Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Perhitungan PPh Pasal 23/26


Dosen Pengampu:

Dr. Nella Safelia S.E.,M.Si

Oleh:

1. NADIA PUTRI C1C021194


2. DESIANA RAHMAWATI C1C021204
3. SHERLY SARLINA C1C021209
4. SHERLY WAHYUNA C1C021222

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Jambi
2022
Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan Ridho-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya ibu Dr. Nella Safelia S.E.,M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah perpajakan 2. Sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH
PERPAJAKAN 2 PERHITUNGAN PPH PASAL 23/26. Makalah ini penulis susun
berdasarkan pengetahuan yang penulis peroleh dari buku Perpajakan dan media internet dengan
harapan orang yang membaca dapat memahami tentang isi makalah ini.
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah perhitungan PPh
Pasal 23/26 ini jauh dari kata sempurna, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari
materi penelitian yang disajikan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki makalah
ini agar menjadi lebih baik kedepannya.
Terakhir semoga dengan segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, karya tulis
ini dapat bermanfaat untuk semua orang guna mengetahui lebih jauh tentang perhitungan PPh
Pasal 23/26. Demikian laporan ini penulis susun dalam waktu yang telah di rencanakan. Kritik
dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penyusunan laporan
selanjutnya dapat lebih baik.

Jambi, 05 September 2022

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................2
2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 .......................................................................................2
2.2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 .......................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................12
3.2 Saran ...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13

iii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan
usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

Pajak Penghasilan Pasal 23 mengatur mengenai pajak yang dipotong oleh pemungut
pajak dari Wajib Pajak atas penghasilan yang diperoleh dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pajak penghasilan pasal 26 (PPh pasal 26) adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia, selain Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia. Pajak Penghasilan pasal 26 (PPh Pasal 26) ini mengatur kebijakan mengenai
pajak yang berhubungan dengan wajib pajak luar negeri. Badan usaha apapun di Indonesia yang
melakukan transaksi pembayaran (gaji, bunga, dividen, royalti, dan lain sejenisnya) kepada
wajib pajak luar negeri diwajibkan untuk membayar PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 23?


2. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 26?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan dan menjabarkan perhitungan PPh Pasal 23


2. Mendeskripsikan dan menjabarkan perhitungan PPh Pasal 26

1
Bab II
Pembahasan

2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

Pajak penghasilan pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Badan Usaha Tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan. Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.

Pemotong PPh Pasal 23

1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23, yaitu:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali
Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut adalah camat, pengacara dan konsultanyang
melakukan pekerjan bebas; atau
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.

Penerima Penghasilan Yang Dikenai (Subjek) PPh Pasal 23

Berikut ini termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 (selanjutnya disebut
Wajib Pajak PPh Pasal 23).

1. Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan).


2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Penghasilan Yang Dikenakan (Objek) PPh Pasal 23

Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 (selanjutnya disebut Objek PPh Pasal 23) sesuai
dengan Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2008, yaitu:
2
1. Dividen
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada orang pribadi
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 UU PPh.

Jenis jasa lain yang dikenakan PPh Pasal 23 (sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
141/PMK.03/2015), meliputi:

1. jasa penilai (appraisal)


2. jasa aktuaris
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
4. jasa hukum
5. jasa arsitektur
6. jasa perancang kota dan arsitektur lanskap (landscape)
7. jasa perancang (design)
8. jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan migas, kecuali yang dilakukan oleh
BUT
9. jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan
penambangan migas
10. jasa penambangan dan jasa penunjang selai di bidang usaha panas bumi dan
penambangan migas
11. jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
12. jasa penebangan hutan
13. jasa pengolahan limbah
14. jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)
15. jasa perantara dan/atau keagenan
16. jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek,
KSEI, dan KPEI
17. jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan olehh KSEI
18. jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
19. jasa mixing film
20. jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamflet,
baliho, dan folder

3
21. jasa sehubungan dengan software dan hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan
22. jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website
23. jasa Internet termasuk sambungannya
24. jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data informasi, dan/atau program
25. jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan memiliki izin dan/atau sertifi kasi sebagai pengusaha konstruksi
26. jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV
kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan memiliki izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
27. jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut, dan udara
28. jasa maklon
29. jasa penyelidikan dan keamanan
30. jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
31. jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media media lain untuk penyampaian
informasi, dan/atau jasa periklanan; massa, media luar ruang, atau
32. jasa pembasmian hama
33. jasa kebersihan atau cleaning service
34. jasa sedot septic tank
35. jasa pemeliharaan kolam
36. jasa katering atau tata boga
37. jasa freight forwarding
38. jasa logistik
39. jasa pengurusan dokumen
40. jasa pengepakan
41. jasa loading dan unloading
42. jasa laboratorium dan/atau dilakukan oleh lembaga atau rangka penelitian akademis
43. jasa pengelolaan parkir
44. jasa penyondiran tanah
45. jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan
46. jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit
47. jasa pemeliharaan tanaman
48. jasa pemanenan
49. jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau perhutanan
50. jasa dekorasi
51. jasa pencetakan/penerbitan
52. jasa penerjemahan

