KELOMPOK 4
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1 Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan menyatakan bahwa, Pajak adalah Konstribusi wajib kepada Negara yang terutang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan yang di maksud dengan jasa konstruksi adalah
layanan konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan pekerjaan konstruksi dan
layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.
1.3 Tujuan
1
1. Untuk mengetahui definisi dari PPh 4(2)
2
BAB II
PEMBAHASAN
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas
beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.
Tarif PPh Pasal 4 Ayat 2 ini berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilannya.
Misalnya untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), wiraswasta atau bisnis
online dengan omzet usaha kurang dari Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, maka tarif
pajaknya adalah 0,5% dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam 1 bulan. Cara
mudah membayar pajak UKM ini tanpa harus antre di bank adalah dengan menggunakan
aplikasi PPh Final 0,5 Persen OnlinePajak.
PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-
penghasilan tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan
terutang. Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah
masa pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak
yang tepat waktu dan pertimbangan lainnya.
Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu. Pihak pemungut ini terdiri
dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2) dan wajib pajak
orang pribadi yang merupakan pemungut PPh pasal 4 ayat (2) tanpa ditunjuk, di antaranya:
3
Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh Pasal 4 ayat
(2), di antaranya:
Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli
Penyelenggara undian
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar dividen
Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong
pajak
Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4
ayat (2), di antaranya:
Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan
pemotong pajak
Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:
Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali PPAT tersebut
adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas
4
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan pada jenis
tertentu dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:
Penghasilan berupa bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan lainnya serta
diskonto sertifikat Bank Indonesia
Penghasilan berupa bunga dari obligasi swasta dan obligasi negara (SUN/Surat
Utang Negara)
Penghasilan berupa bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota masing-masing
Penghasilan berupa hadiah berupa lotre/undian
Penghasilan dari transaksi saham/dividen dan surat berharga lainnya
Penghasilan dari transaksi industri perdagangan di bursa
Penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan mitranya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
Penghasilan dari transaksi atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
Penghasilan dari usaha real estate
Penghasilan dari sewa atas tanah dan/atau bangunan
Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan
Peraturan Pemerintah
Ketika PPh Pasal 4 Ayat 2 ini dikenakan atas transaksi antara perusahaan dan seorang
individu, di mana perusahaan bertindak sebagai penerima penghasilan tersebut, maka
perusahaan wajib menyelesaikan pajak ini saja. Sedangkan dalam kasus transaksi yang terjadi
antara dua perusahaan, maka pembayar harus mengumpulkan dan menyelesaikan pajak,
bukan penerima penghasilan.
Berikut ini adalah batas waktu pembayaran dan pelaporan untuk setiap jenis
penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2.
Penghasilan Omzet penjualan (peredaran bruto) usaha. Batas waktu pembayaran pada
tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Batas waktu pelaporannya
Jika telah melakukan validasi NTPN, wajib pajak tidak perlu lapor lagi. Cukup
5
menyertakan lampiran laporan PPh Final 0,5% pada pelaporan SPT Tahunan Badan
atau Pribadi (SPT 1770)
Hadiah undian. Batas waktu pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak. Batas waktu pelaporannya 20 hari setelah masa pajak berakhir
Bunga deposito atau tabungan, diskonto SBI, bunga atau diskonto Batas waktu
pembayarannya Tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
batas waktu pelaporan 20 hari setelah masa pajak berakhir
Transaksi penjualan saham batas waktu pembayaran Tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan terjadinya transaki penjualan saham. Batas waktu pelaporan Tanggal 25
bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham
Persewaan tanah dan/atau bangunan. Batas waktu pembayarannya Tanggal 10 (bagi
pemotong pajak) atau tanggal 15 (bagi WP pengusaha persewaan) dari bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir. Batas waktu pelaporan 20 hari setelah masa
pajak berakhir
Jasa konstruksi. Batas waktu pembayaran Tanggal 10 (bagi pemotong pajak) atau
tanggal 15 (bagi WP jasa konstruksi) dari bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir. Batas waktu pelaporannya 20 hari setelah masa pajak berakhir
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang
diperdagangkan di brusa, dan transaksi penjualan sahan atau pengalihan
penyertaan modal pada prusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura
6
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasakontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan:dan
5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah.
