Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
syafaat-Nya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya


baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Kuliah Perpajakan
dengan judul ‘’ PPh Pasal 23’’.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2....................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................4
2.1 Pengertian PPh Pasal 23..........................................................................4
2.2 Pemotong PPh Pasal 23 dan Saat Pemotongan PPh Pasal 23.................4
2.3 Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 23...............................................4
2.4 Objek Pemotongan PPh Pasal 23............................................................5
2.5 Pengecualian dari pemotongan PPh Pasal 23.........................................7
2.6 Tarif PPh Pasal 23...................................................................................9
2.7 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23.........................9
2.8 Cara menghitung PPh Pasal 23.............................................................10
BAB 3..................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari


ribuan pulau yang memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan
sumberdaya alam yang melimpah. Dengan perkembangan yang terjadi saat
ini mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor demi
meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai pembangunan.
Dalam melakukan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang
sangat besar, dan dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dimana
sebagian besar bersumber dari penerimaan pajak. Pajak merupakan sumber
terbesar dari peneriman negara yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin maupun pembangunan-pembangunan negara. Menurut
Mardiasmo (2018 : 3) Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran .
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima/diperoleh seseorang atau badan dalam tahun pajak. Adapun jenis
pajak penghasilan yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal
22, Pajak Penghasilan Pasal 23, Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak
Penghasilan Pasal 26, Pajak Penghasilan Pasal 29 dan Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (2).
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak atas pengahasilan yang dipotong
atas penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong pajak penghasilan pasal 21 yang telah dibayarkan disediakan untuk
dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah
atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha
Tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

1
Adapun pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 ini menggunakan
sistem withholding tax, artinya pihak ketiga diberikan kepercayaaan untuk
melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan
yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya
ke kas negara. Dalam hal ini pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan oleh
pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa
deviden, bunga, royalty, sewa, dan jasa kepada WP badan dalam negeri
dan BUT. Kepatuhan pemotong PPh Pasal 23 ini baru akan dipotong,
disetor dan dan dilaporkan apabila terdapat objek PPh Pasal 23 yang
terutang. Maka tidak setiap bulan Wajib Pajak melaporkan SPT Masa PPh
Pasal 23. maka yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai
pengertian PPh pasal 23, pemotong dan saat pemotongan PPh Pasal 23,
wajib pajak yang dipotong PPh Pasal 23, Objek Pemotongan PPh Pasal 23,
Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23, Tarif Pemotongan dan Cara
menghitung PPh Pasal 23.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian PPh pasal 23 ?


2. Siapa pemotong PPh Pasal 23 dan Kapan pemotongan PPh Pasal 23 ?
3. Siapa wajib pajak yang dipotong PPh Pasal 23 ?
4. Apa saja yang termasuk Objek Pemotongan PPh Pasal 23 ?
5. Apa saja yang dikecualikan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 ?
6. Berapa Tarif Pemotongan PPh Pasal 23 ?
7. Kapan Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ?
8. Bagaimana Cara menghitung PPh Pasal 23 ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian PPh pasal 23


2. Untuk mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23 dan Kapan saat
pemotongan PPh Pasal 23
3. Untuk mengetahui Siapa wajib pajak yang dipotong PPh Pasal 23
4. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk Objek Pemotongan PPh Pasal
23

2
5. Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan Objek Pemotongan PPh
Pasal 23
6. Untuk mengetahui Tarif Pemotongan PPh Pasal 23
7. Untuk mengetahui Kapan Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 23
8. Untuk mengetahui Cara menghitung PPh Pasal 23

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan


yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan 21.

2.2 Pemotong PPh Pasal 23 dan Saat Pemotongan PPh Pasal 23

 Undang-undang Pajak Penghasilan 2008 mengatur siapa saja yang diberi


wewenang untuk pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23. Pemotong
PPh Pasal 23 terdiri atas :
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang
ditunjuk oleh kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh
Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah
(PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
 Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dilakukan pada saat :
1. Dibayarkan
2. Tersedia Untuk Dibayarkan
3. Telah jatuh tempo pembayaran

2.3 Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 23

Wajib Pajak yang dikenakan Pemotongan adalah :

4
1. Wajib Pajak dalam Negeri yang terdiri dari :
a. Wajib Pajak Orang Pribadi
b. Wajib Pajak Badan
2. Bentuk Usaha Tetap