4
53. jasa pengangkutan/ekspedisi, kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang
Pajak Penghasilan
54. jasa pelayanan kepelabuhanan
55. jasa pengangkutan melalui jalur pipa
56. jasa pengelolaan penitipan anak
57. jasa pelatihan dan/atau kursus
58. jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM
59. jasa sertifikasi
60. jasa survei
61. jasa tester, dan
62. jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pemotongan PPh Pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 (bukan Objek PPh
Pasal 23) sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu:

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan sewa guna usaha dengan hak opsi;

3. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:

 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;


 bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
 sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
 penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan. Badan usaha yang dimaksud
adalah perusahaan pembiayaan yang telah mendapat izin Menteri Keuangan;
BUMN/BUMD yang khusus memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi (UMKM) termasuk perseroan terbatas (PT) Permodalan
Nasional Madani. Penghasilan yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas
penyaluran pinjaman/pembiayaan termasuk pembiayaan syariah.

5
Menghitung PPh Pasal 23

Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan PPh Pasal 23


Pajak
1.Dividen 15% Jumlah bruto 15% x jumlah bruto
2. Bunga
3. Royalti
4. Hadiah, bonus, dan
penghargaan lain,
yang tidak dipotong
PPh Pasal 21
5. Sewa 2% Jumlah bruto 2% x jumlah bruto
6.Imbalan jasa
(teknik, manajemen,
konstruksi, konsultan,
jasa lain) yang tidak
dipotong PPh Pasal 21

Contoh:

CV Andi merupakan salah satu pemegang saham PT Angkasa. Pada bulan Maret 2019 PT
Angkasa membagi dividen tunai Rp1.000 per lembar. CV Andi memiliki saham pada PT
Angkasa sebanyak 5.000 lembar.

PPh Pasal 23 dihitung sebagai berikut.

Dasar pengenaan pajak = jumlah bruto dividen = Rp1.000 x 5.000 = Rp5.000.000

PPh Pasal 23= 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000

PPh Atas Hadiah

Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut.

a. Hadiah penghargaan yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha
Tetap dikenakan tarif 20% (dua puluh persen) bersifat final.
b. Hadiah undian dikenakan tarif 25% bersifat final
c. Hadiah penghargaan yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dikenakan tarif Pasal 17
UU PPh sesuai ketentuan PPh Pasal 21
d. Hadiah penghargaan yang diterima Wajib Pajak badan dikenakan tarif 15% (lima belas
persen) PPh Pasal 23.

6
2.2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Dua sistem pengenaan
pajak tersebut adalah:

 pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia;
 pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan
yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap.

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:

1. Badan pemerintah
2. Subjek Pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib
Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 26

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 (Objek PPh Pasal 26)
adalah:

a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang: harta;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h. keuntungan karena pembebasan utang.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 26

7
Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26
atau sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antarnegara atau tax treaty.

Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Tarif 20% dari penghasilan bruto;


2. Tarif 20% dari penghasilan neto;
3. Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan.

Penghitungan PPh Pasal 26

1. PPh Pasal 26 = 20% Penghasilan Bruto

Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk:

a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007, pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen
yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang
lebih rendah menurut Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku dalam hal terdapat penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ atau di daerah-daerah tertentu.

Contoh:

PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak-anak. Pada bulan Maret 2016, perusahaan
membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000 kepada Akira Toriyama sebagai pengarang buku
cerita anak-anak DRAGON BALL Akira Toriyama adalah Wajib Pajak luar negeri. PPh Pasal 26
yang dipotong oleh PT Perdana adalah:

20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000

2. PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan Neto

Penghasilan Neto = Perkiraan Penghasilan Neto X Penghasilan Bruto

Penghitungan tersebut diterapkan untuk:

a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia


b. premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

8
Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut:

Untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri. baik secara
langsung maupun melalui plalang, besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50% (lima puluh
persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto) sehingga:

PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto

20% x (50% x Penghasilan bruto)

10% x Penghasilan bruto

10% x Jumlah premi yang dibayar

Untuk premi yang dibayar perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto) sehingga:

PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto

20% x (10% Penghasilan bruto)

2% x Penghasilan bruto.