Berapa besaran tarif PPh Pasal 4 ayat 2? Tarif PPh 4 ayat 2 berbeda-beda dan bersifat
final untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan pajak. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat 2 ini disebut juga sebagai PPh Final. Pengenaan PPh Final berarti penghasilan
yang diperoleh akan dikenakan PPh dalam tarif tertentu. Pengenaan PPh baik yang dipotong
pihak lain maupun disetor sendiri, bukan disebut pembayaran di muka atas PPh terutang.
Akan tetapi telah dianggap langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan itu.
Contoh mudahnya, untuk UMKM, wiraswasta atau bisnis online lainnya dengan
omzet usaha kurang dari Rp4.8 Miliar dalam satu tahun pajak, maka tarif pajak yang
dikenakan adalah 0,5% dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam satu bulan.
Berikut ini akan diuraikan berbagai objek pajak dengan tarif masing-masing yang
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
1. Tarif 20% dikenakan terhadap bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), dan diskon jasa giro. Ketentuan tarif ini telah diatur dalam
PP No. 131 Tahun 2000 serta turunannya Keputusan Menteri Keuangan No.
51/KMK.04/2001.
2. Tarif 10% dikenakan atas bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada para
anggotanya sebagaimana diatur dalam PP No. 15 Tahun 2009.
3. Tarif 10% dikenakan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17 ayat 2C.
4. Sewa atas tanah dan/atau bangunan, tarifnya adalah 10% seperti yang telah diatur
PP No. 29 Tahun 1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun 2002.
5. Tarif 0-20% dikenakan terhadap bunga dari kewajiban sebagaimana dirinci dalam
PP No. 16 Tahun 2009.
6. Tarif 25% dikenakan atas hadiah lotre atau undian sebagaimana diatur dalam PP
No. 132 Tahun 2000.
7
7. Transaksi penjualan saham pendiri dan saham bukan pendiri (non-founder),
tarifnya masing-masing adalah 0,5% dan 0,1%. Ketentuan ini seperti yang
tercantum dalam PP No. 14 Tahun 1997.
8. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (termasuk usaha real estate),
tarifnya adalah 5% seperti yang tercantum dalam PP No. 71 Tahun 2008.
9. Transaksi dari penjualan saham atau pengalihan ibu kota mitra perusahaan yang
telah diterima oleh modal usaha, tarifnya adalah 0,1% sebagaimana telah diatur di
dalam PP No. 4 Tahun 1995.
10. Jasa konstruksi dikenakan tarif 2-6%. Penjelasan lebih lanjutnya bisa ditemukan
pada PP No. 51 Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40 Tahun 2009.
11. Transaksi derivatif berjangka panjang yang telah diperdagangkan di bursa
dikenakan tarif 2,5% sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun 2009
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ) dikenakan atas
beberapa jenis penghasilan dengan pemotongan yang bersifat final dan tarif
yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, Pajak
Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ini disebut juga sebagai PPh Final.
Salah satu objek PPh Pasal 4 Ayat 2 adalah omzet penjualan usaha (di bawah
Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun), baik yang dimiliki wajib pajak badan maupun
orang pribadi. Tarifnya adalah 0,5 persen dari total omzet penjualan per bulan.
Cara termudah hitung dan setor pajak final ini, sekaligus mendapatkan
lampiran PDF laporan tahunannya secara otomatis adalah dengan
menggunakan aplikasi PPh Final 0,5% OnlinePajak.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/pajak-penghasilan-pph-pasal-4-ayat-
2-a
https://klikpajak.id/blog/pph-4-ayat-2-ketentuan-pengenaan-pajak-penghasilan-final/
http://kppnmetro.org/pph-pasal-4-ayat-2/#:~:text=Pemotongan%20atau
%20pemungutan%20Pajak%20Penghasilan,yang%20ditetapkan%20dengan
%20Peraturan%20Pemerintah.
10