Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERPAJAKAN

“Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh 24)”

OLEH :

1. MONICA PLASILIA (2310020032)

2. DESY M. MARTINS (2310020006)

3. MARIA YENIARTI BUNGA (2310020046)

4. LILIOSA N. BUNGA (2310020019)

5. SATRIA YOGA GASPERS (2310020059)

KELAS/ SEMESTER : A/2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “ Pajak Penghasilan Pasal 24”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan
makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang,7 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh 24) ..................................................... 3

2.2 Sumber Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Pasal 24 ............................................ 3

2.3 Mekanisme Pengkreditan PPh 24 Yang Dibayar Di luar Negeri .............................. 4

2.4 Permohonan Pajak Luar Negeri ............................................................................... 7

2.5 Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan ............................................................ 8

2.5.1 Ketentuan Pajak Luar Negeri .................................................................................. 9

2.5.2 Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri .................................................................... 9

2.5.3 Perhitungan PPh 24 Jika Terjadi Kerugian Dalam Negeri...................................... 10

2.5.4 Perhitungan PPh 24 Jika Terjadi Kerugian Luar Negeri ......................................... 12

2.5.5Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Luar Negeri Berasal Dari Beberapa
Negara...………………………………………………………….…………………………..13

2.6 Penggabungan Penghasilan ................................................................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17

3.2 Saran..................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18


iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pajak penghasilan pasal 24, selanjutnya disingkat pph pasal 24 merupakan pajak yang
dibayar atau terutang diluar negeri atas penghasilandari luar negeri yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dalam negeri.pph pasal 24 ini boleh dikreditkan terhadaap total
pajak penghasilan terutangdalam suatu tahun pajak. namun jumlah pajak yang di bayar
atau terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Wajib pajak dalam terutang pajak atas seluruh penghasilan,baik penghasilan yang
diterima atau diperoleh didalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari luar negeri. untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena
pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, besarnya
pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri dapat di kreditkan terhadap total pajak
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajakdalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pajak Penghasilan 24?

2. Apa saja sumber penghasilan kena pajak PPh pasal 24?

3. Bagaimana mekanisme pengkreditan PPh 24 yang dibayar di luar negeri


(PERMENKEU No. 192/PMK.03/2018)?

4. Bagaimana permohonan pajak luar negeri?

5. Bagaimana cara perhitungan Kredit pajak luar negeri PPh 24?

6. Bagaimana sistem Penggabungan penghasilan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 24

2. Untuk mengetahui apa saja sumber penghasilan kena pajak PPh pasal 24

1
3. Untuk mengetahui mekanisme pengkreditan PPh 24 yang dibayar di luar negeri
(PERMENKEU No. 192/PMK.03/2018)

4. Untuk mengetahui cara permohonan pajak luar negeri

5. Untuk mengetahui cara perhitungan Kredit pajak luar negeri atau PPh 24

6. Untuk mengetahui bagaimana sistem Penggabungan Penghasilan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24

Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terutang
yang dimiliki di Indonesia. Artinya , pajak penghasilan yang telah dibayar wajib pajak (WP)
di luar negeri dapat digunakan untuk mengurangi jumlah PPh yang harus dibayarkan dalam
negeri.
Namun pajak penghasilan pasal 24 ini hanya diperuntukkan bagi WP yang menerima
penghasilan dari luar negeri selama satu tahun pajak. PPh 24 ini menjadi fasilitas pajak dari
pemerintah yang bertujuan untuk menghindari pembayaran ganda oleh warga negara
Indonesia yang memiliki pendapatan di luar negeri.
Ketentuan ini tertuang dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang
berbunyi: “Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama”.

Kemudian ada Wajib pajak PPh 24 dan Subjek pajaknya, yang menjadi subjek atau
dapat memanfaatkan hak kredit pajak PPh Pasal 24 di antaranya WP Orang Pribadi atau
Badan dan Bentuk Usaha tetap (BUT) yang memiliki pendapatan dari luar negeri dan
terutang PPh. Sedangkan sumber penghasilan yang menjadi objek PPh 24 yakni
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha di luar negeri sesuai Pasal 24 ayat (3) UU
PPh.

2.2 Sumber Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Pasal 24

Adapun Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong
hutang pajak Indonesia adalah sebagai berikut:

3
1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan


penggunaan harta-benda bergerak.

3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda


tidak bergerak.

4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan,


dan kegiatan.

5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.

6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau


tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah
perusahaan pertambangan.

