Anda di halaman 1dari 15

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 24

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Perpajakan

Dosen Pengampu : Irsad Andriyanto, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 4/A3MBR

1. Lutfiah Safitri (2250210017)

2. Muhammad Hidayat (2250210024)

3. Muhammad Ari Dwi Himawan (2250210026)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua, dan sholawat serta salam kita haturkan untuk junjungan Nabi
agung Nabi Muhammad SAW. Kami sebagai penulis senantiasa berusaha agar makalah yang
kami buat ini memiliki arti penting, manfaat dan sesuai dengan materi yang telah diberikan.

Kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, dengan judul makalah “
PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 24”. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Irsad Andriyanto, S.E., M.Si. selaku dosen mata
kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas dan ilmu kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian
makalah ini.

Akan tetapi, dalam penulisan makalah ini, kami banyak mengalami kendala karena
terbatasnya pengetahuan kami pada bidang yang sedang kami bahas. Makalah yang kami susun
masih jauh dari kata sempurna,. Oleh karena itu, dengan adanya keterbatasan kemampuan kami,
maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar makalah
yang kami buat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 30 September 2023

Penyusun

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan Penelitian.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24........................................................................................6
Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 24............................................................................6
Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24.............................................................................7
Penggabungan Penghasilan yang Berasal dari Luar Negeri........................................................8
Besar Kredit Pajak Luar Negeri yang Boleh Dikreditkan............................................................9
Mekanisme Pengkreditan PPh Yang Dibayar di Luar Negeri.....................................................9
Contoh Soal PPh pasal 24..........................................................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
Kesimpulan............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai ssuatu kewajiban warga negara berupa
pengabdian serta peran aktif warga negara berupa pengabdian serta peran aktif warga
negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan negara dalam
pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung yang pelaksanaannya
diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara
dalam pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung yang
pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan kesejahteraan
bangsa dan negara. Dengan demikian berkembangnya kondisi usaha bisnis baik ditingkat
nasional maupun internasional, maka penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam
negri juga meningkat.
Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dipungut diluar negeri atas
penghasilan wajib pajak luar negeri . pajak yang dibayar diluar negeri atas penghasilan
luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri ( WPDN ) boleh dikreditkan dengan
pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar
negeri tersebut tapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
UU no 10 Tahun 1994. Untuk itu harus dicari balas maksimum kredit pajak luar negeri
(KPLN)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 24
2. Siapa subjek dan objek pajak penghasilan pasal 24
3. Bagaimana penentuan sumber penghasilan PPh pasal 24
4. Bagaimana penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri
5. Berapa besar kredit pajak luar negeri yang boleh dikreditkan
6. Bagaimana mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri
7. Bagaimana Contoh PPh Pasal 24

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian dari pajak penghasilan pasal 24

5
2. Mengetahui subjek dan objek pajak penghasilan pasal 24
3. Mengetahui penentuan sumber penghasilan PPh pasal 24
4. Mengetahui penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri
5. Mengetahui besar kredit pajak luar negeri yang boleh dikreditkan
6. Mengetahui mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri
7. Mengetauhi contoh PPh Pasal 24

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan
perubahan terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24 ayat (1), PPh pasal 24 adalah pajak yang dibayarkan atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-
Undang ini dalam tahun pajak yang sama.1
Pajak penghasilan Pasal 24 adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang
atas seluruh Penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Besarnya kredit pajak adalah sebesar
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008.2
Pajak penghasilan pasal 24 atau kredit pajak luar negeri, merupakan perhitungan berapa
besar jumlah pajak yang sudah dibayar atas penghasilan diluar negeri dan pajak tersebut
dapat dikreditkan atau dikurangkan dari penghasilan yang ada didalam negeri sehingga
menghindari pengenaan pajak berganda.
Jika berdasarkan aturannya, PPh Pasal 24 diartikan sebagai peraturan yang mengatur hak
Wajib Pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai
pajak terutang yang dimiliki di Indonesia.

2. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 24


Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subjek yang
termasuk dalam Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah wajib pajak dalam negeri yang dikenakan
pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar

1
Undang-undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1983Tentang Pajak Penghasilan.

2
Rismawati Sudirman dkk “Perpajakan pendekatan teori dan praktek “ Malang,Empatdua Media,2016.hal 219

7
negeri. Sedangkan objek PPh Pasal 24 ditujukan terhadap penghasilan yang bersumber dari
luar negeri.3
3. Penentuan Sumber Penghasilan PPh Pasal 24
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan
ditentukan sebagai berikut :
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan,
2. Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
bergerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah Negara tempat bentuk usah tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6. Penghasilan dan pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
Negara tempat lokasi penambangan berada.
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah Negara tempat harta tetap itu
berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap itu berada.
Apabila pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsuang dikenakan
atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak.4 Misalnya A sebagai wajib pajak dalam negeri
memiliki rumah di singapura dan dalam tahun 2008 rumah tersebut dijual. Keuntungan dari

3
https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-24-definisi-subjek-objek-hingga-perhitungan/
44
Rismawati Sudirman dkk “Perpajakan pendekatan teori dan praktek “ Malang,Empatdua Media,2016.hal..220

8
penjualan rumah tersebut merupakan penghasila yang bersumber di singapura karena rumah
tersebut terletak di singapura.

4. Penggabungan Penghasilan yang Berasal dari Luar Negeri


Penggabungan penghasilan dari luar negri dilakukan sebagai berikut:

a. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya


penghasilan tersebut (accrual basis).
b. Penggabungan penghasilan lainnya, seperti penghasilan bunga, sewa, dan lainnya
dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis).
c. Penggabungan penghasilan berupa deviden (Pasal 18 Ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam
tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
d. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak di Indonesia.
Jadi, Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan
seluruh penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh Wajib Pajak, baik penghasilan tersebut
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam menghitung Pajak Penghasilan, maka
seluruh penghasilan tersebut digabungkan dalam tahun pajak di peroleh atau diterimanya
penghasilan, atau dalam tahun pajak.

Contoh :
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri pada
tahun 2016 sebagai berikut :
1. Hasil usaha di negara Jerman dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp 700.000.00,00
2. Di negara Belanda memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Corp”
sebesar Rp 1.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012 yang ditetapkan
RUPS tahun 2014, dan baru dibayarkan tahun 2018.
3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebayak 75% di “DEF
Corp” sebesar Rp 2.000.000.000,00. Saham tersebut tak diperdagangkan di bursa efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2017 yang berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2018.

9
4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2018 sebesar Rp500.000.000,00 dari
Bangkok Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April
2019.
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri
dari dalam negeri dalam Tahun Pajak 2018 adalah penghasilan pada angka 1, 2, dan 3.
Sementara itu, penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari
dalam negeri dalam Tahun Pajak 2019.5
5. Besar Kredit Pajak Luar Negeri yang Boleh Dikreditkan
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3unsur/pertimbangan sebagai
berikut:
1) Jumlah pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri
2) (Penghasilan LN : Seluruh PKP) x PPh atas seluruh yang dikenakan tariff pasal 17;
atau
3) Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh PKP(dalam hal PKP adalah lebih kecil dari
penghasilan LN).
Catatan:
1) Jika Pajak Penghasilan 1 Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata
dikembalikan maka jumlah pajak yang terutang menurut undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.
2) Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara maka jumlah maksimum
KPLN dihitung untuk masing-masing negara.
3) Untuk kerugian yang diderita diluar negeri tidak diperhitungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-tahun berikutrnya
dapat dikompensasikan dengan kerugiaan tersebut.
4) Dalam hal pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yang
diperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat:1) Diminta Kembali;
2) Di Kompensasikan; dan/atau Sebagai Pengurang Penghasilan.6

6. Mekanisme Pengkreditan PPh Yang Dibayar di Luar Negeri


Menurut Keputusan Menteri Keuangan (164/KMK.03/2002) :

5
Prof. Dr. Mardiasmo.”Perpajakan Edisi 2019”Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.2019.hal :306
6
Rismawati Sudirman dkk “Perpajakan pendekatan teori dan praktek “ Malang,Empatdua Media,2016. Hal 222

10
1. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dapat dikreditkan dengan
Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia.
2. Pengkreditan PPh yang dibayar di Luar Negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun
pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia.
3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih
rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung
menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh Penghasilan Kena
Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak
dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari LN lebih besar dari
jumlah Penghasilan Kena Pajak).
4. Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan
PPh Pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara.
5. Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 ) dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri
(Pasal 8 ayat (1 dan 4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ) tidak dapat digabungkan
dengan penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari Dalam Negeri maupun dari Luar
Negeri.
6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24
yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi.
7. Untuk melaksanakan prengkreditan PPh Luar Negeri, wajib pajak wajib
menyampaikan permohonan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh,
dilampiri dengan:
i. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
ii. Foto kopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
iii. Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.
8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran di atas, karena alasan-alasan di luar kekuasaan wajib
pajak.

