Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGANTAR HUKUM BISNIS

PMA DAN SENGKETA BISNIS


Dosen Pengampu: Nindie Ellesia, S.S, M.M

Disusun Oleh:

Rama Adhitya N. 191010504400


Ramadhan Zakaria 191010504374
Reza Dwi Anggara 191010504373
Silvia 191010504391
Sri Afriyanti Melenia 191010504429
Vio Dyah Pitaloka R. 191010504440
Yosli Akbar 191010504412

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
kuliah Pengantar Hukum Bisnis yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Tangerang Selatan, 1 September 2019

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………. ..iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang.............................………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah.....................……………………………………………………….....1

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………….....2

BAB II. PEMBAHASAN 2

A. PMA (Penanaman Modal Asing)


2.1. Pengertian PMA………………………….…………………………………………………...2
2.2. Fungsi PMA………….………….……………………………………………………………3
2.3. Tujuan PMA ...…………………………………………………………………………...3
2.4. Faktor yang mempengarui PMA....…………………………………………………………..3
2.5 Dasar Hukum PMA….…………….………………………………………………………….4

2.6. Penyelesaian Sengketa Dalam PMA………………………………………….............4

B. Sengketa Bisnis
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis …………………………………………………………...5
2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis Dengan Cara Alternatif …………………………………6
2.3 Penyelesaian Sengketa Bisnis Menurut Sudut Pandang ………………………...8
2.4 Lembaga Penyelesaian Sengketa Bisnis ……………………...………………...8
2.5 Contoh Kasus Sengketa Bisnis……………………………………………………………….9

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………....11

3.2 Saran………………………………………………………………………………..12

Daftar Pustaka

iii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan modal
pembangunan. Di Indonesia, PMA diatur dalam Undang -undang. Penanaman Modal Asing
(UUPMA) yang merupakan landasan hukum mengalirnya PMA ke Indonesia. Sejalan dengan
perubahan keadaan sosial, politik dan ekonomi, diperlukan pula peraturan PMA yang mampu
mempercepat perkembangan ekonomi nasional dalam mendorong tercapainya sasaran
pembangunan ekonomi nasional. Landasan pemikiran ini merupakan alasan pokok lahirnya
UUPMA tahun 2007. Disahkannya Undang-Undang Penanaman Modal (UUPM) yang
mengatur secara komprehensif berbagai hal mengenai kegiatan penanaman modal langsung
di Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif tetapi tetap mengedepankan
kepentingan nasional.

Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak mungkin
dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu
menutut pemecahan dan penyelsaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan
frekuensi terjadi sengketa makin tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus diselsaikan.
Membiarkan sengketa dagang terlambat diselsaikan akan mengakibatkan perkembangan
pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami kemandulan dan
biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang paling dirugikan, disamping itu
peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial kaum pekerja juga terhambat Kalaupun
akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan sengketa di antara para pihak yang terlibat,
peranan penasihat hukum dalam menyelsaikan sengketa itu dihadapkan pada alternative.
Secara konvensional, penyelsaian sengketa biasanya dilakukan secara litigasi atau penyelsaian
senngketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para pihak yang bersengketa
sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud PMA dan Sengketa Bisnis?


2. Apa saja tujuan dan manfaat PMA dan Sengketa Bisnis?
3. Apa saja landasan hukum dari PMA dan Sengketa Bisnis ?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud PMA dan Sengketa Bisnis.
2. Mengetahui dan Memahami tujuan dan manfaat PMA dan Sengketa Bisnis.
3. Mengetahui dan memahami landasan hukum dari PMA dan Sengketa Bisnis.
4. Dapat menambah wawasan baik penulis maupun pembaca tentang hal yang berhubungan
dengan demokrasi di Indonesia.

BAB II
Pembahasan

A. PMA ( Penanaman Modal Asing )


2.1 Pengertian PMA

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang


Penanaman Modal pasal 1 angka (3) mengungkapkan bahwa Penanaman modal asing adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Prof M Sornarajah memberikan difinisi tentang penanaman modal asing adalah “


merupakan transfer modal baik nyata maupun tidak nyata dari suatu negara ke negara lain,
tujuannnya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah
pengawasan dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian “

Seperti dikutip dari wikipedia. Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak memiliki
kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan adil (andil) dalam alih
teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini,
sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah
untuk penyediaan lapangan kerja.

2
2.2 Fungsi PMA di Indonesia
1. Sumber dana modal asing dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi dan
pertumbuhan ekonomi.

2. Modal asing dapat berperan penting dalam penggunaan dana untuk perbaikan structural agar
menjadi lebih baik lagi.

3. Membantu dalam proses industrilialisasi yang sedang dilaksanakan.

4. Membantu dalam penyerapan tenaga kerja lebih banyak sehingga mampu mengurangi
pengangguran.

5. Mampu meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.

6. Menjadi acuan agar ekonomi Indonesia semakin lebih baik lagi dari sebelumnya.

7. Menambah cadangan devisa negara dengan pajak yang diberikan oleh penanam modal.

2.3 Tujuan PMA di Indonesia


1. Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat pajak lokal
dan lain-lain.

2. Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain

3. Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan
infrastruktur yang lebih baik.

4. Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara.

2.4 Faktor Yang Mempengarui PMA di Indonesia


1. Instabilitas Politik dan Keamanan.

2. Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan.

3. Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta belum
lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah.

4. Kurangnya jaminan kepastian hukum.

3
5. Lemahnya penegakkan hukum.

6. Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi.

7. Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan

8. Masih maraknya praktek KKN

2.5 Dasar Hukum PMA


1. No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal UUPM.

2. Perpres DNI Peraturan Presiden No. 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup
dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

3. Perka BKPM No. 5 tahun 2013 tentang Pedoman dan tata Cara Perizinan dan Non Perizinan
Penanaman Modal.

4. Lampiran Perka BKPM No. 5 tahun 2013 tentang Pedoman dan tata Cara Perizinan dan Non
Perizinan Penanaman Modal.

2.6 Penyelesaian Sengketa Dalam PMA

Pasal 32 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman


Modal mengatur mekanisme penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan
penanam modal asing, yaitu:
1. Ayat 1 : Dalam hal teijadi sengketa di bidang penanaman modal antara
pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan
sengketa tersebut melalui musyawarah mufakat.

2. Ayat 2 : Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat


1 tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan.

3. Ayat 3 : Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara


Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat
menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan

4
para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati,
penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.

4. Ayat 4 : Dalam hal teijadi sengketa di bidang penanaman modal antara


Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh
para pihak.

B. Sengketa Bisnis
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis

Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton “a commercial disputes is one


which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market
economy”. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik. Konflik
berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek
permasalahan.

Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu – individu
atau kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu
objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang lain.

Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan
antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis.
mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dna
masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan
bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis

5
Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai
berikut :

1. Sengketa perniagaan 8. Sengketa Kontrak


2. Sengketa perbankan 9. Sengketa pekerjaan
3. Sengketa Keuangan 10. Sengketa perburuhan
4. Sengketa Penanaman Modal 11. Sengketa perusahaan
5. Sengketa Perindustrian 12. Sengketa hak
6. Sengketa HKI 13. Sengketa property
7. Sengketa Konsumen 14. Sengketa Pembangunan konstruks

2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis Dengan Cara Alternatif

Banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan Negosiasi,


Mediasi, dan Arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digunakan agar pertikaian dapat
segera teratasi.

a. Negosisasi

Negosiasi adalah proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak
mengubah) sikap dan perilaku orang lain. Proses untuk mencapai kesepakatan yang
menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang,
dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.Negosiasi adalah suatu
bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal lawan dimana kedua belah pihak
bersama-sama mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua pihak.

Pola dalam bernegosiasi adalah sebagai berikut :

1. Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak menyetujui,


menunjukkan kelemahan pihak lain.

2. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui, membangkitkan


motivasi, mengembangkan interaksi.

3. Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi pembicaraan,
berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan

6
4. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian pada “here
and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.

b. Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah

Adapula prosedur untuk melakukan mediasi antara lain :

1. Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian majelis
hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.

2. Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator berikut
pihak-pihak yang berperkara tersebut.

3. Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya perkara ini
diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang
berperkara.

4. Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari ke 22
harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan.

5. Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.

c. Arbitrase

Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”.

1. Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau beberapa
oramg arbiter.

2. Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan secara


musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter itu sendiri;

7
3. Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan melalui arbirase,
yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang perdagangan dan hak-hak yang dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak;

4. Asas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan mengikat
yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding atau kasasi. Asas ini
pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa atau perjanjian arbitrase.

Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah untuk
menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya oleh para
pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil,Tanpa adanya formalitas atau
prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang menghambat penyelisihan perselisihan.

2.3 Penyelesaian Sengketa Bisnis Menurut Sudut Pandang

a. Dari sudut pandang pembuat keputusan

1. Adjudikatif : mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan pengambilan


keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para pihak.

2. Konsensual/Kompromi : cara penyelesaian sengketa secara kooperatif/kompromi untuk


mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution.

3. Quasi Adjudikatif : merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif.

b. Dari sudut pandang prosesnya

1. Litigasi : merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan


menggunakan pendekatan hukum.

2. non Litigasi : merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak
menggunakan pendekatan hukum formal.

2.4 Lembaga Penyelesaian Sengketa Bisnis

a. Pengadilan Umum

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai karakteristik

8
1. Prosesnya sangat formal

2. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)

3. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan

4. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)

5. Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)

6. Persidangan bersifat terbuka

b. Pengadilan Niaga

Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan


umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan
Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI.
Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Prosesnya sangat formal.

2. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim).

3. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.

4. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding).

5. Waktu singkat.

2.5 Contoh Kasus Sengketa Bisnis

“Kasus Sengketa Sepeda Motor Tossa Krisma dengan Honda Karisma”


Kasus ini berawal dari kesalahan penemu merek. Dilihat dengan seksama antara Krisma
dan Karisma memiliki penyebutan kata yang sama. Tossa Krisma diproduksi oleh PT.Tossa
Sakti, sedangkan Honda Karisma diproduksi oleh PT.Astra Honda Motor. PT.Tossa Sakti tidak
dapat dibandingkan dengan PT.Astra Honda Motor (AHM), karena PT.AHM perusahaan yang
mampu memproduksi 1.000.000 unit sepeda motor per tahun. Sedangkan PT.Tossa Sakti pada

9
motor Tossa Krisma tidak banyak konsumen yang mengetahuinya, tetapi perusahaan tersebut
berproduksi di kota-kota Jawa Tengah, dan hanya beberapa unit di Jakarta.
Permasalahan kasus ini tidak ada hubungan dengan pemroduksian, tetapi masalah
penggunaan nama Karisma oleh PT.AHM. Sang pemilik merek dagang Krisma (Gunawan
Chandra), mengajukan gugatan kepada PT.AHM atas merek tersebut ke jalur hukum. Menurut
beliau, PT.AHM telah menggunakan merek tersebut dan tidak sesuai dengan yang terdaftar di
Direktorat Merek Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. Bahkan
PT.AHM diduga telah menggunakan merek tidak sesuai prosedur, karena aslinya huru Karisma
di desain dengan huruf balok dan berwarna hitam putih, sedangkan PT.AHM memproduksi
motor tersebut dengan tulisan huruf sambung dengan desain huruf berwana.Akhirnya
permohonan Gunawan Chandra dikabulkan oleh hakim Pengadilan Niaga Negeri.

