Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perpajakan
Dosen Pengampu :
Hj. Khristina Sri Prihatin S.E., M.S.I

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Nur Azizah (3202221029)


Hana Yulianti (3202221037)
Siti Muftikhah (3202221008)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS BANTEN JAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah pajak penghasilan pasal 26 tepat waktu. Makalah
pajak penghasilan pasal 26 ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perpajakan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah mini riset ini. Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi, khususnya ibu
Hj. Khristina Sri Prihatin selaku Dosen mata kuliah Perpajakan.
Namun terlepas dari itu semua, kami menyadari masih banyaknya kekurangan baik
dari bahasa ataupun dari susunan kalimat. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik,
agar kami dapat memperbaiki proposal yang kami buat.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga proposal
penelitian ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................................................1
1.3 Rumusan masalah......................................................................................................................1
1.4 Tujuan makalah.........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Bimbingan Dan konseling....................................................................................2
2.2 Tujuan Bimbingan dan konseling...............................................................................................2
2.3 Fungsi bimbingan dan konseling............................................................................................3
2.4 Bentuk Layanan Kegiatan bimbingan dan konseling..................................................................3
BAB III....................................................................................................................................................5
METODE PENELITIAN.............................................................................................................................5
3.1 metode penelitian kualitatif......................................................................................................5
3.2 subjek penelitian........................................................................................................................5
3.3 Teknik pengambilan Data......................................................................................................5
3.4 Tema yang di ungkap.............................................................................................................5
3.5 Tenik Pengumpulan Data.......................................................................................................5
3.6 Keabsahan Data.....................................................................................................................6
BAB IV....................................................................................................................................................7
HASIL PENELITIAN..................................................................................................................................7
BAB V...................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
5.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
LAMPIRAN...........................................................................................................................................12
DOKUMENTASI WAWANCARA........................................................................................................12
KUISIONER.......................................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perpajakan di indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem
tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendirir besarnya pajak
yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (pph) terhutang
dilakukan oleh Wajib pajak sendiri dalam SPT tahunan pajak penghasilan.
Pajak merupakan sumber penerimaan Negrara yang digunakan untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat, dan
sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapat tujuan Negara.
Pph pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
wajib pajak luar negeri dari indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) di indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 26
2.2 Objek Pajak Penghasilan Pasal 26
2.3 Tarif Pajak dan Penerapannya Pasal 26
2.4 Contoh Perhitungan Pph Pasal 26
2.5 Sifat Pemotonan Pph Pasal 26
1.3 Tujuan makalah
1. Mengetahui pengertian pajak penghaasilan pasal 26
2. Menambah wawasan kepada pembaca tentang pemotong Pph Pasal 26 serta
penghasilan yang dipotong Pph Pasal 26
3. Menambah pengetahuan kepada pembaca tentang Tarif dan Perhitungan Pph pasal
26
4. Menambah wawasan kepada pembaca tentang sifat Pemotongan/Pemungutan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pph pasal 26.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.1Wajib Pajak PPH Pasal 26


Pph pasal 26 adalah Pajak penghasilan yang di potong dari badan usaha apapun di
Indonesia yang melalukan transaksi pembayaran (gaji, bunga, dividen, royalty, dan
sejenisnya) kepada wajib pajak luar negeri.
Pajak penghasilan atau PPh ialah pajak yang dikenakan terhadap tiap tambahan nilai
kemampuan ekonomis yang diterima oleh WP, Taxmates. Baik itu yang didapat dari
dalam maupun yang dari luar negeri, yang dapat menambah kekayaan tiap Wajib Pajak
(WP). Wajib Pajak bisa perorangan atau suatu badan usaha. Badan Usaha juga wajib
memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan dikenakan PPh atas pengelolaan dan
penguasaannya atas barang dan jasa. Beberapa Badan Usaha itu seperti bentuk badan
hukum Perusahaan Terbatas (PT), atau Perusahaan Firma (Fa), atau Perseroan
Komanditer (CV) dan lain sebagainya.
A.2Objek Pajak Penghasilan Pasal 26
Ada beberapa perbedaan yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 26 :
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang
i. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang
diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
j. Pengalihan dari penjualan atau pengalihan saham
k. Penghasilan berupa premi asuransi
A.3 Tarif Pajak dan Penerapannya Pasal 26
` A. Tarif yang dikenakan sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) antar negara (tax treaty), yaitu sebesar 20% untuk setiap pengenaan jenis PPh
Pasal 26. Ketentuan dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut:
a. Tarif 20% dari penghasilan bruto.
b. Tarif 20% dari penghasilan neto.
c. Tarif 20% dari penghasilan setelah pajak (penghasilan kena pajak dikurangi
dengan PPh).
B. Bagaimana pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pph Pasal 26?
PPh Pasal 26 dipotong pada akhir bulan pada saat dilakukannya pembayaran
penghasilan, disediakan untuk dibayarkan penghasilan, atau jatuh temponya

2
pembayaran penghasilan bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu.

