Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS APARAT SIPIL


NEGARA PADA KANTOR INSPEKTORAT DAERAH
KABUPATEN SINJAI
TERKAIT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

OLEH:

1. AULA NURUL MUJAHIRA NIM : 18.21.094


2. ANDITA PERTAMASARI NIM : 18.21.093
3. WULANDARI NIM : 18.21.092

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(STISIP) MUHAMMADIYAH SINJAI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas
mata kuliah Birokrasi Indonesia. Pada makalah ini akan dibahas mengenai upaya
peningkatan kapasitas Aparat Sipil Negara pada Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten
Sinjai” terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk
kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Sinjai, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ...................................................................................................................... i


2. Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
3. Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
4. Bab II Pembahasan .............................................................................................................. 3
A. Konsep Aparat Sipil Negara ............................................................................... 3
B. Peningkatan Kapasitas Aparat Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 .................. 5

C. Kerangka Konseptual ......................................................................................... 8


D. Defenisi Operasional ......................................................................................... 9
5. Bab III Penutup .................................................................................................................... 12
1.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 12
1.2 Saran .............................................................................................................................. 12
6. Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tata kepemerintahan yang baik merupakan isu sentral yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini, sesuai
pandangan yang mengemukakan bahwa tuntutan akan pemerintahan yang
baik atau good governance timbul karena adanya penyimpangan dalam
penyelenggaraan negara dari nilai demokratis sehingga mendorong kesadaran
warga negara untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk
mengawasi jalannya pemerintahan agar tidak melenceng dari tujuan semula.
Guna memberi landasan dan pedoman bagi badan dan/atau pejabat
dibuat undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparat Sipil Negara. Undang-undang ini menjadi dasar hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan di dalam upaya meningkatkan kepemerintahan
yang baik (good governance) dan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
pegawai.
Kinerja aparatur sipil negara merupakan suatu isu yang sangat aktual
yang terjadi pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja
dari Aparatur Sipil Negara pada belum bisa memberi rasa kepuasan yang
tinggi, sehingga menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan menjadi
sorotan yang tajam, terutama dalam aspek transparansi, akuntabilitas, efesiensi
dan efektifitas. Hal tersebut disebabkan masyarakat mulai kritis dalam
memonitor dan mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas
pelayanan dari instansi pemerintah.
Pemerintah dalam mewujudkan PNS yang profesional mengeluarkan
peraturan Pemerintah Rpeublik Indonesia nomor 101 tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS yang diharapkan semua PNS
mempunyai sikap profesional dalam jabatan tersebut. Selain sikap profesinal
tersebut PNS juga dituntut sikap pengabdian dan kesetiaan pada negara
Indonesai dalam mewujudkan pembangunan PNS secara profesional.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah yaitu “Bagaimana upaya peningkatan kapasitas
Aparat Sipil Negara pada Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten Sinjai” terkait
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya
peningkatan kapasitas Aparat Sipil Negara pada Kantor Inspektorat Daerah
Kabupaten Sinjai” terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Aparat Sipil Negara


Dalam kamus bahasa indonesia (2008:101), “Aparat negara
didefinisikan sebagai “alat kelengkapan negara”, terutama yang meliputi
bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai
tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari”.
Kepegawaian negara di Indonesia dikenal dengan sebutan Pegawai Negeri
Sipil (selanjutnya PNS). Dengan adanyaUndang – Undang No.5 tahun
2014 tentang Aparat Sipil negara, kepegawaian negara yang disebut
dengan istilah “aparat sipil negara” (selanjutnya ASN), mencakup Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK).
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparat Sipil
Negara disebutkan bahwa Aparat Sipil Negara yang selanjutnya disingkat
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Istilah pegawai menurut Wijaya (2002 : 15) mengandung pengertian
sebagai berikut :
1. Menjadi anggota suatu kerjasama (organisasi) dengan maksud
memperoleh balas jasa/imbalan kompensasi atas jasa yang telah
diberikan.
2. Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih.
3. Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pihak
pemberi kerja.
4. Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melalui
proses penerimaan.
5. Dan akan menghadapi masa pemberhentian (pemutusan hubungan
kerja antara pembeli kerja dengan penerima kerja).

3
Dari rumusan di atas ditarik kesimpilan bahwa terdapat unsur-
unsur yang haris dupenuhi oleh seseorang agar dapat disebut sebagai
Pegawai Negeri, yaitu:

1. Memenuhi syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan


yang berlaku;
2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
3. Diserahi tugas dalam jabatan negeri atau jabatan negara lainnya;
4. Digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Aparat Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai


negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya yang
dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara
indonesia yang memenugi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Pegawai Pemerindah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

Pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK. Sedangkan Status


PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional. S
edangkan status PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat
sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan
ketentuan Undang-Undang. Sedangkan Pegawai ASN berkedudukan

4
sebagai unsur aparat negara. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah, dan Pegawai
ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik.

Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik;


pelayan publik; dan perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan ASN
bertugas:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat


Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undanga.
2. Memberikan pelayanan pulbik yang profesional dan berkualitas;
dan
3. Mempercepat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Sedangkan Pegawai ASN berperan sebagai perencana,


pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta
bersih dari praktik KKN.