11
9. Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib
pajak harus melakukan pembetulan SPT Tahunan yang bersangkutan dengan
melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut.
10. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang dibayar, maka
atas kekurangan bayar tersebut tidak dikenakan sanksi bunga.
11. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas
kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan
utang pajak lainnya.7
7. Contoh Soal PPh pasal 24
PT Butut Nusa Gendis di Pamulang memperoleh penghasilan neto dalam Tahun 2009 sebagai
berikut:

a. di negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar


40% (Rp 400.000.000)
b. di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar
25% (Rp 750.000.000)
c. di negara Z, menderita kerugian Rp 2.500.000.000
d. penghasilan usaha di dalam negeri Rp 4.000.000.000 Penghasilan luar negeri :
1. Laba di Negara X Rp. 1.000.000.000
2. Laba di Negara Y Rp. 3.000.000.000
3. Laba di Negara Z Rp. NIHIL
4. Jumlah penghasilan dalam negeri Rp. 4.000.000.000 (+) Total Penghasilan Rp.
8.000.000.000 PPh terhutang (tarif pasal 17 yang berlaku 1 januari 2009 28% dan 2010
25%)= 28 % x total penghasilan = Rp. 2.240.000.000 Batas maksimum untuk masing
masing Negara adalah:
e. Untuk Negara X =Rp. 1.000.000.000 x Rp. 2.240.000.000 = Rp. 280.000.000RP.
8.000.000.000
Pajak yang terhutang diluar negeri sebesar Rp. 400.000.000 lebih besar dari batas
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit yang dapat di
perkenankan hanya Rp. 280.000.000

f. Untuk Negara Y =Rp. 3.000.000.000 x Rp. 2.240.000.000 = Rp. 840.000.000Rp.


8.000.000.000
Pajak yang terhutang diluar negeri sebesar Rp. 750.000.000 lebih kecil dari batas maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit yang dapat di perkenankan adalah
Rp. 750.000.000

7
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-24.html
12
g. Untuk Negara Z mengalami kerugian sebesar RP. 250.000.000 (TIDAK DAPAT
DIKOMPENSASIKAN)
Jumlah kredit pajak yang diperkenankan adalah: Rp. 280.000.000 + Rp. 750.000.000 =
Rp. 1.030.000.0008

8
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-24.html

13
BAB III

PENUTUP
1) Kesimpulan
1. Pajak penghasilan Pasal 24 adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh Penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Besarnya kredit pajak
adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak
boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang No.36
Tahun 2008.
2. Subjek yang termasuk dalam Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah wajib pajak dalam
negeri yang dikenakan pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari luar negeri. Sedangkan objek PPh Pasal 24 ditujukan
terhadap penghasilan yang bersumber dari luar negeri.
3. Apabila pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di Luar Negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsuang
dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak
4. Jadi, Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung
berdasarkan seluruh penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh Wajib Pajak, baik
penghasilan tersebut berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam
menghitung Pajak Penghasilan, maka seluruh penghasilan tersebut digabungkan dalam
tahun pajak di peroleh atau diterimanya penghasilan, atau dalam tahun pajak.
5. Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3unsur/pertimbangan
sebagai berikut:
4) Jumlah pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri
5) (Penghasilan LN : Seluruh PKP) x PPh atas seluruh yang dikenakan tariff pasal 17;
atau
6) Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh PKP(dalam hal PKP adalah lebih kecil dari
penghasilan LN).

14
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas


Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983Tentang Pajak Penghasilan.
Sudirman Rismawati , Antong Amiruddin,2016.“Perpajakan pendekatan teori dan praktek “
Malang, Empatdua Media.
https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-24-definisi-subjek-objek-hingga-perhitungan/
(Diakses pada tanggal 29 September 2023 )
Prof. Dr. Mardiasmo,2019.”Perpajakan Edisi 2019”Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-24.html
(Diakses Pada tanggal 30 September 2023)

15

Anda mungkin juga menyukai