MAKALAH
Oleh:
Kelompok V/PBS D
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayat Allah SWT., kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24” untuk
memenuhi matakuliah Perpajakan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengangkis kita dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Semoga makalah ini bisa dengan mudah dimengerti dan dapat dipahami
maknanya. Kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta apabila terdapat kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca
sekalian.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap uang
pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari
sektor pajak. Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk
kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah
untuk mendanai pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun
fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan
produktif lain. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan
berdasarkan undang- undang.1
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang
Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Undang-undang
Pajak Penghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga
negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajib- an
kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.2
Dalam pemungutan pajak di Indonesia, pemungutan pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri berdasarkan atas asas domisili, yaitu terutang atas seluruh
penghasilan yang diterima atau diperoleh, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri (world wide income). Jika Wajib Pajak menerima penghasilan dari
negara lain maka Wajib Pajak yang bersangkutan akan membayar pajaknya di
negara yang bersangkutan. Apabila seorang Wajib Pajak dalam negeri
memiliki luar negerinya akan dikenakan pajak berganda. Hal ini terjadi
karena Wajib Pajak yang bersangkutan dianggap sebagai Wajib Pajak dalam
negeri sehingga terkena pajak atas segala penghasilan, baik dari dalam
1
Elfina Okto Posmaida Damanik dan Eva Sriwiyanti, Perpajakan (Solok: Insan Cendekia
Mandiri, 2020), hlm. 1.
2 Gustian Djuand dan Irwansyah Lubis, Pelaporan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT Gramedia
maupun luar negeri. Dari sisi luar negeri, Wajib Pajak yang bersangkutan
pemungutannya berdasarkan asas sumber, yaitu Wajib Pajak akan dikenakan
pajak atas penghasilan yang bersumber dari wilayah negara yang
bersangkutan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban pajak berganda
yang dapat terjadi atas penghasilan yang diperoleh di luar negeri, dibuat
peraturan yang memperbolehkan pengurangan (kredit pajak) atas pajak yang
dibayarkan di luar negeri terhadap pajak penghasilan terutang. Pengkreditan
atau pengurangan pajak luar negeri ini biasa disebut sebagi PPh pasal 24. PPh
Pasal 24 biasa disebut sebagai Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN). 3
Dari uraian di atas, kami melihat betapa pentingnya pengetahuan
tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24 ini untuk dipelajari, oleh karenanya
kami disini akan menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 24.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa defini Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24?
2. Siapa saja Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24?
3. Bagaimana ketentuan sumber penghasilan dalam menghitung batas
kredit pajak luar negeri?
4. Bagaimana penggabungan penghasilan luar negeri?
5. Bagaimana prinsip-prinsip pengkreditan pajak luar negeri?
6. Apa saja persyaratan pengkreditan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24?
7. Bagaiman contoh perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24.
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui defini Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24.
2. Mengetahui Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24.
3. Mengetahui ketentuan sumber penghasilan dalam menghitung batas
kredit pajak luar negeri.
3Supramono dan Theresia Woro Darmayanti, Perpajakan Indonesia (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2010), hlm. 91.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24
PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang dapat
diperhitungkan atas pemotongan pajak/pajak yang dibayar/pajak yang terutang
di luar negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh:
1. Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari
luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri
boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang-
undang ini dalam tahun pa- jak yang sama.,
2. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sejumlah
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi
tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
undang-undang ini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan dengan perubahan terakhir Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24 ayat (1)
menyebutkan pengertian PPh pasal 24 adalah pajak yang dibayarkan atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dalam negeri yang boleh dikreditkan dengan pajak yang
terutang berdasarkan undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama. Pajak
penghasilan pasal 24 atau kredit pajak luar negeri, merupakan perhitungan
berapa besar jumlah pajak yang sudah dibayar atas penghasilan di luar negeri
dan pajak tersebut dapat dikreditkan atau dikurangi dari penghasilan yang ada
di dalam negeri sehingga menghindari pengenaan pajak berganda.4
Pada prinsipnya, WP dalam Negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari dalam maupun luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, maka
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh WP dalam Negeri boleh dikreditkan terhadap
4Ikatan Bankir Indonesia, Wealth Management: Tata Kelola, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2017), hlm. 198.
5
5 Erly Suandy dan Jesica, Praktikum Akuntansi Manual dan Komputerisasi dengan MYOB
(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 34.
6 Widi Dwi Ernawati, Perpajakan Terapan Lanjutan (Malang: Polinema Press, 2018), 136
7 Setiadi, Buku Praktikum Pajak (Pasuruan: CV Qiara Media Partner, 2019), 147-148.
6
10
Supramono dan Theresia Woro Darmayanti, Perpajakan Indonesia (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2010), hlm. 92.