B. Peningkatan Kapasitas Aparat Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014


1. Kapasitas Aparatur
Istilah kapasitas memiliki beragam pengertian tergantung siapa
yang mengartikannya dan dalam konteks apa istilah tersebut akan
digunakan. Permasalahan yang timbul dalam penggunaan istilah
kapasitas tersebut di atas adalah kesulitan yang dihadapi dalam
mengukur kapasitas aparatur pemerindah daerah, karena adanya
perbedaan-perbedaan pandangan yang sering dilandasi oleh
kepentingan politik maupun pertimbangan-pertimbangan teknis tertentu
mengenai kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam

5
penyelenggaraan pelayanan bagi masyarakat. Sebagai contoh
bagaimana Pemerintah Pusat dapat menilai bahwa kapasitas
pemerindah daerah tertentu lemah dalam program pengentasan
kemiskinan, sebagaimana ditunjukkan dari angka sisi pemerintah
daerah yang bersangkutan statistik kemiskinan tersebut dapat berarti
potensi turunnya program-program yang dibiayai oleh dana Pemerintah
Pusat.
Peningkatan kapasitas atau yang lebih dikenal dengan istilah
Capacity Building atau Capacity Develompent adalah suatu
pendekatan, strategi dan metologi yang digunakan oleh negara-negara
berkembang dan/atau pihak-pihak luar yang berkepentingan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja individu aparatur
pemerintahan, organisasi, jaringan kerja/sektor maupun sistem yang
lebih luas dalam pencapaian tujuan fungsional tertentu (Joe Bolger,
dalam Desi fernanda, 2005).
Menurut morgan dalam soeprapto (2010;10), kapasitas adalah
kemampuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai, hubungan,
perilaku, motivasi, sumber daya, dan kondisi-kondisi yang
memungkinkan setiap individu, organisasi, jaringan kerja/sektor, dan
sistem yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan
mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke
waktu.
United Nations Develompent Programme (UNDP) dalam
soeprapto (2010:12) menyatakan bahwa, kapasitas dapat diartikan
sebagai kemampuan individu dan organisasi atau unit-unit organisasi
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif, efisien,
dan berkelanjutan.

6
2. Peningkatan Kapasitas Aparatur berdasarkan UU No. 5 Tahun
2014
menurut Suwartno (2002:121), pengembangan kapasitas
adalah proses dimana individu, organisasi, lembaga dan kemampuan
masyarakat dikembangkan untuk melakukan fungsi, memecahkan
masalah dan mengatur pencapaian tujuan. Pengembangan kapasitas
memiliki multi makna, dan interpretasinya tergantung pada siapa yang
menggunakan dan dalam konteks apa. Secara umum, yang dipahami
adalah bahwa pengembangan kapasitas merupakan suatu konsep yang
terkait erat dengan pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, disebutkan bahwa manajemen ASN terdiri atas Manajemen
PNS dan Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh
dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur. Adapun manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier , pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan
perlindungan. Sementara itu, untuk manajemen PPPK meliputi
penetapat kebutuhan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.
Peningkatan sumber daya bagi aparatur PNS di dilingkungan
pemerintah sangat diperlukan dengan beberapa cara yang tentunya
semua cara tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan dari pemerintah
daerah. Sebagaimana pendapat Ranupanjojo dan Husnan (dalam
Darmawan, 2013:25) menyebutkan bahwa „pengembangan sumber
daya manusia adalah usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan
maupun pengetahuan umum bagi karyawan untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi”. Dari pendapat tersebut sudah sangat
jelas bangwa setiap pengembangan sumber daya aparatur ditujukan

7
untuk pencapaian pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
yang optimal.
Arah dan tujuan pengembangan sumber daya aparatur tersebut
memang ditujukan sebagai pencapaian pembangunan dan pelayanan
daerah kepada masyarakat. Menurut Griffin dalam Darmawan
(2013:73), aparatur memerlukan pengembangan sumber daya untuk
pengembagan kompetensi diri yang tentunya ditujukan untuk
peningkatan kinerja dan hasil kinerja aparatur atau yang dikenal denga
istilah kontrak psikologis. Dimana hal ni sangat penting menyangkut
tentang kontribusi organisasi untuk balas jasa antara organisasi dengan
organisasi. Dari hal tersebut timbul permasalahan mengenai kebutuhan
untuk pengembangan sumber daya, paakah pemerintah daerah ataukah
aparatur sendiri. Keadanaan demikian sulit untuk disampaikan dapat
disikapi dengan bijaksana baik organisasi maupun individu, dapat
mencapai tujuan oraganisasi tanpa mengesampingkan kontrak
psikologis (yang tidak terlulis). Dengan demikian kinerja aparatur dapat
termotivasi dan pemerintah daerah dapat mencapai tujuan dengan baik.