Namun, PT.AHM tidak menerima keputusan dari hakim pengadilan, bahkan mengajukan
keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung. PT.AHM menuturkan bahwa sebelumnya
Gunawan Chandra merupakan pihak ketiga atas merek tersebut. Bahkan, beliau menjiplak nama
Krisma dari PT.AHM (Karisma) untuk sepeda motornya. Setelah mendapat teguran, beliau
membuat surat pernyataan yang berisikan permintaan maaf dan pencabutan merek Krisma
untuk tidak digunakan kembali, namun kenyataannya sampai saat ini beliau menggunakan
merek tersebut.

Hasil dari persidangan tersebut, pihak PT.Tossa Sakti (Gunawan Chandra)


memenangkan kasus ini, sedangkan pihak PT.AHM merasa kecewa karena pihak pengadilan
tidak mempertimbangkan atas tuturan yang disampaikan. Ternyata dibalik kasus ini terdapat
ketidakadilan bagi PT.AHM, yaitu masalah desain huruf pada Honda Karisma bahwa pencipta
dari desain dan seni lukis huruf tersebut tidak dilindungi hukum.

10
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Kegiatan penanaman modal asing dan sengketa bisnis antara investor asing dan partner
lokal memiliki aturan dan perjanjian masing-masing, dan sudah diatur oleh Undang – Undang
di Indonesia. Peranan penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara sedang
berkembang dapat diperinci menjadi lima, yaitu : Pertama, sumber dana eksternal (modal
asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu
diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat
berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat,
kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-
benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negara-
negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat
dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk dapat mendirikan
pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.
Peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi sesuai
dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan
investor dalam menanamkan modalnya, antara lain :
a) Faktor Sumber Daya Alam, seperti tersedianya hasil hutan, bahan tambang, gas dan
minyak bumi maupun iklim dan letak geografis serta kebudayaan.
b) Faktor Sumber Daya Manusia, dalam hal ini berkaitan dengan tenaga kerja siap pakai.
c) Faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha.
d) Faktor kebijakan pemerintah, kebijakan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi
yang diambil oleh Pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.
e) Faktor kemudahan dalam peizinan, dalam rangka meningkatkan investasi di daerah, maka
faktor perizinan perlu diperhatikan
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, menjadi penyebab sebagian besar investor
asing enggan masuk ke Indonesia atau enggan merealisasikan rencana investasi mereka yang
telah disetujui oleh pemerintah serta terjadinya relokasi industri ke negara lain yang berakibat
adanya capital flight yang besar.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuknya investasi asing ke
Indonesia. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus investasi ke sebuah
negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum, yang tampaknya
menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah Indonesia. Ketidakkonsistenan penegakkan
hukum masih menjadi faktor penghambat daya tarik Indonesia bagi investasi asing. Bahkan

11
kebijakan otonomi daerah menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa
daerah di Indonesia.

3.2 Saran
Dengan adanya perkembangan perekonomian yang semakin maju, yang didukung
dengan banyaknya jenis permintaan akan kebutuhan masyarakat,maka diperlukan perhatian
dari pemerintah dan para pelaku usaha untuk mengefisiensikan cara, guna memperoleh laba
yang lebih besar, yang mana akan berujung pada penambahan devisa negara. Melihat pada
perkembangan perekonomian, bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menyimpan
dan mnyalurkan dana dalam masyarakat,membutuhkan kepercayaan yang tinggi dari
masyarakatnya itu sendiri,maka dihimbau bagi dunia perbankan untuk melakukan
penggabunganusaha , konsolidasi, dan akuisisi sehingga didapatkan kesatuanusaha yang
kokoh

12
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu 1 September 2019


http://seputarpengertian.blogspot.com 1 September 2019
https://bplawyers.co.id 1 September 2019
https://startuphki.com/kasus-sengketa-sepeda-motor-tossa-krisma-dengan-honda-karisma/
1 September 2019

13

Anda mungkin juga menyukai