7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.

8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu


bentuk usaha tetap (BUT).

2.3 Mekanisme Pengkreditan PPh 24 yang Dibayar Di luar Negeri (PERMENKEU No.
192/PMK.03/2018)

Untuk meningkatkan kemudahan dan kepastian terkait kredit pajak luar negeri serta
mendorong wajib pajak untuk mengklaim manfaat P3B, maka Menteri Keuangan telah
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2018 yang mencabut aturan
sebelumnya, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.03/2002.Adapun
peraturan ini mencakup mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar diluar negeri. PMK
Nomor 192/PMK.03/2018 ini sudah berlaku sejak 31 Desember 2018 dan masih berlaku
hingga saat ini.

Mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PERMENKEU No.


192/PMK.03/2018)

4
1. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang dari penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang di Indonesia ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit antara:

a) Hasil dari pajak penghasilan yang pada seharusnya terutang, dipotong, atau
dibayar di luar negeri dengan cara memperhatikan ketentuan yang ada di dalam
P3B.P3B atau Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda adalah perjanjian
bilateral,dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum
internasional, yang disepakati antara dua negara atau yurisdiksi untuk mencegah
terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan pajak.
b) Jumlah PPh Luar Negeri
c) Jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan .

2. Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberpa negara, maka perhitungan PPh
pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara.
3. Dalam hal pasangan suami-istri sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN)
menghendaki dengan secara tertulis perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, atau
istri mengambil pilihan untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri
dengan dasar kehendaknya sendiri, besarnya jumlah dari PPh Luar Negeri yang dapat
dikreditkan oleh masing-masing suami atau istri ditentukan berdasarkan jumlah yang
paling sedikit di antara:

a) Jumlah pajak penghasilan yang seharusnya terutang, dibayar, atau dipotong di


luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber
penghasilan di luar negeri untuk masing-masing suami atau istri dengan
memperhatikan ketentuan dalam P3B, dalam hal terdapat P3B yang telah berlaku
efektif;
b) Jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
sumber penghasilan di luar negeri untuk masing-masing suami atau istri; dan
c) Jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar negeri oleh masing-
masing suami atau istri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan Pajak
Penghasilan yang keadaannya terutang atas Penghasilan Kena Pajak, paling

5
tinggi sebesar Pajak Penghasilan yang terutang yang ditanggung secara
individual untuk masing – masing suami atau istri.

4. Dalam hal penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar
negeri berasal dari Trust, besarnya PPh Luar Negeri ditentukan sebagai berikut:

a) Sebesar pajak penghasilan atau bagian pajak penghasilan atas penghasilan yang
diperoleh WPDN, dalam hal Trust di luar negeri dikenai pajak penghasilan di
tingkat Trust; dan
b) Sejumlah pajak penghasilan atas penerimaan penghasilan yang diterima oleh
WPDN, dalam hal Trust di luar negeri tidak dikenai pajak penghasilan di tingkat
Trust.

5. Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dikenakan PPh Final (UU PPh Pasal 4 ayat 2)
dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri (UU PPh Pasal 8 ayat (1 dan 4)) tidak
bisa digabungkan Bersama dengan penghasilan yang lain, baik penghasilan diperoleh dari
Dalam Negeri, maupun penghasilan yang telah diperoleh dari Luar Negeri.

6. Untuk melaksanakan pengkreditan PPh Luar Negeri, wajib pajak wajib menyampaikan
Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri bagi WPDN yang mengkreditkan PPh Luar
Negeri berupa;

a) Salinan bukti pembayaran atau bukti pemotongan PPh Luar Negeri


b) Salinan bukti lainnya yang dapat menunjukkan adanya pembayaran atau pemotongan
PPh Luar Negeri.
c) Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri sekurang-kurangnya memuat data
atau informasi berupa nama WPDN dan jumlah PPh Luar Negeri.
d) Dalam hal WPDN mendapatkan pemasukan dari usaha dan/atau pemasukan dari Trust
di luar negeri yang dikenai pajak penghasilan di tingkat Trust, bukti dari pemenuhan
pembayaran PPh Luar Negeri dapat digantikan dengan menggunakan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan yang disampaikan di luar negeri oleh
cabang atau perwakilan dari WPDN yang berada di luar negeri dan/atau surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan atau bukti pembayaran PPh Luar Negeri
yang dilakukan oleh Trust.

6
7. Dalam hal terjadinya perubahan jumlah dari pemasukan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak diwajibkan untuk melakukan pembetulan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan
yang bersangkutan dengan cara melakukan pelampiran dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan perubahan yang terjadi.

8. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang dibayar, maka atas
kekurangan bayar tersebut tidak dikenakan sanksi bunga.

9. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan
tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.

2.4 Permohonan Pajak Luar Negeri

Untuk menggunakan fasilitas pajak berupa pengkreditan pajak yang terutang di luar
negeri, Dapat melakukan pengajuan permohonan pengkreditan pajak luar negeri dengan
menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan:

a) Salinan laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.

b) Salinan Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri, dan

c) Dokumen pembayaran pajak di luar negeri sekurang-kurangnya memuat data


dan/atau informasi berupa nama WPDN dan jumlah PPh luar negeri.

d) Dalam hal WPDN mendapatkan pemasukan dari usaha atau pemasukan dari luar
negeri, maka bukti dari pemenuhan pembayaran PPh luar negeri dapat digantikan
menggunakan SPT PPh dari WPDN yang disampaikan di luar negeri oleh cabang
atau perwakilan dari WPDN yang berada di luar negeri atau SPT Tahunan PPh atau
bukti pembayaran PPh luar negeri yang dilakukan oleh Trust.

Ketiga lampiran tersebut disertakan bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan


Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan.

7
2.5 Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan

Besarnya pajak penghasilang yang di bayar atau terutang diluar negeri tetapi tidak
boleh melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan undang-undang pajak
penghasilan,maka dari itu ada beberapa ketentuan untuk menentukan besarnya kredit pajak
yang diperoleh.

2.5.1 Ketentuan pajak Luar Negeri

Berikut ini ketentuan tentang jumlah kredit pajak luar negeri yang
diperbolehkan :
1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap total PPh terutang di indonesia hanya pajak yang langsung di
kenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri
tersebut. pajak atas penghasilan yang terutang diluar negeri adalah pajak atas
penghasilan berkenan dengan usaha atau pekerjaan diluar negeri,sedangkan
dimaksud dengan pajak atas penghasilan yang dibayar diluar negeri adalah pajak
atas penghasilan dari modal penghasilan lainnya diluar negeri seperti
bungga,dividen,royalty,sewa dan sebagainya

2. Besarnya kredit pajak luar negeri diperbolehkan(pph pasal 24) adalah nilai terendah
di antara tiga perhitungan berikut:

a) Total PPh terutang


b) Penghasilan neto luar negeri : Total penghasilan dalam negeri x Total PPh
terutang
c) PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri

Jika jumlah pph yang dibayar atau terutang diluar negeri melebihi jumlah kredit pajak
yang diperolehkan,kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan bersama dengan pph
yang terutang tahun berikutnya tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau
penggurangan penghasilan dan tidak dapat diminta restitusi.

8
2.5.2 Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)

Contoh:

PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2014


sebesar:
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun
2014?

Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 24 adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dalam negeri Rp400.000.00

Penghasilan dari Vietnam Rp200.000.00

Jumlah Penghasilan Neto Rp600.000.00

2. Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp 600.000.000 = Rp150.000.00

3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang

(Rp200.000.000:Rp600.000.000)xRp150.000.000=Rp49.999.999 Rp50.000.000

9
(dibulatkan)

4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri:

20% x Rp200.000.000 = Rp40.000.000

Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebesar
Rp40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan
dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

2.5.3 Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri
Jika terjadi kerugian usaha dalam negeri maka sejumlah kerugian yang
diderita tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang
diterima atau diperoleh di indonesia (dalam negeri) dengan cara membandingkan
perhitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan, sesuai perbandingan
penghasilandan PPh terutang atau dibayar di luar negeri. Kemudian dipilih nilai
terendah diantara ketiganya.
Contoh :

PT. Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto


dalam tahun 2015 sebagai berikut:

Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar


Rp600.000.000 (tarif pajak yang berlaku 30%). Di dalam negeri menderita
kerugian sebesar Rp200.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?