C. Kerangka Konseptual
Kapasitas Aparatur Sipil Negara merupakan aset terpenting
bagi instansi karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan
kegiatan operasional dalam rangka mewujudkan visi dan misi
organisasi. Untk meningkatkan profesionalisme dan kinerja usaha
secara berkelanjutan, telah dicanangkan program pengembangan
kualitas sumber daya aparatur secara konsisten melalui undang-undang
nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun upaya yang
dapat dilakukan yaitu pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, Promosi, Mutasi, Penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
serta Penghargaan.
Penjelasan diatas merupakan uraian singkat dari gambaran
kerangka konseptual yang akan penulis gunakan dalam mencari tahu

8
upaya peningkatan ASN pada Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten
Sinjai.

Inspektorat Daerah Peningkatan Kapasitas


Kab. Sinjai Aparat Sipil Negara

1. Pangkat dan jabatan


2. Pengembangan karier
3. Pola karier
4. Promosi
Meningkatnya profesionalisme
5. Mutasi
ASN di Inspektorat
Kab. Sinjai 6. Penilaian kinerja
7. Penggajian dan tunjangan
8. Penghargaan
(sumber: UU No. 5 Tahun 2014)

Skema Kerangka Konseptual

D. Defenisi Operasional
1. Upaya peningkatan kapasitas ASN adalah usaha atau kegiatan yag
dilakukan dalam mengambangkan kemampuan maksimal aparat sipil
negara, melalui upaya:
a. Pangkat dan jabatan yaitu PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan
tertentu pada instansi Pemerintah yang mana Pengangkatan PNS
ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan, selain itu PNS dapat
berpindah antar dan antara jabatan Pimpinan Tinggi, jabatan

9
Administrasi, dan jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi
Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja.
b. Pengembangan karier yaitu pengembangan karier PNS yang
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas.
c. Pola karier yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk menjamin
keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS
yang terintegrasi secara nasional.
d. Promosi yaitu Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan
objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang
dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja,
kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim
penilai kinerja PNS pada instansi pemerintah, tanpa membedakan
jender, suku, agama, ras dan golongan.
e. mutasi yaitu setiap PNS dapat dimutasi tugas dan atau/ lokasi
dalam 1 (satu) Instansi puas, antar-Instansi puas, 1 (satu) Instansi
Daerah, antar-Instansi Derah, antar-Instansi Pusat dan Instansi
Daerah, dan keperwakilan negara kesatuan republik indonesia di
luat negeri.
f. Penilaian kinerja yaitu penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat
unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, pencapaian,
hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
g. Penggajian dan tunjangan yaitu pemerintah wajib membayar gaji
yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan
PNS. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab,
dan resiko pekerjaan. Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan
tunjangan kemahalan

10
h. Penghargaan yaitu PNS yang telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja
dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.
2. Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada kantor
Insteptorat Kabupaten Sinjai.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Good governance adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang didasarkan
pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan,mengendalikan, atau mempengaruhi
masalah public untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan
keseharian.Good governance juga merupakan suatu kesepakatan menyangkut
pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah,masyarakat madani
(civil society) dan sector swasta.Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan
bentuk mekanisme,proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingannya,menggunakan hak hokum,memenuhi
kewajiban dan membebani perbedaan diantara mereka.
Kapasitas Aparatur Sipil Negara merupakan aset terpenting bagi instansi
karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional
dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Untk meningkatkan
profesionalisme dan kinerja usaha secara berkelanjutan, telah dicanangkan
program pengembangan kualitas sumber daya aparatur secara konsisten melalui
undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun
upaya yang dapat dilakukan yaitu pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, Promosi, Mutasi, Penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, serta
Penghargaan.

3.2 Saran
Untuk memperbaiki kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami sarankan
dengan penuh hormat kepada semua pihak baik pembimbing ataupun rekan-rekan
seperjuangan untuk dapat ikut serta memberikan kritikan dan masukan agar dapat
memperbaiki dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.
Mudah-mudahan kedepan pelayanan yang di berikan melaui konsep good
governance akan menjadikan kehidupan dinegara lebih mudah dalam memperoleh
pelayanan dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yang ada di

12
pemerintahan negara serta tidak membutuhkan biaya yang besar untuk
memperoleh sebuah pelayan.
Sebagai pel atau obat terhadap penyakit pelayan yang terjadi selama ini
adalah konsep good governance, dapat di terapkan kepada petugas pelayan publik
yang ada di negara. Dengan cara memberikan pelatihan pelayanan publik kepada
petugas yang ada di negara. Sekali lagi kita berharap pelayan publik yang efesiean
efektif dan akuntabilitas dapat di wujudkan di negara kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Depdiknas. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.

Darmawan, Didit. 2013. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Pena Semesta.

Fernanda, Desi. 2005. Penyusunan Panduan Peningkatan Kinerja Pemerintah


Daerah di Bidang Pelayanan Publik, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pemerintahan Umum, Depdagri

Hariandja. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta: Grasindo

Kaswan. 2011. Pelatihan Dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja


SDM, Bandung: Alfabeta

Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia

Marnis, Priyono. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Surabaya: Zifatama


Publisher

Mathis dan Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba
Empat

Ndraha. 1999. Pengantar Teori Pemangunan Sumber Daya Manusia.


Jakarta:Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai