DOSEN PENGAMPU :
FARDINANT ADHITAMA, S.E., M.SI., AK
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga karya
ilmiah yang berjudul Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2) ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberi motivasi
untuk membuat karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Bapak Fardinant Adhitama, S.E.,
M.SI., AK selaku dosen pengampu mata kuliah perpajakan yang telah berbagi banyak ilmu
kepada kami untuk mendapatkan wawasan yang luas.
Dengan menyelesaikan makalah ini, kami berharap banyak manfaat yang dapat dipetik
dan diambil dari makalah ini. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan pembaca.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang :
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum dari PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
2. Apa saja Objek PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
3. Siapa Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
4. Apa saja Pengecualian Pemungutan dari PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
5. Siapa saja Subjek Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
6. Bagaimana Tarif Umum PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
7. Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
8. Apa saja Sanksi Pelaporan dan Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
9. Bagaimana Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)
5
8) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/10MK0/2002 tentang Perubahan
Kepmenkeu No.394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pemotongan Pph atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Dan Usaha Jasa Konstruksi
10) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang Tata Cara
Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Pengalihan Hak atas Tanah Dan/ Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah Dan atau Bangunan Beserta Perubahannya
11) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Serta Pemotongan dan/
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan pajak bagi instansi pemerintah
12) Peraturan menteri keuangan nomor 59/PMK.03/2022 tentang perubahan atas
peraturan menteri keuangan nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata cara
pendaftaran dan penghapusan NPWP, pengukuhan dan pencabutan pengukuhan
pengusaha kena pajak, serta pemotongan dan/atau pemungutan, penyetoran, dan
pelaporan pajak bagi instansi pemerintah.
1. Sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung petemuan termasuk bagiannya,
rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri
2. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan,
tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati
3. Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/ atau bangunan beserta perubahannya
4. Penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)
5. Penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)
6
6. Hadiah undian
7. Pembelian barang/jasa dari WP dengan peredaran bruto tertentu sesuai PP 23 tahun
2018
7
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang
mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah tersebut
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada badan keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.
Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
6. Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh
dalam pasal 4 ayat (2) ini adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
7. Pembayaran dengan mekanisme uang persediaan atas transaksi yang dilakukan
melalui pihak lain dalam Sistem Informasi Pengadaan, yang telah dipungut PPh
Pasal 22 oleh pihak lain.
8
1. Wajib Pajak Badan
Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh
Pasal 4 ayat (2), di antaranya :
• Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk
• Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli
• Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi
• Penyelenggara undian
• Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar
dividen
• Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak
2. Wajib Pajak Orang Pribadi
Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2), di antaranya:
• Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
• Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat
yang menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan
• Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh
Pasal 4 ayat (2) adalah:
o Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan
yang melakukan pekerjaan bebas
o Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam
negeri.
9
2.6 Tarif Umum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)
10
2.7 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2)
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) :
➢ Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) secara umum dilakukan oleh pihak yang
membayarkan (penerima jasa) dengan cara menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal
4 ayat (2) rangkap tiga, selanjutnya melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan
SSP atas nama dan NPWP 5 pemotong pajak. Penyetoran dilakukan paling lambat
tanggal 10 bulan berikut dan pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikut.
➢ Untuk transaksi Penghasilan dari Persewaan Tanah/Bangunan atau Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi, penyetoran PPh dapat dilakukan oleh pihak penerima
penghasilan apabila pihak yang membayarkan bukan Pemotong Pajak.
➢ Penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan sendiri (tanpa melalui pemotongan) ini
dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikut sedangkan pelaporan paling lambat
tetap tanggal 20 bulan berikut bagi pihak yang dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) akan
menerima Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final, sehingga tidak
dapat digunakan untuk mengkreditkan pajak yang telah dipotong dimuka pada SPT
Tahunan PPh Badan.
Untuk sanksi atas keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal
4 ayat (2) atas Persewaan tanah dan/atau bangunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per
bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Hal ini diatur didalam Pasal 4 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Adapun untuk sanksi atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas
persewaan tanah dan/atau bangunan ke kantor Pajak dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp
100.000,- (seratus ribu rupiah) Hal ini diatur didalam pasal 7 ayat (1) UU KUP.
11
2.9 Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2)
2. Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
➢ Pada bulan Juli 2020 Moreno menyewakan rumah kepada adik
kandungnya Kinan yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai
dengan Desember 2022 sebesar Rp110.000.000,00 yang dibayar
dimuka.
Bagaimanakah kewajiban PPh Pasal 4 ayat (2) terkait transaksi sewa
antara Moreno dan Kinan ?
Jawaban :
Mengingat Kinan bukan merupakan pemotong pajak, maka Moreno
wajib menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat
dia terdaftar. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang
wajib disetorkan adalah :
10% x Rp110.000.000 = Rp11.000.000.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
PPh pasal 4 ayat (2) adalah Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan
jasa tertentu seperti konstruksi, sewa dan sumber tertentu (jasa tanah/bangunan, pengalihan
tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya). PPh pasal 4 ayat (2) bersifat final dan tidak bisa
dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran atau
penyetoran pajak PPh pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/bangunan maka dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
tanggal pembayaran (pasal 9 ayat (2) UU No 28 tahun 2007). Adapun atas keterlambatan
pelaporan SPT Masa PPh pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/atau bangunan akan
dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp100.000 ( pasal 7 ayat (1) UU KUP).
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajakku.com/read/631ea5f1fa33631a29890944/Serba-Serbi-PPh-Pasal-4-Ayat-
(2):-Jenis-Tarif-Pelaporan
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-
perhitungan/#:~:text=Subjek%20pemotong%20PPh%204%20ayat,dengan%20pembayaran%
20untuk%20objek%20tertentu
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi/perpajakan/pph-pasal-4-ayat-
2.html#
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/374/jbptunikompp-gdl-elysuhayat-18685-6-pertemua-
6.pdf
https://www.ats-konsultama.com/jawaban/pph-pasal-4-ayat-2
14