Anda di halaman 1dari 13

MANFAAT TERAPI BEKAM PADA PENURUNAN SKALA NYERI DAN

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN (LBP)


Disusun sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Koplementer

Disusun Oleh :
MOHAMMAD IQBAL
33411801092
3C

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA

i
KATA PEENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniyanya penulis
dapat menyelesaikan tugas tugas makalah ini tepat waktu dan dengan mengucap puji dan
syukur atas karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “MANFAAT TERAPI BEKAM PADA PENURUNAN SKALA NYERI DAN PENINGKATAN
KUALITAS TIDUR PADA PASIEN (LBP)”. Makalah disusun sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan Koplementer.

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang sudah memberi kelancaran dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan
bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pamekasan, 04 Maret 2021

Mohammad Iqbal
Nim.33411801092

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1-2
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... …. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................... ….. 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................... 3-
2.1 Konsep teori bekam .................................................................... 3

2.2.1 Definisi................................................................................... 3

2.2.2 Jenis bekam.............................................................................3

2.2.3 Manfaat bekam........................................................................ 3

2.2.4 Sejarah ................................................................................... 4

2.2.5 Alat dan metode dalam terapi bekam.......................................... 5

2.2.6 Bekam sebagai terapi alternative..............................................5-7

2.2.7 Mekanisme kerja analgesik bekam…………………………………………………. 8


2.2.8 Efek samping bekam………………………………………………………………………. 8

BAB 3 PENUTUP....................................................................................9
3.1 Kesimpulan..............................................................................9

3.2 Saran........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bekam termasuk pengobatan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Metode ini
menggunakan gelas bertekanan negatif untuk mengeluarkan darah dari tubuh, salah satu gejala
penyakit yang dapat dikurangi dengan bekam adalah low back pain.
The International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan yang termasuk dalam
low back pain adalah nyeri yang dibatasi daerah superior oleh garis transversal imajiner yang
melalui ujung processus spinosus dari vertebra thorakal teakhir, daerah inferior garis
transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan
lateral oleh garis vertikal yang di tarik dari batas lateral spina lumbalis (Guyton, 2006). Low back
pain secara spesifik bukan
penyakit, melainkan adalah sebuah gejala yang mungkin disebabkan oleh berbagai proses
yang berbeda. Low back pain biasanya digambarkan sebagai rasa tidak nyaman didaerah
lumbosakralis pada bagian belakang yang menjalar atau tidak ke bagian kaki, pinggul dan
bokong
Prevalensi terjadinya low back pain di Amerika Serikat adalah sekitar 60%-80%. Dari semua
kejadian low back pain tersebut 70% disebabkan oleh peregangan otot atau keseleo, 10%
karena proses degeneratif tulang vertebra, 4% karena penyempitan discus intervertebralis
(DIV), 4% disebabkan oleh fraktur kompresi osteoporosis dan 3% disebabkan oleh stenosis
tulang belakang. Penyebab lainnya hanya sekitar 1% (Hills, 2014).
Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan risiko untuk menderita low back pain akan semakin
meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis. (RISKESDAS, 2013). Diantara
efek yang ditimbulkan low back pain adalah menurunnya kualitas tidur yang diakibatkan oleh
nyeri pada punggung berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen sedangkan di provinsi
NTB angka prevalensi penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat di puskesmas pada
tahun 2015 sebanyak 122,737 kasus dan meningkat menjadi 129,044 pada tahun 2016.
Berdasarkan data tersebut terdapat peningkatan signifikan. Selain itu perilaku
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep teori dari LBP?
2. Bagaimana konsep teori dari LBP?
3. Bagaimana pengaruh dan manfaat bekam untuk pasien LBP?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan
skala nyeri dan peningkatan kualitas tidur pada pasien low back pain di wilayah kerja
Puskesmas Batunyala ombok Tengah
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan media pembelajaran
atau penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai
tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan keperawatan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Bekam
2.2.1 Definisi
Menurut (Umar, 2013) Bekam bermula dari bahasa arab “Al Hijamah” yang artinya
“pelepasan darah kotor”. Pengobatan bakam diartikan sebagai “pembersihan darah”, yang
merupakan salah satu bentuk menyembuhkan penyakit dengan cara pelepasan atau
membersihkan darah statis (penyumbatan darah), angin, dan senyawa toksid (racun) melalui
area permukaan kulit dengan cara menyedot menggunakan alat mulai dari tanduk, gelas
kaca(cawan), bambu bahkan lintah (yang digunakan bangsa eropa).
2.2.2 Jenis bekam
Menurut (Kasmui, 2014) bahwa pada umumnya bekam dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu :
1. Bekam kering merupakan bekam yang dilakukan tanpa sayatan atau tusukan yang
mengeluarkan darah. Bekam jenis ini dapat diartikan menghisap area permukaan kulit
tanpa mengeluarkan darah kotor.
2. Bekam basah merupakan bekam yang dilakukan dengan sayatan aau tusukan pada
permukaan kulit.
3. Bekam seluncur yaitu bekam yang digunakan sebagai pengganti kerokan bertujuan
untuk membuang angin, melemaskan otot dan melancarkan peredaran darah
(VALENTINA 2020).
2.2.3 Manfaat bekam
Menurut (Umar, 2013) pengobatan dengan berbekam memiliki banyak manfaat.
Diantaranya adalah :
1. Membuang racun, angin dan kolesterol Manfaat bekam untuk mengeluarkan
penyebab penyakit, racun, angin, dan kolesterol menumpuk pada permukaan kulit
dengan cara menyedot darah kotor
2. Mengendealikan gangguan tekanan darah yang tidak normal 3. Menghilangkan rasa
nyeri, memar, migraine dan sakit gigi. 4. Memudahkan aliran darah. Terapi bekam
memberikan pengaruh positif pada peredaran darah. Penyedotan darah kotor memiliki
resiko meningkatnya aliran darah hingga membuat pembuluh darah menjadi lebih kuat.
Darah yang tersumbat menjadi lancar (Susanah, Sutriningsih, and Warsono 2017).
3
2.2.4 Sejarah
Sejarah Bekam Bekam dikenal dengan berbagai istilah seperti: canduk, canthuk, kop,
dan lainnya. Di dunia barat bekam disebut sebagai cupping method atau cupping therapy.
Orang Inggris Tengah menyebut bekam dengan kata ventusynge. Kata ini berasal dari Perancis
ventoúza. Dalam bahasa Yunani disebut dengan kata βεντούζα. Bekam merupakan pengobatan
rakyat atau pengobatan tradisional yang digunakan sebagai salah satu jenis terapi
komplementer atau alternatif untuk pengobatan nyeri di seluruh dunia, antara lain: di Mesir,
Korea, Taiwan, Italia, Jepang, Amerika, Perancis, India, Belanda, Inggris, Arab, China, Vietnam,
Persia, dan sebagainya. Korea telah menggunakan terapi bekam secara resmi di rumah sakit.
Romawi dan Yunani di masa lalu juga telah menggunakan bekam sebagai salah satu terapi
medis mereka.27 Dari Yunani bekam menyebar ke Amerika dan Eropa.
Kebanyakan bekam dilakukan di Asia dan pertengahan negara barat, baik di rumah
maupun di tempat praktek. Bekam merupakan salah satu intervensi medis tertua yang
dipercaya ada sejak 3000 sebelum masehi. Catatan paling awal tentang bekam adalah dalam
Ebers Papyrus, salah satu buku teks kedokteran tertua di dunia. Buku ini menuliskan bahwa
bekam telah ada di Mesir pada tahun 1.550 tahun sebelum masehi (SM) dengan mekanisme
kerja membuang zat asing dari dalam tubuh. Terapi bekam juga telah digunakan di Cina dan
Afrika beberapa ribu tahun lalu. Para arkeolog menemukan bukti bahwa bekam telah dilakukan
di Cina 1000 SM. Literatur-literatur Cina pada abad kedua membuktikan penggunaan bekam
disana, serta artefak dari Romawi dan Yunani menunjukkan bekam telah digunakan di negara-
negara barat. Hal ini dapat ditemukan dalam tulisan Hippocrates (377 SM–460 Masehi), bapak
kedokteran modern.
Pada tahun 400 SM, Hippocrates telah menggunakan bekam untuk penyakit dalam dan
gangguan struktural, seperti angina, menstruasi, dan gangguan lainnya. Hippocrates juga
menulis tentang dua bentuk bekam, yaitu bekam kering dan bekam basah. Meskipun telah
mempraktekkan bekam basah, Hippocrates lebih menganjurkan bekam kering karena teknik
bekam kering dilakukan secara lembut dan lebih aman. Metode ini kemudian menyebar ke
kedokteran di peradaban Asia dan Eropa. Alat kop bekam pada jaman dahulu menggunakan
berbagai sumber daya alam seperti kerang, tanduk hewan berongga seperti ujung tanduk
kerbau atau tulang yang berlubang. Tekanan negative dibuat dengan menyedot udara keluar
dari ujung tanduk dengan menggunakan mulut. Kop bekam yang lebih modern berupa bambu,
gelas, atau cangkir. Pada penggunaan kop bekam dari bambu, gerabah dan cangkir kaca,
pengeluran udara dilakukan dengan api yang menyala. Bekam di Eropa dilakukan oleh dokter
terkenal, seperti Galen (131-200 SM), Paracelsus (1493- 1541), dan Ambroise Pare (1509-1590)