A.4Contoh Perhitungan Pph pasal 26


1. Tarif 20% dari penghasilan bruto
Perhitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam
bentuk :
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan
pengambilan utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Sesusai peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2007, pengenaan Pajak Penghasilan atas
dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10%, atau tarif
yang lebih rendah menurut Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku dalam hal
terdapat penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah
tertentu.
Contoh 1 :
Perhitungan pph pasal 26
1. Pph pasal 26 = 20% x penghasilan bruto

PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak-anak. Pada bulan Maret 2016,
perusahaan membayarkan royalti sebesar Rp. 100.000.000 kepada Akira Toriyama
sebagai pengarang buku cerita anak-anak DRAGON BALL. Alkira Toriyama adalah
wajib pajak luar negeri. Pph pasal 26 yang dipotong oleh PT perdana adalah :
20% x Rp. 100.000.000 = Rp. 20.000.000
2. Tarif 20% dari penghasilan neto

Perhitungan tersebut diterapkan untuk :


a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
b. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada peusahaan asuransi luar
negeri.
Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut :
 Untuk premi yang dibayarkan tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar
negeri, baik secara langsung maupunmelalui pialang, besarnya perkiraan
penghasilan neto adalah 50% dari jumlah premi yang dibayarka (penghasilan
bruto) sehingga :

3
Pph pasal 26 = 20% x penghasilan neto
= 20% x (50% x penghasilan bruto)
= 10% x penghasilan bruto
= 10% x jumlah premi yang dibayarkan
Contoh 2 :
PT Ananda merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun 2016,
perusahaan mengasuransikan banunan bertingkat ke perusahaan asuransi di luar
negeri Buiilding Life Inc. Premi yang dibayar oleh PT Ananda kepada Building Life
Inc sebesar Rp. 1.000.000.000
Pph pasal 26 yang dipotong oleh PT Ananda adalah :
20% x 50% x Rp. 1.000.000.000 = Rp. 100.000.000
3. Tarif 20% dari penghasilan setelah pajak
Pph pasal 26 = 20% x (penghasilan kena pajak – Pph terutang)

Perhitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di Indonesia yang


penghasilan atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali ke Indonesia. Jika
penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas
penghasilan tersebut tidak dipotong pph pasal 26.
Contoh 3 :

Suatu bentuk usaha tetap di Indonesia memperoleh penghasilan kena pajak sebesar
Rp. 17.500.000.000
Pph pasal 26 dihitung sebagai berikut :
Penghasilan kena pajak Rp. 17.500.000.000
Pph terutang : 25% x Rp. 17.500.000.000 Rp. 4. 375.000.000 (-)
Penghasilan setelah dikurangi pajak Rp. 13.125.000.000
Pph pasal 26 yang terutang :
20% x Rp. 13.125.000.000 Rp. 2.625.000.000

Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia


atas penghasilan sebesar Rp. 13.125.000.000 tidak dipotong pph pasal 26.
A.5Sifat Pemotongan
Sifat pemotongan pph pasal 26
Pada prinsipnya pemotongan pajak atas penghasilan wajib pajak luar negeri adalah
bersifat final tetapi atas penghasilan berikut ini pemotongannya tidak bersifat final
sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan. Berikut ini penghasilan-penghasilan yang dimaksud (pemotongannya
tidak bersifat final)
a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian
jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh
bentuk usaha tetap di indoesia.
b. Penghasilan berupa deviden;bunga, termasuk premium, diskontopremi swap dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengambilan uang royalti, sewa, dan

4
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; imbalan sehubungan dengan
jasa pekerjaan, dan kegiatan; penghasilan dari penjualan harta di indonesia.
c. Penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : Menurut UU No.36 Tahun
2008, PPh pasal 26 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima wajib oajak luar negeri dari Indonesia selain benuk usaha tetap (BUT) di
indonesia.
Undang-undang No.36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Dua
sistem pengenaan pajak tersebut :
 Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia,
 Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 26 dapat memberikan
wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan tentang Pajak Penghasila Pasal 26 tersebut dan bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan saran dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai