Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 4 Ayat (2)


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan

DOSEN PENGAMPU :
FARDINANT ADHITAMA, S.E., M.SI., AK

Disusun Oleh Kelompok 5 :


1. Anendita Meta Yolanda (01010582125023)
2. Putri Natasyah (01010582125013)
3. Leysika Alya Shafa (01010582125041)
4. Oksa Ardianti (01010582125035)
5. Agnes Nadilla (01010582125043)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga karya
ilmiah yang berjudul Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2) ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberi motivasi
untuk membuat karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Bapak Fardinant Adhitama, S.E.,
M.SI., AK selaku dosen pengampu mata kuliah perpajakan yang telah berbagi banyak ilmu
kepada kami untuk mendapatkan wawasan yang luas.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Dengan menyelesaikan makalah ini, kami berharap banyak manfaat yang dapat dipetik
dan diambil dari makalah ini. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan pembaca.

Palembang, 05 Februari 2023

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1


Daftar Isi ............................................................................................................................. 2
1. Pendahuluan ................... ............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 4
2. Pembahasan.................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum PPh Pasal 4 Ayat (2) .............................................. 5
2.2 Objek PPh Pasal 4 Ayat (2) ................................................................................... 6
2.3 Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ............................................................................. 7
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 4 Ayat (2) ................................................... 7
2.5 Subjek Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ................................................................. 8
2.6 Tarif Umum PPh Pasal 4 Ayat (2) ......................................................................... 10
2.7 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) ............ 11
2.8 Sanksi Pelaporan dan Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat (2) ...................................... 11
2.9 Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) ....................................................................... 12
3. Penutup ........................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 13
4. Daftar Pustaka .............................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Mardiasmo, 2018:1). Pajak terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah pajak
penghasilan pasal 4 ayat 2 atau PPh yang bersifat final. PPh pasal 4 ayat 2 adalah pajak yang
dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan
yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final. Salah satu contoh usaha yang
dikenakan PPh final adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sendiri dalam perkembangannya


mengalami peningkatan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Tidak hanya di kota-kota besar,
namun juga hampir seluruh kota di pelosok nusantara. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam praktiknya merupakan kegiatan usaha yang mampu dan dapat berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu menghasilkan berbagai
jenis produk usaha dan menjadi salah satu terobosan yang bagus dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian baik untuk masyarakat pelaku usaha itu sendiri maupun untuk
negara. Semakin pesatnya pertumbuhan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam mengembangkan usahanya diharapkan mampu untuk membuka banyak
lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran yang terus bertambah. Menurut
Tambunan (2017:1) Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di
semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara usaha mikro (UMI), usaha kecil
(UK), dan usaha besar (UB) pada umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk
tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Pertumbuhan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Ilir Barat Palembang terus meningkat sejak tahun
2016 hingga tahun 2018.

3
1.2. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang :
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum dari PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
2. Apa saja Objek PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
3. Siapa Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
4. Apa saja Pengecualian Pemungutan dari PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
5. Siapa saja Subjek Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
6. Bagaimana Tarif Umum PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
7. Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
8. Apa saja Sanksi Pelaporan dan Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat (2) ?
9. Bagaimana Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum dari PPh Pasal 4 Ayat (2)
2. Untuk mengetahui Apa saja Objek PPh Pasal 4 Ayat (2)
3. Untuk mengetahui Siapa Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2)
4. Untuk mengetahui Apa saja Pengecualian Pemungutan dari PPh Pasal 4 Ayat (2)
5. Untuk mengetahui Siapa saja Subjek Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2)
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Tarif Umum PPh Pasal 4 Ayat (2)
7. Untuk mengetahui Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
PPh Pasal 4 Ayat (2)
8. Untuk mengetahui Apa saja Sanksi Pelaporan dan Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat (2)
9. Untuk mengetahui Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2)

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan tertentu
yang bersifat final dan tidak bisa dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) merupakan pemotongan atas
penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa dan sumber tertentu, seperti jasa
konstruksi, sewa tanah dan/atau bangunan, hadiah undian, dan lain sebagainya.
2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)
1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah dubah dengan
undang undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU
No. 7 tentang Pajak Penghasilan
2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan
3) PP Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
PP Nomor 5 Tahun 2002
4) PP Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstrukai
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor 59 Tahun 2010
5) PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari
Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor 40
Tahun 2009
6) PP Nomor 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
7) PP Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual
Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya.

5
8) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/10MK0/2002 tentang Perubahan
Kepmenkeu No.394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pemotongan Pph atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Dan Usaha Jasa Konstruksi
10) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang Tata Cara
Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Pengalihan Hak atas Tanah Dan/ Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah Dan atau Bangunan Beserta Perubahannya
11) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Serta Pemotongan dan/
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan pajak bagi instansi pemerintah
12) Peraturan menteri keuangan nomor 59/PMK.03/2022 tentang perubahan atas
peraturan menteri keuangan nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata cara
pendaftaran dan penghapusan NPWP, pengukuhan dan pencabutan pengukuhan
pengusaha kena pajak, serta pemotongan dan/atau pemungutan, penyetoran, dan
pelaporan pajak bagi instansi pemerintah.

2.2 Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

1. Sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung petemuan termasuk bagiannya,
rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri
2. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan,
tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati
3. Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/ atau bangunan beserta perubahannya
4. Penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)
5. Penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)

6
6. Hadiah undian
7. Pembelian barang/jasa dari WP dengan peredaran bruto tertentu sesuai PP 23 tahun
2018

2.3 Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

➢ Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019, Instansi


Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi:
1. Pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau bangunan kepada
penyedia jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya
2. Sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan antara lain kepada :
a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihan kurang dari
Rp60.000.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
b. Orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa
bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah,
bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah
dan/atau bangunan, atau
c. Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan.

2.4 Pengecualian Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

➢ Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh dalam pasal 4


ayat (2) adalah:
1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000 dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

7
2. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
3. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
Lalu, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Yang
mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah tersebut
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada badan keagamaan. Lalu badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.
Di mana ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK. Sepanjang hibah
tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
6. Termasuk yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh
dalam pasal 4 ayat (2) ini adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
7. Pembayaran dengan mekanisme uang persediaan atas transaksi yang dilakukan
melalui pihak lain dalam Sistem Informasi Pengadaan, yang telah dipungut PPh
Pasal 22 oleh pihak lain.

2.5 Subjek Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

➢ Subjek Pemotong (PPh) Pasal 4 Ayat (2)/PPh Final :


Pemungutan Jenis (PPh) Pasal 4 Ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu.

8
1. Wajib Pajak Badan
Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh
Pasal 4 ayat (2), di antaranya :
• Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk
• Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli
• Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi
• Penyelenggara undian
• Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar
dividen
• Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak
2. Wajib Pajak Orang Pribadi
Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2), di antaranya:
• Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
• Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat
yang menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan
• Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh
Pasal 4 ayat (2) adalah:
o Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan
yang melakukan pekerjaan bebas
o Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam
negeri.

9
2.6 Tarif Umum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat (2)

1. Sewa Tanah Bangunan


• 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)
2. Pengalihan Tanah Bangunan
• 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
atau kantor/instansi pemerintah
• 1x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) bagi rumah sederhana atau rusun
• 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) untuk lainnya
3. Kontraktor Pelaksana
• 1,75% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiki
kualifikasi usaha kecil
• 2,65% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki
kualifikasi usaha menengah/besar
• 4% x Nilai Kontrak (tidak temasuk PPM) Rekanan tidak memiliki
kualifikasi usaha
4. Kontraktor Perencana/Pengawas
• 10% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki
kualifikasi usaha
• 6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki
kualifikasi usaha
5. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
• Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan
dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan
pembangunan serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan.
• 2.65% Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki Sertifikat
Badan Usaha.
• 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki
Sertifikat Badan Usaha.