2.4 Objek Pemotongan PPh Pasal 23

 Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dikenakan pemotongan adalah


1. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan
banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba
ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi distribusi
keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu
bisnis. Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis:
 Dividen tunai adalah metode paling umum untuk pembagian
keuntungan. Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada
tahun pengeluarannya.
 Dividen saham cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam
bentuk saham tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi
terhadap jumlah saham yang dimiliki.
 Dividen properti dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen
dengan cara ini jarang dilakukan.
 Dividen interim dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir.
2. Bunga sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1
3. Royalti
Royalti adalah jumlah yang dibayarkan untuk penggunaan properti
seperti hak paten, hak cipta, atau sumber alam misalnya, pencipta
mendapat bayaran royalti ketika ciptaannya diproduksi dan dijual,
penulis dapat memperoleh royalti ketika buku hasi l karya tulisannya
dijual, pemilik tanah menyewakan tanahnya ke perusahaan minyak
atau perusahaan penambangan akan memperoleh royalti atas dasar
jumlah minyak yang dihasilkan dan tanah tersebut

5
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 ayat 1
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
 Jenis jasa lain yang merupakan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 :
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali
yang dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain
migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara
 jasa mixing film

6
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas,
AC atau televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang
ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau
sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan
atau bangunan, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga

2.5 Pengecualian dari pemotongan PPh Pasal 23

Ada beberapa penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang dipotong
PPh Pasal 23. Penghasilan tersebut adalah : (Pasal 23 ayat 4 UU No. 36
Tahun 2008)
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna
usaha dengan hak opsi
3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf f dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17
ayat 2c

7
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut :
 Merupakan usaha kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
 Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Yang dimaksud dengan perusahaan modal ventura adalah suatu


perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan usaha atau
berfungsi sebagai pasangan usaha yang dilakukan dalam bentuk
penyertaan modal untuk jangka waktu tertentu.

5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada


anggotanya
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan pembiayaan
yang diatur dengan peraturan menteri keuangan.
Pasal 1 PMK Nomor : 251/PMK.03/2008 Mengatur sebagai berikut :
 Atas pengahasilan sehubungan dengan jasa keuangan yang
dibayarkan atau terutang kepada badan usaha yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan, tidak dilakukan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23.
 Pengahsilan sehubungan dengan jasa keuangan adalah berupa
bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran
pinjaman atau pemberian pembiayaan termasuk yang
menggunakan pembiayaan berbasis syariah.
 Badan usaha tersebut meliputi : (a) perusahaan pembiayaan yang
merupakan badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
yang termasuk dalam dalam usaha lembaga pembiayaan dan
telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan. (b) Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah yang khusus

8
didirikan untuk memberikan saran pembiayaan bagi usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi, termasuk PT Persero.

2.6 Tarif PPh Pasal 23

Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No.


36 Tahun 2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang
c. Royalty
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh yang dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan
harta yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong PPh pasal 21
3. Dalam hal wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100% daripada tarif normal (PPh Pasal 23 Ayat 1A
UU No 36 Tahun 2008).

2.7 Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada
akhir bulan terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saar
terutangnya pajak ke bank presepsi atau kantor pos Indonesia

9
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh
Pasal 23, hal ini dimaksutkan untuk mempermudah pengawasan
terhadap pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23 tersebut. Transaksi-
transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong,
disetor dan dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23
yang pembayarannya dilakukan oleh kantor cabang misalnya sewa
kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh
kantor cabang yang bersangkutan.

2.8 Cara menghitung PPh Pasal 23

1. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Dividen

PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Dividen

2. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Penghasilan berupa Bunga

PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Bunga

3. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Penghasilan berupa Royalti

PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Royalti

4. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Penghasilan berupa Sewa

PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Sewa

5. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Hadiah Penghargaan, bonus dan


sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah Hadiah, Penghargaan atau Bonus

10
6. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
kecuali sewa yang telah dikenai pajak penghasilan dalam pasal 4 ayat
2

PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Sewa

7. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa


konsultan, jasa kontruksi dan jasa lain

PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Imbalan (tidak termasuk PPN)

 Contoh Soal
1. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
PT ABCD, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri sepatu dan beralamat di Jl. Terusan No.11, Jakarta Selatan.
PT ABCD telah memiliki NPWP 01.111.444.8-061.000. Pada
tanggal 10 Juli 2013, perusahaan membayar dividen tunai kepada
pemegang saham yang sebelumnya telah diumumkan melalui RUPS.
Berikut data yang diperlukan dalam pembayaran dividen tunai.

