumi (migas),
kecuali yang dilakukan oleh Bentuk Usaha
Tetap.
m. Jasa penunjang di bidang penambangan migas.
n. Jasa penambangan dan jasa penunjang di
bidang penambangan selain migas.
o. Jasa perantara.
p. Jasa penilai.
q. Jasa aktuaris.
r. Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan/atau
mixing film.
s. Jasa maklon.
t. Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja.
u. Jasa sehubungan dengan software komputer,
termasuk perawatan/pemeliharaan dan
perbaikan.
3. 26,67% dari jumlah a. Jasa perencanaan konstruksi.
bruto tidak termasuk b. Jasa pengawasan konstruksi
PPN
4. 13,33% dari jumlah Jasa pelaksanaan konstruksi
bruto tidak termasuk
PPN
5. 10% dari jumlah a. Jasa pembasmian hama
bruto tidak termasuk b. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang

17
pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
PPN
Pendapatan dan Belanja Daerah.

P. Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Sewa (Kecuali


Persewaan Tanah/Bangunan) Dan Penggunaan Harta
  No. Perkiraan Penghasilan Neto Jenis Jasa
1. 20% dari jumlah bruto tidak Sewa dan penghasilan lainnya
termasuk PPN sehubungan dengan pengunaan harta
khusus kendaraan angkutan darat.
2. 40% dari jumlah bruto tidak Sewa dan penghasilan lain
termasuk PPN sehubungan dengan penggunaan harta
kecuali sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan persewaan tanah
dan atau bangunan yang telah
dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final.

Q. Bukan Objek Pajak


  1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna
2.
usahaa dengan hak opsi;
dividen atau bagian laba yang diterimaa atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
3. Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia, dengan syarat :
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan
Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen,
b. kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
4. selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian
izin usaha:
5. bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

18
atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
a. menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Sisa Hasil Usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
6.
anggotanya;
7. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan
telah ditetapkan batas jumlah sebesar Rp. 240.000,00 setiap bulan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp. 240.000,00
dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari seluruh bunga yang
diterima dan bersifat final.

R. Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan


1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan;
Yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan yang
bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong
pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.
2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetor oleh Pemotong Pajak
selambat-lambatnya tanggal 10 takwim berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak.
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak
Penghasilan yang dipotong.

R. Daftar Obyek Pemotongan PPh Pasal 23 


Obyek Pemotongan; Tarif x   Tarif Penghasilan Sifat
Jumlah Ps 23 Netto

19
( % x
Bruto Jumlah
Bruto)
Dividen 15 %   15 % Tidak
final
bunga, termasuk premium, diskonto, 15 %   15 %
Tidak
dan imbalan sehubungan dengan
final
jaminan pengembalian utang
Tidak
Royalti 15 % 15 %
final
Tidak
Hadiah dan penghargaan 15 % 15 %
final
Sewa kendaraan angkutan darat  3% 15 % 20 % Tidak
final
Sewa dan Penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
Tidak
(kecuali yg telah diatur PP29/1996 6 % 15 % 40 %
final
yaitu sewa tanah dan bangunan serta
sewa kendaraan angkutan darat)
a. Jasa Profesi,
b. Jasa Konsultan, kecuali konsultan
konstruksi Tidak
7,5 % 15 % 50 %
c. Jasa Akuntansi dan Pembukuan final
d. Jasa Penilai
e. Jasa Aktuaris

a.    Jasa tehnik dan jasa manajemen  6% 15 %   40 %   Tidak


final
 Jasa perancang/desain: 6% 15 % 40 % Tidak
 Jasa perancangan interior dan jasa final
perancang pertamanan;
 Jasa perancangan mesin dan jasa
perancang peralatan;
 Jasa perancang alat2 transportasi/
kendaraan
 Jasa perancang iklan/logo;

20
 Jasa perancang alat kemasan
 Jasa instalasi/pemasangan:
 Jasa instalasi/pemasangan mesin,
listrik/telepon/air/gas/AC/TV Kabel,
kecuali dilakukan WP yg ruang
Tidak
lingkup pekerjaannya di bidang 6 % 15 % 40 %
final
konstruksi dan mempunyai
izin/sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
 Jasa instalasi/pemasangan peralatan
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaik-
an:
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaik-
an mesin istrik/telepon/air/gas/AC/TV
Kabel;
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaik-
an peralatan;
Tidak
Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaik- 6 % 15 % 40 %
final
an alat-alat transportasi/kendaraan;
 Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaik-
an bangunan, kecuali dilakukan WP
yg ruang lingkup pekerjaannya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin/sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
Jasa pengeboran (jasa drilling) dibidang 6 % 15 % 40 % Tidak
penambangan minyak dan gas bumi final
(migas), kecuali yang dilakukan oleh
bentuk usaha tetap;
 Jasa penunjang dibidang 6 % 15 % 40 % Tidak
penambangan migas. final
 Jasa penambangan dan jasa penunjang 6 % 15 % 40 % Tidak
dibidang penambangan selain migas; final
 Jasa penunjang dibidang penerbangan 6 % 15 % 40 % Tidak
dan bandar udara; final
Jasa penebangan hutan, termasuk land 6 % 15 % 40 % Tidak

21
clearing; final
 Jasa pengolahan/pembuangan limbah 6% 15 % 40 % Tidak
final
Jasa maklon 6% 15 % 40 % Tidak
final
Jasa rekruitmen/penyedia tenaga kerja 6% 15 % 40 % Tidak
final
Jasa perantara 6% 15 % 40 % Tidak
final
 Jasa dibidang perdagangan surat- 6 % 15 % 40 % Tidak
surat berharga. , kecuali yang final
dilakukan BEJ,BES,KSEI dan KPEI
 Jasa ustodian/penyimpanan/peniti- 6 % 15 % 40 % Tidak
pan, kecuali yang dilakukan KSEI final
dan tidak  termasuk sewa gudang
yang telah dikenakan PPh final
berdasarkan PP No.29 Tahun 1996
 Jasa telekomunikasi yang bukan 6 % 15 % 40 % Tidak
untuk umum final
 Jasa pengisian suli suara (dubbing) 6 % 15 % 40 % Tidak
dan/atau mixing film. final
 Jasa pemanfaatan informasi dibidang 6 % 15 % 40 % Tidak
teknologi, termasuk jasa internet. final
 Jasa sehubungan dengan sofware 6 % 15 % 40 % Tidak
komputer, termasuk final
perawatan/pemeliharaan dan
perbaikan.
Jasa pelaksana konstruksi, termasuk 4.95% 15 % 13 1/3 % Tidak
jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan (5%) final
bangunan, jasa instalasi/pemasangan
mesin, listrik/telepon/air/gas/AC/TV
Kabel sepanjang jasa tersebut
dilakukan wajib pajak yang ruang
lingkup pekerjaannya dibidang
konstruksi dan mempunyai
izin/sertifikasi sebagai pengusaha

22
konstruksi;
a. Jasa Perencana konstruksi 3,99 % 15 % 26 2/3 % Tidak
b. Jasa pengawasan konstruksi  (4 %) final
Jasa pembasmian hama dan jasa 1,5 % 15 % 10 % Tidak
pembersihan final
Jasa Catering 1,5 % 15 % 10 % Tidak
final
 Jasa selain tersebut diatas yang   1,5 % 15 % 10 % Tidak
pembayarannya dibebankan kepada final
APBN atau APBD

S. Dikenakan PPh Pasal 23 


1. Dikenakan PPh Pasal 23 atas sewa sehubungan dengan penggunaan harta
selain kendaraan dan tanah dan atau bangunan , yaitu atas jasa pelayanaan
(sewa) alat-alat yang terdiri dari:
   jasa kran darat,
   jasa kran apung,
   jasa forklift,
   jasa head truck,
   jasa chasis,
   jasa tongkang,
   jasa BKMP (Kapal Motor Penggandeng Tipe B),
   jasa towing tractor,
   jasa timbangan dan 
   jasa pemadam kebakaran; 
2. Dikenakan PPh Pasal 23 atas jasa sehubungan dengan jasa perawatan atau
reparasi (docking) kapal.

T. Tidak Dikenakan PPh Pasal 23 


Sedangkan jasa-jasa di bidang pelayaran dan kepelabuhan yang tidak
dicantumkan dalam Peraturan Dirjen Pajak sehingga tidak dikenakan PPh Pasal
23 adalah sebagai berikut: 
 Jasa persewaan kapal. Jasa persewaan kapal tidak dikenakan PPh Pasal 23,
namun dikenakan PPh Pasal 15 atas Charter Kapal Laut.
 Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa
labuh; dan 

23
 Jasa angkutan umum di air 
 Jasa pelayanan barang yang terdiri dari jasa penumpukan dan jasa
dermaga; 
 Jasa pelayanan terminal yang terdiri dari stevedoring, cargodoring,
receiving, delivery dan overbrengen; 
 Jasa pelayanan peti kemas yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa gerakan
kontainer, jasa penumpukan dan jasa mekanis; 
 Jasa pelayanan rupa-rupa yang terdiri dari pas pelabuhan, retribusi
kendaraan dan telepon extension; 

U. Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah Pajak Penghasilan Pasal 23


(PPh Pasal 23)
Contoh : Jasa Pelabuhan
Pada tanggal 10 Oktober 2016, PT. ABC. NPWP : 01.234.445.6-623.000,
mengadaan perjanjian dengan PT. XYZ yang merupakan penyelenggaraan
pelabuhan untuk memberikan jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan
terminal peti kemas dengan nilai kontak sebesar Rp. 40.000.000,00. PT. ABC
membayar kepada PT. XYZ sebesar Rp. 40.000.000,00 pada tanggal 20 Oktober
2016

Jawaban :
Jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan terminal peti kemas
merupakan bagian dari jasa kepelabuhan sesuai aturan pelabuhan. Jasa
kepelabuhan tidak masuk dalam jenis jasa lain yang yang merupakan objek
pemotongan PPh Pasal 23 sehingga atas jasa tersebut tidak dilakukan
pemotongan PPh pasal 23 PT. ABC.