10
2.7 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2)

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2) :

➢ Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) secara umum dilakukan oleh pihak yang
membayarkan (penerima jasa) dengan cara menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal
4 ayat (2) rangkap tiga, selanjutnya melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan
SSP atas nama dan NPWP 5 pemotong pajak. Penyetoran dilakukan paling lambat
tanggal 10 bulan berikut dan pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikut.
➢ Untuk transaksi Penghasilan dari Persewaan Tanah/Bangunan atau Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi, penyetoran PPh dapat dilakukan oleh pihak penerima
penghasilan apabila pihak yang membayarkan bukan Pemotong Pajak.
➢ Penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan sendiri (tanpa melalui pemotongan) ini
dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikut sedangkan pelaporan paling lambat
tetap tanggal 20 bulan berikut bagi pihak yang dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) akan
menerima Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final, sehingga tidak
dapat digunakan untuk mengkreditkan pajak yang telah dipotong dimuka pada SPT
Tahunan PPh Badan.

2.8 Sanksi Pelaporan dan Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat (2)

Untuk sanksi atas keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal
4 ayat (2) atas Persewaan tanah dan/atau bangunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per
bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Hal ini diatur didalam Pasal 4 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Adapun untuk sanksi atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas
persewaan tanah dan/atau bangunan ke kantor Pajak dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp
100.000,- (seratus ribu rupiah) Hal ini diatur didalam pasal 7 ayat (1) UU KUP.

11
2.9 Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2)

1. Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Hadiah Undian


➢ X mendapatkan hadiah dari brand lokal senilai Rp 10.000.000, berapa
pungutan PPh Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah tersebut?
Jawaban :
Tarif PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Hadiah undian sebesar 25%.
Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2) = 25% x nilai hadiah
= 25% x Rp. 10.000.000
= Rp 2.500.000
Maka, pajak PPh yang harus dibayarkan senilai Rp 2.500.000, dan uang
tunai yang dapat X miliki dari hadiah tersebut senilai Rp 7.500.000

2. Contoh Kasus PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
➢ Pada bulan Juli 2020 Moreno menyewakan rumah kepada adik
kandungnya Kinan yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai
dengan Desember 2022 sebesar Rp110.000.000,00 yang dibayar
dimuka.
Bagaimanakah kewajiban PPh Pasal 4 ayat (2) terkait transaksi sewa
antara Moreno dan Kinan ?
Jawaban :
Mengingat Kinan bukan merupakan pemotong pajak, maka Moreno
wajib menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat
dia terdaftar. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang
wajib disetorkan adalah :
10% x Rp110.000.000 = Rp11.000.000.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

PPh pasal 4 ayat (2) adalah Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan
jasa tertentu seperti konstruksi, sewa dan sumber tertentu (jasa tanah/bangunan, pengalihan
tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya). PPh pasal 4 ayat (2) bersifat final dan tidak bisa
dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran atau
penyetoran pajak PPh pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/bangunan maka dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
tanggal pembayaran (pasal 9 ayat (2) UU No 28 tahun 2007). Adapun atas keterlambatan
pelaporan SPT Masa PPh pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/atau bangunan akan
dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp100.000 ( pasal 7 ayat (1) UU KUP).

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajakku.com/read/631ea5f1fa33631a29890944/Serba-Serbi-PPh-Pasal-4-Ayat-
(2):-Jenis-Tarif-Pelaporan

https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-
perhitungan/#:~:text=Subjek%20pemotong%20PPh%204%20ayat,dengan%20pembayaran%
20untuk%20objek%20tertentu

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi/perpajakan/pph-pasal-4-ayat-
2.html#

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/374/jbptunikompp-gdl-elysuhayat-18685-6-pertemua-
6.pdf

https://www.ats-konsultama.com/jawaban/pph-pasal-4-ayat-2

14

Anda mungkin juga menyukai