Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 DAN 25

Tugas Mata Kuliah : Perpajakan 2

Dosen Pengampuh : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR.

Di Susun Oleh:
Nama: Bobi Sadli (C1C020081)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI
2022

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari rakyat. Karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting, maka pajak dipungut
dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan
penagihannya. Untuk mewujudkan sebuah kenaikan pendapatan negara, pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak adalah dengan melakukan reformasi perpajakan, yaitu dengan melakukan
reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan serta sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak
yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan
memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.
Penghasilan adalah salah satu objek pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak
pemghasilan tergolong pajak subjektif, yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan
pribadi wajib pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian serta perhitungan pph pasal 24?


2. Jelasakan pengertian serta perhitungan pph pasal 25?

1.3 tujuan

1. Memahami pph pasal 24 serta perhitungannya


2. Memahami pph passal 25 serta perhitungannya
Daftar isi
BAB I............................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 tujuan................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. pajak penghasilan 24...........................................................................................................................4
B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 25...........................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................12
B, SARAN................................................................................................................................................13
Daftar pustaka...........................................................................................................................................13
BAB II

PEMBAHASAN
A. pajak penghasilan 24

Ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Pengkreditan pajak luar negeri
dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di
Indonesia. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per
country limitation.

PENGGABUNGAN PENGHASILAN

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut:

1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam Tahun Pajak diperolehnya penghasilan
tersebut (accrual basis).

2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam Tahun Pajak diterimanya penghasilan


tersebut (cash basis).

3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (Pasal 18 Ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam
Tahun Pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan.

Contoh 1:

PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri dalam tahun
2016 sebagai berikut:

1. Hasil usaha di negara Jerman dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp700.000.000,00.

2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di "ABC Corp. sebesar
Rp1.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012 yang ditetapkan RUPS tahun
2014, dan baru dibayarkan tahun 2018.

3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di "DEF Corp."
sebesar Rp2.000.000.000,00. Saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Dividen
tersebut berasal dari keuntungan saham 2017 yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
ditetapkan diperoleh tahun 2018.

4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2018 sebesar Rp500.000.000,00 dan Bangkok
Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April 2019.

Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandin dari
dalam negeri dalam Tahun Pajak 2018 adalah penghasilan pada angka 1, 2, dan 3 Sementara itu,
penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri dalam
Tahun Pajak 2019.

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK

Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan
sebagai berikut

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan
sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut
didirikan atau bertempat kedudukan.

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut
bertempat kedudukan atau berada.

3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak.

4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara
tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada.

5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan.

6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta
dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat
lokasi penambangan berada

7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.

8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah
negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur/perhitungan berikut ini:

1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.


2 (Penghasilan luar negeri Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan
tarif Pasal 17.

3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh Penghasilan Kena Pajak (dalam hal Penghasilan
Kena Pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri)

Contoh 2:

PT Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:

1. Penghasilan dari luar negeri Rp5.000.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 40%.

2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00.

Maka jumlah penghasilan neto adalah:

Rp5.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00=Rp9.000.000.000,00

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan berikut:

1. PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah:

40% x Rp5.000.000.000,00 Rp2.000.000.000,00

2. (Rp5.000.000.000,00: Rp9.000.000.000,00) x Rp2.250.000.000,00 Rp1.250.000.000,00

3. PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp9.000.000.000,00 x 25%

=Rp2.250.000.000,00

Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar
Rp1.250.000.000,00.

BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK UNTUK SETIAP NEGARA (PER COUNTRY


LIMITATION)

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara maka penghitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.

Contoh 3:

PT Diaswati memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:

1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp2.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar


35% (Rp700.000.000,00).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp1.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar
20% (Rp200.000.000,00).

3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp5.000.000.000,00.

Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan luar negeri

a. Laba di negara A Rp 2.000.000.000

b. Laba di negara B Rp1.000.000.000

Jumlah penghasilan luar negeri Rp3.000.000.000

2. Penghasilan dalam negeri Rp5.000.000.000,00

3. Jumlah penghasilan neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah:

Rp3.000.000.000,00 + Rp5.000.000.000,00 Rp8.000.000.000,00

4. PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp8.000.000.000,00 x 25% =Rp2.000.000.000,00.

5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:

a. Untuk negara A:

(Rp2.000.000.000,00 Rp8.000.000.000,00) x Rp 2.000.000.000,00 =

Rp500.000.000,00.

Pajak terutang di negara A besar Rp700.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan adalah Rp500.000.000,00.

b. Untuk negara B:

(Rp1.000.000.000,00: Rp8.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000,00 Rp250.000.000,00, Pajak


terutang di negara B sebesar Rp200.000.000,00 maka maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan adalah Rp250.000.000,00.

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar:

Rp500.000.000,00 + Rp250.000.000,00=Rp750.000.000,00.

RUGI USAHA DI LUAR NEGERI

Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, tidak dihitung kerugian yang diderita di luar negeri.
Contoh 4:

PT Fiskal memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:

1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp1.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar


35% (Rp350.000.000,00).

2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp3.000.000.000,00 dengan tarif pajak sebesar


20% (Rp600.000.000,00)

3. Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp2.000.000.000,00

4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00.

Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan luar negeri

a Laba di negara A Rp1.000 000.000,00

b. Laba di negara B Rp3.000 000.000,00

c. Rugi di negara C Rp_______________

Jumlah penghasilan luar negeri Rp4.000 000.000,00

2. Penghasilan dalam negeri Rp4.000.000.000,00

3. Jumlah penghasilan neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah

Rp4.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00 Rp8.000.000.000,00

4. PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) Rp8.000.000.000,00 x 25% = Rp2.000.000.000,00.

5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah.

a. Untuk negara A

(Rp1.000.000.000,00 Rp8.000.000.000,00)x Rp2.000.000.000,00-Rp250.000.000.00

Pajak terutang di negara A sebesar Rp350 000.000.00 maka maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan Rp250.000.000.00.

b. Untuk negara B
(Rp3.000.000.000,00 Rp8.000.000.000,00)x Rp2.000.000.000,00 Rp750.000.000,00 Pajak
terutang di negara B sebesar Rp600.000.000,00 maka maksimum kred pajak yang dapat
dikreditkan Rp750.000.000.00

C. Di negara C PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp2.000.000.000,00. Kerugian ini tidak


dapat dimasukkan dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak. Kerugian ini juga tidak dapat
dikompensasikan sebagai kredit pajak luar negeri.

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah: Rp250.000.000,00+


Rp750.000.000,00 Rp1.000.000.000,00

CARA MELAKSANAKAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, Wajib Pajak
wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri:

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.

2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang penghitungan besarnya


angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.

Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:

1. Wajib Pajak membayar sendiri (PPh Pasal 25).

2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24)

CARA MENGHITUNG BESARNYA PPh PASAL 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Pajak Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan:
1. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 UU
PPh, serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh.

2. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU PPh. dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan
dalam bagian Tahun Pajak.

Contoh 1:

Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang

terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2018 Rp30.000.000,00

Pada tahun 2018, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00

2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00

3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00

4. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00

Rp24.000.000,00

Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2018 Rp 6.000.000,00

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2019 adalah:

PPh yang terutang tahun 2018 Rp30.000.000,00

Pengurangan:

1. PPh Pasal 21 Rp8.000.000,00

2. PPh Pasal 22 Rp2.000.000,00

3. PPh Pasal 23 Rp2.000.000.00

Rp12.000.000,00

Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2019 Rp18.000.000,00


Besarnya PPh Pasal 25 per bulan:

Rp18.000.000,00/12=Rp1.500.000,00

Jadi, Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2019
mulai masa Maret sebesar Rp1.500.000,00.

1. WP BUMN DAN BUMD

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD (selain WP bank, WP masuk
bursa, dan/atau WP Lainnya). Dengan nama dan dalam bentuk apa pun dihitung berdasarkan
penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh atas penghasilan neto berdasarkan Rencana Kerja
dan Anggaran Pendapatan (RKAP) Tahun Pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat
Umum Pemegang Saham dikurangi dengan pemotongan dan/atau pemungutan PPh Pasal 22 dan
Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri Tahun Pajak yang lalu,
dibagi 12 (dua belas).

RKAP harus disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar dan harus disampaikan tidak lewat dari batas waktu pembayaran
PPh Pasal 25 Masa Pajak pertama Tahun Pajak berjalan.

Contoh :

Menurut RKAP tahun 2019 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah BUMD yang
dimiliki Pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai penghasilan neto sebesar
Rp1.000.000.000,00. Kredit Pajak (PPh Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 yang dapat dikreditkan)
tahun 2018 berjumlah Rp70.000.000,00.

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Penghasilan neto Rp1.000.000.000,00

PPh Terutang

25% X Rp1.000.000.000,00 = Rp250.000.000,00

Kredit Pajak (PPh Pasal 22, 23, dan 24) Rp 70.000.000,00

PPh yang dibayar sendiri Rp180.000.000,00

PPh Pasal 25:

Rp180.000.000,00/12 = Rp15.000.000,00
2. WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, tidak termasuk jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas, pada 1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang berbeda dengan tempat
tinggal Wajib Pajak. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk WP OP Pengusaha Tertentu,
ditetapkan sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari masing-masing tempat usaha yang berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak.
Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25 dari masing masing tempat usaha merupakan kredit pajak
atas Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Pengkreditan pajak luar negeri
dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di
Indonesia. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per
country limitation.

Ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang penghitungan besarnya


angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.

Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:

1. Wajib Pajak membayar sendiri (PPh Pasal 25).

2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24)

B, SARAN

Menurut pendapat saya, pajak sangat penting dalam membangun Indonesia menjadi lebih baik
lagi. Banyak subjek pajak yang tidak mau membayar pajak dikarenakan ketidaktahuan mereka
tentang pajak atau mereka sengaja tidak membayar pajak. Oleh karena itu, saya harap makalah
ini bisa membuat generasi-generasi muda dapat memahami apa itu pajak dan betapa urgennya
pajak untuk perkembangan Indonesia, dan kita semua bisa tahu bahwa pajak itu wajib utuk
dibayar agar Indonesia menjadi lebih baik lagi. Pada makalah ini diharapkan para pembaca dapat
memahami pph pasal 22 secara detail misalkan objek dan tariff pph pasal 22,pemungut pph pasal
22, serta cara pemungutan.
Daftar pustaka

buku perpajakan edisi 2019 prof. Dr.Mardiasmo

Anda mungkin juga menyukai