4
2.2.5 Alat dan Metode dalam Terapi Bekam
Alat bekam antara lain scalpel steril atau pisau bedah ukuran 15-22 gauge yang
digunakan untuk menoreh kulit pada prosedur bekam basah, 6-12 kop plastik, pompa penyedot
(manual atau elektrik), kertas tisu, lap, alat antiseptik seperti alkohol, bola kapas, dan minyak
zaitun (untuk mempermudah gerakan kop). Bekam pada pengobatan tradisional Cina ada 10
macam, yaitu: bekam basah, bekam air, bekam kombinasi, bekam yang ditahan, bekam
seluncur, bekam gerak, bekam obat, bekam cepat, bekam air, dan bekam jarum. Namun secara
umum bekam dibagi menjadi dua macam, yaitu: bekam kering dan bekam basah. Pendekatan
keduanya sama, yaitu menstimulasi kulit dengan meletakkan mangkuk yang diberi tekanan
negative.
Pada bekam kering dilakukan pengekopan pada kulit yang intak, sedangkan pada bekam
basah dilakukan torehan kulit dan penarikan darah keluar. Metode bekam basah ada yang
menggunakan metode cupping-puncturingcupping (CPC) dan ada yang menggunakan metode
puncturing-cupping (PC). Titik bekam berada di permukaan kulit, bisa merupakan titik
akupunktur, akupresur, refleksi, titik tung, tho’ dan sebagainya. Titik bekam yang sedang
berkembang di Indonesia adalah di titik meredian akupuntur dan titik bekam Nabi atau Prophet
Potent Point.
2.2.6 Bekam Sebagai Terapi Alternative
Nyeri Defnisi nyeri menurut The International Association for the Study of Pain (IASP)
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut. Kualitas hidup pasien bisa terganggu akibat nyeri, bisa berupa gangguan
dalam hal pekerjaan, hubungan sosial, tidur, hobi, proses kognitif, maupun mood. Nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yan
aktual dan potensial (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smelter & Bare, 2002). Menurut Smelter & Bare
(2002), International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana
terjadi kerusakan (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
Caffery sebaimana dikutip oleh Potter & Perry (2005), menyatakan nyeri adalah segala
sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika
seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan
tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
memindahkan stimulus nyeri. Nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan
seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit seperti emosi, perasaan takut, mual dan mabuk
(Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
5
Menurut Price & Wilson (2005), jenis-jenis nyeri adalah
a. Nyeri somatik superfisial (kulit), yaitu nyeri kulit berasal dari struktur superfisial kulit
dan jaringan subkutis. Nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis,
atau seperti terbakar, dan apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri,
sifat nyeri menjadi berdenyut.
b. Nyeri somatik dalam, nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentu,, tulang, sendi
dan arteri.
c. Nyeri visera, nyeri berasal dari organ-organ tubu, terletak di dinding otot polos organ-
organ berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah
peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan
peradangan.
d. Nyeri alih, nyeri yang berasal dari salah satu daerah tubuh tetapi dirasakan terletak
didaerah lain.
e. Nyeri neuropati, nyeri yang sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau
seperti tersengat listrik. Nyeri ini akan bertambah parah oleh stres, emosi, atau fisik
(dingin , kelelahan), dan mereda oleh relaksasi.
Sedangkan Pengertian bekam sendiri adalah metode pengobatan dengan cara
mengeluarkan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui
permukaan kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah Oxidant Release Therapy atau
Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih populer adalah detoksifikasi (Kasmui, 2011).
Bekam sendiri terbagi empat macam, yaitu bekam kering, bekam seluncur, bekam tarik dan
bekam basah. Banyak penyakit yang dikatakan dapat disembuhkan dengan terapi bekam ini,
seperti penyakit hipertensi, kolestrol, asam urat, stroke, anemia, radang paru-paru, ginjal,
dibetes mellitus, astma, tumor, kanker, migraine, hepatitis dan lain-lain (Zhen, 2011). Walaupun
saat ini terapi bekam telah banyak dipilih masyarakat sebagai terapi penyembuhan, namun ada
pula sebagian orang yang ragu atau takut dilakukan bekam. Ketakutan dan keraguan akan
bekam sebagian besar disebabkan dari proses bekam yang dibayangkan akan menyakitkan
karena dilakukan perlukaan dan pengeluran darah melalui sayatan serta keamanan yang
didapat dari terapi ini. Terapi bekam akan memberikan banyak manfaat jika dilakukan
menggunakan prosedur dan tehnik yang benar karena bekam hanya memiliki efek samping
minimal.