Pemegang NPWP % Dividen


Saham Penyertaan
Modal

PT 01.589.365.8- 26% Rp130.000.000


Perkasa 039.000

PT 01.125.735.8- 15% Rp75.000.000


Cakrawala 045.000

PT 01.156.198.8- 10% Rp50.000.000


Matahari 026.000

11
PT 01.754.125.8- 18% Rp90.000.000
Angkasa 039.000

CV Bahari 01.342.657.8- 12% Rp60.000.000


Jaya 039.000

CV Karya 01.453.198.8- 11% Rp55.000.000


Raya 039.000

PT BNI 01.354.344.8- 8% Rp40.000.000


(BUMN) 045.000

Jawab:

Dari data tabel di atas, berikut perhitungan PPh Pasal 23 yang harus
dipotong PT ABCD.

Pemegang % Dividen PPh Pasal 23 yang Dipotong


Saham Penyertaan
Modal

PT 15% Rp75.000.000 15% x Rp75.000.000 =


Cakrawala Rp11.250.000

PT 10% Rp50.000.000 15% x Rp50.000.000 =


Matahari Rp7.500.000

PT 18% Rp90.000.000 15% x Rp90.000.000 =


Angkasa Rp13.500.000

CV Bahari 12% Rp60.000.000 15% x Rp60.000.000 =


Jaya Rp9.000.000

12
CV Karya 11% Rp55.000.000 15% x Rp55.000.000 =
Raya Rp8.250.000

Jumlah Rp330.000.000 Rp49.500.000

Catatan: untuk PT Perkasa dikategorikan menjadi non-objek pajak


sebab % penyertaan modalnya lebih dari 25% dan untuk PT BNI
(BUMN) juga merupakan non-objek pajak karena merupakan badan
usaha milik negara yang menjadi pengecualian dari objek pajak

2. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Royalti

Pada 2 Agustus 2014, PT Mawar membayar royalti kepada Tuan


Zainudin sebagai penulis buku sebesar Rp50.000.000. Tuan
Zainudin telah mempunyai NPWP 01.444.888.2.987.000.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Mawar adalah: 15% x


Rp50.000.000 = Rp7.500.000

Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal


31 Agustus 2014

Saat penyetoran: paling lambat 10 September 2014

Saat pelaporan: paling lambat 20 September 2014

3. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Bunga Obligasi

Pada tanggal 3 Januari 2015, PT Sejahtera melakukan pembayaran


bunga obligasi kepada PT Damai Sentosa sebesar Rp75.000.000.
Obligasi tersebut tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Jawab:

13
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Sejahtera adalah: 15% x
Rp75.000.000 = Rp11.250.000

Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal


31 Januari 2015

Saat penyetoran: paling lambat 10 Februari 2015

Saat pelaporan: paling lambat 20 Februari 2015

4. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah & Penghargaan

Pada 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan


kepada PT Makmur sebagai juara umum lomba senam sehat sebesar
Rp150.000.000.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Abadi adalah: 15% x


Rp150.000.000 = Rp22.500.000

Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal


31 Maret 2012

Saat penyetoran: paling lambat 10 April 2012

Saat pelaporan: paling lambat 20 April 2012

5. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa

PT Irama meminta jasa dari Pak Budi untuk membuat sistem


akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar Rp80.000.000 (sudah
termasuk PPN).

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Irama adalah: 2% x


Rp80.000.000 = Rp1.600.000

6. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa

14
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata
dengan nilai sewa sebesar Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah:


2% x Rp35.000.000 = Rp700.000

7. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa

PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya


sebesar Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak
mempunyai NPWP.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah: 200% x


2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong
pajak yang telah ditentukan oleh Peraturan UU PPh Pasal 23 begitu pula
dengan tarif dan penghasilan apa saja yang tergolong dapat dipotong PPh
Pasal 23 ataupun yang Dikecualikan. Makalh in juga menunjukkan kapan
saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh Pasal 23 yang telah
ditentukan oleh UU.

16

Anda mungkin juga menyukai