Jawaban :

10
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dari Belanda Rp600.000.000

Penghasilan dari dalam negeri (Rp200.000.000)

Jumlah Penghasilan Neto Rp400.000.000

2. Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp 400.000.000 = Rp100.000.000

3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh


terutang

(Rp600.000.000 : Rp400.000.000) x Rp100.000.000 = Rp150.000.000

4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar


Negeri:

30% x Rp600.000.000 = Rp180.000.000

Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp150.000.000. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan
dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

11
2.5.4 Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri

Jika terjadi kerugian yang diderita luar negeri maka kerugian tersebut tidak
boleh digabungkan dikopensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari indonesia, jumlahnya diperoleh dengan membendingkan perhitungan total PPh
terutang,PPh maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilan dan PPh
terutang atau dibayar di luar negeri kemudian dipilih nilai terendah diantara
ketiganya.
Contoh :
PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai
berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar
Rp300.000.000 (tarif pajak yang berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian
sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku 25%). Di dalam negeri
memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?

Jawaban:

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dalam negeri Rp300.000.00

Penghasilan dari luar negeri Rp500.000.00

Jumlah Penghasilan Neto Rp800.000.00

2. Menghitung total PPh terutang:

12
Pajak terhutang 25% x Rp800.000.000 = Rp200.000.00

3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang

(Rp300.000.000 : Rp800.000.000) x Rp200.000.000 = Rp75.000.000

4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri:

40% x Rp300.000.000 Rp120.000.00

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat
dikreditkan adalah Rp75.000.000.

2.5.5 Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Luar Negeri Berasal Dari
Beberapa Negara

Jika diperoleh penghasilan luar negeri yang berasal dari bebrapa negara maka
besarnya batas maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing
negara (per country limitation).
Contoh :

Misalkan WPDN, PT Renjana Abadi pada Tahun Pajak 2018 memperoleh dan
menerima penghasilan neto dengan rincian sebagai berikut:

a. Di negara X, PT Renjana Abadi memperoleh penghasilan usaha sebesar


Rp1.000.000.000;00 dan dikenai PPh Luar Negeri sebesar Rp300.000.000,00;

b. Di negara Y, PT Renjana Abadi menerima penghasilan berupa bunga sebesar


Rp3.000.000.000,00 dan dikenai PPh Luar Negeri sebesar Rp450.000.000,00, tidak
terdapat pengurang penghasilan bruto atas penghasilan berupa bunga tersebut;

13
c. Di negara Z, PT Renjana Abadi menderita kerugian dari penjualan harta sebesar
Rp250.000.000,00; dan

d. Penghasilan neto dalam negeri sebesar Rp4.000.000.000,00.

Tidak ada P3B antara Indonesia dengan negara X, negara Y, dan negara Z.
Besarnya Pajak Penghasilan terutang atas seluruh penghasilan dihitung sebagai
berikut:

a. Penghasilan neto luar negeri:

1) Negara X (penghasilan usaha) Rp 1.000.000.000,00

2) Negara Y (penghasilan bunga) Rp 3.000.000.000,00

3) Negara Z (kerugian penjualan harta) Rp 0,00

Jumlah penghasilan neto luar negeri Rp 4.000.000.000,00

b. Penghasilan neto dalam negeri Rp 4.000.000.000,00

c. Jumlah penghasilan neto fiskal Rp 8.000.000.000,00

d. Penghasilan Kena Pajak Rp 8.000.000.000,00

e. PPh Terutang (Tarif Pasal 17 UU PPh) Rp 2.000.000.000,00

Besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan per jenis penghasilan untuk tiap
negara atau yurisdiksi dilakukan sebagai berikut:

a. Penghasilan usaha dari Negara X:

1) PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara X sebesar Rp300.000.000,00;

2) Jumlah tertentu

= Rp 1.000.000.000,00/ Rp 8.000.000.000,00 x Rp 2.000.000.000,00

= Rp 250.000.000,00

14
Dikarenakan jumlah tertentu sebesar Rp250.000.000,00, lebih kecil dibandingkan
dengan PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara X, maka jumlah PPh Luar
Negeri atas penghasilan usaha dari negara X yang dapat dikreditkan dengan Pajak
Penghasilan terutang di dalam negeri hanya sebesar jumlah tertentu, yaitu sebesar
Rp250.000.000,00.

b. Penghasilan bunga dari negara Y:

1) PPh Luar Negeri atas penghasilan bunga dari negara Y sebesar Rp450.000.000,00;

2) Jumlah tertentu:

= Rp 3.000.000.000,00/ Rp 8.000.000.000,00 x Rp 2.000.000.000,00

= Rp 750.000.000,00

Dikarenakan jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan bunga dari negara Y
sebesar Rp450.000.000,00 lebih kecil dibandingkan dengan jumlah tertentu, maka
jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan bunga dari negara Y yang dapat dikreditkan
dengan Pajak Penghasilan terutang di dalam negeri hanya sebesar PPh Luar Negeri,
yaitu sebesar Rp450.000.000,00.