6
Bekam telah banyak dipakai untuk meredakan nyeri pada beberapa gangguan seperti:
nyeri muskuloskeletal (termasuk sprain, strain traumatik dan pasca - fraktur), gejala terkait
herpes zoster, nyeri punggung bawah dan nyeri lumbal (lumbago) seperti herniasi diskus
lumbal, nyeri skeletal, nyeri leher yang salah satunya spondilosis servikal, nyeri bahu, migren
dan nyeri kepala lain, dismenorea, atralgia sederhana, gout arthritis, rheumatoid arthritis,
chronic fatigue syndrome, fbromialgia, osteoartritis lutut, carpal tunnel syndrome (CTS), plantar
fasciitis, brachialgia paraesthetica nocturna, trigeminal neuralgia, fatigue pada atlet, dan
sebagainya.
Saat ini bekam telah banyak diteliti, Sebuah Randomized Controlled Trial (RCT)
membandingkan efek bekam kering pada nyeri kanker dengan terapi obat konvensional
mendapatkan bahwa bekam memberikan efek yang menguntungkan setelah intervensi 3 hari
(RR 67% dibanding 43%, p<0,05). Randomized Controlled Trial lain membandingkan bekam
kering dengan obat antiinflamasi nonsteroid pada nyeri punggung bawah nonspesifk,
didapatkan perbedaan yang signifkan pada penghilang nyeri dengan skala visual analog score
(VAS) setelah pengobatan (MD 22,8 dari 100mm VAS; IK 95%, 11,4-34,2, p<0,001). Terdapat
pula RCT tentang penurunan rasa nyeri setelah periode intervensi bekam basah dibandingkan
dengan analgesik pada trigeminal neuralgia akut; didapatkan RR 93% berbanding 47% secara
bermakna (p<0,01).
Randomized Controlled Trial lain menguji bekam basah ditambah perawatan biasa untuk
menurunkan nyeri dibandingkan dengan perawatan biasa pada nyeri punggung bawah
nonspesifk. Terdapat perbedaan yang signifkan menggunakan McGill Pain Questionnaire pada 3
bulan setelah tiga sesi perawatan Mean Difference (MD) 2,2 dari 6 poin penunjuk intensitas
nyeri; IK 95%, 1,7-2,6, p<0,01). Randomized Controlled Trial kelima melaporkan bahwa satu sesi
bekam basah ditambah perawatan biasa secara signifkan menurunkan rasa nyeri selama
seminggu dibandingkan dengan perawatan biasa saja pada pasien dengan brachialgia
paraesthetica nocturna/BPN (skor MD 1,6 dari 10 poin, IK 95%, 0,13-3,07, p=0,03).
Randomized controlled lebih lanjut keenam menunjukkan adanya efek yang
menguntungkan dari satu sesi bekam basah pada pengurangan nyeri dibandingkan dengan
bantal panas pada pasien dengan BPN pada 7 hari setelah pengobatan (MD 22,9, VAS 100mm;
IK 95%, 10,5-35,3, p<0,001). Randomized Controlled Trial adalah tentang penurunan rasa nyeri
pada bekam basah yang ditambah dengan obat konvensional dibandingkan dengan obat
konvensional saja pada pasien dengan herpes zoster, pada RCT ini bekam basah gagal untuk
menunjukkan efek menguntungkan setelah periode intervensi (RR 100% berbanding 88%,
p=0,065).