Contoh : Jasa Perantara / Agen


PT. XYZ diperintah oleh PT. ABC, NPWP:01.234.445.6-623.00, untuk
mencarikan perusahaan pengangkutan barang. Pada tanggal 10 Oktober 2016,
PT. ABC membayar kepada PT. XYZ atas jasa tersebut sebesar Rp.
30.000.000,00.

Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa perantara/keagenan sehingga merupakan objek
pemotongan PPH Pasal 23 PT. ABC wajib memotong PPh pasal 23 kepada PT.
XYZ sebesar 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp. 400.000,-
Kewajiban PT. ABC adalah :

24
1. Memberikan Bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT. XYZ
2. Melakukan penyetoran pajak tersebut paling lambat tanggal 10 Nopember
2016
3. Melaporkan SPT Masa PPH pasal 23 Pajak Oktober 2016 paling lambat
tanggal 20 Nopember 2016

Contoh : Jasa Perhotelan


PT. ABC, NPWP : 01.234.445.6-623.000 mengadakan pelatihan dan menyewwa
ruang serba guna dan termasuk fasilitas kamar suatu hotal dengan pola paket full
board sehingga Rp. 300.000,- per paket yang dibayar tanggal 10 Oktober 2016.

Jawaban:
Jasa tersebut termasuk kategori jasa perhotelan sesuai peratuan di bidang
perhotelan dan jasa perhotelan tidak termasuk sebagai jenis jsaa yang dikenai
pemotongan PPh Pasal 23, sehigga PT. ABC tidak mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan PPh pasal 23.

Contoh : Jasa Tenaga Kerja


PT. ABC, NPWP : 01.234.445.6-623.000, menyediakan tenaga kerja untuk
menjadi karyawan PT. XYZ, selanjutnya membayar kepada PT. ABCsebesar p.
25.000.000,- pada tanggal 20 Oktober 2016

Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa penyediaan tenaga kerja yang merupakan jenis jasa
lain dan dikenakan pemotongan PPh Pasal 223 sebesar 2% x Rp. 25.000.000,- =
Rp. 500.000,-

Contoh : Jasa Tenaga Kerja


PT. XYZ menyediakan tenaga kerja sesuai dengan persyaratan tertentu kepada
PT. ABC, NPWP : 01.234.445.6-623.000, dan tenaga kerja tersebut tetap
karyawan PT. XYZ.
Atas penyediaan tenaga kerja tersebut PT. XYZ berhak mendapat pembayaran
sebear Rp. 30.000.000,- per bulan dan dibayar tiap-tiap tanggal 15 dengan
perincian :
- Jasa penyediaan tenaga kerja sebesar Rp. 5.000.000,-
- Pembayaran gaji tenaga kerja Rp. 25.000.000,-

25
Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa penyediaan tenaga kerja yang termasuk dalam
kelompok jenis jasa lain dan wajib dipotong PPh pasal 23 dengan tarif 2% (dua
persen)dari jumlah bruto pembayaran. Dalam tagihan telah dipisahkan hak
tenaga kerja, maka PT. ABC wajib memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% x Rp.
5.000.000,- = Rp. 100.000,- PT. XYZ mempunyai kewajiban pemotongan PPh
Pasal 21 pada saat pembayaran gaji kepada pegawainya

Contoh : hadiah perlombaan


PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan distributor produk PT. ABC,
NPWP : 01.234.445.6-623.000. pada bulan oktober 2016. PT. ABC melakukan
penilaian terhadap seluruh distributor produknya dan PT XYZ terpilih sebagai
distributor terbaik dan menerima hadiah sebesar Rp. 20.000.000,- pada tanggal
15 Oktober 2016.

Jawaban:
Hadiah perlombaan yang diterima oleh PT. XYZ merupakan objek PPh pasal 23
sehingga PT. ABC wajib memotong PPh pasal 23 sebesar 15% x Rp.
20.000.000,- = Rp. 3.000.000,-

26
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan
Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan
yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. 
2. PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian. 
3. Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar
antara 0,25%-1,5%
4. Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa lainnya
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015. 
5. PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.
6. Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya. 

27
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan,Peraturan pelaksanaan Undang-undang Pajak


Penghasilan,antara lain peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan
dan sebagainya.
https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-perpajakan-pajak-
penghasilan_96.html. yang di akses pada tanggal 19 Juni 2019.
https://pajak.go.id/id/pph-pasal-22. yang di akses pada tanggal 19 Juni 2019.
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph%20upload.pdf. yang di
akses pada tanggal 19 Juni 2019.
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-22. yang di akses pada
tanggal 19 Juni 2019.
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-23. yang di akses pada
tanggal 19 Juni 2019.
https://www.online-pajak.com/sites/pajak/files/uploaded-files/15-pmk-010-107-
lampiran-pph-22.pdf. yang di akses pada tanggal 19 Juni 2019.
Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi 2013. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah tentang Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono. 2017. Praktikum Perpajakan (panduan
legkap teori, pembahasan kasus, dan penyusunan SPT; PPh Badan, PPh
Orang Pribadi, PPH dan PPh Potong/Pungut) Edisi-3. Jakarta : IN MEDIA.

28

Anda mungkin juga menyukai