11
Setiadi, Buku Praktikum Pajak (Pasuruan: CV Qiara Media Partner, 2019), hlm.152.
8
12 Kautsar Riza Salman, Perpajakn PPh dan PPN (Jakarta: Indeks, 2017), hlm. 173
9
1.000.000.000,00
• x 500.000.0000,00 = Rp 250.000.000,00
2.000.000.000,00
200.000.000,00
• x 44.250.000,00 = Rp 24.583.300,00
360.000.000,00
14
Jumaiyah dan Adv. Wahidillah, Pajak Penghasilan- Teori, kasus, dan praktik (Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2021), hlm. 215-216.
12
Beerikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh
pasal 24).
1. Menghitung total PKP
Pengasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 500.000.000
Kerugian usaha di dalam Negara Rp 100.000.000 (-)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak dapat
dikompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung total PPh terutang
PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif:
4.800.000.000,00
= x 400.000.000,00 = Rp 384.000.000
5.000.000.000,00
500.000.000,00
• x 52.000.000,00 = Rp 65.000.000,00
400.000.000,00
➢ Contoh Soal PPH Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri
Jika terjadi kerugian yang diderita di luar negeri maka kerugian
tersebut tidak boleh digabungkan/ dikompensasi dengan penghasilan yang
diterima atau di peroleh dari Indonesia.
Amalia (TK/3), berdomisili di Surabya, memperoleh dan menerima
penghasilan neto tahun 2016 sebagai berikut.
• Di Negara A, ia menerima penghasilan berupa sewa sebesar Rp
200.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 40%).
• Di Negara B, ia mengalami kerugian usaha sebesar Rp 100.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 25%)
• Di dalam negeri, ia memperoleh laba usaha sebesar Rp
200.000.000.
Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal
24).
1. Menghitung total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa sewa Rp 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
Jumlah penghasilan sama dengan PKP karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung total PPh yang terutang
PPh terutang:
• 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
• 15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
• 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Rp 70.000.000
3. Menghitung PPh maksimum dikreditkan di Negara A sesuai
perbandingan penghasilan.
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
• x Tarif PPh Terutang
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
200.000.000,00
• x 70.000.000,00 = Rp 35.000.000,00
400.000.000,00
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan dengan perubahan terakhir Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24 ayat
(1) menyebutkan pengertian PPh pasal 24 adalah pajak yang dibayarkan
atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima
atau diperoleh wajib pajak dalam negeri yang boleh dikreditkan dengan
pajak yang terutang berdasarkan undang-undang ini dalam tahun pajak
yang sama. Subjek Pajak penghasilan (PPh) pasal 24 terdiri dari Orang
pribadi atau perorangan, Badan atau organisasi yang berbadan hukum dan
Bentuk Usaha Tetap atau BUT.
Salah satu penentuan sumber penghasilan yaitu penghasilan dari
saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan
sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan; penghasilan
berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
bergerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalti atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada; serta
penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak
adalah negara tempat harta tersebut terletak.
Penggabungan penghasilan stidak diperkenankan apabila terjadi
kerugian yang diderita di luar negeri. Saat penggabungan penghasilan,
apabila dalam Penghasilan Kena Pajak ternyata terdapat penghasilan yang
berasal dari luar negeri, maka penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap Pajak
Penghasilan yang terutang di Indonesia.
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau
dibayar di luar negeri, Wajib Pajak harus menyampaikan permohonan
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang dilakukan bersamaan dengan
penyampaian SPT Tahunan PPh.
16
B. Saran
Dari uraian makalah ini tidak menutup kemungkinan ada beberapa
kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran perbaikan makalah ini. Khususnya kepada dosen
pengampu matakuliah Perpajakan yang diampu oleh Bapak Mohammad
Hamim Sultoni, M.A.B. demi kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya. Penulis sangat berharap dengan terselesaikannya makalah ini
dapat menambah pengetahuan atau wawasan terutama mengenai “Pajak
Penghasilan (PPH) pasal 24” serta dapat dinilai ibadah oleh sang pencipta
segala makhluk.
17
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Elfina Okto Posmaida dan Eva Sriwiyanti. Perpajakan. Solok: Insan
Cendekia Mandiri, 2020.
Jumaiyah dan Adv. Wahidillah. Pajak Penghasilan- Teori, kasus, dan praktik.
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2021.
Salman, Kautsar Riza. Perpajakn PPh dan PPN. Jakarta: Indeks, 2017.
Setiadi. Buku Praktikum Pajak.Pasuruan: CV Qiara Media Partner, 2019.
Suandy, Erly dan Jesica. Praktikum Akuntansi Manual dan Komputerisasi dengan
MYOB. Jakarta: Salemba Empat, 2008.