7
2.2.7 Mekanisme Kerja Analgesik Bekam
1. Menurut Teori Pengobatan China
Praktisi terapi bekam pada Traditional Chinese Medicine (TCM) Therapy
meyakini bahwa penyakit disebabkan oleh stagnasi atau terblokirnya energi kehidupan
yang vital (Qi). Mereka mempercayai bahwa terapi bekam bekerja melalui terbukanya
blokade Qi dan pengembalian keseimbangan aliran Qi secara benar. Terapi bekam
dapat membuang udara, dingin, kelembaban, dan darah yang stagnan, khususnya jika
dikombinasi dengan terapi akupunktur. Menurut hukum biologis Arndt-Schulz,
akupunktur laser yang dikombinasi dengan terapi bekam pada daerah yang nyeri
dianggap mampu memfasilitasi aliran Qi pada daerah meridian.
Beberapa ilmuwan barat mengikuti teori yang disampaikan oleh Ilkay Chirali
dalam bukunya yang berjudul Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, bahwa
mekanisme kerja bekam sebagai analgesik adalah dengan menginduksi perubahan Qi
(sumber energi), Xu (defsiensi darah), Wei Qi (defsiensi energi), dan konsep lain
menurut teori pengobatan China. Efek utama bekam adalah memicu presipitasi aliran
darah dan Qi serta membuang stasis darah dan sampah tubuh.
2. Menurut Teori Taibah
Prosedur bekam hijamah terdiri atas beberapa langkah, yaitu:
pengekopanpertama, penorehan kulit, dan diikuti oleh pengekopan kedua. Menurut
teori Taibah mekanisme kerja efek analgesik bekam pada pengekopan pertama adalah
melalui dilusi zat kimia, mediator inflamasi, dan zat nosiseptif. Tekanan negatif kop
pada permukaan kulit akan menyebabkan kulit terangkat, peningkatan fltrasi kapiler,
dan pengumpulan cairan interstisial. Retensi cairan di dalam kulit yang terangkat akan
menyebabkan zat kimia, mediator inflamasi, dan zat nosiseptif menjadi terdilusi
sehingga nyeri akan menurun.
2.2.8 Efek samping bekam
Efek samping bekam minimal. Pada 135 penelitian RCTs tidak ada yang melaporkan efek
samping yang serius. Sebuah tinjauan studi oleh Cao dan kawan-kawan yang termasuk semua
studi klinis (yang diterbitkan antara tahun 1959 sampai 2008, termasuk 73 RCT, 22 Clinical
Controlled Trials, 373 seri kasus, dan 82 laporan kasus) dilaporkan tidak ada efek samping serius
yang dilaporkan dalam studi tersebut. Dalam suatu Jurnal menyebutkan bekam memiliki efek
samping seperti: eritema multiforme, herpes simpleks, anemia, pigmentasi kulit, factitial
panniculitis, defsiensi besi, dan abses epidural servikal. Praktisi dan pasien diharapkan tetap
berhati-hati agar tetap mendapatkan keamanan terapi bekam.

8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan skala nyeri dan kualitastidur sebelum dan sesudah diberikan terapi
bekam dengan P Value 0.000 (P < 0.05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh terapi
bekam terhadap penurtunan skala nyeridan peningkatan kualitas tidur pada pasien low back
pain di Wilayah Kerja Puskesmas Batunyaa Lombok Tengah.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta saran dan kritik yang
membangun mengenai pembahasan pada makalah ini sehingga untuk selanjutnya dapat lebih
berhati-hati lagi dalam membuat makalah dengan pembahasan yang berbeda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alsaadi, S.M., McAuley, J.H. Hush, J.M., Maher, C.G. (2011). Prevalence of Sleep Disturbance in
Patients with Low Back Pain. Eur Spine J; 20: 737-743.
Andrei Calin, and Andrei Calin, Fast Facts: Low Back Pain (Health Press, 2012
<http://www.fastfacts.com/_files/sampl efiles/ff_lbp2e_sample.pdf>[accessed 26 December
2016]
Casazza, Brian A., 2012. ‘Diagnosis and Treatment of Acute Low Back Pain’, American Family
Physician, 85, 343
El Sayed, S. M., Al-quliti, A. S., Mahmoud, H. S., Baghdadi, H., Maria, R. A., Nabo, M. M., et al.
2014. Therapeutic Benefits of Alhijamah: in Light of Modern Medicine and Prophetic Medicine.
American Journal of Medical and Biological Research, 2(2), 46 – 71
O’Donoghue, G., Fox, N., Heneghan, C., & Hurley, D.A.. 2009. Objective and Subjective
Assessment of Sleep in Chronic Low Back Pain Patients Compared with Healthy Age and Gender
Matched Controls: A Pilot Study. BMC Musculoskeletal Disorders; 10: 122

10

Anda mungkin juga menyukai