PERPAJAKAN
Di susun oleh :
Aldi Alfajri 19919002
Rara Mita Mayang A 19919015
Riza Rahmady Daeng 19919016
Umairoh Ayunda Fitri 19919027
i
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya. Kami dapat
Tetap”. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
selama ini kita cari. Berbagai teknik dan intrik kami kemas dalam makalah ini,
dukungan dari Bapak/Ibu dosen serta pihak lain agar makalah ini bisa berhasil dan
Tidak ada gading yang tak retak, demikian makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang......................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Undang – Undang Dasar 1945, pasal 23 A yang berbunyi “ pajak dan pungutan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
2000 dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Dan pada
pembangunan. Sistem atau prinsip perpajakan yang dianut oleh suatu negara akan
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain oleh falsafah bangsa yang bersangkutan
kedudukan yang khusus karena di samping pemajakan atas bentuk usaha tetap
tersebut agak berbeda dibandingkan dengan pemajakan atas wajib pajak pada
umumnya, juga dalam kaitannya dengan perjanjian perpajakan (tax treaty), ada
tidaknya suatu bentuk usaha tetap sangat menentukan dapat atau tidaknya suatu
1
negara sumber mengenakan pajak atas laba usaha yang diperoleh suatu
1984, bentuk usaha tetap dikelompokkan sebagai subjek pajak badan dalam
negeri. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang berlaku di banyak negara, di
mana bentuk usaha tetap diperlakukan sebagai subjek pajak luar negeri. Dalam
1984, bentuk usaha tetap tidak lagi dikelompokkan sebagai subjek pajak badan
dalam negeri, tetapi dikelompokkan sebagai subjek pajak yang berdiri sendiri dan
Keadaan ini masih tetap tidak berubah setelah adanya Undang-Undang Nomor 17
menciptakan adanya kepastian hukum yang lebih nyata, dengan demikian ini akan
berfungsi sebagai salah satu pendorong masuknya investasi asing. Dengan kata
lain, suatu pengaturan pajak yang baik membantu menciptakan iklim investasi
yang favorable. Ini akan menguntung Indonesia sebagai pasar investasi yang
dari perpajakan.
2
Dasar Hukum dari BUT :
Kembali di Indonesia juncto Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk Usaha
Desember 1994);
3
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 624/KMK.04/1994 tanggal 17
Negeri;
Indonesia;
4
1.4 Manfaat Penulisan
dapat lebih mengetahui dan memahami apa itu Badan Usaha Tetap dan
BAB II
PEMBAHASAN
usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung
termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia.
Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku
agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang
pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan
di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak
mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan
5
agen, broker atau perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau
kedudukan di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
7. Gudang
6
8. Ruang untuk promosi dan penjualan
12. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
Bentuk Usaha Tetap dikenakan pajak atas penghasilan baik yang berasal
dari usaha atau kegiatan, maupun yang berasal dari harta yang dimiliki atau
penghasilan di Indonesia.
Dalam hal ini, Subjek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah Subjek Pajak
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga
hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
7
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Subjek Pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus
perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi
penghasilan di Indonesia.
Tarif pajak yang dipergunakan adalah tidak sepadan (tarif UU PPh pasal
26)
Subjek Pajak Luar Negeri melalui BUT dimulai saat menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi
Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui BUT dimulai saat menerima
atau memperoleh penghasilan di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima
8
2.3 Objek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan
penghasilan berupa bunga atas pinjaman yang diberikan tanpa melalui New York
diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan
dagang Foodz Inc. Atas penggunaan hak tersebut Foodz Inc. menerima imbalan
berupa royalti dari PT Lezzat. Dalam rangka pemasaran produk, Foodz Inc. juga
Lezzat mempunyai hubungan efektif dengan BUT di Indonesia. Oleh karena itu,
9
penghasilan Foodz Inc. yang berupa royalti diperlakukan sebagai penghasilan
BUT (Foodz-Indonesia)
Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan, yaitu:
biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya
yang diterima atau diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap
perbankan.
dahulu harus diketahui dasar pengenaan pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menjadi dasar pengenaan pajak
adalah Penghasilan Kena Pajak. Sedangkan untuk Wajib Pajak luar negeri adalah
penghasilan bruto.
10
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Pajak badan dihitung sebesar
penghasilan netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar
Perhitungan besarnya Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
1. Menggunakan pembukuan
kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib
Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
undangan perpajakan:
11
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai
penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan netto yang merupakan objek Pajak
objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
honorarium, bonus,
12
d. Biaya perjalanan
f. Premi asuransi
Peraturan Menteri
h. Biaya administrasi
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya yang
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
Indonesia;
13
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
Peraturan Pemerintah;
14
Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun seperti dividen,
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
15
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dilakukan.
kecuali:
b. Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
d. Pajak Penghasilan.
16
g. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak
Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang
tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800.000.000,00.
17
Cara menghitung Pajak
Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap) setahun dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan
tarif pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 17. Untuk menghitung PPh
pasal 17
ribuan penuh
Contoh:
18
dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
Rp500.000.000,00 = Rp62.500.000,00
= Rp772.800.000,00
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
Jumlah Rp 31.277.500,00
19
2.7. Perlakuan Pajak Terhadap Bentuk Usaha Tetap yang Ditanamkan
kembali Di Indonesia
Bentuk Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20%
kegiatan usaha sesuai dengan akte pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun
lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya
penghasilan tersebut
dilakukan kepada Dirjen Pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh tahun pajak
20
Contoh:
1.000.000.000,00.
Rp1.000.000.000,00
PPh terutang:
720.000.000,00
Namun apabila atas penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi pajak
Indonesia, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Jadi tidak ada
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa
karena subjek pajak adalah pihak yang dituju untuk membayar Pajak
Penghasilan. Saat bentuk usaha tetap menjadi subjek pajak dan pada saat
yang bersamaan sekaligus juga menjadi wajib pajak luar negeri, adalah
pada saat orang pribadi atau badan luar negeri mempunyai hubungan
dipersamakan dengan wajib pajak dalam negeri. Bentuk usaha tetap antara
22
suatu tahun pajak, serta pengenaan pajaknya dilaksanakan atas penghasilan
kena pajak dengan menggunakan tarif umum seperti yang berlaku untuk
wajib pajak dalam negeri pada umumnya. Hal tersebut selaras dengan
PPh yang berlaku di Indonesia, bentuk usaha tetap dikenakan pajak per
basis territorial yang hanya sebatas pada penghasilan yang diperoleh dari
kegiatan).
yang diatur oleh Keputusan Menteri Keuangan dan tarif umum Pasal
17 dan 23 UU PPh.
Saran
23
Dan dari kesimpulan yang telah diperoleh tersebut, perlu kiranya untuk
masyarakat Indonesia.
hal ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agus Setiawan dan Basri Musri. Perpajakan Umum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
25