Dengan demikian, jumlah PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan oleh PT
Renjana Abadi terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di dalam negeri adalah
sebesar Rp700.000.000,00 (Rp250.000.000,00 + Rp450.000.000,00). Kerugian dari
negara Z tidak dapat digabungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak

2.6 Penggabungan penghasilan


Langkah pertama dalam menghitung total PPh terutang dalam satu tahun pajak adalah
menentukan jumlah penghasilan ( baik penghasilan dari dalam negeri maupun penghasilan
luar negeri), yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung PPh tersebut untuk
penghasilan yang berasal dari luar negeri. Berikut ini ketentuan-ketentuan atas
penggabungan penghasilan tersebut ialah :
1. Untuk penghasilan yang berasal dari usaha. Penggabungan penghasilan dilakukan
dalam tahun priodehnya penghasilan tersebut (accrual basis )
15
2. Untuk penghasilan lainnya seperi sewa ,bunga,royalty,dan lain-lain.
Penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut (cash basis)
3. Untuk penggasilan berupa dividen yang diperoleh wajib pajak dalam negeri dari
pernyataan modal sekurang- kurangnyari 50% dari jumlah saham disetor atau
secera bersama-sama dengan jumlah saham disetor pada badan usaha diluar negri
yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek dengan penggabungaan dalam
tahun pajak saat dividen diperoleh.

Saat perolehan dividen dalam rangka penggabungan penghasilan tersebut ditetapkan


sesuai dengan keputusan mentri Keuangan yaitu:
a) Pada bulan keempat setelah akhir batas waktu kewajiban untuk
menyampaikan surat pemberitahuaan Tahunan pajak penghasilan (STP
Tahunan pph) badan usaha diluar negeri untuk tahun pajak yang
bersangkutan atau
b) Jika tidak ditentukan batas waktu penyampain STP saat diperoleh dividen
adalah pada bulan ketuju setelah tahun pajak terakhir

Penentuan besarnya dividen yaang digabungkan dengan penghasilan lainnya dihitung


berdasarkan besarnya proporsi pemilik saham pada badan usaha di luar negeri atas laba
setelah pajak, jika nantinya terjadinya pembagian dividen dalam jumlah yang melebihi
perhitungan atau terjadi pembagian dividen, maka kelebihan tersebut wajib dilaporkan dalam
STP pada tahun pajak bagiannya dividen tersebut.Tetapi,jika sudah dibagikan sebelum
jangka waktu tersebut, maka dividen yang digabungkan menjadi sebesar dividen yang
dibagikan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan24 mengatur pajak yang dibayar atau terutang yang berasal dari
penghasilan luar negeri .Pajak terutang atau yang dibayar dapat dikreditkan tetapi wajib pajak
harus memenuhi syarat yang telah ada. penghasilan yang berasal dari luar negeri dapat
digabungka dengan memperhatikan beberapa ketentuan yang ada.

Sumber penghasilan kena pajak dapat digunakan untuk memotong hutang pajak dari
pendapatan yang berupa bungga ,royalty ,sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta
benda bergerak dan tidak bergerak ,saham,surat berharga,imbalan danpendapatan dari BUT
di luar negeri. Besarnya pasak penghasilan tidak boleh melebihi perhitungan pajak
berdasarkan undang-undang pajak penghasilan sehingga ada beberapa ketentuan yang di
gunakan untuk menentukan besarnya kredit pajak yang diperbolehkan.

3.2 Saran

Makalah tentang “ PPh Pasal 24” adalah sebuah makalah yang disusun oleh penulis
untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak terhadap pengenaan pajak penghasilan Pasal
24. Diharapkan dengan membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkannya dan
mengetahui perhitunganya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2016 Perpajakan : Teori dan Kasus . Edisi 9. Buku 1. Jakarta: Selemba Empat

https://www.pajakku.com/read/5ecf803517946d2a32e32892/Kredit-Pajak-Luar-Negeri-(PPh-
Pasal-24)

https://pertapsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24

https://klikpajak.id/blog/pph-
24/#:~:text=PPh%20Pasal%2024%20adalah%20peraturan,terutang%20yang%20dimiliki%20
di%20Indonesia.

https://klikpajak.id/blog/pph-24/

18

Anda mungkin juga menyukai