2% x Jumlah premi yang dibayar

Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adalah 5%
(lima persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto) sehingga:

PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto

20% x (5% Penghasilan bruto)

1% x Penghasilan bruto

1% x Jumlah premi yang dibayar

Contoh:

PT Ananda merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun 2016, perusahaan
mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri Building Life Inc.
Premi yang dibayar oleh PT Ananda kepada Building Life Inc. sebesar Rp1.000.000.000.

PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT Ananda adalah:

20% x 50% x Rp1.000.000.000 = Rp100.000.000

9
3. PPh Pasal 26 = 20% x (Penghasilan Kena Pajak - PPh Terutang)

Penghitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di Indonesia yang penghasilan atau
bagian labanya tidak ditanamkan kembali di Indonesia. Jika penghasilan setelah dikurangi pajak
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas penghasilan tersebut tidak dipotong PPh Pasal 26.

Contoh:

Suatu bentuk usaha tetap di Indonesia memperoleh Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp17.500.000.000.PPh Pasal 26 dihitung sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak Rp17.500.000.000

PPh terutang: 25% x Rp17.500.000.000 Rp 4.375.000.000 (-)

Penghasilan setelah dikurangi pajak Rp13.125.000.000

PPh Pasal 26 yang terutang:

20% x Rp13.125.000.000 Rp 2.625.000.000

Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas
penghasilan sebesar Rp13.125.000 tidak dipotong PPh Pasal 26.

Sifat Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 26

Pada prinsipnya, pemotongan pajak atas penghasilan Wajib Pajak luar negeri adalah bersifat
final, tetapi atas penghasilan berikut ini pemotongan pajaknya tidak besifat final sehingga
potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan. Berikut ini penghasilan penghasilan yang dimaksud (pemotongannya tidak bersifat
final).

a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa
di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b. Penghasilan berupa dividen; bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang: royalti, sewa, dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta; imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan; hadiah dan penghargaan: pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
penghasilan dari penjualan harta di Indonesia; premi asuransi dan reasuransi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri; penghasilan Kena Pajak sesudah
dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, kecuali jika penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan
yang memberikan penghasilan tersebut.

10
c. Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Penyetoran Dan Pelaporan Pph Pasal 26

Penghasilan berikut ini terutang Pajak Penghasilan Pasal 26 pada akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

a. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga termasuk premium,
diskonto, premi swap, imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalti,
sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; penghasilan
sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; hadiah dan penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun: pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
b. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.
c. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Ketentuan Yang Berkaitan Dengan Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 26 Adalah:

a. Pajak Penghasilan Pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat-lambatnya


tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
b. Pemotong PPh Pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
c. Pemotong PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal 26 kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong
d. Pemotongan PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa Penghasilan Kena Pajak sesudah
dikurangi pajak dari semua bentuk usaha tetap di Indonesia, terutang dan harus dibayar
lunas selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak
atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan.
Namun, apabila bentuk usaha tetap tersebut meminta perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan, pemotongan PPh Pasal 26 didasarkan pada penghitungan
sementara, terutang dan harus dibayar lunas pada saat surat permohonan perpanjangan
disampaikan, tetapi tidak melampaui tanggal dua puluh lima bulan ketiga setelah tahun
pajak atau bagian tahun pajak berakhir.

11
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa,
atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. PPh Pasal 26 adalah
pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia
selain Bentuk Usaha Tetap ( BUT ) dari badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri. Perbedaan Pajak Penghasilan
Pasal 23 dan 26 adalah PPh 23 digunakan untuk memotong pajak penghasilan dari objek PPh 23
yang dikenakan pada subjek wajib pajak dalam negeri. Sedangkan PPh 26 digunakan untuk
memotong pajak penghasilan dari objek PPh 26 yang dikenakan pada subjek atau wajib pajak
luar negeri/warga negara asing (WNA) selain BUT.

3.2 Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

Penulis harap, teman teman selalu mempelajari ilmu-ilmu Akuntansi dan Perpajakan dengan baik
dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari hari serta dunia kerja maupun di lingkungan
masyarakat agar kita selalu bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan agama.

12
Daftar Pustaka

Resmi, S. (2017). Perpajakan Teori Dan Kasus. Salemba Empat: Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai